Anda di halaman 1dari 10

Nama Peserta : dr.

Jim Christover Niq


Nama Wahana : RSUD Tebing Tinggi
Topik : Kejang Demam Sederhana
Tanggal (kasus) : 05 Mei 2018
Nama Pasien : An. AS No. RM : 049701
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Wiwin Meirina
Tempat Presentasi :
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah  Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : An AS,2 tahun, datang dengan kejang disertai demam.
Tujuan : Mendiagnosis dan melakukan konsultasi atau rujukan dengan tepat.
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus  Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi  E-mail Pos
Data Nama : An. AS No. RM : 049701
Nama klinik : RSUD Tebing Telp : Terdaftar sejak :
pasien :
Tinggi
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Sejak + 1 hari sebelum masuk rumah sakit, os mengalami demam tinggi. Os juga mengalami batuk pilek
sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu os menyangkal os mengalami diare dan mual muntah. Os lalu
diberi obat penurun panas namun demam masih hilang timbul.
Sejak + 15 menit sebelum masuk rumah sakit, ibu os mengatakan os kejang. Kejang terjadi sebanyak 1x di
rumah dan berlangsung selama + 3 menit. Kejang terjadi seluruh tubuh, mata os mendelik ke atas, dan
badan os terasa kaku. Ibu os mengatakan saat kejang os tidak sadar dan setelah kejang anaknya langsung
sadar dan menangis. Ibu os mengatakan anaknya baru pertama kali mengalami kejang setelah demam. Ibu
os lalu membawa os ke IGD RSUD Tebing Tinggi.
2. Riwayat Pengobatan :
• Os sudah diberi obat penurun panas
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
› Riwayat kejang sebelumnya disangkal
› Riwayat trauma kepala disangkal
› Riwayat kuning saat lahir disangkal
› Riwayat penyakit lain disangkal
4. Riwayat Keluarga :
› Riwayat kejang demam dalam keluarga disangkal
5. Riwayat sebelum masuk rumah sakit :
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
- Lahir dari ibu G1P0A0
- Sakit saat hamil (-), perdarahan (-), demam saat hamil dan menjelang hamil (-), minum jamu atau
obat-obat diluar yang diberikan bidan (-)
- Riwayat KPSW (-), ketuban kental hijau (-), bau (-)
- Masa Kehamilan : Aterm (cukup bulan)
- Partus : Lahir Spontan
- Tempat : Praktek bidan
- Ditolong oleh : bidan
- Keadaan saat lahir : Langsung menangis
- BB : 2800 gram
- PB : 47 cm
- LK : 35 cm
Riwayat Makanan
- ASI : 0-3 bulan
- Susu fornula : 3 bulan-sekarang
- Bubur susu : 6-7 bulan
- Bubur nasi : 7-8 bulan
- Nasi tim : 7-12 bulan
- Nasi biasa : 12 bulan-sekarang, frekuensi 3x/hari
- Daging : 1 potong/minggu
- Tempe : 3x/minggu
- Tahu : 3x/minggu
- Sayuran : 2-3x/minggu
- Buah : 3x/minggu
- Lain-lain : Telur, daging ayam, daging ikan (2x/minggu)
- Kesan : Bukan asi eksklusif, kuantitas cukup
- Kualitas : Kualitas kurang
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Pasien dirawat oleh orang tua dengan keadaan lingkungan dan sosial ekonomi yang cukup baik.
7. Riwayat Imunisasi : Lengkap sesuai jadwal di bidan

8. Lain-lain :
Laboratorium :
05 Mei 2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 14 13,5-18 g/dL
Leukosit 17000 4.000-11.000 sel/µL
LED 2-13 mm/jam
Diff count
- Eosinofil 4 0-6 %
- Basofil 0 0-2 %
-neutrofil 67 42-85 %
-Limfosit 27 11-49 %
-Monosit 6 0-9%
Hematokrit 31 40-54 %
Trombosit 211.000 150.000-450.000 sel/µL

Diagnosis kerja
- Kejang Demam Sederhana

Plan
- O2 2 lpm via nasal canule
- IVFD D5 1⁄4 NS gtt 15 makro
- Inj. Paracetamol 3x13cc (IV) jika demam.
- Diazepam 10mg per rectal jika kejang (Max 2x, jarak 5 menit)
- Cefadroxyl syr 2x125 mg (PO)
- Salbutamol syr 3x4 mg (PO)

Daftar Pustaka :.
1. Faudi, Tjipta B, Noor W. Faktor Resiko Bangkitan Kejang Demam Pada Anak. Jurnal Sari Pediatri.
2010; 12(3):142-3.
2. American Academy of Pediatrics. Febrile Seizures: Clinical Practice Guideline for the Long-term
Management of the Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics.2008; 121(6):1281-6.
3. IDAI. Kejang Demam Apakah Menakutkan?. Ikatan Dokter Anak Indonesia [internet]. 2009.
[Diakses pada Tanggal 28 Desember 2017]. Diambil dari:
http://www.idai.or.id/kesehatan/artikel.asp?q=2009421101559.
4. Deliana M. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Jurnal Sari Pediatri. 2002; 4(2):59-62.
5. Christopher SL, Westermeyer RR, Plantz SH, Talavera F, Rebecchi T. Seizures in Children. 2011.
6. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2006.
7. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Febrile Seizures, Nelson textbook of Pediatrics. Editisi
ke-17. Philadelphia: WB Saunders company; 2004.
Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: FKUI; 2007. hlm. 1-39
Hasil Pembelajaran :
1. Mampu mendiagnosis penyakit kejang demam dan mampu mengklasifikasikannya
2. Mampu memberikan penatalaksanaan Kejang Demam dengan benar sesuai dengan kompetensi
dokter umum
3. Mampu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit Kejang Demam

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


1. Subyektif :
Sejak + 1 hari sebelum masuk rumah sakit, os mengalami demam tinggi. Os juga mengalami batuk pilek
sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu os menyangkal os mengalami diare dan mual muntah. Os lalu
diberi obat penurun panas namun demam masih hilang timbul.
Sejak + 15 menit sebelum masuk rumah sakit, ibu os mengatakan os kejang. Kejang terjadi sebanyak 1x di
rumah dan berlangsung selama + 3 menit. Kejang terjadi seluruh tubuh, mata os mendelik ke atas, dan
badan os terasa kaku. Ibu os mengatakan saat kejang os tidak sadar dan setelah kejang anaknya langsung
sadar dan menangis. Ibu os mengatakan anaknya baru pertama kali mengalami kejang setelah demam. Ibu
os lalu membawa os ke IGD RSUD Tebing Tinggi.
2. Objektif :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Nadi : 108 x/menit, isi/tegangan cukup, regular
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 37,8 C
SpO2 :99%
Antropometri : BB : 13 kg
PB : 90 cm

Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor Ø 3mm/3mm
Telinga: membran timpani intak, hiperemis -/-, sekret -/-
Hidung: Nafas cuping hidung (-) sekret (-/-), hiperemis(-)
Mulut : sianosi (-), mukosa bibir dan lidah kering (-)
Leher
KGB : tidak teraba
Trakea : deviasi (-)
Thoraks
Paru
 Inspeksi : Statis; simetris kanan = kiri, dinamis; pergerakan dinding dada kanan = kiri, lesi
kulit (-), retraksi (-)
 Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri normal, nyeri tekan (-) krepitasi (-)
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis tidak teraba thrill (-)
 Perkusi : Batas jantung normal
 Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar, tidak lebih tinggi dari pada dada, venektasi (-), lesi kulit (-)
• Auskultasi : BU (+) Normal
• Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, shifting dullness (-)
 Perkusi : Timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3”, edema (-), pucat (-), sianosis (-)
3. Assessment :
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berumur 6 bulan – 5 tahun. Insiden tertinggi terjadi pada usia 18 bulan.
Kejang demam terbagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang
tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.
2. Kejang Demam Kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini yaitu kejang lama > 15 menit, kejang fokal
atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam.
Pada kasus ini, os datang diantar ibu os dengan keluhan kejang setelah demam tinggi. Os
berusia 2 tahun. Os baru pertama kali mengalami kejang setelah demam tinggi dengan lamanya
kejang + 3 menit. Sehingga pada kasus ini, os dapat didiagnosis Kejang Demam Sederhana.

Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan
Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam
kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang
demam sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki.

Faktor Risiko
Faktor risiko kejang demam pertama adalah demam. Selain itu terdapat riwayat kejang
demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, masalah pada masa
neonatus, anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium rendah.
Setelah kejang demam pertama kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi
(kekambuhan), dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali atau lebih, risiko rekurensi meningkat
dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah
saat kejang, riwayat kejang demam pada keluarga, dan riwayat keluarga epilepsi.
Kejang demam sangat tergantung pada usia, 85% kejang pertama sebelum berusia 4 tahun,
terbanyak di antara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum
usia 5-6 bulan atau setelah 5-8 tahun. Biasanya setelah berusia 6 tahun pasien tidak kejang demam
lagi, walaupun pada beberapa pasien masih dapat mengalami sampai usia 5-6 tahun. Kejang
demam diturunkan secara dominan autosomal sederhana.
Klasifikasi
Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure) yang menyeluruh yang berlangsung
kurang dari 15 menit, dan tidak berulang dalam 24 jam.
b. Kejang demam kompleks (Complex Febrile Seizure) yaitu kejang fokal yang berlangsung
lebih dari 15 menit dan/atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).
Di sini, anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurologis atau riwayat kejang
demam atau kejang tanpa demam dalam keluarga.

Etiologi
Hingga kini belum diketahui secara pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak
selalu timbul pada suhu yang tinggi, kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang.

Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1OC akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal
10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang akan berusia 3 tahun, sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi
pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran sel,
dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya hingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter, dan terjadilah kejang.
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38OC, sedangkan pada anak dengan
ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 OC atau lebih. Dari kenyataan inilah
didapatkan simpulan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang
yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi kadang kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya
disertai terjadinya apnea, meningkanya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolism
anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otak meningkat.
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksemia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak
yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudain hari, sehingga terjadi serangan epilepsy yang
spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
sehingga terjadi epilepsi.

Pemeriksaan dan Diagnosis


Keluhan pasien datang adalah kejang disertai demam, biasanya didapatkan riwayat kejang
demam pada anggota keluarga lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung).
Dari pemeriksaan neurologis, tidak didapatkan kelainan atau defisit neurologis.
Pemeriksaan laboratorium rutin biasanya tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber
infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit, dan gula darah). Pemeriksaan rontgen atau
radiologi tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi. Pemeriksaan cairan otak (CSS) dengan
melakukan pungsi lumbal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka pungsi lumbal dikerjakan dengan
ketentuan:
 Bayi <12 bulan: diharuskan
 Bayi antara 12—18 bulan: dianjurkan
 Bayi >18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis
 Pemeriksaan elektroensefalografi tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam
yang tidak khas misalnya kejang demam kompleks pada anak berusia >6 tahun atau kejang
demam fokal.
4. Plan :
Diagnosis : Kejang Demam Sederhana
Pengobatan :
- O2 2 lpm via nasal canule
- IVFD D5 1⁄4 NS gtt 15 makro
- Inj. Paracetamol 3x13cc (IV) jika demam.
- Diazepam 10mg per rectal jika kejang (Max 2x, jarak 5 menit)
- Cefadroxyl syr 2x125 mg (PO)
- Salbutamol syr 3x4 mg (PO)
Penanganan Kejang :
ANTIPIRETIK
 Paracetamol 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari
 Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali diberikan 3-4 kali sehari

ANTIKONVULSAN
 Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya
kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam
pada suhu >38,5 0C
 Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi yang cukup berat pada
25-39% kasus
PENGOBATAN RUMATAN
Hanya diberikan bila terdapat hal berikut:
1. Kejang lama >15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
(hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus)
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
-kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
-kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan
-kejang demam ≥ 4 kali per tahun
Pemberian fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya
kejang
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguang perilaku dan kesulitan belajar pada 40-
50% kasus
Obat pilihan saat ini adalah asam valproate. Pada sebagian kecil kasus terutama pada anak <2 tahun dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati.
Dosis asam valproate: 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis
Dosis fenobarbital : 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis
Fenitoin & carbamazepin tidak efektif untuk pencegahan kejang demam

Prognosis
1. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis:
 Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan
 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
 Kelainan neurologis ditemukan pada sebagian kecil kasus dengan kejang lama atau kejang
berulang baik umum atau fokal
2. Kemungkinan mengalami kematian:
 Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
3. Kemungkinan berulangnya kejang demam:
 riwayat kejang demam dalam keluarga
 Usia kurang dari 12 bulan
 Temperatur yang rendah saat kejang
 Cepatnya kejang setelah demam
Bila tidak ada faktor 10-15%, Bila ada 3 faktor kemungkinan berulang 80%
4. Kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari:
Faktor resiko:
 Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
 Kejang demam kompleks
 Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing factor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsy 4-6%, kombinasi dari faktor
resiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsy menjadi 10-49%.

Pendidikan :
- Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik
- Memberitahukan cara penanganan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
samping obat
Hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian terutama sekitar leher
3. Bila tidak sadar posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir
di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam
mulut
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
5. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
6. Bawa ke dokter atau RS bila kejang berlangsung 5 menit

Konsultasi dan Rujukan : Dilakukan konsultasi atau rujukan ke dokter spesialis jika kejang demam
berulang atau ada kejang tanpa demam

Anda mungkin juga menyukai