KELOMPOK XV
ADRIANUS SETYAWAN A. G 0014008
ANDINI HERVIASTUTI S. G 0014030
ARIF NURHADI ATMOKO G 0014042
CLARA ANGELICA ROTORO G 0014060
ENDAH AUGINA BUDIARTI G 0014084
HASTIKA DWI OKTININGRUM G 0014114
M. SANDHIA MAHARDHIKA P. G 0014142
MARIYAH MUSTAQIMAH G 0014150
OXDRI POESPITA NINGRUM G 0014182
REALITA SARI G 0014198
RIZKA ANDHAZSARI S. G 0014206
ZARAH TIN CAHYANINGRUM G 0014250
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas
(atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi
utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi
tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil
oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah
yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) saat ini merupakan
penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut badan kesehatan dunia (World
Health Organization, WHO) tahun 2011, 60% dari seluruh penyebab penyakit
jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plak
atherosklerosis yang mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan pada arteri
koroner yaitu arteri yang mensuplai oksigen dan nutrisi untuk otot jantung
(miokard). Akibatnya, suplai oksigen ke otot jantung berkurang, sehingga terjadi
gangguan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan (Sitepoe, 1997). Kondisi ini
dapat menyebabkan iskemia (hipoksia) atau infark (nekrosis/kerusakan) miokard.
(Oemar, 2005).
Pemahaman mengenai organ pada sistem kardiovaskuler, mekanisme pada
jantung dan pembuluh darah, sampai berbagai diagnosis mengenai gangguan
kardiovaskuler akan lebih dibahas pada skenario 1 Blok Sistem Kardiovaskuler
dengan uraian skenario seperti berikut:
Sakit Jantungkah Saya ?
Laki-laki 45 tahun, datang ke RS, dengan keluhan nyeri dada. Pada
anamnesistidak didapatkan sesak napas, lekas lelah maupun dada berdebar-
debar. Kebiasaan merokok 2 bungkus sehari. Kebiasaan olahraga jarang,
kadang-kadang seminggu sekali. Riwayat penyakit pasien tidak menderita
diabetes mellitus. Dia takut terkena penyakit jantung karena ayahnya pernah
mengeluh nyeri dada, dirawat inap, dan dinyatakan menderita sakit jantung.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data : kesadaran compos
mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80 x/menit, irama regular,
isian cukup, respiration rate 18 x/menit, JVP tidak meningkat.
Pada inspeksi menunjukkan apeks tidak ada heaving, Nampak di linea
medioclavicularis sinistra SIC IV. Pada palpasi didapatkan apeks di SIC IV
linea medioclavicularis sinistra, tidak ada thrill. Pada perkusi
didapatkan pinggang jantung normal, apeks di SIC IV linea medioclavicularis
sinistra. Pada auskultasi bunyi jantung I intensitas normal, bunyi jantung II
intensitas normal, normal splitting. Tidak ada murmur. Tidak ada gallop. Tidak
ada ronchi.
Pemeriksaan tambahan akan dilakukan pemeriksaan laboratorium, EKG,
dan Echocardiography. EKG didapatkan irama sinus rhythm dengan adanya
ST Elevasi pada Lead II, III, dan AVF. Pada foto thorax CTR = 0,49,
vaskularisasi perifer normal, aorta tidak menonjol, pinggang jantung normal.
Apeks tidak bergeser ke lateral atau lateral bawah. Pemeriksaan exercise stress
test (treadmill test) tidak dilakukan. Pemeriksaan
echocardiography menunjukkan abnormalitas wall motion.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi pada cord an pembuluh darah?
2. Mengapa nyeri dada dan bagaimana klasifikasinya?
3. Bagaimana mekanisme bunyi jantung I dan bunyi jantung II serta cara
pemeriksaannya?
4. Apa hubungannya keluhan pasien dengan kebiasaan merokok dan jarang
olahraga?
5. Apa hubungannya keluhan pasien dengan riwayat jantung pada ayah dan
anamnesis riwayat diabetes mellitus?
6. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan pada skenario?
7. Bagaimana cara pemeriksaan JVP dan inetrpretasi hasilnya?
8. Bagaimana diagnosis banding menurut kasus pada skenario tersebut?
9. Bagaimana mengenai indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan
echocardiography dan treadmill test?
10. Bagaimana mekanisme iktus cordis dan cara pemeriksaannya?
11. Bagaimana mengenai pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan pada kasus
tersebut?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui anatomi, histologi, dan fisiologi pada cord an pembuluh darah;
2. Mengetahui nyeri dada dan bagaimana klasifikasinya;
3. Mengetahui mekanisme bunyi jantung I dan bunyi jantung II serta cara
pemeriksaannya;
4. Mengetahui hubungannya keluhan pasien dengan kebiasaan merokok dan
jarang olahraga;
5. Mengetahui hubungannya keluhan pasien dengan riwayat jantung pada ayah
dan anamnesis riwayat diabetes mellitus;
6. Mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan pada skenario;
7. Mengetahui cara pemeriksaan JVP dan inetrpretasi hasilnya;
8. Mengetahui diagnosis banding menurut kasus pada skenario tersebut;
9. Mengetahui mengenai indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan
echocardiography dan treadmill test;
10. Mengetahui mekanisme iktus cordis dan cara pemeriksaannya;
11. Mengetahui mengenai pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan pada kasus
tersebut.
D. Hipotesis
Pasien mengalami gangguan jantung akibat kebiasaannya yang kurang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
b) Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan
(Santoso, 2005)
Menurut Alpert (2010), infark miokard terjadi oleh penyebab yang
heterogen, antara lain:
1. Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau
diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan
ketersediaan oksigen dan nutrien yang inadekuat memicu munculnya infark
miokard. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia dan hiper
atau hipotensi.
2. Infark miokard tipe 2
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme
arteri menurunkan aliran darah miokard.
3. Infark miokard tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan.
Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau penderita
meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat meningkat.
4. a. Infark miokard tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya
troponin) 3 kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan
percutaneous coronary intervention (PCI) yang memicu terjadinya infark
miokard.
b.Infark miokard tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent trombosis.
5. Infark miokard tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal.
Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass
koroner.
c) Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah perubahan dinding arteri yang ditandai adanya
akumulasi lipid ekstra sel, rekrutmen dan migrasi miosit, pembentukan sel
busa dan deposit matrik ekstraseluler, akibat pemicuan multifaktor berbagai
patogenesis yang bersifat kronik progresif, fokal atau difus, bermanifestasi
akut maupun kronis, serta menimbulkan penebalan dan kekakuan arteri.
Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan yang kompleks sebagai reaksi
terhadap masuknya agen yang merugikan ke dalam sel ataupun organ dalam
rangka melenyapkan atau setidaknya melemahkan agen tersebut, memperbaiki
kerusakan sel atau jaringan dan memulihkan homeostasis. Aterosklerosis
dapat menyebabkan iskemia dan infark jantung, stroke, hipertensi
renovaskular dan penyakit oklusi tungkai bawah tergantung pembuluh darah
yang terkena.
9. Treadmill Test
Uji latih beban merupakan tes non invasif untuk mengevaluasi respon
sistem kardiovaskular terhadap latihan fisik dalam kondisi yang diatur dengan
ketat. Latihan fisik merupakan stres fisiologis paling umum, yang tergantung pada
sistem kardiopulmoner. Jadi latihan fisik ini dipakai sebagai tes yang praktis
untuk menilai perfusi dan fungsi kardiovaskular. Tes ini masih menjadi metode
pilihan karena dapat memberikan informasi diagnostik, prognostik, dan
fungsional khususnya pada penyakit jantung coroner.
Interprestasi hasil tes memerlukan pemahaman tentang fisiologis dan
patofisiologi latihan fisik, disamping kemampuan membuat interpretasi
eektrokardiogram yang tepat.
a. Prinsip Dasar
Pada saat latihan, jantung dipacu atau ditingkatkan bebannya sehingga
kebutuhan miokard akan makanan dan oksigen meningkat. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, maka arteri koroner yang berfungsi mensuplai makanan
dan oksigen untuk miokard akan melebar. Pada arteri koroner yang normal,
tentu pelebaran yang terjadi sangat signifikan, sehingga kebutuhan suplai
tambahan dapat terpenuhi. Tetapi pada arteri koroner yang menyempit
(stenoik) atau tersumbat total, pelebaran sangat terbatas bahkan tidak terjadi,
sehingga miokad mengalami iskemia. Kondisi ini ditandai dengan keluhan
nyeri dada dan perubahan gelombang ST pada elektrokardiogram.
Adaptasi terhadap latihan fisik membuat laju metabolisme tubuh mingkat
sampai lebih dari 20 kali lipat dan curah jantung bertambah hingga 6 kali lipat
dibanding saat istirahat. Peningkatan metabolisme ini tentu dipengaruhi oleh
faktor-faktor umur, jenis kelamin, kesegaran jasmani dan ada atau tidaknya
penyakit jantung.
b. Indikasi
Rekomendasi Pedoman Uji Latih Jantung (Exercise Test) menurut
American Heart Association (AHA) 2002, tes direkomendasikan :
1) Untuk mendiagnosis penyakit jantung koroner pada orang dewasa (termasuk
kasus dengan Right Bundle Branch Block (RBBB) komplit dan depresi
segmen ST kurang dari 1 mm pada EKG saat istirahat (resting).
2) Untuk menilai risiko pada pasien sindrom koroner akut (SKA) sebelum
pulang perawatan, sehingga dapat dinilai prognosisnya, serta dapat
diberikan nasehat aktivitas fisik yang aman, disamping untuk mengevaluasi
terapi (umumnya dilakukan pada hari 4 s/d 6 perawatan, dengan sasaran laju
nadi submaksimal).
Jika belum dilakukan, maka dapat dilaksanakan setelah pulang pada hari
14 s/d 21 degan sasaran sampai timbul keluhan (symptom limited), jika
hasilnya submaksimal maka bisa diulang pada minggu ke-3 s/d 6. Tes tidak
direkomendasikan bagi :
1) Pasien dengan gambaran EKG : sindrom WPW, irama pacu jantung (pacing
rhythm) dengan laju tetap (fixed rate), depresi segmen ST > 1 mm, Left
Bundle Branch Block (LBBB) komplit.
2) Pasien dengan angina pektoris tidak stabil yang berisiko tinggi
3) Pemeriksaan rutin pada laki-laki atau perempuan yang asimptomatik
Selain untuk diagnostik dan menentukan risiko penyakit jantung koroner,
tes ini juga dipakai untuk melihat pengaruh latihan pada aritmia, respon
tekanan darah, kelas fungsional dan tingkat kebugaran jasmani.
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi Mutlak :
1) Infark miokard akut atau perubahan EKG yang baru saat istirahat/resting
2) Angina pektoris tidak stabil
3) Gangguan irama jantung yang berat
4) Perikarditis/miokarditis akut
5) Endokarditis
6) Stenosis Aortik berat
7) Disfungsi LV yang berat
8) Emboli paru akut atau infark paru
9) Adanya kelainan selain jantung yang akut atau yang berat
Kontraindikasi Relatif :
1) Penyakit bukan jantung yang tidak berat
2) Gangguan hantaran listrik ventrikel
3) Hipertensi arterial dan pulmoner yang bermakna
4) Takikardi atau bradikardi yang tidak serius
5) Penyakit katup jantung atau miokard yang sedang
6) Efek obat atau gangguan keseimbangan elektrolit
7) Pacu jantung buatan dengan laju tetap (fixed rate)
8) Penyempitan arteri koroner kiri utama (left main) atau yang ekuivalen
d. Persiapan Uji Latih Tredmil
Sebaiknya tidak makan dan minum 2 jam sebelum tes, penderita dengan
obat golongan penyekat beta dan calcium channel blocker dihentikan 1 hari
sebelumnya.
e. Pemeriksaan Uji Latih Tredmil
1) Terlebih dahulu jelaskan tentang tes ini dan pasien mengisi formulir
persetujuan tundakan (informed consent)
2) Petugas memberi contoh bagaimana jalan di atas mesin tredmil (bagi yang
belum pernah melakukan tes ini), dan meminta pasien untuk memberi tahu
jika ada keluhan saat tes.
3) Pasang elektroda EKG dan manset pengukur tekanan darah sesuai
tempatnya dengan baik
4) Perhatikan monitor EKG, laju debar jantung dan tekanan darah saat istirahat
5) Lakukan prosedur sesuai metode/protokol yang dipakai (umumnya protokol
Bruce), dengan sasaran laju jantung minimal 85% dari laju jantung
maksimal (220-umur)
6) Perhatikan kapan tes harus dihentikan
7) Buat laporan hasil uji latih treadmil dan kesimpulannya
f. Indikasi mutlak untuk menghentikan tes
1) Infark miokard akut atau diduga infark miokard
2) Angina berat atau progresif
3) Penurunan tekanan darah sistolik (TDS) hingga dibawah TDS saat berdiri
pada periode istirahat (sebelum tes), atau TDS turun sampai lebih dari 20
mmHg dengan bertambahnya beban, disertai keluhan dan gejala.
4) Gangguan irama jantung yang berat (blok AV derajat 2 atau 3, ventrikel
takikardia yang menetap/sustained atau peningkatan frekuensi ekstra sistol
ventrikuler/VES)
5) Tanda-tanda perfusi yang buruk seperti pucat, biru, dingin dan keringat
dingin
6) Gejala-gejala gangguan sistem saraf pusat termasuk ataksia, vertigo,
gangguan visual, gangguan keseimbangan dan bingung
7) Ada masalah pada monitor termasuk monitor EKG
8) Atas permintaan pasien
g. Indikasi Relatif
1) Perubahan EKG yang sangat besar termasuk depresi ST lebih dari 0,2 mV
atau elevasi ST lebih dari 0,2 mV (keuali di sandapan Avr)
2) Nyeri dada yang bertambah
3) Tampak keletihan dan sesak nafas
4) Terdengar mengi (wheezing)
5) Kaki keram atau intermiten klaudikasio
6) Respons hipertensi (tekanan darah sistolik ≥ 260 mmHg, diastolik lebih dari
115 mmHg)
7) Blok cabang berkas (Bundle Branch Block) mirip VT yang diinduksi oleh
uji latih
h. Risiko Tes
Risiko tes ini hampir sama dengan latihan fisik/olah raga seperti jogging,
lari, naik tangga. Namun, harus berhati-hati terhadap komplikasi gangguan
irama jantung yang berbahaya dan sindrom koroner akut meskipun
kemungkinan ini kecil, sehingga diperlukan tenaga, obat dan peralatan yang
baku untuk bantuan hidup jantung (cardiac life support).
A. Kesimpulan
Pasien dalam skenario I blok kardiovaskular ini menunjukkan gejala nyeri
dada atau angina. Adanya angina ini mengarahkan pada peyakit-penyakit kardio,
pulmo, dan gastrointestinal. Namun dalam kasus ini lebih mengarah ke penyakit
kardio karena riwayat pasien yang jarang berolahraga, riwayat ayahnya seorang
penderita penyakit jantung, dan berbagai hasil pemeriksaan fisik serta penunjang
yang mengarahkan diagnosis ke penyakit kardio.
Penyakit yang diduga dialami oleh pasien ini adalah infark miokard. Infark
miokard awalnya disababkan oleh arteriosklerosis yang menyebabkan sel-sel
jantung mengalam iskemia kemudian akan terjadi kematian sel-sel jantung.
Arteriosklerosis sendiri dapat disebabkan oleh berbagai factor, yaitu factor yang
bias dikendalikan seperti diabetesmelitus, merokok, obesitas, hiperlipidemia,
hipertensi, factor stress, dan obesitas. Sedangkan factor yang tidak dapat
dikendalikan yaitu usia dan jenis kelamin.
Differential diagnosis dari infark ini antara lain adalah angina pectoris,
infark miokard, aterosklerosis. Penatalaksanaan harus dilakukan secepat mungkin
untuk meningkatkan angka harapan hidup pasien, karena golden period dari
penyakit ini adalah 2 jam pasca serangan. Terapi yang tepat sesuai standar
penatalaksanaan harus dilakukan guna mencegah kerusakan jantung yang lebih
lagi serta komplikasi lainnya.
B. Saran
a.) Saran untuk kelompok B5
- Diharapkan masing-masing mahasiswa dapat lebih aktif dalam diskusi, dan
dapat saling berbagi ilmu antara satu dengan yang lain.
- Diharapkan semua anggota dapat lebih menghargai pendapat antara satu
dengan yang lainnya agar diskusi berjalan dengan lebih kondusif dan
mendahulukan anggota yang belum memberikan pendapat.
- Diharapkan semua anggota kelompok mampu memahami learning
objectives yang harus dicapai, sehingga tujuan pembelajaran pada skenario
dapat tercapai.
b.) Saran untuk tutor
Tutor sudah mengarahkan hal – hal penting yang perlu didiskusikan oleh
mahasiswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Diharapkan tutor juga
bisa mendorong partisipasi mahasiswa agar lebih aktif dalam
menyampaikan pendapatnya.
c.) Saran untuk KBK
Sebagai pembuat skenario, KBK telah membuat skenario menarik
dengan dua kasus yang berbeda sehingga mendorong mahasiswa untuk
berfikir lebih luas untuk megupas permasalahan yang disajikan.
Kedepannya diharapkan KBK mampu mempertahankan dan membuat
inovasi-inovasi menarik pada scenario sehingga mahasiswa terdorong untuk
mampu mencapai tujuan pembelajaran.
d.) Saran untuk kasus skenario
Kasus infark harus ditangani secepat mungkin oleh dokter ahli karena
kasus ini sangat menganjam jiwa, dan dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa jam. Perlu edukasi kepada pasien bagaimana gejalnya, komplikasi,
dan penanganannya yang harus dilakukan secara cepat dan tepat.
Aterosklerosis sering disebabkan karena penimbunan plak yang disebabkan
oleh gaya hidup yang tidak sehat.oleh karena itu pasien juga perlu
menerapkan gaya hidup sehat, mula dari mengurangi junk food, rajin
berolahraga, dan memanajemen stress.
DAFTAR PUSTAKA