MANAJEMEN KEUANGAN
OLEH :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
KEBIJAKAN DIVIDEN
1. Syalia Co sedang merencanakan untuk memperluas sarana produksinya tahun depan
dengan investasi Rp.15.000.000. Rasio utang terhadap total assets saat ini adalah 30%
dan itu dianggap merupakan struktur modal yang optimum, laba setelah pajak saat ini
Rp. 5.000.000. Jika Kurman Co berharap untuk mempertahankan 70% dividend payout
ratio-nya, beberapa banyak eksternal equity yang diperlukan untuk membiayai ekspansi
tersebut ?
Jawaban :
Laba setelah pajak Rp 5.000.000,-
Dividend payout 70%
Dividen Rp. 3.500.000,-
Laba yang ditahan Rp. 1.500.000,-
Capital budget Rp. 15.000.000,-
Debt to total asset 30%
Total utang Rp. 4.500.000,-
Total equity 70% Rp. 10.500.000,-
Laba ditahan Rp. 1.500.000,-
Eksternal equity Rp. 9.000.000,-
2. Apple Round Co memperoleh laba setelah pajak sebesar Rp. 14.000.000,- tahun yang
lalu dan membagikannya dalam bentuk dividen sebesar Rp. 4.200.000,-. Laba tersebut
telah tumbuh dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7% per tahun selama 10 tahun. Pada
tahun ini perusahaan memperoleh laba sebesar Rp. 18.000.000,-. Kesempatan investasi
yang tersedia sebesar Rp. 12.000.000,-. Hitunglah dividen untuk tahun ini di bawah
setiap kebijakan berikut ini :
a. Payout yang konstan ?
b. Pertumbuhan dividen yang stabil ?
c. Residual dividend policy (anggap perusahaan berharap akan mempertahankan debt
to total asset ratio 40%) ?
Jawaban :
a. Payout yang konstan
Rp. 4.200.000, −
𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 30%
Rp. 14.000.000, −
Jawaban:
a. Harga pasar saham sebelum stock split
P
= 12
EPS Ratio
Rp. 36.000, −
= 12
EPS Ratio
𝑅𝑝. 36.000, −
𝐸𝑃𝑆 =
12
b. Kenaikan harga
Harga saham setelah stock split Rp. 600,-
2 for 1 stock split x2
Harga saham sebelum stock split Rp. 72.000,-
c. Kenaikan dividen
Dividen setelah stock split Rp. 600.-
2 for 1 stock split x2
Dividen sebelum stock split (ekv) Rp . 1.200
Ditanya :
Dilakukan penarikan saham biasa sebanyak 2.000 lembar dengan harga Rp. 2.500,-
Saham treasuri dijual sebanyak 400 lembar dengan harga Rp. 1.800,-
Saham treasuri dijual sebanyak 600 lembar dengan harga Rp. 2.800,-
Saham treasuri dijual sebanyak 800 lembar dengan harga Rp. 2.000,-
Bila perusahaan menggunakan metode biaya sebagai dasar pengakuan saham treasuri.
Jawaban :
Saham treasuri (2.000 x Rp. 2.500) Rp. 5.000.000
Kas Rp. 5.000.000
Jawaban :
1 Feb Dividen kas Rp. 30.000.000
Utang dividen kas Rp. 30.000.000
6. Dengan menggunakan akun dan saldo berikut ini, siapkan bagian ekuitas pemegang
saham neraca. Modal dasar yang seluruhnya telah ditempatkan dan disetor penuh adalah
15.000 lembar saham biasa, dan 3.000 lembar diantaranya telah dibeli kembali (saham
treasuri).
Saham biasa,
Nilai nominal Rp. 40.000 Rp. 2.000.000.000
Agio saham biasa Rp. 220.000.000
Agio saham treasuri Rp. 18.000.000
Laba ditahan Rp. 3.780.000.000
Saham treasuri Rp. 90.000.000
Jawaban :
Ekuitas pemegang saham
Modal disetor
Saham biasa, nilai nominal Rp. 40.000
(Modal dasar 15.000 lembar, modal ditempatkan dan disetor penuh 25.000 lembar)
Rp. 2.000.000.000
Agio saham biasa Rp. 220.000.000 Rp. 1.780.000.000
Agio saham treasuri Rp. 18.000.000
Total modal disetor Rp. 1.762.000.000
Laba ditahan Rp. 3.780.000.000
Total Rp. 5.542.000.000
Dikurangi saham treasuri Rp. 90.000.000
Total ekuitas pemegang saham Rp. 5.452.000.000
7. PT. Apple Green melaporkan hasil-hasil berikut ini untuk yang terakhir pada tanggal 31
Maret 2013 :
Laba ditahan, 1 April 2011 Rp. 2.520.500.000
Laba bersih Rp. 312.500.000
Dividen tunai yang diumumkan Rp. 30.000.000
Dividen saham yang diumumkan Rp. 60.000.000
Buatlah laporan laba ditahan untuk tahun fiscal yang berakhir pada tanggal 31 Maret
2012 !
Jawaban :
PT. Jaya Raya
LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Maret 2015
Laba ditahan, 1 April 2012 Rp. 2.520.500.000
Laba bersih Rp. 312.500.000
Dikurangi dividen yang diumumkan Rp. 90.000.000
Kenaikan laba ditahan Rp. 222.500.000
Laba ditahan, 31 Maret 2013 Rp. 2.743.000.000
8. Perusahaan ABC menghargai sahamnya Rp. 300 per lembar pada bulan Januari 1996.
Harga tersebut didasarkan pada dividen yang diharapkan di akhir tahun Rp. 3 per lembar
dan tingkat dividen tahunan yang diharapkan 90%. Pada bulan Januari 1997 ada indikasi
perekonomian yang menurun, investor merevisi estimasi pertumbuhan dividen menjadi
15%. Berapa harga saham perusahaan ABC pada tahun 1997 ? Diasumsikan :
a. Model penilaian pertumbuhan dividen konstan adalah model yang layak untuk cara
penilaian pasar bagi perusahaan.
b. Perusahaan tidak mengubah risiko aktivanya dan leverage finansial.
c. Dividen yang diharapkan pada akhir tahun 1997 adalah Rp. 3,45 per lembar.
Jawaban :
Januari 1996
𝐷1
𝐾𝑒 = + 𝑔
𝑃0
𝑅𝑝. 3
𝐾𝑒 = + 0,20 = 21%
𝑅𝑝. 300
Januari 1997
𝐷1
𝑃0 =
𝐾𝑒 − 𝑔
𝑅𝑝. 3,45
𝐾𝑒 = = 𝑅𝑝. 57,50
0,21 − 0,15
STRUKTUR MODAL
1. Khanza Co memiliki total asset sebesar Rp. 6.000.000,- Laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) Rp. 1.200.000,- pada tahun 2014 dan tarif pajak 40% dan rasio leverage dan
tingkat bunga seperti tabel berikut, hitunglah return on equity (ROE) (laba setelah
pajak/modal sendiri) untuk setiap tingkat hutang.
Leverage Tingkat Bunga
(Utang/Total Asset) Hutang
0% -
10% 8%
20% 8%
30% 10%
40% 10%
50% 14%
60% 14%
70% 16%
Jawaban:
TA = Rp. 6.000.000
T = 40%
EBIT = Rp. 1.200.000
B = Jumlah hutang
Rb = Tingkat bunga utang
S = Jumlah modal sendiri (equity)
RS = Return on equity = [EBIT - Rb (B)] (1–T)/S
2. Kesya and Co adalah sebuah perusahaan elektronik yang salah satu produknya berupa
mesin photo copy paling canggih saat ini. Pada tahun 2013 Everest and Co menjual
100.000 mesin photo copy dengan harga Rp. 75.000. Laporan rugi laba pada tahun 1988
tersebut adalah : (dalam Rp.000.000).
Penjualan Rp. 7.500.000,-
Biaya variabel Rp. 3.125.000,-
Biaya tetap Rp. 2.250.000,-
Rp. 5.375.000,-
Laba sebelum bunga dan pajak Rp. 2.125.000,-
Biaya bunga Rp. 325.000,-
Laba sebelum pajak (EBT) Rp. 1.800.000,-
Tarif pajak 40% Rp. 720.000,-
Net income (laba setelah pajak) Rp. 1.080.000,-
Laba per lembar saham (100.000 lembar) Rp. 10,80,-
Jawaban:
Pertama buatlah laporan rugi laba pro forma apabila tingkat penjualan meningkat 10%
menjadi 110.000 unit.
Penjualan Rp. 8.250.000,-
Biaya variabel Rp. 3.437.500,-*)
Biaya tetap Rp. 2.250.000,-
Rp. 5.687.500,-
Laba sebelum bunga dan pajak Rp. 2.562.500,-
Biaya bunga Rp. 325.000,-
Laba sebelum pajak (EBT) Rp. 2.237.500,-
Tarif pajak 40% Rp. 895.000,-
Net income (laba setelah pajak) Rp. 1.342.500,-
Laba per lembar saham (100.000 lembar) Rp. 13,425,-
Ket :
*)Biaya variabel per unit = Rp. 31.250,-
%𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐷𝑂𝐿 =
%𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
100
𝐷𝑂𝐿 = 0,206 𝑥
10
𝐷𝑂𝐿 = 2,06
24,31%
𝐷𝐹𝐿 =
20,60%
𝐷𝐹𝐿 = 1,18
24,31%
𝐷𝐶𝐿 =
10%
𝐷𝐶𝐿 = 2,43
atau
3. Berdasarkan tabel di bawah ini hitunglah DOL dan % perubahan EBIT karena perubahan
unit penjualan untuk masing-masing perusahaan !
Jawaban :
Dari tabel diatas dapat dihitung DOL untuk masing-masing perusahaan pada level 80.000
unit sebagai berikut :
Rp. 16.000.000 − Rp. 9.600.000
DOL Perusahaan A = = 2,67
Rp. 16.000.000 − Rp. 19.600.000 − Rp. 4.000.000
% perubahan dalam out put sebesar 25% yaitu dari 80.000 unit menjadi 100.000 unit (%
perubahan dalam EBIT) dapat dihitung sebagai berikut :
Rp. 4.000.000 − Rp. 2.400.000
Perusahaan A = 𝑥 100% = 66,75%
Rp. 2.400.000
Kesimpulan : semakin tinggi DOL semakin besar yang diberikan oleh perubahan out put
terhadap profit.
4. PT. ABC mempunyai hutang Rp. 2.000.000 dengan bunga 8%, produk yang dijual 8.000
unit harga per unit Rp. 500, VC = Rp. 250, FC = Rp. 1.000.000, Pajak 50%, saham
beredar 10.000 lembar.
Ditanya :
a. Hitung besarnya DOL dan DFL nya !
b. Bila unit yang diproduksi dan dijual naik 10%, maka berapa besarnya EPS ?
Jawaban :
a. DOL dan DFL
X(P − V) X(P − V)
DOL dan DFL pada x unit = 𝑥
X(P − V) − F X(P − V) − F − C
5. Penjualan yang diharapkan oleh PT. Syalia adalah 15.000 unit, dengan harga jual sebesar
Rp. 200 per unit. Biaya variabel Rp. 100 per unit, dan biaya tetap Rp. 1.000.000.
Perusahaan memperoleh laba operasi sebesar Rp. 500.000, perusahaan menggunakan
hutang yang menyebabkan perusahaan harus membayar bunga sebesar Rp. 100.000.
Jumlah lembar saham yang dimiliki adalah sebanyak 1000 lembar dan pajak 30%.
Pertanyaan:
a. DFL PT. Syalia ?
b. Dengan meningkatnya penjualan sebesar 20%, mengakibatkan laba operasi (EBIT)
naik 60% , berapakah peningkatan EPS dan buktikan !
Jawaban :
a. Degree of Financial Leverage ( DFL )
Jawaban :
P = Rp. 1.000.000/unit
VC = Rp. 600.000/unit
FC = Rp. 60.000.000
a. EBIT
𝐿𝑎𝑏𝑎 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 (𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠) − (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙)
𝐿𝑎𝑏𝑎 = 𝑃 𝑥 𝑄 − [𝐹𝐶 + ( 𝑉𝐶 𝑥 𝑄)]
Jawaban :
Ke = Rf + (Rm-Rf)â
Ke = 0,13 + (0,2-0,13)1,4 = 22,8%
Ki = Kd (1-t)
Ki = 18% (1-30%) 12,6%
2. PT B memiliki dua sumber dana yaitu obligasi dan modal saham. Nilai nominal
obligasinya adalah sebesar Rp. 20.000.000 dengan tingkat bunga 14% dan saham Rp.
30.000.000. Perusahaan B merencanakan untuk membagikan dividen sebesar Rp.
1.000.000 tahun ini dengan tingkat pertumbuhan kontinyu 11% dan tingkat pajak sebesar
40%. Hitunglah :
a. Biaya utang
b. Biaya modal sendiri
c. Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
Jawaban :
a. Ki = Kd (1-t)
Ki = 0,14 (1-0,4) = 8,4%
b. Ke = D1/P0 + g
Ke = Rp. 1.000.000/Rp. 30.000.000 + 11% = 14,33%
3. PT SZF mengeluarkan obligasi dengan nilai nominal per lembar $1.000, coupon rate 8%
umur 20 tahun. Penerimaan bersih dari penjualan obligasi adalah $940. Tingkat pajak
30%. Hitunglah besarnya biaya modal atas obligasi tersebut !
Jawaban :
($1.000 − $940)
80 +
𝑘𝑖 = 20 = 8,56%
($1.000 + $940)
20
4. Saham preferen PT Fajar bernilai nominal $100 per lembar dengan dividen 7%. Biaya
penjualan saham 1% atau $1 per lembar. Saham dijual dengan harga $98 per lembar.
Hitunglah biaya modal saham preferen tersebut !
Jawaban :
3% 𝑥 100
𝑘𝑝 = = 7,22%
98 − 1
Jawaban :
Jadi biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital) adalah 16,05%.
Angka ini merupakan tolok ukur perusahaan dalam mengambil suatu keputusan investasi,
diterima atau ditolak.
Jawaban :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 =
𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
𝑅𝑝. 2.100.000
𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 = = 𝑅𝑝. 4.200.000
0,5
Rata-rata tingkat return pada pasar adalah sebesar 18% dan tingkat return bebas risiko
sebesar 12%. Dengan menggunakan pendekatan CAPM, hitunglah tingkat return pada
masing-masing peluang investasi dan investasi mana yang diterima ?
Jawaban :
Rj =Rf + (Rm-Rf).
Return proyek I = 12% + (18%-12%).0,8 = 16,8%
16,8% < 17%, maka proyek I dapat diterima.
Return proyek II = 12% + (18%-12%).1,5 = 21%
21% > 18%, maka proyek II ditolak.
Return proyek III = 12% + (18%-12%).1,2 = 19,2%
19,2% > 10%, maka proyek III ditolak.
Jawaban :
a. Biaya modal sendiri = 0,12 + (0,18-0,12)1,28 = 19,68%
Biaya utang ditentukan 8%
Return yang disyaratkan rata-rata tertimbang bagi proyek = 0,4 8%) + 0,6(19,68%) =
15%
b. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa risiko tidak sistematik bukan faktor penting,
yang mungkin dapat menajdi masalah. Juga diasumsikan bahwa beta yang digunakan
proyek tersebut adalah sesuai. Akhirnya, estimasi laba pada saham adalah secara umum
dan estimasi tingkat bunga bebas risiko harus akurat. Apabila asumsi tersebut dapat
dipenuhi, maka tingkat return tersebut menjadi realistik bagi return yang disyaratkan
untuk proyek tersebut.
3. Perusahaan Khanza telah mengestimasikan bahwa keseluruhan laba dari pedoman
standar indeks saham akan menjadi 15% selama 10 tahun berikutnya. Perusahaan juga
merasa bahwa tingkat bunga sekuritas “treasury” rata-rata 10% di atas interval tersebut.
Perusahan akan ekspansi ke dalam “product line” yang baru. Perusahaan tidak
berpengalaman dalam garis produk tersebut tetapi telah mampu mendapatkan informasi
dari beberapa perusahaan yang membuat produk tersebut. Beta untuk perusahaan yang
membuat produk tersebut adalah 1,1. Terdapat beberapa ketidakpastian tentang beta yang
kenyataannya akan berlaku (dianggap perusahaan Khanza dan perusahan lainnya
dibelanjai dengan modal sendiri semua). Manajemen telah membuat daftar probabilitas
kemungkinan hasil sebagai berikut :
a. Berapa tingkat return yang disyaratkan untuk proyek tersebut dengan menggunakan
beta 1,1 ?
b. Berapa kawasan dari return yang disyaratkan ?
c. Berapa nilai yang diharapkan dari return yang disyaratkan ?
Jawaban :
Return yang disyaratkan minimum
0,10 + (0,15-0,10)(1,1) = 15,50%
Return yang disyaratkan maksimum
0,10 + (0,15-0,10)(1,4) = 17,00%
Return yang disyaratkan bagi beta 1,20
0,10 + (0,15-0,10)(1,2) = 16,00%
Return yang disyaratkan bagi beta 1,30
0,10 + (0,15-0,10)(1,3) = 16,50%
Nilai yang diharapkan dari return yang disyaratkan
(0,2)(0,15)+ (0,3)(0,155) + (0,2)(0,16) + (0,2)(0,165) + (0,1)(0,17) = 15,85%
4. Diasumsikan beta saham PT Gudang Garam adalah 0,5 dan tingkat return bebas risiko
(Rf) adalah 1,5%. Tingkat return pasar harapan diasumsikan sebesar 2%.
Hitunglah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor untuk saham PT Gudang Garam
!
Jawaban :
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Rs = 0,015 + 0,5 (0,02 – 0,015) = 1,75%
5. Anggap tingkat return bebas risiko adalah 10 persen. Return harapan pasar adalah 18
persen. Jika saham YOY mempunyai beta 0,8, berapakah return disyaratkan berdasarkan
CAPM?
Jawaban :
ki = 10% + 0,8 x (18%-10%)
ki = 16,4%
6. Anggap tingkat return bebas risiko adalah 10 persen. Return harapan pasar adalah 18
persen. Jika saham lain yaitu saham GFG mempunyai return disyaratkan 20 persen,
berapakah betanya?
Jawaban :
20% = 10% + βi x (18%-10%)
10% = βi x 8%
βi = 1,25
7. Suatu sekuritas x yang mempunyai Expected Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai beta-
nya 1.2, apakah sekuritas x ini layak di beli atau tidak?
Jawaban :
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun)
Rm = misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun, didapatkan
dengan cara memprediksi return)
βs = 1.2, Sehingga :
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06)
Rs = 0.06 + 1.2 (0.2)
Rs = 0.06 + 0.24
Rs = 0.3 (30%)
Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2, apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka harga
sekuritas terlalu mahal, karena return wajarnya adalah 30%.
PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG DAN LEASING
1. Sebuah perusahaan membutuhkan mesin baru dengan harga Rp 300.000 dan mempunyai
umur 10 tahun. Terdapat dua alternatif untuk pembelanjaan, yaitu leasing atau utang.
Pihak lessor menghendaki seluruh nilai mesin disusut selama 10 tahun dam keuntungan
sebesar 7%. Biaya leasing dibayar dimuka. Jika mesin dibeli dengan utang, mesin
disusut habis dengan metode garis lurus, dan perusahaan memperoleh investment tax
credit Rp 30.000 pada saat investasi. Bunga utang 10% per tahun dan pajak pendapatan
perusahaan 50%. Biaya operasi baik dibelanjai dengan leasing maupun utang dianggap
sama. Alternatif mana yang lebih baik ?
Jawaban :
Alternatif Leasing
Besarnya pembayaran biaya leasing tiap tahun (X) :
9
𝑋
𝑅𝑝. 300.000 = ∑
(1 + 0,07)𝑡
𝑡=1
𝑋 = 𝑅𝑝. 39.920
Dengan demikian biaya leasing tiap tahun adalah sebesar Rp. 39.920.
Keterangan :
- discount rate = 5% berasal dari suku bunga pinjaman setelah pajak, yaitu 10% (1-0,50).
- Tax shield Rp. 19.960 berasal dari 50% (Rp. 39.920)
Catatan :
PVIFA (5%;9th) = 7,1078
PVIF (5%;10th) = 0,6139
Alternatif Utang
Besarnya jumlah investasi :
- Harga mesin Rp. 300.000
- Investment tax credit Rp. 30.000
Rp. 270.000
𝑋 = 𝑅𝑝. 39.946
- Sisa pinjaman pada akhir tahun = Pinjaman awal tahun – Angsuran pokok pinjaman
- Angsuran pokok pinjaman = Total angsuran tiap tahun – Bunga
Jadi dapat disimpulkan bahwa alternatif pembelanjaan yang lebih efisien adalah pinjaman,
karena nilai present value cash outflows alternatif pinjaman sebesar Rp. 114.243 lebih kecil
dibanding nilai present value cash outflows alternatif leasing sebesar Rp. 169.540. Dengan
demikian, alternatif pembelanjaan yang sebaiknya dipilih adalah alternatif pinjaman.
Jawaban :
Leasing memiliki sejumlah keunggulan:
a. Tidak diperlukan pengeluaran kas segera.
b. Leasing memuaskan untuk memenuhi keperluan permesinan yang bersifat sementara dan
memberikan fleksibilitas dalam operasi.
c. Biasanya ada pilihan dari lessor untuk membeli aktiva tersebut (dengan harga obral) pada
akhir masa sewa. Hal ini memberikan fleksibilitas untuk membuat keputusan membeli
berdasarkan pada nilai aktiva pada tanggal berakhirnya lease.
d. Penyewa biasanya memberikan pelayanan maksimal.
e. Kewajiban perusahaan untuk membayar sewa (jenis lease operasi) di kemudian hari tidak
perlu dilaporkan dalam neraca, bila berbentuk lease barang modal, harus dinyatakan dalam
laporan keuangan.
f. Leasing meniadakan kemungkinan ”membuang” mesin.
Akan tetapi, kelemahan leasing adalah:
a. Dalam jangka panjang, biayanya menjadi lebih tinggi dari pada membeli aset, lagi pula
penyewa (lesse) tidak membangun ekuitas (nilai pabrik tidak bertambah besar).
b. Biaya bunga atas lease biasanya lebih tinggi dari pada biaya bunga atas hutang.
c. Bila aktiva kembali pada lessor pada akhir masa sewa, lesse harus mencari kontrak lease
baru aau membeli aktiva pada harga yang lebih tinggi yang berlaku kini.
d. Penyewa (lesse) bisa jadi terpaksa menggunakan aktiva yang sudah tidak lagi baru.
e. Penyewa (lesse) tidak dapat memperbaiki/meningkatkan kinerja mesin/aktiva yang
disewanya tanpa seizin dari lessor.
3. Untuk memenuhi tingginya kebutuhan transportasi dalam masa liburan, PT. Lorena
Transport membutuhkan 1 unit bis tambahan. Bagian operasi telah menghitung bahwa
satu unit bis baru bernilai Rp. 800.000.000 dapat digunakan selama 5 tahun dan pada
akhir umur ekonomis terdapat nilai sisa sebesar Rp. 50.000.000. Biasanya perusahaan
menggunakan metode garis lurus untuk menyusutkan aktiva. Bagian keuangan
mempertimbangkan apakah akan membeli bis atau meminjam dari pihak lessor.
Jika melakukan leasing, lessor mensyaratkan tingkat bunga 12% sebagai return yang
rasionable bagi lessor. Pembayaran leasing untuk aktiva tersebut akan dilakukan selama
5 tahun. Tingkat pajak yang ditetapkan pemerintah saat ini adalah 30%, dan jika
perusahaan melakukan pinjaman bank untuk membeli bis maka perusahaan dikenakan
biaya modal untuk hutang setelah pajak (after-tax cost of debt) = 9% (biaya hutang
sebelum pajak sebesar 12,857%). Sebagai mahasiswa yang magang di perusahaan
tersebut, Anda diminta untuk menghitung kemungkinan lebih menguntungkan mana bagi
perusahaan, membeli bis atau menyewa dari lessor.
Jawaban :
Rp. 771.628.657,21
𝐴=
[PVIFA 12%; 5 th]
𝐴 = Rp. 214.057.298,9
Jadi setiap tahun perusahaan membayar sebesar Rp. 214.057.298,9 untuk leasing.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝐴=
[PVIFA 9%; 5 th]
Rp. 800.000.000
𝐴=
[PVIFA 9%; 5 th]
𝐴 = Rp. 205.673.965,60
Angsuran per tahun sebesar Rp 205,673,965.00 inilah yang kemudian dijumlahkan dengan
biaya bunga dan depresiasi untuk memperhitungkan arus kas keluar per tahun jika perusahaan
meminjam uang di bank guna membiayai/membeli aktiva. Berikut ini adalah perhitungan
arus kas keluar tiap tahun. Perlu diingat bahwa cash outflow yang diperoleh di Present Value
kan dengan diskon faktor sebesar after-tax cost of debt untuk tiap-tiap tahun (bukan anuitas
karena besaran angka tiap tahun tidak sama).
Arus kas keluar tiap tahun untuk membayar pinjaman untuk alternatif membeli aktiva
Th Angsuran per tahun Bunga Depresiasi Total biaya Penghematan pajak Cash outflow Angsuran per tahun
(1) (2) (3) (4) = (2) + (3) (5) = (4) x 30% (6) = (1) - (5) (7) = PVIF 9% (6)
1 Rp. 205.673.965,00 Rp. 72.000.000,00 Rp. 150.000.000,00 Rp. 222.000.000,00 Rp. 66.600.000,00 Rp. 139.073.965,00 Rp. 127.590.793,60
2 Rp. 205.673.965,00 Rp. 59.969.343,15 Rp. 150.000.000,00 Rp. 206.969.343,15 Rp. 62.090.802,92 Rp. 143.583.162,10 Rp. 123.099.418,80
3 Rp. 205.673.965,00 Rp. 46.855.927,19 Rp. 150.000.000,00 Rp. 196.855.927,19 Rp. 59.056.778,13 Rp. 146.617.186,90 Rp. 113.215.369,60
4 Rp. 205.673.965,00 Rp. 32.562.303,79 Rp. 150.000.000,00 Rp. 182.562.303,79 Rp. 54.768.691,11 Rp. 150.905.273,90 Rp. 106.905.100,50
5 Rp. 205.673.965,00 Rp. 16.982.254,28 Rp. 150.000.000,00 Rp. 166.982.254,28 Rp. 50.094,676,26 Rp. 155.579.288,70 Rp. 101.115.862,80
Rp. 571.926.545,30
Sebagaimana telah dihitung di atas, arus kas keluar jika perusahaan melakukan leasing adalah Rp. 582.825.770,00 sementara jika perusahaan
membeli aktiva arus kas yang keluar selama 5 tahun adalah Rp. 571.926.545,30. Karena alternatif membeli aktiva lebih murah dibandingkan
dengan leasing, maka Anda perlu menyarankan agar perusahaan lebih baik mengambil alternatif membeli aktiva karena lebih efisien.
4. Ever Green Production memerlukan alat produksi senilai Rp. 70.000.000. Sebuah
perusahaan sewa menawarkan membiayai keperluan ini dengan cara sewa sebanyak 5x
(5 tahun). Pembayaran di awal dengan tingkat keuntungan 16% per tahun. Apabila
membeli aktiva tersebut, Bank bersedia memberikan pinjaman dengan bunga 18%,
tentukan alternatif mana yang bisa dipilih perusahaan apabila pajak 50% !
Jawaban :
Perhitungan sewa : X
4
Rp. 70.000.000 = X + t 1
(1 0,16) 4
Angsuran bank :
X
Rp. 70.000.000 =
5
t 1
(1 0,18) 5
1 Rp. 22.385.673,17 Rp. 12.600.000,00 Rp. 14.000.000,00 Rp. 13.300.000,00 Rp. 9.085.673,17 Rp. 8.331.562,3
2 Rp. 22.385.673,17 Rp. 10.838.578,83 Rp. 14.000.000,00 Rp. 12.419.249.82 Rp. 9.966.423,35 Rp. 8.391.728,46
3 Rp. 22.385.673,17 Rp. 8.760.101,85 Rp. 14.000.000,00 Rp. 11.380.050,9 Rp. 11.005.622,27 Rp. 8.496.340,39
4 Rp. 22.385.673,17 Rp. 6.307.499,01 Rp. 14.000.000,00 Rp. 10.153.749,51 Rp. 12.231.923,66 Rp. 8.660.201,95
5 Rp. 22.385.673,17 Rp. 3.413.427,66 Rp. 14.000.000,00 Rp. 8.706.713,83 Rp. 13.678.959,34 Rp. 8.891.323,57
Total PV Kas Keluar Sewa adalah Rp. 42.298.578,21 dan Total PV kas keluar cicilan bank
adalah Rp. 42.771.156,67 berarti PV kas keluar sewa lebih kecil dari PV kas keluar cicilan
bank maka alternatif sewa diterima.
5. PT. Arthalita membutuhkan satu unit mesin produksi seharga Rp. 200.000.000 yang
diperkirakan memiliki umur ekonomis 2 tahun dan tanpa nilai residu (penyusutan
menggunakan metode garis lurus). Ada dua alternatif yang dipertimbangkan dalam
pengadaan mesin tersebut yaitu :
1. Meminjam dana kepada Bank sebesar Rp. 200.000.000 dengan bunga per tahun 10%.
Pembayaran pokok pinjaman dilakukan pada akhir tahun ke 2.
2. Menyewa mesin tersebut selama 2 tahun dari perusahaan leasing dengan membayar
uang sewa sebesar Rp. 105.000.000 tahun. Pembayaran sewa dilakukan setiap akhir
tahun.
Pertanyaan :
Jika tarif pajak perusahaan sebesar 40%, altenatif apakah yang sebaiknya dipilih ?
Jawaban :
Arus kas jika mesin yang dibeli dengan dana pinjaman dari Bank AGM (dalam Jutaan) :
- Tahun 1 Tahun 2
Cost of Owning
Harga beli mesin (Rp. 200.000.000 )
Pinjaman Rp. 200.000.000
Biaya bunga (Rp. 20.000.000) Rp. 20.000.000
Tax saving dari bunga Rp. 8.000.000 Rp. 8.000.000
Pembayaran pokok pinjaman (Rp. 200.000.000 )
Tax saving dari penyusutan Rp. 40.000.000 Rp. 40.000.000
Arus kas Keluar bersih 0 Rp. 28.000.000 (Rp. 172.000.000)
PV Cost of Owning lebih besar dari PV Cost of Leasing, jadi dari perhitungan diatas
sebaiknya perusahaan menyewa mesin karena terdapat efisiensi arus kas keluar.
EKSPANSI : Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi
1. Perusahaan A mempunyai nilai Rp 3.000.000 dan perusahaan B mempunyai nilai Rp
300.000. Jika kedua perusahaan merger, maka terjadi penghematan biaya dengan nilai
sekarang (PV) Rp 180.000.
a. Hitunglah biaya merger bagi perusahaan A jika perusahaan B dibayar dengan kas
sebesar Rp. 450.000 !
b. Hitunglah NPV dari merger tersebut, apakah merger layak untuk dilaksanakan ?
Jawaban :
PVAB = Gains + PVA + PVB
PVAB = Rp. 180.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 300.000
PVAB = Rp. 3.480.000
Anggap perusahaan B dibayar dengan kas sebesar Rp. 450.000, maka biaya merger bagi
perusahaan A adalah :
Costs = Cash exp. – PVB
Costs = Rp. 450.000 – Rp. 300.000
Costs = Rp. 150.000
Biaya bagi perusahaan A, merupakan pendapatan bagi perusahaan B.
Jawaban :
Jika harga pasar saham sama dengan nilai intrisik, maka biaya merger adalah :
Costs = (Cash exp. – PVB) + (MVB – PVB)
Costs = (Rp. 2.400.000 - Rp. 2.100.000) + 0
Costs = Rp. 300.000
Jika harga pasar saham B meningkat sebesar Rp. 4 per lembar karena ada informasi merger
yang menguntungkan, maka biaya merger adalah :
Costs = (Cash exp. – PVB) + (MVB – PVB)
Costs = (Rp. 2.400.000 - Rp. 2.100.000) + (Rp. 2.380.000 - Rp. 2.100.000)
Costs = Rp. 580.000
3. Jika perusahaan A menawarkan sebanyak 35.000 lembar saham sebagai ganti dari kas
Rp. 2.400.000, untuk membeli perusahaan B. Karena harga saham perusahaan A Rp. 70
sebelum merger dan saham perusahaan B mempunyai nilai pasar Rp. 2.100.000.
Hitunglah biaya merger-nya !
Jawaban :
Costs = (35.000 x Rp. 70) – Rp. 2.100.000
Costs = Rp. 350.000
Namun biaya tersebut belum tentu sama dengan biaya sesungguhnya, karena nilai saham
perusahaan A dan B kemungkinan mengalami perubahan.
Perusahaan B setuju menawarkan sahamnya dengan harga Rp. 42 per lembar, dibayar dengan
saham perusahan A. Hitunglah EPS perusahaan A setelah merger, apakah merger layak
dilaksanakan ?
Jawaban :
Rasio pertukaran Rp. 42/Rp. 50 = 0,84.
Jumlah saham yang beredar = {12.000.000 + 0,84 (3.000.000)} = 14.520.000 lembar saham.
EPS = jumlah pendapatan sekarang / jumlah saham yang beredar
Setelah merger EPS perusahaan A menjadi :
Keterangan Perusahaan A
Pendapatan sekarang Rp. 52.000.000
Jumlah saham yang berdar 14.520.000 lembar
EPS setelah merger Rp. 3,58
Karena setelah merger EPS perusahaan A lebih besar dibandingkan sebelum merger, berarti
merger layak dilaksanakan.
5. PT. SMART sedang mempertimbangkan untuk melakukan merger dengan PT. FRIEND.
Dalam merger tersebut setiap lembar saham PT. FRIEND akan ditukar dengan 0,60
lembar saham PT. SMART. Data keuangan perusahaan sebelum merger adalah sebagai
berikut :
Jawaban :
a. Earning per share
Net Income = Rp. 14.000.000 + Rp. 3.000.000 = Rp. 17.000.000
Saham yang beredar = 2.500.000 + 0,60(800.000) = 2.980.000
Rp. 17.000.000
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 =
2.980.000
c. Dari sudut pandang pemegang saham PT. SMART, merger tersebut mengakibatkan
harga saham turun dari Rp. 614,20 menjadi Rp. 56,5455, sementara di lihat dari sudut
pandang PT. FRIEND. Harga pasar saham Rp. 30 (sebelum merger) dengan PER turun
menjadi 11 kali maka saat ini adalah Rp.56,5455 sehingga ada peningkatan sebesar Rp.
26,54 (benefit bagi PT. FRIEND).
6. Jelaskan yang dimaksud dengan merger, akuisisi, dan konsolidasi berikut dengan
contohnya !
Jawaban :
Merger
Merger adalah penggabungan dua perusahaan yang ukurannya tidak sama dan hanya satu
perusahaan yang lebih besar tetap survival, sedang perusahaan yang lebih kecil bergabung
kedalam perusahaan yang besar. Berikut beberapa perusahaan yang melakukan merger
adalah:
a. PT. Bank CIMB Niaga (Bank Niaga dan Lippo Bank)
b. Merger Bank Danamon
Danamon yang merupakan contoh kasus merger kedua, didirikan pada tahun 1956
dengan nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini kemudian berubah menjadi PT Bank
Danamon Indonesia pada tahun 1976 sampai sekarang. Pada tahun 1988, Danamon
menjadi bank devisa dan setahun kemudian adalah publik yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan
Danamon dialihkan di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) sebagai BTO (Bank Taken Over). Di tahun 1999, Pemerintah Indonesia
melalui BPPN, melakukan rekapitalisasi sebesar Rp32,2 triliun dalam bentuk obligasi
pemerintah. Sebagai bagian dari program estrukturisasi, di tahun yang sama PT Bank
PDFCI, sebuah BTO yang lain, melakukan merger yang kemudian mengubah nama
menjadi bagian dari Danamon. Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank
Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk, PT Bank Nusa
Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank International dan PT Bank Risjad
Salim Internasional) dilebur ke dalam Danamon. Sebagai bagian dari paket merger
tersebut, Danamon menerima program rekapitalisasinya yang ke dua dari Pemerintah
melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun. Sebagai surviving entity, Danamon
bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.
Akuisisi
Akuisisi adalah penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor membeli
sebagian saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga pengendalian manajemen perusahaan
yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan akuisitor, sementara kedua perusahaan masing-
masing tetap beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri. Berikut beberapa
perusahaan yang melakukan akuisisi:
a. Akuisisi BenQ terhadap Siemens.
Siemens merupakan sebuah produsen ponsel dari jerman yang didirikan pada 12
Oktober 1847 oleh Werner Von Siemens. Setelah sempat menjadi penguasa pasar
Eropa, kemudian pada tahun 2005 Siemens mengalami kerugian operasional sebesar
US$ 170 juta, setelah pangsa pasarnya terus mengalami penurunan. Saat ini, Siemens
hanya menguasai sekitar 5% pasar ponsel dunia, sangat jauh tertinggal dari Nokia
yang menguasai 30% pasar. Kerugian yang didapat tersebut kemudian memaksa
Siemens menjual saham pada BenQ yang kemudian BenQ akan menggunakan merek
Siemens dalam produknya selama lima tahun sebagai akibat dari perjanjian akuisisi
tersebut. Perusahaan Taiwan tersebut juga akan melakukan take over terhadap 6.000
pekerja namun hanya sebagai karyawan kontrak. Kalangan analis pasar modal
menilai, langkah Siemens untuk mengalihkan unit ponselnya ke BenQ melalui akuisisi
yang dilakukan BenQ adalah yang terbaik daripada meningkatkan dana tunai untuk
mempertahankan kestabilan bisnis. Dalam penutupan perdagangan di Bursa Efek
Frankfurt kemarin, saham Siemens naik EUR 1.19 atau 1,94 persen menjadi EUR
62,40
b. Akuisis PT. Semen Gresik dan Thang Long Cement
PT Semen Gresik Tbk (SMGR) melakukan akuisisi dengan perusahaan semen asal
Vietnam, Thang Long Cement.
c. Aqua yang diakuisisi Danone.
Aqua adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang diproduksi oleh
Aqua Golden Mississipi di Indonesia sejak tahun 1973. Pada tahun 1998, karena
ketatnya persaingan dan munculnya pesaing-pesaing baru, Lisa Tirto sebagai pemilik
Aqua Golden Mississipi sepeninggal ayahnya Tirto Utomo, menjual sahamnya kepada
Danone pada 4 September 1998. Akusisi tersebut dianggap tepat setelah beberapa cara
pengembangan tidak cukup kuat menyelamatkan Aqua dari ancaman pesaing baru.
Langkah ini berdampak pada peningkatan kualitas produk dan menempatkan AQUA
sebagai produsen air mineral dalam kemasan (AMDK) yang terbesar di Indonesia.
Pada tahun 2000, bertepatan dengan pergantian milenium, Aqua meluncurkan produk
berlabel Danone-Aqua. Pasca Akuisisi DANONE meningkatkan kepemilikan saham
di PT Tirta Investama dari 40 % menjadi 74 %, sehingga Danone kemudian menjadi
pemegang saham mayoritas Aqua Group.
d. PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris (PM)
Sampoerna tetap melakukan kegiatan operasionalnya sendiri di pabriknya yang ada di
Surabaya dan PM pun juga seperti itu. Tetapi Manajemen perusahaan Sampoerna
dikendalikan oleh PM sebagai konsekuensi dari akuisisi yang dilakukan. PM
mengganti Saham yang beredar Sampoerna dengan suatu harga dan menggantinya
dengan saham PM.
Konsolidasi
Konsolidasi adalah perusahaan yang bergabung dengan cara mendirikan perusahaan baru.
Berikut beberapa perusahaan yang melakukan konsolidasi adalah:
a. Konsolidasi Perusahaan Smartfren
Pada kuartal I/2010 PT Mobile-8 Telecom Tbk (Mobile-8) dan PT Smart Telecom
(Smart) berkonsolidasi dengan mengusung Smartfren. Mobile-8 Telecom Finance BV
(M-8 BV). M-8 BV didirikan pada tanggal 18 Juli 2007 awalnya beralamat di
Herengracht 450, 1017 CA Amsterdam, Belanda. Namun pada tanggal 1 September
2010, M-8 BV memindahkan pusat aktifitasnya ke Jalan 54 Clarendon Road, Watford
WD17, 1DU, London, Britania Raya. M-8 BV sepenuhnya dimiliki oleh PT Smartfren
Telecom Tbk. M-8 BV bergerak di bidang keuangan seperti mencari pendanaan,
pinjam dan meminjamkan modal, memberikan jasa konsultasi, dan hal-hal bersifat
industri finansial dan komersial lainnya.
b. BBD (Bank Bumi Daya), Bank Bapindo, Bank Dagang Negara, Bank Exim
melakukan konsolidasi dan berubah menjadi Bank Mandiri.
Keempat Bank tersebut mengalami kesulitan dalam mengentaskan permasalahan
rumah tangga perusahaanya saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Untuk
menghentikan usahanya yang selama ini mereka bangun pun merupakan hal yang
sayang untuk dilakukan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk dapat
melakukan protect terhadap kemungkinan yang terjadi akibat krisis adalah
bersatupadu dengan bank yang lain dengan melakukan kerjasama dalam bentuk
konsolidasi. Kerjasama dalam bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok
perusahaan yang mempunyai motif yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama
di masa akan datang. Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan
membuahkan bank yang menjadi salah satu bank besar di Indonesia yaitu Bank
Mandiri.
Jawaban :
Dampak positifnya antara lain:
1. Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara internal antar perusahaan
yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat me-manage risiko
likuiditas dengan lebih fleksibel.
2. Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan meningkat tetapi
tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam me-manage biaya akibat
bertambahnya skala usaha.
3. Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian dapat
memperbesar margin bunga pinjaman.