Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai umat beragama, apapun agama dan kepercayaannya akan mengenal
namanya Tuhan adalah dzat yang menyiptakan alam semesta,yang maha kuasa dan
mengatur segalanya. Tiada sesuatu yang menyerupainya dan dia tidak butuh kepada
makhluqnya.
Tuhan adalah dzat yang esa. Esa disini sudah menyangkup hal diatas,bukan hanya
tertumpu kepada dzatnya sendiri.Tuhan tidaklah merasakan sakit seperti apa yang dirasakan
makhluqnya,dan tidak lapar serta tidak mengantuk dan lelah,karena hal itu semua ada karena
diciptakan tuhan sebagai qadrat makhluq(Manusia.Jin dan Hewan) Dzat yang sudah
menyangkup hal hal diatas yang sudah disebutkan berarti pantas dikatakan tuhan.jawaban
Pengkaburan Sifat Tuhan dengan Makhluq: ada seseorang yang terbawa imijinasi yang
terlalu tinggi dan memberikan sifat dan keadaan makhluq kepada tuhan seperti contoh:
"Adakah Tuhan itu berkuasa untuk mencipta satu batu yang terlalu berat, yang tidak mampu
diangkat oleh dirinya sendiri?" menunjukkan keinginan meletakkan sifat manusia kepada
Tuhan. Berat adalah hukum yang dicipta Tuhan, apa yang berat di bumi tidak bererti di
angkasa. dan berat tidak mengamal di alam ghaib,sedangkan tuhan sendiri itu
kekuatannya/kemampuannya melampui segalanya dan penciptanya tiap tiap sesuatu
termasuk ruang angkasa dan dunia ghaib.
Namun di era globalisasi ini Tuhan serasa didefinisakan secara bias. Tuhan pada era
sekarang ini seakan hanya sebagai kepercayaan saja. Kedisiplinan kepada Tuhan pun
bergeser kepercayaan pada duniawi saja. Oleh karena itu dalam makalah kami akan
memaparkan tentang sejarah ketuhanan, definisi Tuhan, serta konsep ketuhanan dalam
Islam.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi Tuhan ?


2. Apa konsep Tuhan dalam islam ?
3. Siapa Tuhan itu ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi Tuhan


2. Untuk mengetahui konsep Tuhan dalam islam
3. Untuk mengetahui siapa tuhan itu

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI TUHAN

Tuhan dipahami sebagai zat Maha Kuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan
meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan
merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme,
Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam
semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan
menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda.
Yang paling umum, di antaranya adalah Ar-rahman (maha pengasih), Ar-rohiim (maha
penyayang), Al-‘alim (Maha Tahu), Al-jabbar (Maha Kuasa), Al-kariim (Maha Mulia), Al-
maliq (maha raja), serta bersifat kekal abadi(Al-baqi). Dan banyak lagi sifat-sifat Allah
SWT. (tuhan). Penganut monoteismepercaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak
berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal
terbesar yang dapat direnungkan". Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu
sama lain dalam hal sifat, maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya
pemikiran-pemikiran seperti omniteisme, pandeism, atau filsafat Perennial, yang
menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh
berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-
agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan
mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.

2.2 KONSEP TUHAN DALAM ISLAM

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi
Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu
Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-
Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu
pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut,
yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan
"Maha Penyayang" (ar-rahim).

3
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan
kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas ckeesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul
dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak
dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan
Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-
Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-
Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi. Namun, hal
ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.
Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya
mengatakan bahwa kata Allāh (‫ )هللا‬berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh
(tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa
Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian
kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab.
Teori lain mengatakan kata ini berasal dari kata bahasa Aram Alāhā. Cendekiawan
muslimkadang-kadang menerjemahkan Allah menjadi "God" dalam bahasa Inggris. Namun,
sebagian yang lain mengatakan bahwa Allah tidak untuk diterjemahkan, dengan berargumen
bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga, tidak memiliki bentuk jamak
dan gender (berbeda dengan God yang memiliki bentuk jamak Gods dan bentuk
feminin Goddess dalam bahasa inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya
penerjemahan Al-Qur'an.
Kata Allāh selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel ā. Ini disebabkan karena
ejaan Arab masa lalu berawalan tanpa alif untuk mengeja ā. Akan tetapi, untuk diucapkan
secara vokal, alif kecil selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan
prononsiasi tersebut.

2.3 SIAPA TUHAN ITU ?


Perkataan yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur`an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS
al-Jatsiiyah ayat 23: Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmuNya[1384] dan
Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

4
Dalam surat Al-Qashash ayat 38, perkataan illah dipakai oleh fir`aun untuk dirinya
sendiri :

“Dan Fir‟aun berkata : wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian masih
mempunyai ilah selain diriku“. Contoh ayat diatas tersebut menunjukkan bahwa perkataan
ilah bisa mengundang berbagai arti benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi)
maupun benda nyata (fira`un atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan illah juga
dalam bentuk tunggal (mufrad ilaahun , ganda (mutsanna ilaahaini) dan banyak
(jama‟aalihatun). Ber-Tuhan nol dalam arti kata tidak bertuhan atau atheisme tidak
mungkin. Untuk dapat mengerti defenisi Tuhan atau ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-
Quran sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikin rupa sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehNya. Perkataan
dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup didalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberi kemaslahataan atau kegembiraan dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Menurut
Ibnu Taimiyah Al-Ilah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya
merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya umat tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal kepada-Nya dan
menimbulkan ketenangan disaat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sebagai umat beragama, apapun agama dan kepercayaannya akan mengenal


namanya Tuhan adalah dzat yang menyiptakan alam semesta, yang maha kuasa dan
mengatur segalanya.tiada sesuatu yang menyerupainya dan dia tidak butuh kepada
makhluqnya. Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi,
Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu agama pengetahuan islam dan dapat pula mengerti dan paham akan
ketakwaannya kepada ALLAH SWT. Apabila ada kesalahan dalam penyususnan tugas
makalah ini kiranya mohon di maafkan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (jakarta: yayasan sari insan, 1989), h. 16-
21, 54-56.

http://adelanikita.blogspot.com/2014/10/makalah-konsep-tuhan-dalam-islam_2.html

Anda mungkin juga menyukai