Anda di halaman 1dari 16

Tuagas : Kelompok

Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen


Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Kartini, SE., Ak., M.Si., CA

METODE HARGA POKOK VARIABEL (VARIABLE COSTING)

OLEH:

1. YUMIAD FERNANDO RICHARD


NIM. A022181003
2. APOLINARIS S. AWOTKAI
NIM. A022181006

MANAJEMEN KEUANGAN
PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDIN
2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii


BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
II.1 Pengertian Metode Harga Pokok Variabel (variable costing) ........................................................ 2

II.2 Perbedaan Metode Harga Pokok Variabel (variable costing) dengan Metode Full Costing .............. 4

II.3 Tujuan Dari Metode Harga Pokok Variabel (variable costing) ............................................... 9
BAB III ............................................................................................................................................... 13
PENUTUP .......................................................................................................................................... 13
III.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Harga pokok produksi merupakan salah satu elemen penting dalam
sebuah perusahaan manufaktur, diamana hal ini dituangkan pada laporan laba
rugi perusahaan. Yang menjadi item-item dalam harga pokok produksi yaitu
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Jika ditinjau
dari hubungannya dengan perubahan volume produksi, bahan baku dan tenaga
kerja langsung merupakan jenis biaya variabel, sedangkan overhead merupakan
bagian dari biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dalam jumlah
keseluruhan bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output (Hansen
dan Mowen, 2009). Dengan dipisahkan informasi biaya menurut prilaku dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, metode variable costing
mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam
perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih baik, dan
pengambilan keputusan jangka pendek. Hal ini dimungkinkan karena dalam
jangka pendek, biaya tetap tidak relevan karena tidak terpengaruh oleh
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen.
Jika biaya tetap terpengaruh dalam pengambilan keputusan jangka
pendek, metode variable costing dapat menyajikan dampak keputusan terdebut
terhadap biaya tetap dan laba. Jadi metode harga pokok variabel (variable
costing) merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel kedalam harga pokok
produksi

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat dibuat yaitu:
1. Pengertian harga pokok variabel
2. Bagaimana perbedaan antara metode harga pokok variabel (variable costing)
dengan full costing
3. Apa tujuan dari metode harga pokok variabel (variable costing)

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Metode Harga Pokok Variabel (variable costing)


Variable costing merupakan biaya-biaya manufaktur yang bervariasi
dengan tingkat output diperlakukan sebagai biaya produk. Hal ini biasanya
akan mencakup bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan sebagian
variabel manufaktur adalah biaya overhead. Biaya tetap overhead manufaktur
tidak diperlakukan sebagai biaya produk dengan metode ini. Sebaliknya, biaya
tetap diperlakukan sebagai biaya periode dan seperti beban penjualan dan
administrasi, itu dibebankan secara keseluruhan di setiap periode. Akibatnya,
biaya unit produk dalam persediaan atau harga pokok penjualan berdasarkan
metode biaya variabel tidak mengandung biaya overhead produksi tetap.
Variable costing kadang-kadang disebut sebagai costing langsung atau
penetapan biaya marjinal. Penentuan harga pokok variabel (Variabel Costing)
merupakan metode penentuan harga pokok produk yang membebankan unsur
biaya produksi yang berifat variabel saja. Variable costing adalah metode
akuntansi manajemen yang dipakai untuk menghitung biaya produk. Laporan
laba rugi yang dihasilakan oleh system variable costing memperlihatkan margin
kontribusi barang-barang yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah
dalam pengambilan keputusan. Dalam metode penentuan biaya pokok variable
(variable costing), hanya biaya-biaya produksi variable saja yang dimasukkan
dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Ketika tingkat aktivitas diukur
dalam unit-unit produk yang dihasilkan, maka biaya-biaya variable biasanya
terdiri atas bahan baku langsung, berkaitan dengan kapasitas produktif pabrik
dan umumnya tidak dipengaruhi oleh inti produk yang dipriduksi. Oleh karena
itu dalam metode penentuan biaya pokok variable, biaya overhead pabrikasi
tetap tidaklah diperlukan sebagai biaya produk.
Biaya Overhead Pabrikasi adalah semua biaya pengoperasian pabrik
selain dari pada biaya-biaya bahan baku langsung dan biaya-biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrikasi meliputi tiga jenis biaya: bahan penolong,
tenaga kerja tidak langsung, dan pabrikasi lain-lain. Biaya bahan penolong
adalah biaya bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi namun bukan

2
bagian integral dari produk jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya
personalia yang tidak bekerja secara langsung atas produk, namun jasanya
jasanya diperlukan untuk prose pabrikasi, contoh: karyawan bagian gudang,
satpam pabrik, dan penyelia bagian produksi. Biaya pabrikasi lain-lain adalah
biaya pabrikasi yang bukan bahan baku maupun tenaga kerja, contoh: pajak
bumi dan bangunan, listrik, asuransi, beban penyusutan, dan lain-lain. Tidak
astupun dari biaya overhead tadi dapat ditelusuri suatu produk tertentu, listrik
yang menerangi pabrik sebagai seumpama, juga menerangi ruangan kerja yang
tidak bersangkut paut dengan proses produksi, seperti toilet karyawan.
Overhead pabrikasi disebut juga beban pabrik (factory burden) atau biaya
produk tidak langsung atau indirect produk cost.
Biaya overhead pabrikasi tetap diperlukan sebagi biaya periode seperti
halnya biaya penjualan dan administrasi, dan dibebankan seluruhnya terhadap
pendapatan dalam periode tersebut. Metode ini menghilangkan masalah-
masalah yang berkaitan dengan biaya satuan yang berubah secara berlawanan
dengan volume produksi karena biaya overhead pabrikasi diperhitungkan
sebagai biaya periode. Pendekatan variable costing tidak diperkenankan untuk
pelaporan keuangan kepada pihak luar. begitu banyak perusahaan yang
memakai variable costing ini untuk tujuan internal (akuntansi manajemen) dan
format full costing untuk tujuan eksternal.
Manfaat data perhitungan harga pokok dengan menggunakan metode
variabel costing adalah:
1. Menigkatkan estimasi tingkat profitabilitas produk, konsumen, dan segmen
bisnis lain.
2. Laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Dengan asumsi hal-
hal lain tetap (harga jual, biaya,bauran benjualan dan sebagainya) laba akan
searah dengan penjualan.
3. Dengan menggunakan variabel costing, biaya produksi per unit tidak
mengandung biaya tetap.
4. Laba bersih berdasarkan variabel costing lebih dekat dengan aliran kas
bersih. Hal ini akan sangat penting untuk perusahaan yang mengalami
masalah aliran kas.

3
II.2 Perbedaan Metode Harga Pokok Variabel (variable costing) dengan
Metode Full Costing
Pemilihan antara metode variable costing atau full absorption costing
mempunyai pengaruh atas nilai-nilai persediaan dan laba karena variasi dalam
perlaukan biaya overhead pabrikasi tetap. Walaupun laba bisa berbeda diantara
kedua metode penentuan biaya pokok tadi, laba dengan metode variable
costing tidak lah selalu lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan metode full
costing.
Menurut variable costing, elemen harga pokok produksi terdiri atas bahan
baku, tenaga kerja langsung dan overhead variabel. Sedangkan menurut
absorption costing atau full costing, harga pokok produk meliputi seluruh
komponen biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk. Oleh karena itu,
harga pokok produk meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead
variable dan overhead tetap. Dimana penyerapan biaya memperlakukan semua
biaya manufaktur sebagai biaya produk, terlepas dari apakah mereka adalah
variabel atau tetap. Biaya unit produk dengan metode biaya penyerapan terdiri
dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan kedua variabel dan tetap di
atas kepala manufaktur. Dengan demikian, penyerapan costing mengalokasikan
sebagian dari fixed manufaktur biaya overhead untuk setiap unit produk,
bersama dengan biaya produksi variabel. Karena penyerapan costing termasuk
semua biaya manufaktur di biaya produk, sering disebut sebagai metode biaya
penuh (full costing). Perbedaan antara metode variable costing dan absorption
costing adalah:
1. Perhitungan harga pokok per unit dan total
Untuk menjelaskan perhitungan harga pokok per unit dan total dapat dilihat
pada contoh berikut:
Variable costing Full costing
Elemen Biaya
Per unit (Rp) Total (Rp) Per unit (Rp) Total (Rp)
Bahan baku 10,00 100.000,00 10,00 100.000,00
Upah langsung 20,00 200.000,00 20,00 200.000,00
Overhead variabel 15,00 150.000,00 15,00 150.000,00
Overhead tetap - - 25,00 250.000,00
Jumlah 45,00 450.000,00 70,00 700.000,00

4
Tabel diatas menunjukkan bahwa harga pokok produk per unit menurut variable
costing adalah Rp45,00 dan menurut absorption costing adalah Rp70,00. Selisih
Rp25,00 terjadi karena variable costing tidak memasukkan overhead tetap,
sedangkan absorption costing memasukkannya sebagai komponen harga pokok
produk. Karena harga pokok per unitnya berbeda, maka harga pokok totalnya juga
berbeda. Perbedaannya adalah Rp250.000,00 yakni overhead tetap total. Jumlah
tersebut diakui oleh variable costing sebagai biaya perioda (period cost).

2. Perhitungan overhead lebih (kurang) dibebankan


Pembebanan overhead ke produk dapat dilakukan dengan dua metoda.
Metoda pertama adalah membebankan overhead yang sesungguhnya telah
dikeluarkan. Contoh pada perusahaan A (lihat Tabel diatas) adalah kasus
yang membebankan overhead sesuai dengan overhead yang sesungguhnya,
yaitu overhead yang benar-benar telah terjadi. Apabila yang dibebankan ke
produk adalah overhead yang sesungguhnya, maka tidak akan terjadi
overhead lebih (kurang) dibebankan.
Metoda kedua adalah membebankan overhead ke produk dengan
menggunakan tarif yang ditentukan di muka. Metoda ini digunakan untuk
kepentingan perencanaan dan pengendalian overhead pabrik. Pembebanan
overhead ke produk dengan tariff yang ditentukan di muka menggunakan
prosedur sebagai berikut:
a) penentuan besarnya anggaran overhead dan kapasitas produksi untuk
menentukan tarif. Ada beberapa macam kapasitas yang dapat digunakan
untuk menentukan tarif, di antaranya adalah kapasitas normal,
b) penentuan tarif overhead dan
c) pembebanan overhead ke produk.
Apabila perusahaan menggunakan tarif overhead yang ditentukan di
muka, mungkin timbul biaya overhead lebih (kurang) dibebankan. Yang
dimaksud overhead lebih dibebankan adalah overhead yang dibebankan ke
produk lebih besar dari pada overhead yang sesungguhnya terjadi, overhead
kurang dibebankan adalah overhead yang dibebankan ke produk lebih
kecil dari pada overhead yang sesungguhnya terjadi.

5
Pembebanan lebih terjadi apabila kapasitas sesungguhnya lebih besar
dari pada kapasitas normal. Sebaliknya, pembebanan kurang terjadi apabila
kapasitas sesungguhnya lebih kecil daripada kapasitas normal. Sebagai
contoh untuk pembebanan lebih (kurang) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Harga Pokok yang dibebankan ke produk
Variable costing Full costing
Elemen biaya
Per unit Total Per unit Total
Overhead variabel 15,00 150.000,00 15,00 150.000,00
Overhead tetap - - 20,00 200.000,00
Harga pokok produk 15,00 150.000,00 35,00 350.000,00

Tabel 2. Harga pokoko sesungguhnya menurut Full Costing


Full costing
Elemen biaya
Per unit Total
Overhead variabel 15,00 150.000,00
Overhead tetap 25,00 250.000,00
Harga pokok sesungguhnya 40,00 400.000,00

Pada perhitungan absorption costing atau full costing diatas overhead


yang dibebankan ke produk per unit adalah Rp35,00 dan total Rp350.000,00.
Overhead yang sesungguhnya adalah Rp40,00 per unit dan Rp400.000,00
total seperti terlihat di Tabel 1 dan tabel 2.
Pada kedua tabel diatas nampak bahwa overhead dengan menggunakan
tarif di muka adalah Rp350.000,00 sedangkan overhead yang sesungguhnya
adalah Rp400.000,00. Sehingga terdapat selisih Rp50.000,00. Jadi, overhead
yang dibebankan ke produk lebih kecil daripada overhead yang
sesungguhnya. ltulah overhead kurang dibebankan yang merupakan selisih
tidak menguntungkan.

6
3. Penyajian laporan rugi-laba
Penyajian laporan rugi-laba menurut variable costing menggunakan
format contribution margin, yakni menyajikan informasi dengan
mengurangkan lebih dahulu seluruh biaya variabel dari penjualan, baru
kemudian mengurangkannya dengan seluruh biaya tetap. Penyajian
laporan rugi-laba menurut absorption costing atau full costing
menggunakan pendekatan fungsional (functional approach), yakni
mengurangkan seluruh biaya produksi (variabel dan tetap) dari penjualan
dan kemudian mengurangkannya dengan biaya-biaya operasi yang
diklasifikasi menurut fungsi-fungsi pokok perusahaan. Sebagai contoh
dapat dilihat pada tabel berikut:

Full Costing Laporan Laba Rugi


Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Pendapatan Penjualan ($ 48 per unit) ........................ $ 2.400.000 $ 1.680.000 $ 3.120.000

Dikurangi: Harga pokok penjualan (dengan


biaya serapan $ 36 per unit) .............................. 1.800.000 1.260.000 2.340.000

Margin kotor ......................................................... $ 600.000 $ 420.000 $ 780.000


Dikurangi: Penjualan dan biaya administrasi:
Variabel (pada $ 4 per unit) ............................. 200.000 140.000 260.000

Tetap ......................................................................... 100.000 100.000 100.000

Pendapatan operasional ........................................................ $ 300.000 $ 180.000 $ 420.000

Variabel Costing Laporan Laba Rugi


Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Pendapatan penjualan ($ 48 per unit) ........................ $ 2.400.000 $ 1.680.000 $ 3.120.000

Dikurangi: Biaya variabel:


Biaya produksi variabel
(dengan biaya variabel $ 24 per unit) ........ 1.200.000 840.000 1.560.000

Penjualan variabel dan administrasi


biaya ($ 4 per unit) .................................................. 200.000 140.000 260.000

Margin kontribusi ................................................... $ 1.000.000 $ 700.000 $ 1.300.000

Penjualan tetap dan biaya administrasi


Pendapatan operasional ................................ 600.000 600.000 600.000

Penjualan tetap dan biaya administrasi ... 100.000 100.000 100.000

Pendapatan operasional ....................................... $ 300.000 $0 $ 600.000

7
Dapat dilihat pada tabel laporan laba rugi berdasarkan variabel biaya
diatas, bahwa format variabel costing berbeda dari format yang digunakan
dalam pernyataan full costing. Dalam pernyataan biaya variabel, format
kontribusi untuk menyoroti pemisahan biaya variabel dan tetap. Dimana,
biaya produksi dikurangi dari pendapatan penjualan setiap tahun hanya
mencakup biaya produksi variabel, yang berjumlah $ 24 per unit. Kemudian,
overhead manufaktur tetap dikurangi sebagai biaya periode jumlah di bagian
bawah laporan laba rugi setiap tahun.
Pada tabel diatas mengungkapkan pula bahwa pendapatan yang
dilaporkan dalam penyerapan dan biaya variabel kadang-kadang berbeda.
Meskipun pendapatan adalah sama untuk dua metode peningkatan produk
di tahun 1, itu berbeda dengan tahun 2 dan tahun 3. Tidak ada perubahan
persediaan pada tahun 1. Persediaan awal dan akhir adalah sama, karena
produksi dan penjualan aktual adalah sama. Pikirkan tentang implikasi dari
tingkat persediaan yang stabil untuk perawatan overhead manufaktur tetap.
Pada pernyataan variabel-biaya $600.000 overhead manufaktur tetap yang
dikeluarkan selama tahun 1 adalah biaya dalam tahun 1. Pada full costing,
bagaimanapun overhead manufaktur tetap diterapkan untuk produksi pada
tingkat yang telah ditentukan sebesar $12 per unit. Karena semua unit yang
diproduksi di pada tahun 1 juga dijual pada tahun 1, semua biaya overhead
pabrik tetap mengalir ke Biaya Pokok Penjualan. Jadi, $600.000 overhead
manufaktur tetap dikeluarkan pada tahun 1 pada metode full costing juga.
Berdasarkan tabel variabel costing dan full costing diatas tentunya
berbeda sehingga ada selisih yang terjadi, untuk itu untuk menunjukan
selisih tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3

Beban pokok penjualan di bawah penyerapan biaya ........... $ 1.800.000 $ 1.260.000 $ 2.340.000
Biaya produksi variabel bawah variable costing .................... 1.200.000 840.000 1.560.000
Sub total .................................................................................................... $ 600.000 $ 420.000 $ 780.000
Manufaktur overhead tetap sebagai periode 600.000
Beban bawah variable costing ........................................................ 600.000 600.000
Total ................................................................................................... $0 $ (180.000) $ 180.000
Pendapatan operasional di bawah variabel costing .............. $ 300.000 $0 $ 600.000
pendapatan operasional di bawah penyerapan biaya .......... 300.000 180.000 420.000
Selisih pendapatan operasional .......................................... $0 $ (180.000) $ 180.000

8
Pada tahun 1 dari dari tabel diatas merekonsiliasi pendapatan operasional
tahun 1 yang dilaporkan dalam full costing dan variabel costing. Rekonsiliasi
berfokus pada dua tempat dalam laporan laba rugi di mana perbedaan
terjadi antara penyerapan dan biaya variabel. Angka-angka di margin kiri
dari tabel diatas sesuai dengan angka-angka di margin kiri dari tabel laporan
laba rugi.

4. Perhitungan laba bersih


Perbedaan yang keempat antara variable costing dan absorption costing
adalah laba bersih pada perioda tertentu jika jumlah unit yang diproduksi
berbeda dengan jumlah unit yang terjual.

II.3 Tujuan Dari Metode Harga Pokok Variabel (variable costing)


Variabel Costing dengan pendekatan kontribusi, menawarkan keuntungan
menarik untuk laporan internal. Bagian ini membahas beberapa keuntungan
variabel costing, antara lain:
1. Dampak Bagi Manajer
Penentang full costing berpendapat bahwa menggeser biaya overhead
manufaktur tetap antar periode dapat membingungkan dan dapat
menyebabkan salah tafsir dan bahkan untuk keputusan yang salah. Seorang
manajer tidak dapat menentukan ini hanya dengan melihat pada laporan
laba rugi full costing.
Sebaliknya, laporan laba rugi variabel costing jelas dan mudah
dipahami. Penjualan tetap konstan selama periode, sehingga margin
kontribusi dan pendapatan operasional juga tetap konstan. Pernyataan
tersebut konsisten dengan apa yang diharapkan oleh manajer untuk terjadi
dalam keadaan demikian, sehingga mereka cenderung menghasilkan
kepercayaan dari pada kebingungan.
Pada metode variabel costing, pendapatan pada dasarnya mendorong
pendapatan operasi. Sedangkan pada metode full costing, pendapatan dan
produksi mendorong pendapatan operasional. Kedua pendorong tersebut
menciptakan kebingungan bagi pengguna pendapatan operasional karena
sulit untuk merasakan pendapatan tanpa terlebih dahulu menjual apa yang

9
diproduksi, sesuatu yang dilakukan full costing. Untuk menghindari
kesalahan saat full costing digunakan, pembaca laporan keuangan harus
waspada terhadap perubahan tingkat persediaan. Dalam full costing, jika
persediaan meningkat, biaya overhead pabrik tetap ditangguhkan dalam
persediaan dan pendapatan operasional meningkat. Jika persediaan
menurun, biaya overhead pabrik tetap dilepaskan dari persediaan dan
pendapatan operasi menurun. Dengan demikian, fluktuasi dalam pendapatan
operasional dapat disebabkan oleh perubahan dalam inventaris daripada
perubahan dalam penjualan.

2. Analisis laba volume biaya dan penyerapan biaya


Penyerapan biaya (full costing) banyak digunakan untuk laporan internal dan
eksternal. Banyak perusahaan menggunakan pendekatan full costing secara
eksklusif karena fokusnya pada penetapan biaya penuh unit produk. Namun
kelemahan dari metode ini adalah ketidakmampuannya untuk cocok dengan
analisis CVP. Analisis CVP mengharuskan memecah biaya menjadi komponen
tetap dan variabelnya. Karena laporan pendapatan variabel costing
mengkategorikan biaya sebagai tetap dan variabel, jauh lebih mudah untuk
menggunakan format laporan laba rugi ini untuk melakukan analisis CVP
daripada mencoba menggunakan format full costing, yang menggabungkan
biaya tetap dan variabel. Full costing mengalami kesulitan dari analisis CVP,
dimana asumsinya bahwa biaya variabel sedang digunakan.

3. Pengambilan keputusan
Masalah mendasar dengan full costing adalah bahwa biaya overhead tetap
pabrik tampaknya menjadi variabel sehubungan dengan jumlah unit yang
dijual, tetapi mereka tidak. Misalnya, biaya produk unit full costing adalah
€13, tetapi porsi variabel dari biaya ini hanya €7. Karena biaya produk
dinyatakan pada basis per unit, manajer mungkin secara keliru percaya
bahwa jika unit lain diproduksi, itu akan membebani perusahaan €13.
Kesalahpahaman bahwa biaya produk unit full costing adalah variabel dapat
menyebabkan banyak masalah manajerial, termasuk keputusan dan
keputusan penetapan harga yang tidak tepat untuk menjatuhkan produk

10
yang sebenarnya menguntungkan. Sedangakan metode variabel costing
dengan benar mengidentifikasi biaya variabel tambahan yang akan
dikeluarkan untuk membuat satu unit lagi

4. Pelaporan eksternal, Pajak penghasilan, dan Evaluasi kinerja


manajemen.
Secara praktis, full costing diperlukan untuk laporan eksternal di
Amerika Serikat dan merupakan metode utama yang digunakan di Kanada.
Di Kanada, Standar Akuntansi Internasional 2, Persediaan mengharuskan
perusahaan untuk menetapkan untuk bekerja dalam proses dan persediaan
barang jadi biaya bahan baku ditambah biaya tenaga kerja langsung dan
bagian yang berlaku dari biaya overhead. Untuk keperluan pajak penghasilan
di Kanada, Buletin Interpretasi Badan Revenue Kanada, IT473R, Penilaian
Persediaan mengijinkan variabel costing dan full costing untuk menentukan
penghasilan kena pajak. Bahkan jika perusahaan menggunakan biaya
penyerapan untuk laporan eksternal, seorang manajer dapat menggunakan
laporan biaya variabel untuk laporan internal. Tidak ada masalah akuntansi
tertentu yang dibuat dengan menggunakan kedua metode penetapan biaya
dimana metode penetapan variabel costing untuk laporan internal dan
metode penetapan full costing untuk laporan eksternal. Penyesuaian dari
pendapatan operasi variabel costing ke full costing operasi adalah sederhana
yang dapat dilakukan dengan mudah pada akhir tahun. Sistem komputer
dapat melakukan konversi, selama informasinya terkandung dalam basis
data pendukung.
Eksekutif puncak perusahaan publik biasanya dievaluasi berdasarkan
pendapatan yang dilaporkan dalam laporan keuangan eksternal yang
disajikan kepada pemegang saham. Ini menciptakan masalah bagi eksekutif
puncak yang mungkin lebih suka menggunakan variabel costing untuk
laporan internal. Mereka mungkin merasa bahwa karena evaluasi kinerja dan
bonus potensial yang mungkin mereka peroleh didasarkan pada memenuhi
target laba dan laba ditentukan dengan menggunakan full costing, keputusan
sehari-hari mereka juga harus didasarkan pada data full costing.

11
5. Beradaptasi dengan Teori Kendala
Theory of Constraints (TOC), menunjukkan bahwa kunci untuk
meningkatkan laba perusahaan adalah mengelola kendala-kendalanya. Hal
ini memerlukan identifikasi yang cermat atas biaya variabel setiap produk.
Akibatnya, perusahaan yang terlibat dalam TOC menggunakan bentuk
variabel costing. Laporan penghasilan variabel costing memerlukan satu
penyesuaian untuk mendukung pendekatan TOC. Biaya tenaga kerja
langsung perlu dihilangkan dari biaya produksi variabel dan dilaporkan
sebagai bagian dari biaya produksi tetap yang seluruhnya dibebankan pada
periode yang terjadi. TOC memperlakukan biaya tenaga kerja langsung
sebagai biaya tetap karena tiga alasan, antara lain:
a) Meskipun pekerja langsung dapat dibayar setiap jam, banyak perusahaan
memiliki komitmen — kadang-kadang ditegakkan dengan kontrak kerja
atau oleh hukum untuk menjamin pekerja dengan jumlah minimum jam
kerja yang dibayar.
b) Kerja langsung biasanya bukan kendala; oleh karena itu, tidak ada alasan
untuk meningkatkannya. Mempekerjakan lebih banyak pekerja langsung
akan meningkatkan biaya tanpa meningkatkan output produk dan layanan
yang dapat dijual.
c) TOC menekankan peningkatan berkelanjutan untuk mempertahankan
daya saing. Tanpa karyawan yang berkomitmen dan antusias, peningkatan
berkelanjutan yang berkelanjutan hampir mustahil dilakukan. Karena
PHK sering berdampak buruk pada semangat kerja karyawan, manajer
yang terlibat dalam TOC sangat enggan mem-PHK karyawan.
Untuk alasan ini, sebagian besar manajer di perusahaan TOC menganggap
tenaga kerja langsung sebagai biaya tetap terikat dari pada variabel costing.
Oleh karena itu, dalam bentuk modifikasi dari variabel costing yang
digunakan dalam perusahaan TOC, tenaga kerja langsung biasanya tidak
diklasifikasikan sebagai biaya produk.

12
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.
2. Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya
membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok
produk.
3. Metode variable costing mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat
bagi manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya
tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek.
4. Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan
perubahan-perubahan dalam penjualannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Garrison, Norren, Brewer. 2012. Managerial Accounting. Edisi 14. Published by


McGraw-Hill/Irwin, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221
Avenue of the Americas, New York. (PDFDrive.com)

2. Garrison, Libby, Webb, Norren, Brewer. 2015. Managerial Accounting. Edisi 10


Canadian. McGraw-Hill Education LLC (PDFDrive.com)

3. Hilton, Platt. 2014. MANAGERIAL ACCOUNTING: CREATING VALUE IN A DYNAMIC


BUSINESS ENVIRONMENT, Edisi 10. Published by McGraw-Hill Education, 2 Penn
Plaza, New York, NY 10121 (PDFDrive.com)

iii

Anda mungkin juga menyukai