Anda di halaman 1dari 15

6/1 (2018), 51-65

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra


Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior Superior
di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Amien Suharti1, Rokhim Sunandi2, Faizah Abdullah3
Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat
Email: amien.suharti@gmail.com, faizah.abdullah14@gmail.com

Diterima : 13 Februari 2017


Layak Terbit : 1 januari 2018

Abstrak
Keterbatasan intelektual merupakan ketidakmampuan yang ditandai dengan limitasi pada fungsi intelektual,
fungsi adaptif, dan terjadi sebelum usia 18 tahun. Tugas Akhir ini membahas tentang Ja berusia 19 tahun
dengan kondisi keterbatasan intelektual taraf sedang yang mengalami kesulitan dalam meningkatkan
kemampuan pada kebersihan mulut yaitu menyikat gigi. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui
penatalaksanaan okupasi terapi dalam meningkatkan kemampuan pasien untuk menjaga kebersihan mulut
dengan menyikat gigi menggunakan metode behavior modification. Data diperoleh dari wawancara,
pengamatan, pengkajian, dan penatalaksanaan okupasi terapi. Hasil menunjukan bahwa keefektifan dari
behavior modification akan lebih terlihat bila program dilakukan secara konsisiten.

Kata kunci: Okupasi terapi, keterbatasan intelektual, behavior modification, menyikat gigi

Abstract
Intellectual disability is a disabilities with limitaton in intellectual function, adaptive function, and the onset
must occur before the age of 18 years. This study focus on Ja 19 years old with moderate intellectual
disability that have difficulty in ability of oral hygiene is toothbrushing. The aim of the process of writing is
to find out how occupational therapy intervention in increase of patient skill to maintenance his oral
hygiene with toothbrushing using behavior modification. Data obtained from interviews, observation,
assessment, and occupational therapy intervention. The result show that the effectiveness of behavior
modification will be find out if the programs will be doing consistently.

Key words: Occupational therapy, intellectual disability, behavior modification, toothbrush

PENDAHULUAN kondisi dimana gerakan bahu menjadi terbatas .


Anggota gerak atas memiliki Frozen shoulder memiliki tingkatan kepararahan
keterlibatan yang sangat tinggi dalam semua yang bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai
aktifitas. Tangan dan lengan sebagai peran berat dan tingkatan keterbatasan seberapa besar
utama, sehingga bila ada gangguan tentu akan terhadap gerakan sendi glenohumeral. (Mound:
mengganggu mobilitas dan kegiatan manusia. 2012) Frozen shoulder menyerang 2% dari
Kegiatan dasar berupa gerak adalah kebutuhan polulasi antara usia 40-60 tahun, dan
dan tuntukan manusia terutama dalam era perbandingan jumlah kasus pada wanita lebih
globalisasi seperti sekarang. Seluruh aktifitas banyak. Prevalensi dari kasus frozen shoulder
yang dilakukan sehari-hari banyak bergantung diperkirakan 2-5% dari populasi general dan
terutama pada fungsi anggota gerak atas. resiko meningkat pada bahu yang tidak dominan.
American Shoulder dan Elbow Surgeons Studi mengatakan 40% pasien mengalami nyeri
mendefinisikan frozen shoulder sebagai kondisi sedang selama kurang lebih 2-3 tahun dan 15%
etiologi yang ditandai dengan keterbatasan yang dari kasus tersebut memiliki disabilitas jangka
signifikan dari gerak aktif dan pasif bahu yang panjang. (C, Hand et all.:2008)
terjadi karena kerusakan jaringan dalam. Banyak Untuk mengurangi dan membantu penanganan
fisioterapis percaya frozen shoulder termasuk masalah tersebut dibutuhkan peran fisioterapi
kondisi yang sulit untuk dipecahkan.(Varcin, L: sebagai tenaga medis. Berdasarkan
2013) PERMENKES RI No. 80 Tahun 2013 definisi
Frozen shoulder merupakan suatu fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan
yang ditujukan pada individu atau kelompok
52 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

untuk mengembangkan, memelihara, dan


memulihkan gerak dan/atau fungsi tubuh Anatomi dan Fisiologi Bahu
sepanjang daur kehidupan dan menggunakan Anatomi Bahu terdiri dari tulang, sendi,
penanganan secara manual, peningkatan gerak, ligamen, jaringan otot, dan biomekanik. Tulang
peralatan (fisik, electroterapeutis dan mekanis), scapula tulang berbentuk pipih yang terletak
pelatihan fungsi dan komunikasi. Elektro terapi pada aspek dorsal thoraks dan mempunyai tiga
yang digunakan pada kasus frozen shoulder proyeksi menonjol ke tulang belakang, akromion,
berupa: Infra Red Radiation, Ultra sound, TENS. dan coracoid. Scapula sebagai tempat melekat
Untuk penatalaksanaan selanjutnya dengan beberapa otot yang berfungsi menggerakkan
stretching, manipulasi, dan terapi latihan codman bahu secara kompleks. Empat otot rotator cuff
pendulum. (G, Dewanto: 2009) yang berorigo pada skapula (S, Lynn.: 2013).
Dengan latar belakang tersebut maka Otot-otot tersebut adalah supraspinatus,
penulis tertarik untuk mengangkat judul infraspinatus, teres minor dan subskapularis (K,
“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Stephen: 2015).
Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas Clavicula
Labrum Posterior Superior Di Rumah Sakit Tulang berbentuk “S” yang terhubung dengan
Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto” scapula pada sisi lateral dan manubrium pada
sisi medial. Menahan scapula untuk mencegah
Tinjauan Pustaka tulang humerus bergeser berlebih.
Frozen shoulder sebagai kondisi Humerus
etiologi yang ditandai dengan keterbatasan yang Terdiri dari caput humeri yang membuat
signifikan dari gerak aktif dan pasif bahu yang persendian dengan rongga glenoidalis scapula.
terjadi karena kerusakan jaringan dalam. (Varcin, Terdapat tuberositas mayor dibagian luar dan
L.: 2013) tuberositas minor dibagian dalam. Diantara
Frozen shoulder merupakan suatu keduatuberositas terdapat sulcus
kondisi dimana gerakan bahu menjadi terbatas. intertubercularis. Pada os humerus juga
Kondisi tingkat keparahan dapat bervariasi mulai terdapat tuberositas deltoid sebagi tempat
dari nyeri ringan sampai berat dan/atau seberapa melekatnya insertio otot deltoid. Pada bagian
parah keterbatasan gerak. (Mound: 2012) distal humerus terdapat epikondilus lateral dan
Frozen shoulder adalah kekauan pada medial.
sendi glenohumeral yang dihasilkan dari jaringan
non-kontraktil kecuali jika berdampingan dengan
lesi pada jaringan non-kontraktil. Gerakan aktif
atau pasif dapat menimbulkan nyeri dan
mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi.
Pada gerakan pasif mobilisasi terbatas pada pola
kapsuler yaitu eksrotasi lebih terbatas dari
abduksi lebih terbatas endorotasi. (C, Hand et
all.:2008)
Penyebab dari kasus frozen shoulder
belum diketahui dan penyebab pasti. Frozen Gambar 1. Tulang Pembentuk Shoulder
shoulder menyebabkan kapsul yang (Sumber:http://physioworks.com.au/Injuries
membungkus sendi bahu menjadi memendek dan Conditions/Regions/scapularhumerus)
mengerut dan terbentuk jaringan parut. Kondisi
ini dikenal sebagai adhesive capsulitis yang Sendi Sternoclavicular merupakan sendi
menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi sinovial yang menghubungkan ujung meidal
bahu sehingga lama-kelamaan bahu menjadi sulit clavicula dengan sternum dan tulang rusuk
untuk digerakkan. (C, Hand et all.:2008) pertama. Sendi ini memiliki fungsi dalam
Frozen shoulder menyerang sekitar 2% membantu pergerakkan gelang bahu.
dari populasi usia 40-60 tahun dan dengan Sendi cromioclavicular menghubungkan
perbandingan kasus pada wanita lebih banyak scapula da clavicula. Permukaan dari sendi
perbandingan jumlah kasus pada wanita lebih clavicularis merupakan cekung yang terletak di
banyak. Prevalensi dari kasus frozen shoulder acromion. (S, Lynn.: 2013).
diperkirakan 2-5% dari populasi general dan Sendi Glenohumeral, jenis sendi ball and socket
resiko meningkat pada bahu yang tidak dominan. dimana caput humeri yang berbentuk seperti bola
Studi mengatakan 40% pasien mengalami nyeri bersendi dengan cavitas glenoidalis yang
sedang selama kurang lebih 2-3 tahun dan 15% merupakan bagian dari os scapula. Sendi ini
dari kasus tersebut memiliki disabilitas jangka merupakan sendi paling mobile, namun salah satu
panjang. (C, Hand et all.:2008) sendi yang kurang stabil.
53 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

Scapulathoracic Articulation Tidak bisa


dikatakan murni salah satu persendian. Scapula
dan thorak tidak memiliki titik fiksasi.
Scapulathoraci articulation tidak bergerak
namun fleksibel terhadap gerakan tubuh .

Gambar 4. Coracohumeral Ligamen


(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and
Anatomy)

Glenoid labrum adalah sebuah cincin yang


tersusun dari jaringan fibrosa yang padat.
Kedalamannya rata-rata 2.5 mm, tapi labrum
dapat menambah kedalaman rongga artikular.
Walaupun labrum meningkatkan kedalaman
dan volume dari fossa glenoid, tetapi ini tidak
meningkatkan stabilitas dari sendi
glenohumeralsabuk fibrosa yang mengelilingi
tepi fossa glenoid.

Gambar 2. Sendi Penyusun Bahu


(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology
and Anatomy)

Ligamen Glenohumeral ligamen, memperkuat Gambar 5. Glenoid Labrum


bagian anterior dari kapsul. Bukan merupakan (sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and
fungsi ligamen yang baik tapi merupakan lipit Anatomy)
lipatan kapsul. (S, Lynn.: 2013).

Otot
Otot pembentuk pada shoulder joint sebagi
berikut:
M. Pectoralis Major
Origo: Medial clavicula ketiga.
Sternum, costal cartilago ribs keenam Insersio:
Sulcus intertubercularis lateral
Fungsi : Fleksi shoulder sampai 600 , adduksi
bahu dan rotasi internal humerus. (S, Lynn.:
2013).

Gambar 3. Glenohumeral ligamen anterior


view (sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology
and Anatomy)

Coracohumeral Ligamen
Menempel dari sisi lateral prosesus coracoid dan
mencakup tuberkulum mayor. Memperkuat
Gambar 6. M. Pectoralis Major
bagian atas kapsul sendi.
(Sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and
Anatomy)
M. Deltoideus
Origo : Anterior : Sepertiga antero
54 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

lateral clavicula. Medial: Lateral Tuberculus humeri. Fungsi : Medial rotasi (S,
Acromion Posterior: Inferior spina Lynn.: 2013).
scapula Insesio : Tuberositas humerus
Fungsi: Anterior : Fleksi, abduksi, rotasi Biomekanik
internal humerus. Medial: Abduksi humerus Gerakan arthokinematika
Posterior: Ekstensi, abduksi, rotasi ekternal Pada sendi glenohumeral gerakan
humeru fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi terjadi
karena rolling dan sliding caput humerus pada
fossa glenoid. Arah slide berlawana arah
dengan shaft humerus. Pada gerakkan fleksi
shoulder caput humerus slide ke arah posterior
dan inferior, pada gerakan ekstensi slide ke
arah anterior dan superior. (A, Charles
Rockwood:2009).
Gerakan osteokinematika
Gerakan fleksi yaitu pada bidang
sagital dengan axis pusat caput humeri. Otot
Gambar 7. M. Deltoideus
penggerak utama adalah m.deltoid anterior dan
sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and
Anatomy)M. Latisimus Dorsi m. Supraspinatus rentang 00-900, untuk
rentang 900-1800 dibantu oleh m. Pectoralis
Origo : Prosesus spinosus dari T7-L5 via mayor, m. Corachobracialis dan m. Biceps
dorsolumbar fascia, posterior sacrum, illium. brachii. (A, Charles Rockwood:2009). Gerakan
Insesio : Medial inter tuberositas humerus. ekstensi yaitu gerakan pada bidang sagital
Fungsi : Ekstensi, abduksi, internal rotasi menjahui posisi anatomis. Otot penggerak
humerus. (S, Lynn.: 2013). utama adalah m. Latissimus dorsi dan m. teres
mayor. Sedangkan pada gerakan hiper ekstensi,
fungsi m. Teres mayor digantikan m. Deltoid
posterior. Gerakan abduksi yaitu gerakan
menjahui midline tubuh. Bergerak pada bidang
frontal. Otot penggerak utama m. Pectoralis
mayor dan m. Latissimus dorsi. (A, Charles
Rockwood:2009). Gerakkan adduksi yaitu
Gambar 8. M. Latisimus Dorsi gerakkan lengan ke medial mendekati midline
(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and tubuh. Otot penggerak utama m. Pectoralis
Anatomy) mayor, m. Teres mayor, m. Latissimus dorsi.
(A, Charles Rockwood:2009).
M. Seratus Anterior Origo : Upper costae 1-9 Gerakan rotasi internal dengan arah
Insersio : Anterior medial scapula Fungsi : gerakan searah axis longitudinal yang
Protaksi dan upward scapula. (S, Lynn.: 2013). mendekati midline tubuh. Oto penggerak utama
m. Subscapularis, m. pectoralis mayor, m. teres
mayor, m. latissimus dorsi, m. Deltoid anterior.
(A, Charles Rockwood:2009). Gerakkan rotasi
ekternal adalah gerakan rotasi lengan searah
axis longitudinal yang menjahui midline tubuh.
Otot penggerak utama m. Infraspinatus, m.
Teres minor, m. Deltoid posterior. (A, Charles
Rockwood:2009).

Fisiologi Bahu
Ketidakstabilan bahu sering
Gambar 9. M. Seratus Anterior menyebabkan cedera karena pada glenohumeral
(sumber : S, Lynn. Clinical Kinesiology and caput humerus berartikulasi dengan glenoid
Anatomy) relatif datar. Maka gerakan bahu harus
memperhatikan posisi caput humerus terhadap
glenoid. Stabilitas dinamis dari rotator cuff yaitu
M. Levator Scapula m. Supraspinatus, m. Infraspinatus, m. Teres
Origo : Prosesus tranversus C1-C4 Insesio : minor, m. Subscapularis sebagai kontrol posisi
Medial atas spina scapula Fungsi : Elevasi dan untuk menjaga perpidahan berlebih caput
M. Subscapularis humerus. (A, Charles Rockwood:2009).
Origo : Fossa subscapularis scapula Insersio :
55 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

Etiologi Patofisiologi
Usia Pada frozen shoulder patofisiologinya
Kebanyakan kasus terjadi pada pasien dengan terjadi kekakuan pada capsul sendinya. Dimana
usia 40-60 tahun. bila terjadi gangguan pada kapsul sendinya maka
keterbatasan gerak yang terjadi adalah pola
Diabetes melitus kapsuler. Pola kapsuler pada bahu adalah external
Pasien denga riwayat diabtes melitus memiliki rotasi lebih terbatas daripada abduksi lebih
risiko lebih besar mengalami keterbatasan dalam terbatas dari internal rotasi. Salah satu gerakan
sendi, tidak hanya dibahu namun pada sendi yang terhambat adalah abduksi shoulder dimana
lainnya. Penggunaan insulin juga memperbesar pada gerakan abduksi tersebut terjadi gerakan
risko kekakuan sendi. (Z, Viale: 2014) atrhrokinematik berupa tranlasi ke kaudal.
Pola non-kapsular keterbatasan LGS
Operasi tidak hanya terjadi pada gerakan- gerakan
Kekakuan juga dapat terjadi pasca operasi. tertentu pada sendi bahu. Besar kemungkinan
Contoh umum termasuk diseksi aksila dan keterbatasan sendi dalam pola non-kapsular
diseksi leher, terutama diseksi aksila dengan digambarkan dengan aktualitas, dimana
kombinasi terapi radiasi. Frozen shoulder aktualitas merupakan derajat keluhan pada saat
digambarkan sebagai penghalang utnuk pemeriksaan dalam keadaan nyata yang
rehabilitasi setelah operasi kanker payudara. menunjukkan aktivitas dari proses patologis
Immobilisasi. Sejumlah besar rujukan untuk terjadi.
kekakuan bahu setelah masa istirahat yang sering Pada kasus frozen shoulder kapsul
direkomendasikan oleh dokter. artikularis glenohumeral mengalami perubahan :
mengalami synovitis atau peradangan maupun
Penyakit Diskus Cervical degenerasi pada cairan synovium pada sekitar
Degeneratif pada C5-C6 dan C6-C7 menjadi kapsul sendi dan mengakibatkan reaksi fibrosus,
faktor umum kekakuan bahu. Pasien dengan kontraktur ligamen coracohumeral, penebalan
radikulopati cervical dan sakit bahu mengalami ligamen superior glenohumeral, penebalan
kecenderungan kekakuan bahu. . ligamen superior glenohumeral, penebalan
ligamen inferior glenohumeral, peningkatakn
Gangguan Tyroid pada ressesus axilaris, dan pada kapsul sendi
Kondisi hipertiroid atau hipotiroid sering bagian posterior terjadi kontraktur sehingga yang
menyebabkan kondisi frozen shoulder bilateral. khas pada kasus frozen shoulder adalah pola
kapsuler. Perubahan patologi tersebut
Gangguan Paru dikarenakan rusaknya jaringan lokal berupa
Frozen shoulder juga sering terjadi pada pasien inflamasi pada membran sinovial dan kapsul
emfisema dan bronkitis kronis, tetapi hal tersebut sendi glenohumeral yang membuat formasi
tidak berkorelasi dengan keparahan atau durasi adhesive sehingga menyebabkan perlengketan
penyakit. pada kapsul sendi glenohumeral. Capsulitis
adhesiva memiliki 3 fase :
Gangguan Neoplastik Fase Freezing
Karsinoma bronkogenik dan tumor pada paru- Terjadi selama 2-9 bulan yaitu rasa nyeri pada
paru dapat menyebabkan frozen shoulder. bahu yang memburuk pada malam hari dan
Kondisi Neurologis semakin bertambahnya kekakuan otot sehingga
Insiden frozen shoulder pada pasien parkinson menyebabkan kehilangan fungsi gerak bahu.
secara signifikan lebih tinggi. Pasien dengan Fase Frozen
hemiplegi mengeluhkan nyeri bahu dan rentan Selama 4-12 bulan yang menyebabkan kesulitan
mengalami kekakuan sendi bahu. Sindrom dalam beraktifitas namun sakit mulai menurun
tangan dan bahu banyak terjadi pada pasien walaupun masih terdapat kekakuan otot.
stoke. Fase Thawing adalah masa pemulihan pada 2-
24 bulan fungsi bahu kemabali atau mendekati
Reaksi Terhadap Obat normal.32
Obat yang dikaitkan dengan timbulnya frozen
shoulder termasuk barbirute, flouroquinolones, Manifestasi Klinik
nelfinavir, dan isoniazid. Setelah pengobatan Manifestasi klinik dari kasus frozen shoulder
HIV dengan protease inhibitor. adalah
Genetika
Keturunan berpengaruh lebih dari 40% pada Nyeri
kasus frozen shoulder, namun tidak ditemukan Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
gen tertentu yang telah diidentifikasikan yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah
56 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

alasan utama seseorang untuk mencari bantuan rencana dan program Fisioterapi,mengevaluasi
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama perkembangan pasien serta mengetahui metode
banyak proses penyakit atau bersamaan dengan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
beberapa pemeriksaan diagnostik atau yang ada.
pengobatan. Anamnesis
1. Pemeriksaan
Nyeri Akut a. Pemeriksaan Umum:
Nyeri akut biasanya mulainya tiba- tiba dan
umumnya berkaitan dengan cedera spesifik.
(1) Cara Datang
Mandiri atau tidaknya saat pasien
Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan
datang untuk terapi serta pola jalan
atau cedera telah terjadi. Jika kerusakan tidak
pasien.
lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik,
nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan (2) Kesadaran
terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi Tingkat respon seseorang terhadap rangsangan
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari dari lingkungan. Pada saat pemeriksaan tingkat
satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut kesadaran pasien compos mentis. Dengan
dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung kesadaran normal, sadar sepenuhnya dan
dari beberapa detik hingga enam bulan. menanggapi rangsang dari luar.
i. Compos Mentis
Nyeri Kronik Kesadaran penuh, sadar sepenuhnya,
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau pasien dapat menjawab pertanyaan
intermiten yang menetap sepanjang suatu periode fisioterapis dengan baik.
waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu ii. Apatis
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak Keadaan dimana pasien terlihat
dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera mengantuk tetapi mudah dibangunkan
spesifik. Meski nyeri akut dapat menjadi signal dan reaksi penglihatan, pendengaran,
yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan serta perabaan normal.
sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya iii. Somnolen
menjadi masalah dengan sendirinya. Penurunan Kesadaran menurun, respon
Kekuatan Otot psikomotor lambat, mudah tertidur,
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya namun kesadaran dapat pulih bila
kesukaran mengangkat lengan dan pemeriksaan dirangsang (mudah dibangunkan)
tes khusus dengan pasien melakukan gerakkan dengan memberi jawaban verbal tetapi
konpensasi dengan shrugging mechanism. jatuh tertidur lagi bila rangsangan
Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS) berhenti.
Ditandai dengan adanya keterbatasan LGS iv. Delirium
glenohumeral pada semua gerakkan baik aktik Kesadaran menurun, peningkatan
atau pasif. Keterbatasan gerak menunjukkan pola aktivitas psikomotorik abnormal,
spesifik pola kapsular. gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-
Gangguan Aktivitas Fungsional teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Dengan beberapa adanya tanda dan gejala klinis
v. Sopor atau soporo coma
yang ditemukan pada pasien frozen shoulder
Keadaan seperti tertidur lelap. Refleks
seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS,
motoris terjadi hanya bila dirangsang
penurunan kekuatan otot maka secara langsung
nyeri.
akan memengaruhi aktifitas fungsional yang
dijalani. vi. Coma
Tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun
METODOLOGI PENELITIAN (respon kornea dan reflek muntah
tidak ada)
Assesment (3) Kooperatif / tidak kooperatif
Assessment merupakan proses pengumpulan data Penilaian yang dilakukan melalui
baik data pribadi maupun data pemeriksaan pemahaman pasien mengenai pertanyaan
pasien yang kemudian menjadi dasar dari yang diajukan.
penyusunan program terapi dan tujuan terapi
yang disesuaikan dengan kondisi pasien serta (4) Tensi atau Tekanan Darah
Istilah “tekanan darah” berarti tekanan
lingkungan sekitar pasien. Assessment dapat
pada pembuluh nadi dari peredaran darah
membantu Fisioterapi mengidentifikasi
sistemik didalam tubuh manusia.
pemasalahan yang ada. Hasil dari identifikasi
Dibedakan antara tekanan darah sistolik
pasien ini akan menjadi dasar untk menentukan
57 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

dan tekanan diastolik. Tekanan yang punggung tangan. Afebris berarti dalam kesan
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan batas normal, subfebris berarti demam yang
sistolik adalah tekanan darah pada saat tidak tinggi atau hangat, febris untuk
terjadi kontaksi otot jantung yang menyatakan kesan demam. Temperature
mendorong isi ventrikel masuk kedalam normal orang dewasa ada pada kisaran 36,5-
arteri yang telah merenggang. Tekanan 37,5oC. (Q, Wilburta:2009)
diastol adalah penggambaran tekanan
pada rentang di antara grafik denyut
jantung dan merupakan tekanan terendah b. Pemeriksaan Khusus
yang dicapai. Tekanan darah normal rata (1) Inspeksi
rata orang dewasa 120/80 mmHg (100/60 Suatu penilaian fisioterapis terhadap pasien
mmHg -140/90 mmHg). dengan observasi visual. Untuk
mendapatkan gambaran mulai pasien
(5) Nadi
Mengetahui denyut nadi dengan meraba arteri bagaimana datang. 18 Pemeriksaan
pada saat jantung memompa darah. Kecepatan meliputi:
denyut nadi berbeda setiap individu. i. Posture dan aligment
Pada orang dewasa rata-rata 72 kali per menit ii. Deformitas
(6) Respiratory Rate iii. Kontur tubuh
Kecepatan pernapasan diukur pada saat satu iv. Kontur jaringan lunak
kali periode inspirasi dan ekspirasi. Bernapas
secara normal diidentifikan dengan ekspirasi, v. Kesimetrisan tubuh
inpirasi, dan kemudian jeda sebelum ekspirasi vi. Warna dan tekstur kulit
kembali. Kecepatan normal pernapasan tiap vii. Luka atau tanda-tanda cidera
menit pada orang dewasa yaitu 12-20 viii. Tanda radang
kali/menit. ix. Ekspresi
(7) Status Gizi x. Pola gerakan abnormal
Penggolongan ukuran berat badan terhadap (2) Palpasi
tinggi badan menggunakan IMT (indeks masa Pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan
tubuh). Rumus menghitung dengan membagi dan penekanan beberapa bagian tubuh dengan
berat badan dalam kilogram dengan kuadrat menggunakan jari dan lengan. Untuk mendeteksi
tinggi badan dalam satuan meter, kg/m2. (Q, suhu tubuh, pergerakan, getaran, bentuk, ukuran
Wilburta:2009) rasa nyeri tekan, dan kelainan jaringan atau organ
tubuh. Palpasi merupakan tindakan untuk
Tabel 1. Klasifikasi IMT menegaskan hasil inspeksi yang tidak tampak.
Klasifikasi IMT (3) Gerak (Move)
(kg/m2) Pemeriksaan gerak dapat dilakukan dengan 3
Underweight < 18.50 cara Active Movement Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeriksaan gerak aktif yaitu
Severe < 16.00 dimana dan kapan nyeri muncul, gerakan yang
thinness meningkatkan rasa nyeri, pola gerakkan
Moderate 16.00 - kompensasi pasien dan ritme gerakan. Gerakan
thinnes 16.99 aktif yang terbatas mengidentifikasikan adanya
Mild thinnes 17.00 - masalah.
18.49
Normal 18.50 - i. Passive Movement
24.99 Semua gerakan dilakukan oleh terapis atau
Overweight pemeriksa. Dengan menggerakkan pasien
secara pasif dapat menentukan kondisi sendi
Pre-obesitas 25.00 -
hypo atau hyper mobility. Perlu diperhatikan
29.99
bagaimana end feel dari gerakan, nyeri serta
Obesitas
ROM yang dapat dicapai secara passieve.
Obesitas klas 30.00 – Penilaian nyeri dapat dilakukan dengan
I 34.99 pengukuran skala VAS serta menggunakan skala
Obesitas klas 35.00 – MMT untuk mengetahui kekuatan otot. Pada
II 39.99 pemeriksaan gerak, dilakukan pemeriksaan
Obesitas klas >= 40.00 Range of Motion (ROM) atau dikenal juga
III sebagai Lingkup Gerak Sendi.(LGS) Range Of
Suhu Motion adalah besarnya suatu gerakan yang
Pemeriksaan suhu badan bisa menggunakan terjadi pada suatu sendi. Posisi awal untuk
58 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

mengukur semua ROM kecuali rotasi shoulder pasien dalam test. Sedangkan faktor objektif
adalah posisi anatomis. Dalam menentukan adalah kemampuan pasien untuk memenuhi
ROM ada tiga sistem pencatatan yang bisa ROM atau melawan tahanan dan gravitasi.
digunakan yaitu yang pertama dengan sistem 0 – 3. Range Of Motion (ROM)
180 derajat, yang kedua dengan sistem 180 - 0 Merupakan pemeriksaan dasar untuk menilai
derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360 pergerakan dan mengidentifikasikan masalah
derajat. Dengan sistem pencatatan 0 - 180 gerak untuk intervensi. Ketika sendi bergerak
derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada dengan ROM yang full atau penuh, semua
pada posisi 0 derajat untuk gerakan fleksi, struktur dalam region sendi tersebut mulai dari
ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh otot, ligament, tulang dan fasia ikut terlibat di
dalam posisi anatomis. Posisi tubuh dimana dalamnya. Pengukuran ROM di lakukan dengan
sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara gonio untuk menilai ROM dalam derajat. Range
medial (internal) dan lateral (eksternal) rotasi dari otot berhubungan dengan fungsi dari otot itu
adalah 0 derajat untuk untuk ROM rotasi. ROM sendiri, tujuan dari pengukuran ROM adalah
dimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 untuk
derajat. Pada pemeriksaan ROM pasif struktur (1) Menentukan limitasi dari fungsi atau
unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapa sendi adanya potensi dari deformitas
ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga (2) Menentukan mana range yang harus di
yang dibatasi oleh ligamen, batasan gerak normal tingkatkan
yang lainnya adalah oleh ketegangan otot,
benturan permukaan sendi dan jaringan lunak.
(3) Menentukan apakah di perlukannya
penunjang atau alat bantu
Tipe setiap struktur yang membatasi ROM
mempunyai karakteristik dapat terasa dengan (4) Menegakkan pemeriksaan secara objektif.
pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di (5) Merekam peogressif atau regressif dari
rasakan melalui pemeriksaan pada akhir ROM kelainan sendi
pasif tersebut dinamakan end feel. Untuk
mengembangkan kemampuan dalam menentukan Tabel 2. Tabel Manual Muscle Test (MMT)
karakter dari end feel diperlukan latihan dan (Sumber : Worthingham, D., Otot Testing
sensitifitas. Menentukan end feel harus dilakukan thecniques of manual examination.)
secara perlahan dan teliti untuk merasakan akhir 0 Zero Tidak ada kontraksi otot sama
dari gerakan sendi dan untuk membedakan antara sekali (baik dilihat atau
normal end feel dan abnormal end feel. diraba)
ii. Active Ressisted Movement 1 Trace Kontraksi otot dapat terlihat/
Berkaitan untuk mengukur kekuatan otot. teraba tetapi tidak ada
Manual Mascle Testing (MMT) adalah suatu gerakan sendi
instrument untuk mengukur kekuatan otot dan
fungsi otot group. Derajat MMT dinilai dalam 2 Poor Ada kontraksi otot, dapat
angka 0-5. Derajat yang diberikan menggerakkan sendi secara
menggabungkan antara factor subjektif dana penuh, tidak melawan gravitasi
objektif. Faktor subektif adalah penilaian penguin 3 Fair Kontraksi otot, dapat
pada tahanan yang di berikan pada pasien dalam menggerakkan sendi dengan
test. Sedangkan factor objektif adalah penuh dan mampu melawan
kemampuan pasien untuk memenuhi ROM dan gravitasi
kemampuan untuk melawan tahanan atau 4 Good Kontraksi otot dengan sendi
gravitasi. (Magee, D.: 2006) penuh, mampu melawan
Dalam pemeriksaan gerak, aspek lain yang di gravitasi dengan tahanan
lihat adalah: minimal
1. VAS 5 Norma Kontraksi otot dengan gerakkan
Visual Analog Scale adalah skala yang l sendi penuh, mampu
digunakan untuk menentukan tingkatan nyeri. melawan gravitasi dan dengan
Pasien diminta mendeskripsikan rasa sakitnnya tahanan optimum
dengan menentukan nilai dari 1-10. Pasien dapat
dengan bebas mengekspresikan rasa nyeri yang Berdasarkan International Standart of
mereka rasakan. Measurement (ISOM) bidang gerak sendi dibagi
2. (Manual Mucle Test) MMT menjadi 4 yaitu sagital (S), frontal (F),
Derajat dari MMT di nilai dalam angka dari 0 transfersal (T), rotasi (R). Penulisan diawali
sampai dengan 5. Derajat yang diberikan dengan bidang gerak dilanjutkan dengan luas
menggambungkan antara faktor subjektif dan lingkup gerak sendi. Semua gerakan dituliskan
objektif. Faktor subjektif adalah penilaian dalam tiga angka dengan urutan luas lingkup
penguji pada tahanan yang di berikan pada gerak sendi yang menjahui tubuh, posisi awal
59 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

sendi, dan gerakkan yang mendekati tubuh. negatif. Apabila nyeri bertambah berat saat
Penulisan diawali dengan menuliskan bidang lengan mencapai 1800 maka mengindikasikan
gerak dimana gerakan terjadi. Kemudian masalah pada sendi acromioclavicular.
dilanjutkan dengan menuliskan luas lingkup
gerak sendi. Semua gerakan ditulis 3 angka iii. Hawkin-Kennedy Test
Berfungsi untuk mengetahui adanya impingment
dengan urutan ekstensi (dan semua gerakan
shoulder dari rotator cuff.
menjauhi tubuh) kemudian posisi awal (posisi
Pelaksanaan
netral/) menyusul gerakan fleksi (dan semua
Posisi Pasien : Posisi berdiri dengan shoulder
gerakan mendekati tubuh).
fleksi 900 dan rotasi medial full serta elbow pada
Posisi awal normal ditulis dengan 00 tapi dalam
kondisi tertentu akan berubab (dalam kondisi posisi fleksi 900
patologis). Posisi yang mengunci atau tidak Posisi Terapis : Didepan pasien lalu menyangga
dapat terjadi gerakan hanya ditulis dengan 2 lengan yang akan dites kemudian berikan
angka atau 3 angka, misalnya abduksi shoulder, dorongan ke bawah di bagian wrist pasien.
penulisannya; Hasil dinyatakan positif apabila adanya nyeri di
aspek anterolateral dari shoulder.
F 1800-00 atau f 1800-00-00.6

(4) Tes khusus iv. Yocum Test


Untuk mengetahui adanya impingmen pada
i. External rotation Lag Test rotator cuff. Pelaksanaan
Mengidentifikasi integritas dari otot Posisi Pasien : Duduk dengan tangan memegang
supraspinatus dan infraspinatus yang merupakan pundak satunya.
bagian dar rotator cuff. Posisi Terapis : Berdiri didepan pasien lalu
Pelaksanaan Posisi pasien : Berdiri dengan posisi menyanggg dan mengangkat siku pasien
shoulder rotasi lateral full, Fleksi elbow 900. semaksimal mungkin kearah kaudal.
Posisi terapis: Berdiri disamping pasien Hasil positif apabila timbul nyeri di area
kemudian terapis membantu memposisikan subacromial pada shoulder.
shoulder dalam rotasi lateral full serta
menginstruksikan pasienn untuk bertahan pada v. Speed Test
posisi tersebut dalam beberapa detik, kemudian Mengetahui patologi dari long head tendong
lepaskan lengan pasien. bicep brachii. Pelaksanaan
Positif apabila tidak mampu mempertahankan Posisi Pasien : Berdiri dengan shoulder pada posisi
posisi dan menjatuhkan lengan ke belakang atau netral, elbow ekstensi dan wrist spinasi.
kembali netral. Posisi Terapis : Diamping pasien dan intruksikan
pasien untuk fleksi shoulder 900 Kemudian
ii. Lift Off Test berikan tahanan pada wrist di akhir gerakan.
Mengetahui penebalan atau robeknya tendon Hasil positif apabila timbul nyeri pada area
subscapularis. Pelaksanaan Posisi Pasien : Posisi bicipital groove dari humerus.
berdiri, pasien meletakkan bagian punggung
tangganya di bagian pinggang belakang dan
menahan agar punggung tangan tidak menempel
vi. Yergason Test
Mengetahui patologi dari long head tendon
pada pinggang selama beberapa detik. Posisi
biceps brachii. PelaksanaanP osisi Pasien :
Terapis : Berdiri dibelakang pasien Hasil positif
Berdiri dengan shoulder pada posisi netral, elbow
apabila pasien tidak dapat menahan punggung
ekstensi dan wrist pronasi. Posisi Terapis :
tangannya untuk tidak menempel pinggang dan
Berdiri didepan pasien. Instruksikan pasien untuk
timbul rasa nyeri.
melakukan gerakkan supinasi dan berikan
tahanan. Hasil positif apabila terdapat nyeri pada
Painful Arch
area bicipital groove dari humerus.
Digunakan untuk membandingkan impingement
pada area subacromal dengan patologi sendi
acromioclavicular. vii. Empty Can Test
Pelaksanaan Identifikasi adanya kelemahan otot supraspinatus
Posisi Pasien: Berdiri, pasien secara aktif atau nyeri yang diakibatkan adanya impingemen
melakukan gerakan abduksi bahu maksimal. rotator cuff.
Posisi Terapis: Berdiri dibelakang pasien untuk Pelaksanaan
mengobesrvasi dan fiksasi gerakan bahu. Posisi Pasien : Berdiri dengan lengan fleksi
Positif apabila pasien mengeluhkan nyeri pada antara 400-700 dengan shoulder dalam posisi
lingkup gerak sendi 600-1200. Nyeri diluar internal rotasi. Elbow ekstensi dan wrist pronasi
jangkauan tersebut mengindikasikan hasil full.
Posisi Terapi : Stabilisasi pada shoulder dan
60 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

handling pada wrist. Terapis memberikan


dorongan kearah adduksi. Pasien melawan b. Tujuan
tahanan. Hasil positif apabila timbul nyeri pada (1) Tujuan Jangka Pendek
aspek anterolateral shoulder, mengindikasikan Tujuan jangka pendek dibuat berdasarkan
robeknya rotator cuff, terutama tendon prioritas masalah yang utama sesuai dari hasil
supraspinatus. pemeriksaan dan mengacu pada keluhan utama
diagnosa fisioterapi.
viii. Infraspinatus Test (2) Tujuan Jangka Panjang
Identifikasi integritas dari rotasi lateral shoulder. Tujuan yang dibuat berdasarkan prioritas
Pelaksanaan masalah, tetapi bukan masalah utama atau segera.
Posisi Pasien : Beridiri dengan shoulder sedikit Tujuan jangka panjang harus sesuai realistis
fleksi dan elbow fleksi 90 sesuai dengan patologi dan kondisi pasien.
Posisi Terapis : Didepan pasien dengan
memberikan dorongan ke arah medial pada
bagian wrist dan pasien diminta untuk melawan
c. Metode pemberian fisioterapi
Merupakan program fisioterapi yang diberikan
tahanan. Hasil positif apabila ketidakmampuan
sesuai dengan kondisi pasien sesuai dengan
menahan tahanan yang diberikan dan timbul
masalah fisioterapi, termasuk jenis latihan,
nyeri.
metode latihan, intensitas, durasi, frekuensi, dan
keterangan.
1. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan
Penunjang
Membantu menegakkan diagnosa dengan hasil d. Uraian Tindakan Fisioterapi
lab dan pemeriksaan khusus. Uraian tindakan Fisioterapi merupakan
implementasi metode pemberian Fisioterapi dari
1). Ultrasonografi (USG). Menggunakan permasalahan yang muncul pada pemeriksaan.
gelombang suara untuk memvisualisasi struktur
Uraian merupakan penjabaran dari metode
internal untuk memeriksa cedera pada ligamen,
tekhnologi fisioterapi yang sudah tersusun sesuai
tendon, dan otot.
rencana jangka pendek dan jangka panjang
2). Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan sebagai berikut :
gelombang radio dan medan magnet untuk
menggambarkan jaringan dalam tubuh.

2. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan PEMBAHASAN


Prioritas
Urutan masalah didapatkan dari hasil Dalam laporan kasus ini berdasarkan data yang
pemeriksaan fisik baik pemeriksaan umum diperoleh dari Os, dikeluhkan adanya nyeri pada
maupun pemeriksaan khusus dan juga keluhan bahu kiri dan mengalami kesulitan saat
dari pasien itu sendiri. mengangkat lengan ke atas. Nyeri pertama kali
pada bulan November 2015 saat Os melakukan
3. Diagnosis pull-up pada sesi latihan dan merasakan nyeri
Berdasarkan International Classification of hebat saat itu. Lengan kiri terasa kurang
Functional (ICF) yang terdiri dari impairment, bertenaga dan Os tidak bisa melanjutkan pull-up.
functional limitation, dan participation Setelah pulang Os langsung pergi ke tukang pijat
restriction. dekat rumah karena hanya dianggap tidak terlalu
a. Impairment parah. Pada saat pertama diurut Os tetap tidak
Ketidaknormalan anatomi, fisiologi organ atau merasa ada perubahan dan rasa nyeri sedikit
sistem organ dalam tubuh. bertambah, maka setelah seminggu Os
b. Functional Limitation melakukan pijat lagi dan justru bahu menjadi
Ketidakmampuan dalam melakukan suatu bengkak dan bertambah sakit. Setelah tidak
aktifitas secara fungsional yang normal. bengkak pada bulan Desember 2015 awal Os
c. Participation Restriction melanjutkan pijat sampai lima kali pijat dengan
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dengan rentangan 3 hari. Os tetap merasa rasa nyeri tidak
lingkungan. berkurang, dan tidak melanjutkan pijat lagi.
Tanggal 5 Januari 2016 Os berobat ke Puskesmas
4. Program Pelaksanaan Fisioterapi Polkes Induk Tangerang, dokter menyatakan
a. Pengumpulan data fisioterapi dari Dokter dengan suspek disposisi of art humero-clavikula.
Rehabilitasi Medik Merupakan program yang Di puskesmas tidak dilakukan tindakan dan
disusuan oleh Dokter Rehabilitasi Medik yang dirujuk ke Rumah Sakit An-Nisa Tangerang.
ditujukan kepada fisioterapis dalam rangka Dalam waktu 2 minggu Os hanya diperiksa saja
intervensi pasien. oleh dokter dengan diagnosis awal bicep
tendinitis dan digerakkan bahu beserta
61 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

lengannya, selama di Rumah Sakit An-Nisa Yergason Test (Negatif)


Tangerang tidak menggunakan alat. Karena Os Empty Can Test (Positif)
tidak merasa puas dengan pelayanan dan tidak
membaik maka Os meminta dirujuk ke Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan
Soebroto. Tanggal 25 Januari dilakukan Prioritas
pemeriksaan MRI, 26 Januari konsul ke bagian Nyeri gerak pada fleksi, ekstensi, abduksi,
pelayanan fisik dan rehabilitasi dilanjutkan terapi adduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi
sejak 27 Januari 2016. shoulder.
Dari hasil assesment dan pemeriksaan yang telah Nyeri tekan pada bagian posterior shoulder
dilakukan dapat diketahui permasalahan Spasme pada m. Uppertrapesiuz, m. Deltoid
fisioterapi yaitu : posterior shoulder sinistra.
1. Nyeri gerak pada fleksi, ekstensi, abduksi, Keterbatasan ROM fleksi, abduksi, rotasi
adduksi, dan rotasi eksternal shoulder internal dan rotasi eksternal shoulder sinistra.
sinistra. DIAGNOSA FISIOTERAPI
2. Spasme m. Uppertrapesiuz, m. Deltoid 1. Impairment
posterior. Nyeri gerak fleksi, ekstensi, abduksi,
3. Keterbatasan ROM fleksi, abduksi, dan adduksi, rotasi ekternal shoulder sinistra,
rotasi eksternal shoulder sinistra. nyeri tekan pada deltoid lateral, spasme m.
Uppertrapesiuz sinistra, spasme m. Deltoid
4. Gangguan ADL saat memakai pakaian, dan posterior keterbatasan ROM fleksi, abduksi,
mengangkat lengan ke atas.
rotasi internal dan rotasi eksternal shoulder
sinistra.
Tabel 3 Pemeriksaan ROM Shoulder Sinistra
2. Functional Limitation
Regio Bidang ROM ROM ROM Gangguan saat menggerakkan lengan untuk
Gerak Aktif Pasif mengambil barang, gangguan saat
Shoulder Frontal mengendarai kendaraan sepeda motor,
180 - 75 -0 - 900-00-
0 0 0
menyetir mobil dan memakai pakaian
Sinistra
00-450 450 450 3. Partisipasi restriktif
Sagital OS tidak melakukan latihan fisik bersama
450-00- 450-00- 450-00-
selama di asrama dan apel rutin.
1800 800 850
Horisontal 700-00- 300-00- 450-00- Tabel 5 Metode Pemberian Fisioterapi
NO JENIS METODA DOSIS KETERA
900 60 600 NGAN
1 Modalitas Infra Red F: 2x / Untuk
Tabel 4 Pemeriksaan MMT dan Nilai VAS minggu
Shoulder Sinistra I : Jarak melancar
antar lampu kan
Jenis MMT Nilai Nyeri dan area sirkulasi darah
Regio (VAS)
Gerakan terapi 35-
Dx Sin Dx Sin 42
Abduksi 5 3 0 6 cm ke jaringan
Adduksi 5 3 0 5
Fleksi 5 3 0 6 P: 150 Watt shoulder,
Ekstensi 5 4 0 3 D: 15 rileksasi
Shoulder
Rotasi 5 3 0 5 Menit otot
Eksternal Ultra F: 2x / Untuk
Sound minggu membant
Rotasi 5 3 0 5
I: 1,2 u
Internal
W/cm2
D: 10 regeneras
Menit i
Tes Khusus
Eksternal Rotation Lag Test (Negatif) jaringan
Paintful Arch (Negatif)
Yocum Test (Negatif)
Speed Test (Negatif)
Lift Off Test (Positif)
62 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

TENS F: 2x/ Untuk - Setelah selesai evaluasi sesaat apakah


minggu I: menguran terdapat eritema.
28 mA gi nyeri - Rapikan alat kembali.
D: 15
Menit
b. Massage regio m. Uppertrapesiuz sinistra
Posisi OS : Duduk dipinggir
2 Terapi Massage F : 2x/ Untuk bed
Manipula m.deltoid minggu I : menguran Posisi terapis :Disamping OS
si dan m. 8x repitisi gi spasme Aplikasi : Oleskan massage lotion pada area
Uppertrap T : 5 Menit m.Uppertrapesiuz dextra, menggunakan
esiuz teknik stroking, efflourage, dan friction
dengan waktu 5 menit, setelah selesai
bersihkan.
Traksi-
osilasi F : 2x/ Untuk c. Traksi-osilasi shoulder
shoulder minggu I : meningka Posisi OS :
8x repitisi tkan Tidur telentang di bed Posisi terapis : Disisi
T : 5 Menit ROM kanan os
shoulder Aplikasi : Posisi shoulder MLPP, handling pada
axila dan proksimal humeru, terapis
3 Terapi Free F : 2x/ Untuk menggerakkan ke arah latero-ventro-cranial
Latihan Active dan minggu I : memeliha dengan irama 2-3 cycles dengan waktu 5-10
Pasif 8x repitisi ra dan detik. Pengulangan 3x repitisi.
ROM T : 5 Menit meningka
tkan
Aktif F : 2x/ ROM
2. Program untuk di rumah
Stretching minggu Shoulder a. Pasien diminta melakukan kompres hangat ±
Codman I : 8x 15 menit pada bahu yang sakit untuk
Pendulum repitisi T : mengurangi rasa nyeri yang timbul.
5 Menit b. Pasien dianjurkan agar tetap meggunakan
lengannya dalam batas toleransi pasien
Uraian Tindakan Fisioterapi untuk menghindari posisi immobilisasi yang
Infra Red Posisi OS : Miring ke arah lama yang dapat memperburuk kondisi
kanan Posisi terapis : disamping os Aplikasi :- frozen shoulder.
Persiapan alat c. Latihan sesuai metode codman pendular
- Pastikan kabel dalam kondisi baik tidak exercise di rumah dengan beban minimal
terkelupas. dan dapat ditambah secara bertahap;
- Hubungkan alat dengan steker listrik. d. Edukasi pasien untuk latihan stretching.
- Pastikan alat bekerja dengan baik. e. Menghindari posisi menetap yang lama yang
- Letakkan alat sesuai bed dan area yang akan dapat memicu rasa nyeri.
diterapi. f. Menghindari mengangkat benda berat.
- Persiapan os
- Posisikan os dengan nyaman dan rileks.
- Bebaskan area yang diterapi dari pakaian, Tabel 6 Pemeriksaan ROM Shoulder Sinistra
benda logam dan lap dengan handuk apabila Regio Bidang ROM ROM ROM
berkeringat. Gerak Aktif Pasif
- Inform consent mengenai nama, tujuan dan Shoulder Frontal 1800- 750-00- 900-00-
cara kerja alat. Sinistra
- Cek sensitibilitas area yang akan diterapi. 00-450 450 450
- Aplikasi Sagital 450-00- 450-00- 450-00-
- Atur jarak antara lampu infra red dengan 1800 800 850
area terapi. Horisontal 700-00- 300-00- 450-00-
- Terangkan kepada os bagaimana sensasi
yang akan timbul. 900 600 600
- Mintalah pasien untuk memberi tahu apabila
tidak nyaman atau terlalu panas. A : Gangguan gerak dan fungsi terkait adanya
- Nyalakan alat dan atur waktu terapi 15 nyeri gerak fleksi, abduksi, rotasi eksternal
menit. shoulder sinistra, spasme m. Uppertrapesiuz
- Selalu perhatikan kondisi area terapi, apabila sinistra, m. Deltoid posterior karena frozen
berkeringat segera dilap dengan handuk. shoulder sinistra.
63 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

P : Nyeri gerak berkurang. P : Nyeri gerak berkurang.


Spasme m. Uppertrapesiuz .dan m. Deltoid Spasme m. Uppertrapesiuz .dan m. Deltoid
posterior berkurang. ROM shoulder sinistra posterior berkurang. ROM shoulder sinistra
meningkat. meningkat.
FT : TENS 32 mA
IRR 15 Menit Ultra sound Massage
Manipulasi traksi-osilasi Tabel 9. Pemeriksaan ROM Shoulder Sinistra
Evaluasi Tanggal 17 Februari 2016 Regio Bidang ROM ROM ROM
S: Bahu terasa nyeri saat digerakkan dan saat Gerak Aktif Pasif
mengangkat lengan keatas. O : Shoulder Frontal 1800- 1050-00- 1150-00-
Sinistra
Tabel 7. Pemeriksaan ROM Shoulder Sinistra 00-450 450 450
Regio Bidang ROM ROM ROM Sagital 450-00- 450-00- 450-00-
Gerak Aktif Pasif
Shoulder Frontal 1800- 900-00- 1100-00- 1800 900 1000
Sinistra Horisontal 700-00- 450-00- 600-00-
00-450 450 450
Sagital 900 600 600
450-00- 450-00- 450-00-
1800 900 1000 A : Gangguan gerak dan fungsi terkait adanya
Horisontal 700-00- 350-00- 450-00- nyeri gerak fleksi, abduksi, rotasi eksternal
shoulder sinistra, spasme m. Uppertrapesiuz
900 600 600 sinistra, m. Deltoid posterior karena frozen
shoulder sinistra.
A : Gangguan gerak dan fungsi terkait adanya P : Nyeri gerak berkurang.
nyeri gerak fleksi, abduksi, rotasi eksternal Spasme m. Uppertrapesiuz .dan m. Deltoid
shoulder sinistra, spasme m. Uppertrapesiuz posterior berkurang. ROM shoulder sinistra
sinistra, m. Deltoid posterior karena frozen meningkat.
shoulder sinistra. Penanganan yang diberikan bertujuan
P : Nyeri gerak berkurang. untuk mengurangi nyeri dan spasme serta
Spasme m. Uppertrapesiuz .dan m. Deltoid meningkatkan ROM gerak fleksi, abduksi, dan
posterior berkurang. ROM shoulder sinistra rotasi eksternal.Penanganan yang diberikan pada
meningkat. kondisi pasien bertujuan untuk mengurangi nyeri
FT : TENS 20,5 mA dan spasme serta meningkatkan ROM gerak
IRR 15 Menit Ultra sound Massage bahu. Dengan berkurangnya nyeri dan spasme
Manipulasi traksi-osilasi diharapkan pasien dapat mengatasi gangguan dan
1. Evaluasi Tanggal 22 Februari 2016 FT : meningkatkan ADL. Teknik manipulasi yang
TENS 23 mA diberikan berupa massage dan traksi osilasi,
Tidak dilakukan evaluasi dan terapi hanya terapi latihan dengan ROM excercise, dan pasien
menggunakan modalitas TENS dapat melaksanakan home programe berupa
2. Evaluasi Tanggal 29 Februari 2016 stretching, metode pendulum yang akan
S: Bahu terasa nyeri saat digerakkan dan saat dievaluasi setiap pasien kembali dilakukan
mengangkat lengan keatas. O : terapi. Dengan penerapan panatalaksanaan
fisioterapi terhadap pasien Tn. R adanya
Tabel 8 Pemeriksaan ROM Shoulder Sinistra peningkatan pada evaluasi terakhir dibandingkan
Regio Bidang ROM ROM ROM dengan evaluasi pertama.
Gerak Aktif Pasif Sesuai dengan efek bilogis pada ultrasound
Shoulder Frontal 1800- 900-00- 1000-00- dalam dasar-dasar fisioterapi pada cidera
Sinistra olahraga yaitu, meningkatkan sirkulasi darah,
00-450 450 450 mengurangi nyeri dengan pengaruh venous dan
Sagital lymphatic, rileksasi otot, meningkatkan
450-00- 750-00- 900-00- kemampuan regenerasi jaringan dan juga
1800 450 450 pengaplikasian TENS dengan intensitas
Horisontal 700-00- 350-00- 500-00- komfortabel akan mengaktifkan serabut saraf
tipe Aά dan Aβ yang selanjutnya memfasilitasi
900 600 600 interneuron substansia gelatinosa sehingga nyeri
A : Gangguan gerak dan fungsi terkait adanya akan diblokir. Dalam evaluasi terakhir nilai nyeri
nyeri gerak fleksi, abduksi, rotasi eksternal VAS menurun 1-2.
shoulder sinistra, spasme m. Uppertrapesiuz Pada saat traksi terjadi pelepasan abnormal
sinistra, m. Deltoid posterior karena frozen crosslink pada sendi dan terjadi pengurangan
shoulder sinistra. viskositas cairan sendi glenohumeral. Gerakkan
64 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

aktif pada lingkup gerak sendi mempunyai efek Bickley. 2012. Fundamental of the Physical
antara lain untuk memelihara elastisitas dan Therapy Examination: Patient Interview
kontraksi otot, memberikan efek sensasi balik and Test. Indiana: Jones and Bartlet
dari kontraksi otot serta stimulus pada tulang dan Publisher.
sendi, meningkatkan sirkulasi darah dan C, Cael. Functional Anatomi. Philadelphia.
melepaskan perlengketan intraseluler kapsul Wolters Kluwer Lippincott Williams &
ligamen sendi glenohumeral. Wilkins : 2010
Hal tersebut sesuai berdasarkan jurnal dari C, Hand et all. Long-Term Outcome Of Frozen
Ellswort, Michael Mullaney, et all. Shoulder. J Shoulder Elbow Surg 2008;
Electrimiografi of Selected Shoulder 321
Musculature During Un-Weight and Weight Cael Christy.2010.Functional anatomy:
Pendulum Excercise, kombinasi terapi musculoskeletal anatomy, kinesiology,
ultrasound dan traksi bahu ke arah kaudal sama and palpation for manual therapists.
efektifnya dengan kombinasi terapi ultrasound Philadelphia: Lippincott Williams &
dan latihan Pendulum Codman terhadap Wilkins.
penurunan nyeri dan peningkatan lingkup gerak D. Richard et all. Neuro-Musculoskeletal
sendi sehingga berdampak meningkatnya Clinical Test. Philadeplhia : Elsevier ;
kemampuan aktivitas fungsional. 2009
Darlene dan Kessler.Management of common
KESIMPULAN musculoskeletal disolder: Physical
Frozen shoulder merupakan suatu kondisi Therapy Principles And Methodes, Edisi
dimana gerakan bahu menjadi terbatas. Tingkat ke empat. Washington: Lippin Cott
keparahan bervariasi mulai dari nyeri ringan Willians dan Wilkins; 2005.
sampai nyeri berat atau seberapa besar Ellsworth, Abigail A., Michael Mullaney.,
keterbatasan lingkup gerak sendi Frozen Timothy F. Tyler., Malacy Mchugh.,
shoulder menyebabkan kapsul yang Stephen Nicholas. 2006. Elctromiografi of
membungkus sendi bahu menjadi mengkerut, Selected Shoulder Musculature During
dan terbentuk jaringan parut sehingga Un-Weight and Weight Pendulum
menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi Exercise. Sport PHYSTHER. 1 (2) : 73-
bahu sehingga akan memengaruhi gerakan bahu 79
dan sulit digerakkan G, Dewanto. Panduan Praktik Diagnosa dan
Problem fisioterapi pada kasus frozen shoulder Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta :
yaitu nyeri, keterbatasan ROM pada sendi bahu, EGG; 2009
spasme otot, serta gangguan aktifitas fungsional. Gunawan, L. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.
Intervensi yang diberikan berupa modalitas IRR, Jakarta: Kanisius; 2007
US, TENS, terapi manipulasi berupa massage J, Rockwood. The Shoulder Fourth Edition.
dan traksi, serta terapi latihan ROM excercise, Minnesota: Saunders; 2008
aktif stretching, codman pendulum. Dari hasil K, Stephen. Shoulder Joint Anatomy. 2015.
evaluasi yang didapatkan pasien mengalami http://emedicine.medscape.com/article/18
kenaikan serta penurunan grafik VAS, ROM 99211-overview#showall Diunduh
gerak shoulder dan spasme m. Upper trapeszius tanggal 17 Mei 2016.
sinistra. Kishner, C. Therapeutic Excercise. Philadelphia.
Davis Company: 2007
DAFTAR PUSTAKA Low John & Reed Ann, “Electrotherapy
Explained”, 3rd edition, Butterworth-
A, Charles Rockwood. The Shoulder Fourth Heinemann, Oxford, 2000.
Edition. China : Saunders; 2009 Magee, D. (2006). orthopaedic Physical
An. Tens Sebagai salah satu metode untuk Assesment. Canada: Elsevier,2006
mengurangi nyeri paca operasi. Magee, D. (2006). orthopaedic Physical
http://www.rssantoyusup.com/tens- Assesment. Canada: Elsevier,2006
sebagai-salah-satu-metode- untuk- Mound. A Systematic Review And Cost-
mengurangi-nyeri-pasca-operasi/ diakses Effectiveness Analysis : Management of
tanggal 20 April 2016 Frozen Shoulder. Vol 16; 2012
Arovah, NI. Dasar-dasar fisioterapi pada cedera Mudatsir. Pelatihan Fisioterapi Terapi
olahraga. Yogyakarta; 2010. Manipulasi Ekstrimitas. Surakarta : 2006
Astrand, PO., Rodahl, K., Dahl, HA. and Pearce, E. C, Anatomi dan Fisiologi untuk
Stromme, S. Textbook of work Paramedis. jakarta: Gramedia, 2011
physiology: physiological bases of Q, Wilburta. Medical Assisting. USA : Delmar ;
exercise. United States: Human Kinetic; 2009. Hal. 573
2003. Riadi,Muchlisin. Pengertian, klasifikasi, Faktor
65 Amien Suharti et al (Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas
Labrum Posterior Superior)

dan Pengukuran Nyeri


http://www.kajianpustaka.com/2013/07/p
engetian-klasifikasi-faktor- dan.html
diakses tanggal 15 November 2015
S, Lynn. Clinical Kinesiology and Anatomy.
Phladelphia : F.A Davis Company ; 2011
Varcin, L. Unlocking Frozen Shoulder New
Paradigm of Treatment. Balboa : 2013
Warta, I Nyoman. Penambahan Codman
Pendular Exercise Pada Pemberian Terapi
Micro Wave Diathermy, Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation Dan
Stretching Dapat Meningkatkan Lingkup
Gerak Sendi Abduksi Pada Kasus Frozen
Shoulder. Journal Fisioterapi ;2013
Wayne, David. Kedokteran Klinis Ed. 6. Jakarta:
Erlangga Medical Series; 2005
Werner, D et all. Where There is No Doctor.
Yogyakarta : YEM; 2010
Worthingham, D., Muscle Testing thecniques of
manual examination. USA America: W.B
Saunders Company , 2002
Z, Viale. Frozen Shoulder Orthophedic EBM.
Milan : Sics ; 2014

Anda mungkin juga menyukai