1
Steen Stender and Jørn Dyerberg, The influence of trans fatty acids on health Fourth
edition, (Danish:The Danish Nutrition Council, 2003 ), hlm.33
c. Peubahan posisi ikatan rangkap.
Perubahan ini terutama akan meningkatkan titik leleh, berarti mengubah
minyak cair menjadi lemak setengah padat yang sesuai dengan kebutuhan (O’Brien,
1998). Perubahan cis menjadi trans mulai terjadi pada temperature 180o dan
meningkat sebanding dengan kenaikan temperature. Produk biscuit, donat, dan
produk lain yang menggunakan lemak pelembut (shortening) akan menjadi sumber
TFA di dalam makanan sehari-hari (Sebedio and Chardigny, 1996;Oomen
et al., 2001; wardlaw and kessel, 2002).
Dan hal yang menarik pada sebuah jurnal penelitian didapatkan fakta
bahwa terdapat Minyak goreng segar merk L sudah mengandung asam lemak
trans sebesar 0,082 % b/b, yang diduga disebabkan oleh proses pemurnian
minyak (refinery oil) menggunakan suhu tinggi.2
2
Jurnal Kimiaterapan 2013, Vol. 1 No. 1: 17-31
jelantah yang dicampur dengan oli bekas kendaraan bermotor. Minyak jelantah
dan oli bekas dipanaskan di wadah yang berbeda hingga terbentuk lapisan cairan
bening dan endapan yang terpisah satu sama lain, kemudian dilakukan
penyaringan bagi masing-masing lapisan. Lalu dicampurkan ke dalamnya tepung
terigu dan mentega tanpa takaran hingga dihasilkan warna yang mendekati
minyak goring murni. Oli bekas yang sudah disaring kemudian ditambahkan ke
dalam minyak goreng dengan tujuan meningkatkan volume minyak goreng.
Terkadang juga dilakukan penambahan hidrogen peroksida.
Modal yang diperlukan sekitar Rp 6000 per liter dan dijual kembali
mendekati harga normalnya yaitu Rp 10.000 – 11.000 per liter. Minyak ini dapat
dijual dalam kemasan plastik per kilo maupun per jerigen. Dapat diperkirakan
keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan minyak goreng berbahaya
tersebut. Di lain sisi dapat diperkirakan pula besarnya masalah kesehatan yang
ditimbulkan akibat banyaknya masyarakat yang tertipu karena tidak bisa
membedakan minyak goreng murni dan minyak goreng berbahaya.
Selain itu ada hal unik lain yang berbahaya yaitu plastik bening yang
biasanya merupakan pembungkus minyak goreng ikut dimasukkan ke dalam
wajan bersama minyak goreng. Lalu dipanaskan bersama-sama hingga plastik
leleh dan bahan gorengan mentah digoreng. Setelah itu, gorengan siap disajikan.
Hasilnya, gorengan menjadi renyah, tahan lama, dan gurih. Pedagang yang
menggoreng dengan resep ini mengaku mendapat konsumen lebih banyak sejak
menerapkan teknik ini. Namun jangan tanya soal efeknya bagi kesehatan.
Menurut peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Ani Retno,
gorengan berplastik yang dikonsumsi dalam waktu lama sangat berpotensi
menyebabkan kanker.
Dari ketiga kasus tersebut baik yang menggunakan minyak goreng hasil
gorengan berkali-kali, mengoplos minyak goring, bahkan mencampurnya dengan
plastic dapat menyebabkan bertambahnya lemak trans dan kolesterol jahat dalam
makanan hasil penggorengan yang berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi.
4. Tanda-Tanda Penyimpangan Produk Pangan (fisik)
Terdapat beberapa tanda-tanda dari penyimpangan terhadap minyak
goreng tersebut. Pertama untuk minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali,
secara alami akan berubah warna menjadi cokelat dan berbau tengik. Kedua ciri-
ciri minyak goreng oplosan adalah berbau tengik, berwarna lebih gelap dari
minyak goreng asli, terdapat endapan di dasar minyak (berasal dari tepung terigu),
serta timbul buih dan berasap saat dipanaskan. Keanehan di atas tidak ditemukan
pada minyak goreng asli yang sehat. Ketiga minyak goreng yang digunakan untuk
menggoreng yang dicampur dengan plastic membuat Gorengan bisa jadi lebih
laku keras karena renyah dan gurih, dan biasanya lebih keras dari normalnya, juga
terdapat noda putih. Mungkin kita perlu lebih berhati-hati dan lebih teliti karena
tidak semua penjual gorengan melakukan perbuatan kreatif yang membahayakan
itu.
Berdasarkan ketiga kasus penyelewengan diatas lemak trans cenderung
meningkat setara dengan kenaikan temperaturnya, selain itu lemak trans pada
minyak goreng oplos ataupun yang ditambah plastic membuat kandungan lemak
trans pada minyak goreng lebih berbahaya daripada minyak goreng yang
digunakan secara normal, karena bahan kimia yang terkandung dalam plastic
maupun oli mengandung bahan kimia yang bersifat karsinogenik jika dikonsumi.
6. Deteksi Sederhana
Untuk mendeteksi adanya lemak trans dalam bahan makanan secara
sederhana tidak begitu sulit juga tidak begitu mudah, dikarenakan lemak trans
pada umumnya berbentuk semi padat. Sedangkan lemak trans yang terdapat
dalam makanan dapat kita amati dengan panca indera kita, amati ketika penjual
gorengan sedang menggoreng dagangannya, Jika terlihat minyak mengeluarkan
busa yang terlalu banyak, dicurigai bahwa minyak tersebut telah rusak dan
kurang layak dipakai. Demi kesehatan, pemakaian minyak goring diharapkan
tidak lebih dari empat kali periode penggorengan. Jika warna minyak sudah
3
Steen Stender and Jørn Dyerberg, The influence of trans fatty acids on health Fourth
edition, (Danish:The Danish Nutrition Council, 2003 ), hlm.30-31