Anda di halaman 1dari 9

EFLORESENSI

PEMBIMBING :

Dr. Cut Putri Yohanna, M.Sc, Sp. KK

PENULIS

SARA YULIS

17174092

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PENYAKIT KULIT DAN


KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH RSUD CUT NYAK DHIEN

2018
EFLORESENSI
Efloresensi atau ruam adalah kelainan kulit dan selaput lender yang dapat dilihat dengan
mata telanjang (secara objektif) dan bila perlu dapat diperiksa dengan perabaan. Ruam kulit
dapat dijabarkan mengenai bentuk, ukuran, susunan, penyebaran dan lokalisasi.

Efloresensi dibagi :

1. Eflorensesi Primer

Ruam kulit yang pertama muncul dan pada suatu kelainan kulit, belum terpengaruh oleh
perjalanan penyakit, manipulasi ataupun pengobatan, biasanya masih khas untuk suatu kelainan
kulit.

 Makula
Perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan bentuk bervariasi tanpa disertai
perubahan konsistensi dan permukaannya. Makula berukuran < 1 cm, jika > 1 cm
disebut patch. Contoh : Tinea vesikolor, morbus Hansen, melanoderma, leukoderma,
purpura, petekhie, ekimosis.

 Papula
Penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 1 cm dan bagian terbesarnya berada
diatas permukaan kulit.
 Plak ( plaque )
Kelainan kulit seperti papula dengan permukaan datar dan diameter > 1 cm. Plak
dapat terjadi karena perluasan suatu papula, tetapi juga dapat karena gabungan dari
beberapa papula.

 Nodul
Penonjolan pada kulit berbatas tegas, letaknya dalam, diameternya > 1 cm.

 Urtika
Penonjolan kulit dengan batas tegas, timbulnya cepat dan hilangnya perlahan - lahan.
Biasanya berwarna kemerahan dan pucat di bagian tengah.

 Vesikel
Gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran < ½ cm garis tengah dan
mempunyai dasar. Vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik.
 Bula
Vesikel berukuran besar, dikenal dengan istilah bula hemoragik, bula purulent dan
bula hipopion.

 Pustula
Penonjolan kulit berbatas tegas, diameter < 1 cm, berisi cairan pus / nanah. Vesikel
berisi nanah, bila nanah mengendap dibawah vesikel disebut vesikel hipopion. Lokasi
pus bias intra epidermal atau subepidermal.

 Kista
Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk bukan
akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding kista merupakan
selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel atau endotel. Isi
kista terdiri atas dindingnya, yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel – sel
epitel, lapisan tanduk dan rambut.
2. Efloresensi Sekunder
Sudah berubah dari ruam awalnya.

 Skuama
Stratum korneum yang terkelupas dan tampak pada permukaan, dapat kering /
berminyak, tipis / tebal, warna putih keabuan kuning coklat.

 Krusta
Bahan cair, eksudat, darah atau serum maupun jaringan nekrotik yang mengering.

 Erosi
Defek pada sebagian atau seluruh epidermis tetapi tidak sampai pada membrane
basalis, sehingga pada proses penyembuhannya tidak meninggalkan bekas sikatrik.

 Ulkus
Defek yang mengenai seluruh epidermis dan melebihi membran basalis, bahkan
mungkin sampai dermis atau subkutis, sehingga pada proses penyembuhannya sering
meninggalkan sikatriks.

 Ekskoriasi
Hilangnya jaringan sampai stratum papilare

 Fisura
Retakan kulit / defek linier yang dapat mulai dari permukaan sampai lapisan dermis.

 Atrofi
Penipisan kulit, baik epidermis maupun dermis. Kulit yang mengalami atropi tanpa
mengkilat, putih, dengan gambaran permukaan yang hilang, mengkerut dan tidak
mempunyai adneksa lagi.
 Sikatriks
Pembentukan jaringan baru yang sifatnya lebih banyak mengandung jaringan ikat
untuk mengganti jaringan yang rusak akibat penyakit atau trauma pada dermis yang
dalam.

 Sklerosis
Mengerasnya kulit yang hanya dapat ditemukan dengan palpasi.

 Likenifikasi
Penebalan kulit yang ditandai dengan penegasan gambaran garis – garis permukaan
kulit baik longitudinal maupun transfersal, biasanya disertai hiperpigmentasi. Proses
likenifikasi terjadi sebagai akibat garukan kronis dan hebat.

 Sinus
Saluran yang dibatasi oleh epitel dan bermuara pada kulit.
 Abses
Kumpulan pus pada jaringan yang terlokalisir.

Berbagai istilah ukuran, susunan kelainan / bentuk serta penyebaran dan lokasi
dijelaskan sebagai berikut :

1. Ukuran
 Miliar : sebesar kepala jarum pentul
 Lentikular : sebesar biji jagung
 Nummular : sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah
 Plakat : lebih besar dari nummular

2. Susunan kelainan / bentuk


 Linear : seperti garis lurus
 Sirsinar / anular : seperti lingkaran
 Arsinar : berbentuk bulan sabit
 Polisiklik : bentuk pinggiran yang sambung menyambung’
 Korimbiformis : susunan seperti induk ayam yang di kelilingi anak –
anaknya
 Bentuk lesi :
- Teratur : misalnya bulat, lonjong
- Tidak teratur : tidak mempunyai bentuk teratur

3. Penyebaran dan lokalisasi


 Sirkumskrip : berbatas tegas
 Difus : tidak berbatas tegas
 Genaralisata : tersebar pada sebagian besar bagian tubuh
 Regional : mengenai daerah tertentu bagian tubuh badan
 Universalis : seluruh atau hamper seluruh tubuh ( 90-100% )
 Solitar : hanya satu lesi
 Herpetiformis : vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster
 Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu
 Diskret : terpisah satu dengan yang lain
 Serpiginosa : proses yang menajalar ke satu jurusan diikuti oleh
penyembuhan pada bagian yang ditinggalkan.
 Irisformis : eritema berbentuk putar lonjong dengan vesikel yang warna
lebih gelap ditengahnya.
 Bilateral : mengenai kedua belah badan
 Unilateral : Mengenai sebelah badan

Anda mungkin juga menyukai