Peran Akuntan Dalam Sustainable Development Goals (SDG’s)
Profesi akuntan sangat penting dalam perkembangan ekonomi berkelanjutan yang
dilakukan secara globak dikarenakan profesi akuntan memastikan informasi yang digunakan merupakan informasi yang handal untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang relevan. Namun, profesi akuntan tetap harus memiliki pemahaman dan tindakan dalam ruang lingkup yang luas karena profesi akuntan diberbagai negara berfokus pada pertumbuhan di sektor swasta menurut riset yang dilakukan oleh World Bank. Profesi akuntan berperan penting dalam sektor publik untuk menjadi lebih transparan dan bertanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui laporan keuangan yang disusun dan diaudit oleh akuntan menjadi laporan keuangan yang efektif dan efisien untuk melacak posisi dan kinerja fiskal mereka. Melalui laporan keuangan ini, pemerintah dapat mempertanggung jawabkan kinerja mereka terhadap legislator, pasar, dan masyarakat. Di sisi lain, peran akuntan terhadap sektor publik juga dapat menghadapai ancaman korupsi, pencucian uang, dan pendanaan terorisme global yang dihadapi oleh negara berkembang lebih besar dari Foreign Direct Investment (FDI). Selain itu, pentingnya profesi akuntan yang berhubungan dengan SDG’s adalah sebagai profesi yang memastikan apakah sektor publik dan sektor swasta telah berpartisipasi dalam program SDG’s seperti pengentasan kemiskinan, perlindungan bumi terhadap risiko punahnya sumber daya, dan kemakmuran bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Akuntan dapat menjadi arah bagi sektor publik dan sektor swasta dalam mewujudkan nilai- nilai tersebut dan memastikan bahwa modal yang dimiliki digunakan secara efisien dan produktif untuk mencapai tujuan tersebut.
Dampak SDG’s Dalam Laporan Keuangan
Ketika perusahaan telah memasukan SDG’s sebagai bagian dari strategi perusahaan mereka, maka bagaimana standar akuntansi yang dapat dijadikan acuan untuk menyusun laporan keuangan dengan mamasukan SDG’s tersebut? Setidaknya, ada 6 SAKyang dapat digunakan oleh perusahaan tersebut untuk memasukan SDG’s ke dalam laporan keuangan. 1. Pencadangan biaya lingkungan dan PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset kontinjensi Perusahaan harus lebih selektif dalam mengelola sumber daya alam dan tidak dapat melakukan tindakan non-etis yang dapat membahayakan lingkungan. Misalnya, perusahaan tidak dapat membakar hutan untuk membuka lahan perkebunan, karena selain merusak ekosistem, juga dapat menimbulkan polusi yang tidak baik bagi masyarakat sekitar. Contoh lainnya, perusahaan tidak dapat membuang limbah sembarangan ke sungai atau ditimbun di tanah dekat lahan pertanian. Dalam PSAK 57, mengatur mengenai biaya cadangan yang harus dibuat oleh perusahaan dalam rangka menjaga dan melestarikan lingkungan sebagai kewajiban konstruktif perusahaan. 2. Perubahan Tekbologi yang Cepat dan PSAK 48 Penurunan Nilai Aset Sumber daya alam semakin terbatas dan teknologi semakin maju memungkinkan aset perusahaan menjadi cepat usang. Perubahan tekonolgi juga memaksa perusahaan untuk cepat beradaptasi dan mempertimbangkan menggunakan PSAK 48 untuk mengukur depresiasi aset tetap. Sebagai contoh, perkembangan tekonologi pada pengolahan limbah yang dapat menghasilkan output yang lebih aman. 3. Manajemen Risiko dan Pengungkapannya Dalam PASK 60 Intrumen Keuangan: Pengungkapan Setiap sektor industri pasti memiliki risiko yang dapat mengancam keberlangsungan usaha. Misalnya, sektor agrikultur memiliki risiko yang berhubungan dengan pemanasan global yang dapat berakibat pada kenaikan suhu bumi dan menyebabkan kekeringan di beberapa daerah. Risiko ini harus dikelola dan diungkapkan dalam laporan keuangan. 4. Memperhitungkan Risiko Lingkungan dalam Model Penurunan Nilai PSAK 71 Instrumen Keuangan Perusahaan harus memperhitungkan perkiraan gagal bayar terhadap instrumen keuangan yang dimiliki. Pemberian instrumen keuangan atau hutang kepada pihak lain juga harus dipertimbangkan karena sewaktu-waktu dapat terjadi bencana alam yang memungkinkan terjadinya kredit macet karena keberlangsungan usahanya terganggu. 5. Kesetaraan Gender dan PSAK 24 Imbalan Kerja Permasalahan yang diangkat adalah pemberian upah dan fasilitas yang setara antara pekerja perempuan dengan pekerja laki-laki. Misalnya, pekerja perempuan mendapatkan cuti melahirkan selama 3 bulan sedangkan pekerja laki-laki tidak, padahal peran bapak juga berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan istri dan bayi. Beberapa perusahaan sudah memberikan cuti yang sama kepada pekerja laki-laki yang istrinya baru melahirkan, dan hal ini berdampak paa pemberian imbalan kerja yang ditanggung oleh perusahaan. 6. Beban Riset dan Pengembangan dan PSAK 19 Aset Takberwujud Penerapan SDG’s menuntut perusahaan untuk memperbaharui produk mereka, seperti menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Hal tersebut membutuhkan riset dan pengembangan yang dapat menimbulkan biaya yang diakui sebagai aset tak berwujud karena dengan adanya inovasi tersebut dapat menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan produk yang lebih disenangi oleh masyarakat. Daftar Pustaka
DED. 2018. Peran Inklusif Akuntan Menuju SDG’s 2030. Di http://iaiglobal.or.id/v03/majalah-
akuntan/files/mei-jun2018/#/2 (diakses pada 11 September 2019) Wahyuni, Tri Ersa. 2018. Dampak SDG’s Dalam Laporan Keuangan dan Peran Penting Akuntan. Di http://etw-accountant.com/dampak-sdgs-dalam-laporan-keuangan-dan-peran- penting-akuntan/ (diakses pada 11 September 2018)