BAB 1
PENDAHULUAN
1
Case Report Session
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari, memahami, dan
menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis,
diagnosis, tatalaksana, dan prognosis skizoafektif tipe campuran.
Metode penulisan laporan kasus ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk kepada
berbagai literatur seperti textbook dan jurnal.
2
Case Report Session
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan kejiwaan yang mempunyai gambaran
baik skizofrenia maupun gangguan afektif yang sama-sama menonjol. Hingga saat ini
penyebab pasti dari gangguan skizoafektif masih belum diketahui, tetapi beberapa penelitian
5,6
menunjukan bahwa gangguan skizoafektif terkait dengan faktor genetik.
Gangguan skizoafektif terdiri dari tipe manik, depresif, dan campuran. Apabila gejala
yang terjadi pada pasien merupakan gejala skizofrenik yang khas berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir disertai dengan gangguan perasaan manik yang menonjol muncul
pada episode penyakit yang sama, gangguan tersebut dinamakan gangguan skizoafektif tipe
manik. Sedangkan apabila gejala skizofrenik muncul dalam episode penyakit yang sama
dengan gangguan perasaan depresif, maka gangguan tersebut merupakan gangguan
5,6
skizoafektif tipe depresif.
2.2 Epidemiologi
Menurut data statistik, prevalensi seumur hidup akan terjadinya gangguan skizoafektif
diperkirakan kurang dari 1%. Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada
orang tua dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia awitan
perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia.Laki-laki dengan
gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek
tumpul yang nyata atau tidak sesuai. National Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang
dengan diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari 59%
7
depresi dan 22% gangguan bipolar.
2.3 Etiologi
Penyebab pasti dari gangguan skizoafektif hingga saat ini masih belum diketahui,
tetapi hal-hal yang diketahui mungkin berperan dalam menyebabkan terjadinya gangguan
1
skizoafektif adalah faktor genetic dan faktor lingkungan.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan suatu patologi
yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan gabungan dari keduanya
yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada kemungkinan kedua, maka telah diketahui
neurobiologi baik fungsional ataupun struktural yang terlibat dalam gangguan ini.
3
Case Report Session
Depresi
a. Nafsu makan yang berkurang
b. Pengurangan berat badan
c. Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur )
d. Agitasi
Mania
a. Peningkatan aktivitas
b. Bicara cepat
c. Pikiran yang meloncat-loncat
d. Sedikit tidur
e. Agitasi
e. Percaya diri meningkat
f. Mudah teralihkan
4
Case Report Session
Skizofrenia
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
8
(PPDGJ-III):
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda ; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan
“thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan
tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
5
Case Report Session
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu
perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan
beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
2
attitude) dan penarikan diri secara sosial.
2.6 Diagnosis
2
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-V)
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat
baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala
yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian bermakna dari
lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum
6
Case Report Session
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup
sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan
gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit
skizoafektif yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara
bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam
kategori yang sesuali dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana
perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis
8
gangguan skizoafektif.
8
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III
a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya
skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif.
b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
c. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia).
d. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis manik
(F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2). pasien lain
mengalami satu atau dua episode manik atau depresi (F30-F33).
7
Case Report Session
9
2.8 Tatalaksana Skizoafektif
a. Psikofarmaka
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah
sakit, medikasi, dan intervensi psikososial.Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk
gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika
semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk
pengendalian jangka pendek.Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan
gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan.Pasien dengan
gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine
(Tegretol), valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja
tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan
antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsif
9
terhadap terapi antidepresan.
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu pengobatan dengan
obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat moodstabilizer atau pengobatan dengan
antipsikotik saja.Carbamazepine adalah obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer
mood.Cara kerja mood stabilezer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut
neurotransmitters yang mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan
menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan kepribadian
borderline.Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut kering dan tenggorokan,
sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah. Karbamazepin
tidak boleh digunakan bersama dengan inhibitor monoamine oxidase (MAOIs ). Hindari minum
alkohol saat mengambil carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan beberapa efek samping
6
carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.
8
Case Report Session
dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan skizoafektif dengan tipe manik,
10
menggabungkan obat antipsikotik dengan mood stabilizer cenderung bekerja dengan baik.
b. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.Menurut
penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi juga
harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit
yang diderita.
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi pada
penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari
10
pengobatan pada gangguan skizoafektif.
2.9 Prognosis Skizoefektif
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di
pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan
gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki
prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki
prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki
prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah
didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun
setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga
6
perjalanan gangguan itu sendiri.
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar,
mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar dan
bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak ada faktor
pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset
yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya
skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang
baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak
6
meramalkan perjalanan penyakit.
9
Case Report Session
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
10
Case Report Session
2. Sebab Utama
Pasien datang dalam keadaan gelisah, banyak bicara, dan marah-marah.sejak 1 bulan ini
Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang karena emosi tidak
terkontrol, banyak berbicara, dan suka mengikuti kemauan sendiri. Keluhan sudah dirasakan
sejak 24 tahun yang lalu tetapi meningkat sejak 1 bulan ini karena pasien tidak mau minum
obat. Pasien selama di rumah juga sering berbicara sendiri berjalan-jalan tanpa tujuan, Pasien
sering mencoba melakukan tindakan bunuh diri agar mendapat perhatian dari keluarga sejak
Pasien tidak mau makan dan tidak mau minum obat. Pasien tidak pernah melihat
bayangan- bayangan tetapi pasien mengatakan bahwa pasien sering mendengar bisikan suara
laki-laki. Pasien kalau dirumah selalu merasa bahwa keberadaannya tidak diinginkan oleh
keluarganya. Sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien mencoba menyayat lengan tangan
11
Case Report Session
mengaku bahwa rekan kerjanya sering membicarakannya dan menyindir pasien. Pasien
mengalami keluhan seperti ini sejak 24 tahun yang lalu. Dan pasien sudah sering dirawat di
RSJ lebih dari 8 kali. Pasien hanya kontrol ke RSJ apabila ada yang menemani.
Pasien sudah dikenal dengan gangguan psikiatri sejak 24 tahun yang lalu dan pasien
terkahir dirawat di RSJ Prof. HB Saanin 3 bulan yang lalu.
6. Riwayat keluarga
Orang Tua/Pengganti
IDENTITAS Anak Kakak Keterangan
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 S2
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pensiunan Dinkes
Umur 24 tahun 70 tahun
Alamat Sawahan, Padang Timur Sawahan, Padang Timur
Hubungan pasien* Kurang Akrab Kurang Akrab
Dan lain-lain - :-
12
Case Report Session
Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka Bergaul (-), Banyak
teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-), Peminum (-), Pecemas (-), Penyedih (-),
Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak
Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka Bergaul (-), Banyak
teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-), Peminum (-), Pecemas (-),Penyedih (-),
Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tidak
bertanggung jawab (-).
c) Saudara
Pasien adalah anak kesembilan dari 10 bersaudara. Pasien memiliki 5 orang saudara
perempuan dan 4 saudara laki-laki.
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien sendiri
lingkari nomornya.*
1. Lk/Pr (70 tahun) : saudara kandung
2. Lk/Pr : sudah meninggal dunia
3. Lk/Pr : sudah meninggal dunia
4. Lk/Pr (65 tahun) : saudara kandung
5. Lk/Pr (63 tahun) : saudara kandung
6. Lk/Pr (60 tahun) : saudara kandung
7. Lk/Pr (58 tahun) : saudara kandung
8. Lk/Pr (55 tahun) : saudara kandung
9. Pasien (53 tahun)
10. Lk/Pr (50 tahun) : saudara kandung
13
Case Report Session
e) Gambaran sikap/perilaku masing – masing saudara pasien dan hubungan pasien terhadap
masing – masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan yang dinyatakan pada
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku dan
fisik (yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
h) Anggota
Keluarga Penyakit Jiwa Kebiasaan Penyakit Fisik
Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara 1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara 3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara 4 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara 5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara 6 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara 7 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara 8 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara 10 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kakek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
14
Case Report Session
Skema Pedegree
( tiga generasi)
Keterangan:
7. Gambaran seluruh faktor – faktor dan mental yang bersangkut paut dengan
• Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan jenis tindakannya
15
Case Report Session
• Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan hubungan ibu –
anak (-), pola tidur baik ( + ), cemas terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas
c) Simtom – simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak –
kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat tidur (-), night teror (-),
temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain-lain.
e) Kesehatan fisik masa kanak – kanak: demam tinggi disertai menggigau (-), kejang – kejang
(-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai hilangnya kesadaran (-), dan lain –
lain.
f) Temperamen sewaktu anak – anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-), menarik diri (-),
suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain – lain. g) Masa sekolah
16
Case Report Session
Prestasi* -
-
Aktifitas Sekolah*
-
Sikap Terhadap Teman *
Tidak diketahui
Pasien bersekolah hingga SMA di Padang. Pasien bekerjasebagai PNS di dinas pariwisata
kota padang. Paisen masih bekerja sampai sekarang.
Konflik dalam pekerjaan : (-), konflik dengan atasan (-), konflik dengan bawahan (-), konflik
dengan kelompok (-).
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
• Hubungan seks sebelum menikah (-)
• Riwayat pelecehan seksual (-)
• Orientasi seksual (normal)
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-), apartemen (-),
rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di asrama (-), dirumah kakak(+) dan lain –
lain.
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain – lain.
ai : atas indikasi
18
Case Report Session
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( -), Tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat Dari
Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari (-), kawin terpaksa
(-), kawin gantung (-), kematian pasangan (+), problem punya anak (-), anak sakit (-),
persoalan dengan anak (-), persoalan dengan orang tua (-), persoalan dengan mertua (-),
masalah dengan teman dekat (-), masalah dengan atasan/bawahan ( - ), mulai pertama kali
bekerja (-), masuk sekolah (-), pindah kerja (-), persiapan masuk pensiun (+), pensiun (-),
berhenti bekerja (-), masalah di sekolah (-), masalah jabatan/kenaikan pangkat (-), pindah
rumah (-), pindah ke kota lain (-), transmigrasi (-), pencurian (-), perampokan (-), ancaman (-),
keadaan ekonomi yang kurang (-), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan (-
), mengalami tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa pubertas(-), memasuki
usia dewasa (-), menopause (+), mencapai usia 50 tahun (+), menderita penyakit fisik yang
parah (-), kecelakaan (-), pembedahan (-), abortus (-), hubungan yang buruk antar orang tua (-
), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara pendidikan anak yang
berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada
anak (-), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak (-), campur tangan atau perhatian
yang lebih dari orang tua terhadap anak (-), orang tua yang jarang berada di rumah (-), terdapat
istri lain (-), sikap atau kontrol yang tidak konsisten (-), kontrol yang tidak cukup (-), kurang
stimulasi kognitif dan sosial (-), bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-),
perkosaan (-), tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan (-), kematian
orangtua (-), konflik dengan tetangga (-),konflik dengan saudara (+) dan lain – lain.
19
Case Report Session
9. Riwayat Suicide
Pasien pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangan sebelah
kirinya sehari sebelum masuk rumah sakit.
Keluarga dapat memahami kondisi pasien dan berharap pasien untuk sembuh dan dapat
Pasien tidak menyadari penyakit jiwa yang dialaminya, pasien berharap segera pulang dan
20
Case Report Session
21
Case Report Session
2. Penampilan
a. Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang (-), kaku ( - ), gelisah (
- ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ), berpakaian sesuai
gender ( + )
b. Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( - ), tak menentu ( - ), sesuai dengan situasi( +
), kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
c. Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak tangan
basah (- ), dahi berkeringat ( -), mata terbelalak ( -).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ),sebentar ( - ), lama (-).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda ( - ),
bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ), selalu
menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ), curiga (+), pasif ( - ),
dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
a. Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
b. Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( - ), rigiditas
katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ), negativisme ( - ),
katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ), otomatisme( - ), otomatisme
perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( -), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ),
tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ),
mimikri ( - ), agresi (-), acting out (-), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( -
), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ),
seizure ( - ), piromania (-), vagabondage
(-).
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)
6. Verbalisasi dan cara berbicara
a. Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
b. Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit , banyak
c. Perbendaharaan* : biasa , sedikit , banyak
d. Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
e. Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
f. Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
g. Penekanan pada pembicaraan* : Ada / tidak
h. Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
22
Case Report Session
Gangguan mental ( - ), psikosis (+), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan pikiran
formal ( - ), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik ( - ), dereisme ( - ), berpikir magis ( -
), proses berpikir primer ( - ).
10. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( - ),
inkohenrensia ( - ), perseverasi ( -), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ), kondensasi (-),
jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi ( - ), derailment ( - ), flight of
ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ), glossolalia ( - ).
23
Case Report Session
11. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
a. Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan ( - )
b. Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan mood ( -
), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham nihilistik ( - ), waham
kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( - ), waham kebesaran (
- ), waham referensi ( - ), though of withdrawal ( - ), though of broadcasting ( - ),
though of insertion ( - ), though of control ( - ), Waham cemburu/ waham
ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ),
pseudologia fantastika ( - ), waham agama (-).
c. Idea of reference
d. Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), kompulsi (
- ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( - ), fobia (- )
noesis ( - ), unio mystica ( - )
a. Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ), Halusinasi
auditorik (+), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ), halusinasi gustatorik (
- ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ), halusinasi liliput ( - ), halusinasi
sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis
( - ), sinestesia ( - ), halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon
( - ).
b. Ilusi ( - )
c. Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
13. Mimpi dan Fantasi
a. Mimpi : -
b. Fantasi : -
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)
24
Case Report Session
Minangkabau, pendidikan terakhir SMA, janda, dan bekerja sebagai PNS. Pasien datang ke
IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 17 September 2019. Pasien dalam keadaan
gelisah dan marah-marah. Kunjungan ini adalah kunjungan berulang pasien ke RSJ Prof HB
Saanin Padang Pasien mengaku bahwa pasien suka marah-marah Pasien sering berjalan-jalan
tanpa tujuan. Kunjungan yang pertama pasien ke RSJ Prof. HB Saanin karena gelisah dan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan maka dapat diperoleh alur diagnosis dan
penyingkiran diagnosis pada pasien ini adalah sesuai dengan gambar be
25
Case Report Session
Gambar 3.1
26
Case Report Session
1. Organobiologik
Tidak ada masalah
2. Psikologis
Pemarah, mudah
tersinggung
3. Lingkungan dan psikososial
Pasien susah bersosialisasi dengan orang di sekitar
3.13 Penatalaksanaan
3.13.1 Farmakoterapi
Lodomer 5 mg im
Risperidone 2x 2mg
Trihexypiridil 2x2 mg
Depacote 2x 250 mg
CPZ 1x100mg
3.13.2 Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif
Memberikan kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien. Membantu pasien
mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya dan mengidentifikasi faktor presipitasi dan
membantu mengoreksinya. Membantu memecahkan problem eksternal secara terarah.
b. Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif untuk
mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan pertolongan.
Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya
agar sembuh.
3.14 Prognosis
1. Quo et vitam : bonam
2. Quo et fungsionam : bonam
3. Quo et sanctionam : dubia et bonam
27
Case Report Session
BAB 4
DISKUSI
Pasien seorang perempuan berusia 53 tahun datang ke IGD RSJ Prof. HB Saanin
Padang pada tanggal 17 September 2019 dengan gejala utama berupa mudah marah oleh hal-
hal sepele dan gelisah sejak 1 bulam ini. Selain itu didapatkan pula beberapa gejala depresif
yang sifatnya sementara seperti sering sedih, merasa rendah diri, melakukan percobaan
bunuh diri, dan tidak mau minum obat. Didapatkan pula gejala manik berupa banyak bicara
sendiri tertawa sendiri dan jalan tanpa tujuan.
Atas dasar rangkaian gejala di atas, menurut PPDGJ III dapat ditegakkan diagnosis
aksis I berupa gangguan skizoafektif tipe campuran, karena memenuhi kriteria adanya gejala
depresi dan maniak yang sifatnya sementara, dimana kedua gejala tersebut muncul dalam
waktu yang sama. Diagnosis aksis II tidak ada diagnosis. Diagnosis aksis III tidak ada
diagnosis. Aksis IV masalah dengan “Keluarga”. Aksis V GAF scale 70-61 karena beberapa
gejala ringan dan menetap dan pasien memiliki disabilitas yang ringan pada pekerjaannya.
28
Case Report Session
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa Aksara.
Tangerang: 2010. 33-46
2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
3. Putra AG. Schizoaffective disorder with manic type: a case report. Denpasar: Fakultas
Kedokteran Udayana; 2013.
4. Surbakti RB. A 30 years old man with depressed type of schizoaffective disorder. J
Medula Unila. 2014;3(2):89-95.
5. Rades M, Wulan AJ. Skizoafektif Tipe Campuran. J Medula Unila. 2016;5(2):58-62.
s 6. Benjamin J, Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of
Psychiatric Drug Treatment.
7. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 9th ed.
Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003.
8. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.
9. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-
Unika Atmajaya: Jakarta.
10.Melissa Conrad Stöppler. 2013. Schizoaffective disorder.
http://www.medicinenet.com. Diakses: 30 September 2019.
29