Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ROUZI AMSYAL

NIM : 160602214
MK : EKONOMI MAKRO ISLAM

PENGANGGURAN DI INDONESIA

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak
serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, ini membuat Indonesia pantas
disebut sebagai negara yang kaya akan sumber dayanya, baik pada sumber daya alam
maupun sumber daya manusianya. Hal ini harusnya dapat memberikan keuntungan besar
untuk perekonomian di Indonesia.

Namun hal itu belum bisa terwujud karena keadaan di Indonesia sekarang tidak
seperti yang kita bayangkan. Ini Karena pemerintah Indonesia yang belum dapat
mengefesiensikan sumber daya alam dan manusianya yang melimpah. Faktanya
sekarang, banyak warga Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan atau dengan kata lain
menjadi pengangguran di negaranya sendiri. Semakin tingginya tingkat kelahiran warga
indonesia namun tidak dibarengi dengan banyaknya lapangan kerja yang tersedia,
membuat jumlah pengangguran di Indonesia menjadi semakin tinggi.

Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari


pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau penduduk yang
tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja / mempunyai pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja.

Pengangguran dan setengah pengangguran merupakan suatu hal crusial yang


menjadi pokok perhatian pemerintah. Mengingat jumlah pengangguran yang tinggi akan
saling berkaitan dengan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemiskinan
serta dampak terhadap timbulnya berbagai masalah kerawanan sosial suatu wilayah.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut pemerintah Indonesia menargetkan penurunan angka
pengangguran secara bertahap dari tahun ke tahun.
Setengah pengangguran yang terjadi merupakan akibat dari situasi pada pekerjaan
yang dilakukan seseorang, dengan memperhatikan keterampilan dan pengalaman kerja
orang bersangkutan, tidak memenuhi aturan-aturan dan norma-norma pekerjaan yang
telah berlaku dan ditetapkan. Orang tersebut sebenarnya bekerja, namun karena
keterbatasan jumlah dan kualitas pekerjaan yang tersedia dipasar kerja, memaksa
sejumlah angkatan kerja tersebut berebutan menerima pekerjaan yang sebenarnya misi
match dengan keahlian, kualitas out put pekerjaan dan persaingan dengan sejumlah orang
yang mengerjakan jenis pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, di samping pengangguran
maka setengah pengangguran juga menjadi target program pemerintah dalam mengurangi
jumlahnya secara bertahap guna mencapai kesejahteraan masyarakat yang merata.

Kecenderungan peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia yang cepat terjadi


sejak terkena dampak krisis tahun 1997 hingga saat ini disebabkan adanya berbagai
faktor yang secara simultan dan kompleks berpengaruh didalamnya. Faktor penyebab
utama yaitu, ketidakmampuan pasar kerja menyediakan lapangan kerja dan
ketidakmampuan pertumbuhan pasar kerja mengimbangi pertumbuhan jumlah angkatan
kerja setiap tahunnya. Sedangkan faktor lainnya meliputi kebijakan pemerintah dalam
mendukung distribusi kegiatan perekonomian dikaitkan dengan distribusi penduduknya,
pasar kerja, dunia pendidikan dan penduduk.

A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN
 Jumlah angkatan kerja pada februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39
juta orang dibanding frebruari 2017. Sejalan dengan itu, tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) sebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen poin.
 Dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 140 ribu orang, sejalan dengan
TPT yang turun menjadi 5,13 persen pada februari 2018. Dilihat dari tingkat
pendidikan, TPT untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) tertinggi diantara
tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 8.92 persen.
 Penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta orang, bertambah 2,53 juta orang
dibanding februari 2017. Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan
presentase penduduk yang bekerja terutama pada penyediaan akomodasi dan
makan minum (0,68 persen poin), jasa lainnya (0,40 persen poin), dan industri
pengolahan (0,39 persen poin). Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami
penurunan adalah pertanian (1,41 Persen poin), kontruksi (0,20 persen point), dan
jasa pendidikan (0,16 persen poin).
 Sebanyak 73,98 juta orang (58,22 persen) penduduk bekerja di kegiatan informal,
akan tetapi persentasenya menurun sebesar 0,13 persen poin dibanding februari
2017
 Dari 127,07 juta orang yang bekerja, sebesar 7,64 persen masuk kategori setengah
menganggur dan 23,83 persen pekerja paruh waktu. Dalam setahun terakhir,
setengah penganggur dan pekerja paruh waktu naik masing-masing sebesar 0,02
persen poin dan 1,31 persen poin.

1. Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran

Jumlah angkatan kerja pada februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta
orang dibanding februari 2017. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk
yang bekerja dan pengangguran. Pada februari 2018, sebanyak 127,07 juta orang
penduduk bekerja sedangkan sebanyak 6,87 juta orang menganggur. Dibanding setahun
yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,53 juta orang sedangkan pengangguran
berkurang 140 ribu orang.

Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) juga meningkat. TPAK pada februari 2018 tercatat sebesar 69,20 persen,
meningkat 0,18 persen poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan TPAK memberikan
indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan.
Pada febrari 2018, TPAK laki-laki sebesar 83,01 persen sedangkan TPAK perempuan
hanya sebesar 55,44 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan kondisi setahun
yang lalu, TPAK perempuan meningkat sebesar 0,40 persen poin sedangkan TPAK
perempuan meningkat sebesar 0,40 persen poin sedangkan TPAK laki-laki menurun 0,04
persen poin.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) adalah indicator yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap
oleh pasar kerja. TPT pada februari 2017 sebesar 5’33 persen turun menjadi 5,13 persen
pada februari 2018.

Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT diperkotaan tercatat lebih tinggi
dibanding di perdesaan.pada februari 2018, TPT diperkotaan sebesar 6,34 persen,
sedangkan TPT diwilayah perdesaan hanya sebesar 3,72 persen. Dibandingkan setahun
yang lalu, TPT diperkotaan dan TPT diperdesaan mengalami penurunan masing-masing
sebesar 0,16 persen poin dan 0,28 persen poin.

Dilihat dari tingkat pendidikan pada februari 2018, TPT untuk sekolah menengah
kejuruan (SMK) tertinggi diantaranya tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 8,92 persen.
TPT tertinggiberikutnya terdapat pada diploma I/II/III sebesar 7,92 persen. Dengan kata
lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap terutama pada tingkat SMK dan
Diploma I/II/III. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan
apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat
pendidikan yaitu pendidikan yaitu sebesar 2,67 persen. Dibandingkan kondisi setahun
yang lalu, peningkatan TPT terjadi pada tingkat pendidikan Diploma I/II/III, Universitas,
dan SMA, sedangkan TPT pada tingkat pendidikan lainnya menurun.

2. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengngguran dan penduduk yang


bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah
penduduk yang bekerja pada tiap sector menunjukkan kemampuan sector tersebut dalam
penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2017,
penduduk Indonesia paling banyak bekerja pada sector pertanian yaitu sebanyak 35,93
juta orang (29,69 persen). Diusul oleh sector perdagangan dan jasa kemasyarakatan
masing-masing sebanyak 28,17 juta orang (23,28 persen) dan 20,48 juta orang (16,92
persen)
Dilihat berdasarkan tren sektoral selama Agustus 2016 – Agustus 2017, sector-sektor
yang mengalami peningkatan presentase penduduk yang bekerja terutama pada sector
industry (0,93 poin), sector perdagangan (0,74 poin), dan sektor jasa kemasyarakatan
(0,49 poin). Sementara sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian
(2,21 poin), sektor pertambangan (0,10 poin), dan sektor kontruksi (0,01 poin).

3. Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Dari seluruh penduduk yang bekerja pada Agustus 2017, status pekerjaan utama yang
terbanyak sebagai buruh / karyawan / pegawai (39,71 persen). Diikuti status berusaha
sendiri (19,13 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap / buruh tidak dibayar (14,89
persen), dan pekerja keluarga (12,26 persen). Sementara penduduk yang bekerja dengan
status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar
3,26 persen.

Dalam setahun terakhir (Agustus 2016 – Agustus 2017), peningkatan presentase


penduduk bekerja terutama pada status berusaha sendiri (2,32 poin) dan status buruh /
karyawan / pegawai (1,01 poin). Penurunan terjadi pada status berusaha dibantu buruh
tidak tetap, berusaha dibantu buruh tetap, dan pekerja keluarga, yaitu masing – masing
sebesar 1,54 poin, 0,44 poin, dan 1,48 poin.

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat
diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal mencakup status berusaha
dengan dibantu buruh tetap dan buruh / karyawan / pegawai, sisanya termasuk pekerja
informal. Berdasarkan identifikasiini, maka pada agustus 2017 sebanyak 52,00 juta orang
(42,97 persen) penduduk bekerja pada kegiatan formal dan sebanyak 69,02 juta orang
(57,03 persen) bekerja pada kegiatan informal. Presentase pekerja informal mengalami
penurunan baik dibanding kondisi Agustus 2016 maupun Februari 2017. Selama setahun
terakhir, pekerja informal menurun dari 57,60 persen pada Agustus 2016 menjadi 57,03
persen pada Agustus 2017.

4. Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan


Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2017 masih didominasi oleh penduduk
bekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) Sebanyak 72,70 Juta Orang (60,08
Persen). penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 14,60 juta orang (12,06
persen) mencakup 3,28 juta orang berpendidikan Diploma dan 11,32 juta orang
berpendidikan Universitas.

Dalam setahun terakhir, presentase penduduk bekerja berpendidikan menengah


meningkat dari 27,52 persen pada Agustus 2016 menjadi 27,28 persen pada agustus
2017. Sementara presentase penduduk bekerja berpendidikan rendah dan tinggi turun
masing-masing sebesar 0,16 poin dan 0,18 poin.

5. Pekerja Penuh / Tidak Penuh

Indikator lain yang lebih mendalam menyangkut angkatan kerja adalah pekerja penuh
dan pekerja tidak penuh. Indicator ini mampu menjelaskan bahwa seseorang yang bekerja
ternyata tidak semua memiliki produktivitas yang tinggi, hal ini diindikasi dari jam kerja
rendah. Pekerja tidak penuh terbagi menjadi dua kelompok, yaitu pekerja setengah
penganggur dan pekerja paruh waktu.
Presentase pekerja penuh pada Agustus 2017 sebesar 72,05 persen, sedikit menurun
dibandingkan keadaan Agustus 2016 (72,78 persen). Sementara persentase pekerja tidak
penuh sebesar 27,95 persen, naik 0,73 poin jika dibanding Agustus 2016 (27,22 persen).
Pekerja setengah penganggur, presentasenya turun dari 7,58 persen menjadi 7,55 persen
dalam setahun terakhir. Sementara persentase pekerja paruh waktu naik dari 19,64 persen
menjadi 20,40 persen.

B. PERKEMBANGAN UPAH / GAJI BURUH / KARYAWAN / PEGAWAI


 Rata-rata upah / gaji sebulan dari buruh / karyawan / pegawai pada Agustus 2017
sebesar 2,74 juta rupiah, tertinggi di sector pertambangan dan penggalian, yaitu
sebesar 4,44 juta rupiah, sedangkan terendah di sector pertanian, yaitu sebesar
1,77 juta rupiah.
 Rata-rata upah / gaji sebulan dari buruh / karyawan / pegawai laki-laki lebih
tinggi dibanding perempuan yaitu 2,99 juta rupiah dan 2,30 juta rupiah.

Rata-Rata Upah / Gaji Sebulan Dari Buruh / Karyawan / Pegawai Menurut


Lapangan Pekerjaan Utama Dan Jenis Kelamin

Rata-rata upah / gaji sebulan dari buruh / karyawan / pegawai pada Agustus 2017
sebesar 2,74 juta rupiah. Upah tertinggi pada sector pertambangan dan penggalian, yaitu
sebesar 4,44 juta rupiah per bulan, disusul sector Listrik, Gas, dan Air sebesar 3,92 juta
rupiah per bulan, sedangkan upah terendah pada sector pertanian, yaitu sebesar 1,77 juta
rupiah per bulan.

Rata-rata upah / gaji sebulan dari buruh / karyawan / pegawai laki-laki tertinggi
sebesar 4,49 juta rupiah terdapat pada sector pertambangan dan penggalian, sedangkan
terendah pada sector pertanian, yaitu sebesar 1,92 juta rupiah per bulan. Rata-rata upah /
gaji sebulan dari buruh / karyawan / pegawai perempuan tertinggi terdapat pada sector
listrik, gas, dan air, yaitu sebesar 4,07 juta rupiah per bulan, sedangkan terendah pada
sector pertanian, yaitu sebesar 1,25 juta rupiah per bulan.

Secara sektoral rata-rata upah / gaji sebulan dari buruh / karyawan / pegawai laki-
laki cenderung lebih tinggi dibanding perempuan, namun pada tiga sector terjadi
sebaliknya, yaitu pada sector Gas, Listrik, dan Air (laki-laki 3,90 juta rupiah dan
perempuan 4,07 juta rupiah), sector Transportasi (laki-laki 3,28 juta rupiah dan
perempuan 3,30 juta rupiah), serta sector kontruksi (laki-laki 2,51 juta rupiah dan
perempuan 2,63 juta rupiah.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai