Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MASYARAKAT MADANI
Syarat untuk mengikuti mata kuliah

Mata kuliah Pendidikan dan Kewarganegaraan


Nama Dosen : ‘Ashri Hidayati, S.H., M. Pd. I

Disusun oleh :
KELOMPOK 11
Tiara Kirana ( 2103 0802 16 1027)
Zainab Karbala (2103 0802 16 1065)
Eutik Masiroh ( 2103 0802 16 1032 )

FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah
tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya juga mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Masyarakat Madani” yang kita
harapkan yaitu mampu memperdalam tentang ciri – ciri masyarakat madani yang akan kami
sajikan berdasarkan dari informasi dari berbagai sumber.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
dari kekhilafan kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari rakan – rakan
saundara serta Dosen Pembimbing yang bersifat pembelajaran dan perbaikan agar kita dimasa
yang akan datang mendapat pengertian dan pemahaman lebih dari masyarakat madani.

Bandung, 27 September 2016


Penulis
PENDAHULUAN
BAB I

1.1 Latar Belakang


Masyarakat madani di prediksi yang berkembang di berbagai potensi seperti
budaya, adat istiadat, dan agama. Demikian pula, bangsa Indonesia di era reformasi ini
diarahkan untuk menuju masyarakat madani, untuk itu kehidupan manusia Indonesia
akan mendasarkan fundamental yang mana akan berbeda dengan kehidupan masyarakat
yang di era orde baru ini. Kenapa, karena dalam masyarakat madani yang dicita – citakan
dikatakan akan memungkinkan “terwujudnya kemandirian masyarakat, nilai – nilai
tertentu dalam kehidupan, terutama keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan
(plularisme)” serta takwa, jujur, dan taat hukum. Masyarakat madani mempunyai konsep
yang mana tuntunan baru yang memerlukan terobosan didalam bepikir, penyusupan
konsep baru, serta tindakan yang akan di ambil untuk kedepannya. Dengan kata lain
persiapan perubahan zaman masyarakat yang mana pradigma akan diperlukan sebagai
tuntutan, ini adalah kata filsuf Kuhn.
Dengan kemajuan era globalisasi ini diharapkan Indonesia sebagai bangsa
Indonesia dapat menjadi bangsa yang menyesuaikan dan berdiri sealiran dengan
kemajuan global, yang mana dapat menghindari perpecahan dan disintegritas. Disini juga
dibutuhkan sikap toleransi tinggi yang dimiliki masyarakat madani baik secara sosial
maupun politik menjadi pemersatu bangsa sehingga menjadi bangsa yang besar. Sikap
inilah yang diinginkan sebuah bangsa untuk generasi sekarang maupun yang akan datang.
Demi mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikkan telapak tangan,
namun memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing –
masing warga bangsa untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu
perjuangan yang gigih.
Selanjutnya peristiwa tentang masyarakat madani oleh banyak bangsa akan dikaji,
dikembangkan dan dieliminasi, sebagaimana realitas empiris yang dihadapi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, masalah yang akan kami bahas pada makalah ini antara
lain :

1. Pengertian masyarakat madani secara umum dan beberapa menurut para ahli.
2. Karakteristik dan ciri – ciri masyarakat madani
3. Peran sebagai bangsa Indonesia agar terwujudnya masyarakat madani

1.3 Tujuan
Berdasarkan dengan rumusan masalah, maka tujuan yang yang ingin
dicapai di makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah wawasan baru untuk mengetahui lebih mengenai teori masyarakat madani
dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan kita.
2. Mengetahui pengertian dan menerapkan karakteristik masyarakat madani di
kehidupan sehari – hari.
3. Sebagai media untuk mengungkapkan inspirasi agar kita dapat mengetahui sejauh
mana perkembangan masyarakat madani di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
Salah satu tema penting yang berkembang dalam kehidupan sosial politik dewasa ini
adalah keinginan untuk mewujudkan civil society. Di indonesia dan malaysia istilah ini sejak
beberapa tahun lalu dengan enak dicarikan padanannya dalam kosa kata melayu: “Masyarakat
Madani”. Istilah tersebut sebenarnya tidak murni berasal dari perbendaharaan kata rumpun
melayu. Secara jelas kata yang disebut terakhir adalah : “madani” merupakan istilah dari bahasa
arab “mudun”,atau “madaniyah”, yang mengandung arti peradaban. Dalam bahasa inggris
istilah tersebut mempunyai padanan makna dengan kata civilization. Secara terminologis
masyarakat madani menurut An-Naquib Al-Attas adalah “mujtama’ madani” atau masyarakat
kota. Secara etimologi mempunyai dua arti, Pertama, ‘masyarakat kota karena madani berasal
dari kata bahasa arab madinah yang berarti kota, dan kedua “masyarakat berperadaban” karena
madani berasal dari kata arab tamaddun atau madinah yang berarti peradaban, dengan demikian
masyrakat madani mengacu pada masyarakat yang beradab. Istilah masyarakat madani selain
mengacu pada konsep civil society juga berdasarkan pada konsep negara madinah yang dibangun
Nabi Muhammad saw pada tahun 622M.
Sebelumnya, apa yang dikenal sebagai kota madinah itu adalah daerah yang bernama
Yatsrib. Nabi-lah yang kemudian mengubah namanya menjadi Madinah, setelah hijrah ke kota
itu. Perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah pada hakikatnya adalah sebuah proklamasi untuk
mendirikan dan membangun masyarakat berperadaban di kota itu. Dasar-dasar masyarakat
madani inilah, yang tertuang dalam sebuah dokumen “Piagam Madinah” yang didalamnya
menyangkut antara lain wawasan kebebasan, terutama di bidang agama dan ekonomi, tanggung
jawab social dan politik, serta pertahanan, secara bersama.

Istilah masyarakat madani sering diartikan sebagai terjemahan dari civil society, tetapi
jika dilacak secara empirik istilah civil society adalah terjemahan dari istilah latin, civilis
societas, yang mula-mula dipakai oleh Cicero (seorang orator dan pujangga dari Roma),
pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil
disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik (Political Society) yang memiliki kode hukum
sebagai dasar hidup.

Kelompok-kelompok masyarakat tercipta tiada lain untuk terjadi integrasi dalam


membangun masyarakat yang berperadaban. Sementara itu secara filosofis Yusuf (1998)
memandang masyarakat madani membangun kehidupan masyarakat beradab yang ditegakkan di
atas akhlakul karimah, masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis dengan landasan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Kualitas manusia bertaqwa secara
essensial adalah manusia yang memelihara hubungan dengan Allah SWT dan hubungannya
dengan sesama manusia (habl min al-nas). Akhlakul karimah dapat terwujud manakala masing-
masing individu dan kelompok masyarakat terjadi saling membelajarkan atau berperan sebagai
pembawa kearah kebenaran yang digariskan oleh Allah. Karena Tuhan tidak akan merubah nasib
suatu kaum manakala mereka tidak berbuat ke arah perbaikan yang dikehendakinya.
BAB III
PEMBAHASAAN

3.1 Pengertian masyarakat madani


Masyarakat madani berasal dari Bahasa inggris yaitu civil society. Dari kata civil
akhirnya membentuk menjadi kata civilization yang berarti peradaban. Oleh karena itu, kata civil
society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota, yakni masyarakat yang telah
peradaban maju. Setiap anggota masyarakat madani tidak bisa ditekan, ditakut – takuti, diganggu
kebebasannya, dan sejenisnya.
Dalam kata lain, masyarakat madani dapat diartikan sebagai sebuah masyarakat
demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak – hak dan kewajiban dalam
menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan – kepentingannya.
Terdapat beberapa pendapat tentang masyarakat madani menurut para ahli itu sendiri,
yang mana kata civil society memiliki dua kalimat yang berbeda sementara, menurut mereka dua
kalimat ini mempunyai arti yang sama. Jadi disini lebih cenderung kepada pendapat yang
menyatakan bahwa masyarakat madani memiliki makna yang sama dengan civil society.
1. Lary Diamond (2013) menyatakan bahwa “masyarakat sipil atau civil society
memiliki kehidupan sosial terorganisasi yang terbuka, sukarela, lahir secara mandiri,
setidaknya berswadaya secara parsial, otonom dari negara, dan terikat dalam tatanan
legal atau seperangkat nilai bersama.

2. Anwar Ibrahim menyerukan bahwa masyarakat madani adalah sistem sosial yang
subur yang mana diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan perorangan dengan ketablitisan masyarakat.

3. Alexis De Torcqueville, masyarakat madani atau civil society adalah masyarakat


yang menempatkan kemandirian dan pluralitas sebagai asasnya yang utama, dan tidak
mengabaikan peran negara.

4. Thomas Paine berpendapat bahwa civil society adalah suatu ruangan dimana warga
negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan berikan peluang untuk memuaskan
kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan.

3.2 Karakeristik masyarakat madani


1. Free Public Share (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat mempunyai akses
penuh terhadap setiap kegiatan publik.
2. Democracy, persyaratan mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni. Ini
juga termasuk proses menerapkan prinsip – prinsip sehingga terwujudnya masyarakat
yang demokratis.
3. Tolerance sikap saling menghormati, menghargai perbedaan pendapat. Toleransi
bukan saja menghargai atas perbedaan pandangan sosial, dan politik, tapi juga menjadi
bagian terpenting pelaksanaan ajaran moral.
4. Pluralisme (kemajemukan) sikap yang menerima kenyataan masyarakat yang majemuk
disertai dengan sikap tulus, ini termasuk nilai positif dalam kehidupan.
5. social justice (keadilan sosial) adanya keseimbangan dan pembagian secara
proposional atas hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek
kehidupan sosial, ekonomi, politik,pengetahuan, perlengkapan, dan tanggung jawab
individu terhadap lingkungannya.
6. societies participation yang mana masyarakat benar – benar bersih dari intimidasi atau
penguasa pihak lain.
7. Supremasi hukum adalah upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.
Keadilan harus diposisikan secara netral yang mana setiap orang harus memiliki
kedudukan yang sama.

3.2.1 Ciri – ciri masyarakat madani


Berikut adalah penjelasan mengenai ciri-ciri masyarakat madani :

1. Menjunjung tinggi nilai


Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang dengan iman, ilmu, dan
tekhnologi. artinya masyarakat madani hidup berdasarkan aturan-aturan yang berlaku,
seperti nilai, norma, dan hukum. Ketaatan tersebut dilandaskan pada ilmu dan tekhnologi
yang telah dipelajari dan dikembangkannya beserta kekuatan iman atau keyakinannya
kepada Sang Maha Pencipta.

2. Memiliki perabadan yang tinggi


Sebagai makhluk yang memiliki keyakinan atau iman kepada Sang Maha Pencipta,
masyarakat madani telah membuktikan bahwa mereka merupakan manusia yang
memiliki peradaban, yaitu beradab atau bertata krama. Selain bertata krama terhadap
Tuhan, tentunya juga bertata krama pada sesama manusia.

3. Mengedepankan kesederajatan dan transparansi.


Ciri masyarakat madani dalam hal ini adalah mereka menganggap bahwa status mereka
sama, baik pria atau perempuan. Transparansi atau keterbukaan berarti mereka
menjalankan hidupnya harus dengan sikap jujur dan tidak perlu ada hal-hal yang harus
ditutupi sehingga menumbuhkan rasa saling percaya antar satu sama lain. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam masyarakat madani terdapat nuansa demokrasi, di mana
demokratisasi dapat diwujudkan dengan adanya fungsi lembaga swadaya masyarakat
(LSM) pers yang bebas, supremasi atau kekuasaan tertinggi dalam hukum, partai politik,
perguruan tinggi, dan toleransi.

Adapun ciri-ciri khusus dari masyarakat madani di Indonesia sebagaimana disampaikan


oleh Prof. Dr. M. A. S. Hikam, diantaranya:

1. Kesukarelaan (voluntary) – Kesukarelaan atau kemauan sendiri merupakan suatu sikap


yang dimiliki warga negara Indonesia dalam melakukan atau patuh akan sesuatu meski
tidak ada peraturan yang mewajibkannya untuk melakukan maupun mematuhinya.
Contohnya adalah mematuhi dan menghormati norma-norma masyarakat yang ada dalam
suatu wilayah, padahal norma-norma tersebut tidaklah tertulis dan tidak ada pula tuntutan
untuk mematuhinya. Namun masyarakat Indonesia tetap saja menjaga dan
melestarikannya sebagai sebuah tradisi dan peninggalan nenek moyang mereka.

2. Kemandirian yang tinggi terhadap Negara – Kemandirian di sini adalah sikap yang
tidak terlalu bergantung diri kepada negara. Namun bukan berarti juga bahwa
mengabaikan negara karena kemandirian tersebut. Artinya tidak mencanpuradukkan
antara masalah negara dan bukan masalah negara (pribadi atau kelompok).

3. Keswasembadaan (self-generating) – Swasembada artinya sebuah usaha untuk bisa


mencukupi kebutuhan sendiri. Sedemikian sehingga keswasembadaan merupakan hal-hal
terkait usaha untuk bisa mencukupi kebutuhan sendiri. Dalam artian masyarakat madani
di Indonesia memiliki ciri dan cara tersendiri mengenai usaha yang akan dilakukan untuk
bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.

4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama – Dalam hal ini berarti
masyarakat madani di Indonesia dalam menjalani aktivitas kehidupannya berlandaskan pada
nilai-nilai hukum yang telah disepakati bersama melalui para wakil-wakil masyarakat yang
duduk di tampuk pemerintahan. Terlebih lagi Indonesia memang merupakan salah satu
negara yang menganut paham negara hukum di dunia dalam menjalankan roda pemerintahan
sebagai suatu negara.

3.3 Peran bangsa Indonesia agar terwujudnya masyarakat madani


Indonesia adalah Negara yang ‘belum’ dapat membuat masyarakatnya yang madani.
Karena Indonesia memiliki beberapa kendala dalam mewujudkan masyarakat yang madani. Ada
beberapa contoh kendala belum terwujudnya masyarakat madani di Indonesia: Kualitas sumber
daya manusia yang belum memadai karena pendidikan Indonesia yang belum maju dan merata,
rendahnya tingkat pengetahuan dalam beberapa bidang, contohnya: bidang politik dan IPTEK.
Kondisi ekonomi yang belum membaik pasca krisis moneter pada tahun 1998. Kondisi sosial
politik yang belum putih pasca reformasi. Tingginya angka penganggur di Indonesia karena
kurangnya kemampuan dan lapangan pekerjaan yang terbatas. Serta Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) dalam skala yang besar.
Indonesia juga mempunyai kendala-kendala dalam mewujudkan masyarakat yang madani.
Pada saat ini Indonesia masih belum dapat melakukan keadilan dalam bermasyarakat, ini dipicu
oleh orang-orang penguasa (pemilik jabatan) dan memiliki uang yang dapat memperlakukan orang
yang statusnya lebih rendah sewenang-wenang. Contohnya: pengusuran rumah rakyat dengan
paksa. Kendala yang berikutnya adalah sikap dan mental warna negara yang acuh tak acuh dengan
kebijakan, hukum, nilai, dan norma yang berlaku saat ini. Yang terakhir adalah masih adanya sikap
pemimpin dan penyelenggara Negara yang mengedepankan budaya paternalistik, yang dimaksud
paternalistik adalah suatu sikap yang ditunjukkan dengan ketidakadilan gender yang memandang
derajat perempuan lebih rendah daripada derajad laki-laki, disini tidak ada kesetaraan derajat, serta
segala perilaku, sikap dan lainnya yang berpusat pada laki-laki.

Berikut adalah Upaya-upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi bangsa Indonesia
dalam mewujudkan masyarakat madani, antara lain:
1. Mengedepankan integrasi nasional. Kita sebagai warga Negara Indonesia harus
menjunjung tinggi nilai persatuan agar tidak terpecah belah. Negara kita memiliki
semboyan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Yang berarti kita harus menjadi
satu agar lebih kuat dalam mengahadapi masalah daripada terpecah-pecah membuat
kita menjadi lebih lemah dan membuat tidak kompak.
2. Mereformasi sistem politik yang ada di Indonesia.
Membangun masyarakat madani dengan basis yang kuat dalam demokratisasi. Masyarakat
madani mendorong adanya demokrasi di Indonesia. Salah satu contoh kegiatan demokrasi adalah
Pemilu. Dalam kegiatan ini masyarakat akan berparstisipasi dalam proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh Negara atupun Pemerintahan. Setelah itu, adanya civic
engagement, yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi sosial. Ini dapat menumbuhkan
sikap terbuka, percaya dan toleran terhadap antara satu dengan lainnya.
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 KESIMPULAN
Masyarakat madani adalah masyarakat yang bermoral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan individu dan stabilitas masyarakat, dimana masyarakat memiliki motivasi dan
inisiatif individual. Masyarakat madani merupakan suatu masyarakat ideal yang di dalamnya
hidup manusia – manusia partisipan yang masing – masing di akui sebagai warga dengan
kedudukan yang serba serta dan sama dengan soal pembagian hak dan kewajiban. Istilah madani
dapat diartikan sebagai adab atau beradab jadi masyarakat madani harus dapat menjadikan
sebuah motivasi terbaru untuk dapat membangun keterturan masyarakat yang sesuai dengan
tujuan hidup negara Indonesia.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka
kita sebagai generasi penerus dapat mengubah suatu perubahan yang signifikan. Selain itu juga
kita harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di
kehidupan bermasyarakat ini kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan di bab
II ialah mewujudkan peran kita sebagai bangsa Indonesia di masyarakat madani dengan landasan
ilmu pengetahuan civil social ini dan juga berpacu dengan Al quran dan Sunnah. Sebelumnya
kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan masyarakat madani itu, bagaimana cara
mengatasi solusi yang terjadi di masyarakat madani di Indonesia, dan masih banyak lagi.
Selain memahami masyarakat madani kita juga harus mengetahui potensi manusia yang
ada di masyarakat, khususnya Indonesia. Potensi yang ada di diri manusia sangat mendukung
kita untuk mendirikan masyarakat madani. Karena semakin besar potensinya semakin besar juga
hasil yang akan dihasilkan untuk individu dan kebersamaan. Oleh karena itu, marilah kita
berlomba – lomba demi mewujudkan dan mengembangkan potensi diri melalui latihan – latihan
dan praktek di lingkungan masyarakat.

4.2 SARAN
Setelah pemaparan penulisan tentang masyarakat madani tersebut, disarankan kepada
pembaca untuk mengambil ilmu dari pembuatan makalah ini, agar dapat membantu memberikan
nuansa keilmuan dan memperolah wawasan yang luas.
DAFTAR PUSTAKA

Sentrisna, Etno. 2013, http://etnosentrisna.blogspot.co.id/2013/09/multikultural-membangun-


masyarakat.html, diakses pada tanggal 27 September 2016.
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Azizi, A Qodri Abdillah. 2000. Masyarakat madani Antara Cita dan Fakta: Kajian Historis-
Normatif. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan
Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://guruppkn.com/ciri-ciri-masyarakat-madani
http://zainurexist.wordpress.com
http://qnet234.blogspot.co.id/2012/10/makalah-masyarakat-madani.html
https://id.scribd.com/doc/102326597/MAKALAH-MASYARAKAT-MADANI

Anda mungkin juga menyukai