Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

WAKTU ANTAR KENDARAAN

Dosen Pengampu :

Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Geronimo S (1710503051)
Dimas Jati Waluyo (1810503017)
Apriliani Citra R.F (1810503033)
Ristiana Arifia D (1810503044)
Putri Devina Manurung (1810503054)

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Tidar
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Ynag Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan terimakasih kami ucapkan kepada dosen
pengampu mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas yang dengan penuh kesabarn telah memberikan
materi dan bimbingan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Rekayasa Lalu
Lintas pada Perguruan Tinggi memiliki posisi strategis dalam melakukan transmisi
pengetahuan dan upaya untuk meningkatkan mutu mahasiswa sebagai bekal dalam
menghadapi dinamika kebutuhan dan perkembangan zaman.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang telah disampaikan
yang bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam belajar
serta agar mahasiswa juga dapat memahami nilai-nilai yang dilakukan dalam berfikir atau
bertindak. Mudah-mudahan dalam mempelajari Rekayasa Lalu Lintas para mahasiswa akan
mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam bidang
yang sedang ditekuni dan dengan harapan semoga mahasiswa mampu berinovasi dan
berkreasi dengan potensi yang dimiliki. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
Rekayasa Lalu Lintas ini masih ada kekurangan sehingga penyususan berharap saran dan
kritik dari pembaca sekalian agar penulis dapat meningkatkan dan memperbaiki penyajian
laporan yang lebih baik lagi.

Magelang, 15 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................01

1.1 Latar Belakang dan Sejarah ...............................................................................01


1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................01
1.3 Tujuan .................................................................................................................01

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................03

2.1 Waktu Antar Kendaraan ...............................................................................03


2.2 Faktor SMP ...................................................................................................04
2.3 Klasifikasi Jalan ............................................................................................07
2.4 Jarak Antar Kendaraan dan Satuan Mobil Penumpang ................................10
2.5 Kinerja Lalu Lintas .......................................................................................11

BAB III PENUTUP ...................................................................................................12

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................12


3.2 Saran ................................................................................................................12

DAFTAR PUSAKA .............. ………………………………………………………iv

LAMPIRAN ................………………………………………………………………v

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Sejarah


Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras) dan
jalur tanah tanpa perkerasan. Sedangkan lalu lintas menyangkut semua benda dan mahluk
yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor
seperti: sepeda, manusia dan hewan.Dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometriknya
harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya.Elemen lalu lintas
pada dasarnya terdiri dari manusia atau pemakai jalan, kendaraan, jalan, dan lingkungan.
Elemen manusia merupakan elemen yang paling penting dalam menentukan baik
buruknya perlalulintasan tersebut.
Manusia sebagai komponen yang terpenting dalam rekayasa lalu lintas dipengaruhi
oleh beberapa fak tor yaitu factor fisik, mental, psikologi dan lingkungan. Karakteristik
manusia juga dipengaruhi oleh motivasi dan tujuan bepergian sehingga akan berdampak
kepada cara mengemudi kendaraan dan waktu reaksi menghadapi rintangan. Waktu reaksi
ini dipengaruhi oleh persepsi (pandangan), intelektual (kecerdasan), emosi dan volition
(kemauan bertindak).
Manusia sebagai pengemudi dan pejalan kaki dalam keadaan normal mempunyai
kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi dll). Dalam
suatu arus lalu lintas jalan raya tabiat dan kelakuan seseorang merupakan faktor yang
sangat penting yang menentukan karakter dari lalu lintas tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengetahui waktu antar kendaraan?
2. Bagaimana cara mengetahui faktor SMP?
3. Bagaimana cara mengetahui klasifikasi jalan?
4. Bagaimana cara mengetahui jarak antar kendaraan?
5. Bagaimana cara mengetahui kinerja lalu lintas ruas jalan?

1
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui waktu antar kendaraan
2. Dapat mengetahui faktor SMP
3. Dapat mengetahui klasifikasi jalan
4. Dapat mengetahui jarak antar kendaraan
5. Dapat mengetahui kinerja lalu lintas ruas jalan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 WAKTU ANTAR KENDARAAN

Adalah waktu antara dua sarana dua angkutan untuk melewati suatu titik atau tempat
pemberhentian bus atau stasiun kereta api. Semakin kecil waktu antara maka semakin
tinggi kapasitas dari prasarana. Waktu antara digunakan dalam rekayasa lalulintas di jalan
dalam kaitannya dengan kapasitas jalan dan dalam pengoperasian kereta api.

Metode Perhitungan Waktu Antara

Waktu antara rata-rata = waktu

Jumlah rangkaian atau bus

Contoh : bila waktu yang digunakan menit dan jumlah bus yang melayani suatu trayek
angkutan dalam satu jam ada sebanyak 42 bus maka waktu antara rata- rata menjadi
Jawab: waktu antara rata-rata dalam menit = 60 = 1,42 menit
42 bus

Waktu antara di jalan yang minimal berkisar 1,5 sampai 2 detik sehingga kapasitas
suatu lajur bisa mencapai 1800 kendaraan/jam sampai 2400 kendaraan/jam.

Waktu antara dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain:


1. Kelandaian jalan
2. Komposisi jenis kendaraan
3. Kebebasan samping

Dalam pelayanan angkutan umum waktu antara ini digunakan untuk merencanakan jadwal
, semakin rapat waktu antara semakin tinggi frekuensi pelayanan dan semakin tinggi
kapasitas angkut. Untuk permintaan angkutan yang tinggi digunakan waktu antara yang
pendek demikian sebaliknya. Waktu anatara kereta api tergantung pada panjang petak
jalan kereta api ,jalur tunggal atau jalur ganda, kecepatan kereta api termasuk percepatan
dan perlambatan kereta api. Pada kereta api kota biasannya waktu antara pendek bisa

3
sampai 90 detik dimana waktu untuk menurunkan dan menaikkan penumpang hanya 20
detik saja sedangkan dalam kereta api jarak jauh waktu antaranya panjang.

2.2 FAKTOR SMP

Satuan mobil penumpang disingkat SMP adalah satuan kendaraan di dalam arus lalu
lintas yang disetarakan dengan kendaraan ringan/mobil penumpang, dengan
menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp) atau faktor pengali berbagai jenis
kendaraan menjadi satu satuan yaitu SMP, dimana besaran SMP dipengaruhi oleh
tipe/jenis kendaraan, dimensi kendaraan, dan kemampuan olah gerak. SMP digunakan
dalam melakukan rekayasa lalu lintas terutama dalam desain persimpangan, perhitungan
waktu alat pengatur isyarat lalu lintas (APILL), ataupun dalam menentukan nisbah
volume per kapasitas jalan (V/C) suatu ruas jalan. Di Amerika dan Eropa, satuan mobil
penumpang dikenal dengan istilah passenger car unit atau PCU atau passenger car
equivalent (PCE).
Tabel 2.1 Faktor Pengali SMP (emp)

Pada Persimpangan Tak Bersignal

pada persimpangan tak bersignal (tidak terdapat lampu pengaturan lalu lintas)
nilai faktor pengali SMP (emp) suatu kendaraan untuk semua pendekat sama.[2

Kendaraan Ringan (Light Vehicles - LV) = 1,0

Kendaraan Berat (Heavy Vehicles - HV) = 1,3

Sepeda Motor (Motorcycle - MC) = 0,5

4
Pada Jalinan Jalan

Bagian jalinan berfungsi untuk memberikan ruang gerak lebih pada sisi kiri jalan,
bagian jalinan jalan terdiri dari dua tipe yaitu jalinan tunggal dan jalinan bundaran.
nilai faktor pengali (emp) pada jalinan jalan sama seperti pada persimpangan tak
bersignal yaitu :[3]

Kendaraan Ringan (LV) = 1,0

Kendaraan Berat (HV) = 1,3

Sepeda Motor (MC) = 0,5

Jalan Perkotaan

Pada jalan perkotaan faktor pengali tergantung dari fungsi dan kondisi jalan
serta jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan pada satu satuan periode
waktu (jam) yaitu:

A. Jalan perkotaan yang tidak terbagi

Tabel 2.2 Tipe Jalan Perkotaan Tidak Terbagi

5
B. Jalan Perkotaan terbagi atau jalur satu arah/jalan satu arah.

Tabel 2.3 Tipe Jalan Perkotaan Terbagi

Pada Jalan perkotaan Penentuan faktor pengali menggunakan cara interpolasi nilai,
sebagai contoh untuk tipe jalan 2/2 UD dan lebar jalur lalu lintas kurang dari 6 meter serta
jumlah kendaraan yang melintas pada satu titik pengamatan selama satu jam yaitu 900
kendaraan maka faktor pengali yang didapat berturut-turut untuk LV, HV dan MC yaitu 1,0,
1,25 dan 0,425.

Jalan Luar Kota

Jalan luar kota adalah suatu segmen jalan yang menghubungkan antara dua
kabupaten/kota dimana pada sisi jalan tanpa perkembangan atau perkembangan
permanen yang sebentar-sebentar terjadi seperti rumah makan, pabrik atau
perkampungan. pada jalan luar kota pembagian jenis kendaraan yaitu : [5]

 Kendaraan Ringan (LV)


 Kendaraan Berat Menengah (MHV)
 Truk Besar (LT)
 Bis Besar (BT)
 Sepeda Motor (MC)
 Kendaraan tak Bermotor (UM)

6
Penentuan faktor pengali pada jalan luar kota tergatung dari jenis jalan, tipe
alinyemen (datar, bukit, gunung), arus kendaraan dan lebar lalu lintas.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia

Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu
lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang
melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan
mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan
mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka
kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpang perjam atau (smp)/jam.
Manual Kapsitas Jalan Indonesia memuat fasilitas jalan perkotaan dan semi perkotaan
dan juga jalan luar kota dan jalan bebas hambatan..

2.3 KLASIFIKASI JALAN

Klasifikasi jalan atau hirarki jalan adalah pengelompokan jalan berdasarkan fungsi
jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang
menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan
besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan,
keekonomian dari jalan tersebut serta pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan.

1. Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan

Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri,


jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional seperti ini
diangkat dari klasifikasi di Amerika Serikat dan Canada. Di atas arteri masih ada
Freeway dan Highway. Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku adalah:

a. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

7
c. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.

d. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2. Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan

Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum


penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah
daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

a. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan
jalan strategis nasional, serta jalan tol.

b. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan


primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.

c. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan


primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

d. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan


dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

8
3. Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu

Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan


angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan
transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan
keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi
kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta
konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut
juga kelas jalan, terdiri dari:

a.Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di
Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti
di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;

b.Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan
peti kemas;

c Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

d. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton;

e. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

9
2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton

2.4 JARAK ANTARA KENDARAAN

Jarak antara kendaraan adalah jarak yang diperlukan antara


satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya untuk melalui satu titik
tertentu yang tetap.

1
SH = 𝐷

Keterangan :

SH = Jarak antar kendaraan (meter)

D = Kepadatan lalu lintas (kend/km)

Gambar 2.1 Jarak Minimal dan Jarak Aman Antar Kendaraan

10
2.5 KINERJA LALU LINTAS JALAN

Menurut PKJI 2014 derajat kejenuhan atau kecepatan tempuh merupakan hal –
hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan tertentu
terkair dengan geometris, arus lalu lintas, dan lingkungan jalan baik untuk kondisi
desain maupun kondisi eksisting. Semakin rendah nilai derajat kejenuhan atau
semakin tinggi kecepatan tempuh menunjukkan semakin baik kinerja lalu lintas.

Diperlukan beberapa alternatif perbaikan atau perubahan jalan terutama


geometric untuk memenuhi kinerja lalu lintas yang diharapkan. Persyaratan teknis
jalan menetapkan bahwa untuk jalan arteri dan kolektor, jika derajat kejenuhan sudah
mencapai 0,85 maka segmen jalan tersebut sudah harus dipertimbangkan untuk
ditingkatkan kapasitasnya, misalkan dengan menambah lajur jalan. Untuk jalan lokal,
jika derajat kejenuhan sudah mencapai 0,90 , maka segmen jalan tersebut sudah harus
dipertimbangkan untuk ditingkatkan kapasitasnya.

Cara lain untuk menilai kinerja lalu lintas adalah dengan melihat derajat
kejenuhan eksisting yang dibandingkan dengan derajat kejenuhan desain sesuai umur
pekerjaan yang diinginkan. Jika derajat kejenuhan desain terlampaui oleh derajat
kejenuhan eksisting, maka perlu untuk merubah dimensi penampang melintang jalan
untuk meningkatkan kapasitasnya. Untuk tujuan praktis dan didasarkan pada
anggapan jalan memenuhi kondisi dasar (ideal), maka dapat disusun table dibawah ini
untuk membantu menganalisis kinerja jalan secara cepat

Tabel 2.4 Spesifikasi Penyediaan Prasarana Jalan

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam upaya mengatasi masalah didalam lalu lintas, maka di gunakan ilmu rekayasa
lalu lintas untuk meminimalisir kecelakaan dan masalah – masalah lainnya.

Misalnya untuk mengurangi angka kecelakaan dibuat pendekatan jarak antar kendaraan dan
perhitungan faktor SMP, untuk mengurangi dan mencegah kerusakan jalan maka jalan di
klasifikasikan menjadi berbagai jenis seusai dengan fungsi dan muatannya.

Kinerja lalu lintas akan semakin baik jika nilai derajat kejenuhan semakin rendah dan
kecepatan tempuh semakin tinggi. Kinerja lalu lintas juga dipengaruhi oleh geometrik jalan
sehingga dibutuhkan perubahan dan perbaikan jalan sesuai dengan persyaratan teknis jalan.

3.2 Saran

Dalam melakukan segala hal harus sesuai prosedur dan peraturan yang ada lama lalu
lintas. Pemerintah harus lebih giat lagi mensosialisasikan tentang peraturan-peraturan
maupun Undang- Undang Lalu Lintas agar pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas
berkurang. Dengan berkurangnya pelanggaran peraturan lalu lintas maka berkurang juga
angka kecelakaan di jalan yang diakibatkan oleh kelalaian pengguna jalan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9975671/Jurusan_Teknik_Sipil

https://id.m.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Karakteristik_arus_lalu_lintas

http://wiyta1708.blogspot.com/2012/11/kapasitas-jalan-indonesia.html?m=1

13
LAMPIRAN

Gambar Anggota Kelompok

14
LAMPIRAN

Pertanyaan

1. Seperti apa komposisi kendaraan dan terbuat dari apa?


2. Bagaimana cara agar jalan di Pecinan tidak padat terutama banyak truk bernuatan
berat melewati jalan itu?
3. Bagaimana cara menghitung jarak antar kendaraan jika kepadatan tidak diketahui?
4. Bagaimana cara mengatasi pergerakan yang jenuh akibat parkiran?
5. Bagaimana cara mengatasi hambatan samping terhadap kendaraan bermotor di jalur
lambat?

Jawaban

1. Yang di maksud dengan komposisi kendaraan adalah dimensi kendaraan terhadap


kelebihan muatan sumbu ataupun muatan kendaraan. Dampak kelebihan dimensi terutama
terdahap peningkatan angka kecelakaan lalu lintas khususnya pada jalan-jalan 2 lajur dua
arah yang masih terdapat diseluruh wilayah Indonesia. Sedangkan kelebihan muatan
berdampak terhadap pengrusakan jalan yang lebih awal. Sebagai contoh pada jalan dengan
daya dukung muatan sumbu antara 8.000 kg (jalan kelas III) sampai 10.000 kg (jalan kelas II)
setiap peningkatan berat sumbu sebesar 10 persen akan meningkatkan dampak terhadap
kerusakan jalan sebesar 20 sampai 25 %. Dalam kondisi bergerak dampak terhadap
pengrusakan jalan akan bertambah sebesar 5 % sampai 40% dari muatan statis. Kerusakan
jalan dapat berpengaruh terhadap waktu antar kendaraan sehingga waktu antar kendaraan
lebih lambat karena kerusakan jalan sehingga menimbulkan hambatan seperti kemacetan dan
kecelakaan

2. Sebelum dibangunnya suatu jalan tentu kontraktor telah berpedoman pada MKJI. MKJI
sendiri adalah Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas
jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu,
dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam
(kend/jam), atau dengan mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu
jalan digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan
kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpang perjam atau
(smp)/jam. Jalan di Pecinan sendiri merupakan jalan provinsi yang memiliki perjalanan
sedang. Apabila ingin dilakukan pelebaran jalan mungkin saja bisa terjadi tapi akan sulit
dilakukan, jadi cara mengatasi kepadatan terutama untuk truk pengangkut yaitu dengan
membuat shift pada truk angkutan.

Untuk truk yang memiliki muatan seperti kayu, pasir, ataupun barang berat lain bisa
dishiftkan untuk jam malam seperti jam 9, karena pada jam-jam tersebut kendaraan yg lewat
sudah sedikit, lalu untuk truk ekspedisi seperti jne, jnt, dll bisa mengikuti jam siang karena
ukuran kendaraannya sendiri yang tidak terlalu besar bisa meminimalisir terjadinya

15
kemacetan.Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan membangun fly over diatas jalan
pecinan.

3. Yaitu dengan cara mengalikan waktu antara kendaraan dengan kecepatan rata-rata
kendaran kemudian dibagi 3600. Juga bisa dengan mencari kepadatan dengan membagikan
antara jumlah kendaraan pada suatu jalan yang diamati dengan panjang jalan yang diamati.

4. Untuk masalah mengatasi itu sangat mustahil untuk seukuran kota/provinsi tapi kalau
masalah mengurangi bisa. Pemisalan dibikin gedung parkiran yang khusus parkir supaya
tingkat kejenuhan di sepanjang lalu lintas bisa berkurang..

5. Masalah jalur lambat dan cepat. Sebenarnya tergantung masalah orangnya.. Semisalnya dia
buru-buru ambillah jalur cepat/sebaliknya dan permasalah hambatannya itu bisa dari dishub
bekerjasama dengan sapol PP dan pihak berwajib untuk menindak, semisalnya memberi
tilangan/mengangkut kendaraan tersebut untuk tidak menghalangi jalur lambat..

16

Anda mungkin juga menyukai