DHF
(DENGUE HEMORRHAGIC FEVER)
Disusun Oleh:
Angelina Simanjorang
30120117014
1
KONSEP TEORI
DEFINISI
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang
terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dan dengue shock sindrom (DDS)
(Widoyono, 2008)
a. Karakteristik Darah
1. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan
dan di bawa dalam matriks cairan (plasma).
2. Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan
bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45).
3. Warna darah befariasi dari merah erang sampai merah tua kebiruan, bergantung
pada kadar oksigen yang dibawa oleh sel darah merah.
2
4. Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan
kurang sedikit pada perempun dewasa.
b. Komponen Darah
Sel darah merah terbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7.5
mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang,
tersusun atas membrane yang sangat tipis sehingga sangat tipis sehingga sangat
mudah terjadi difusi oksigen. Karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak
mempunyai inti sel. Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta
hemoglobin
a. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah
merah. Normal dalam darah pada laki- 15.5 g/dl dan pada wanita 14.0 g/ dl (Susan M
Hincliff, 1996). Fungsi haemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru dan
dalam peredaran untuk dibawa ke jaringan.
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-10.000 sel per
mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang bergranulosit dan yang agranulosit.
a. Granulosit
Yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat granula. Granula-
granula ini mempunyai perbedaan kemampuan mengikat warna misalnya pada
Eosinofil mempunyai granula berwarna merah terang, basofil berwarna biru dan
netrofil berwarna ungu pucat. Jenusnya adalah eosinophil, boasofil, dan netrofil
1. Eosinofil
3
Mengandung granola berwarna merah (warna eosin) disebut juga asidofil.
Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing)
2. Basofil
Mengandung granola berwarna biru (warna basa). Berfungsi pada reaksi
alergi
3. Netrofil
Terdapat dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen. Disebut
juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai
fagositosit
3. Agranulosit
Merupakan bagian dari sel darah puth dimana mempunyai inti sel satu lobus
dan sitoplasmanya tidak bergranula.
Limfosit
Terdiri dari limfosit B yang membentuk imunitas humoral dan limfosit T
yang membentuk imunitas sellular. Limfosit B memproduksi antibodi jika
terdapat antigen, sedangkan limfosit T langsung berhubungan dengan
benda asing untuk difagosit.
Monosit
Merupakan lekosit dengan ukuran paling besar. Disebut pula sel darah
pembeku. Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc.
4. Trombosit
4
darah kecil yang rusak. Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian 80%
beredar disirkulasi darah dan hanya 20% yang disimpan dalam limpa sebagai
cadangan.
5. Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsure pokoknya sama
dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks
zat organik dan anorganik
Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen. Cairan
yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. Protein dalam serum
inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen). Tiap
antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.
c. Fungsi darah
5
KLASIFIKASI
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya menifestasi perarahan
adalah uji torniquet positif
Derajat 3: Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
ETIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 3x106.
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila kelembaban terlalu rendah
telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa
ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari
dapat bertelur 100 butir (Murwani, 2011).
PATOFISIOLOGI
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatkan
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra selular. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
6
kepala, mual, nyeri otot,, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran
limpa (splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinema serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20%)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma
leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pembesaran cairan
intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau
hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang
terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma terah teratasi sehingga pemberian cairan intravena
harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan
gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan.
MANIFESTASI KLINIS
7
b) Demam disertasi dnegan lesu dan lelah, gelisah, nyeri punggung, nyeri
sendi, nyeri tulang
c) perdarahan
d) pembengkakan hati
e) lebam (echymosis), atau ruam (purpura)
f) Kadang terjadi mimisan, muntah darah
g) kesadaran menurun atau syok.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa jumlah trombosit dan adanya
rembesan plasma karena peningkatan permeabilitas vaskuler atau dikenal dengan
haemoconcentration. Pada penderita DBD, ditemukan jumlah trombosit dalam tubuh
mengalami penurunan yang drastis sampai mencapai 100.000 sel/mm3 atau bahkan
dapat lebih rendah. Adapun pada pemeriksaan haemoconcentration akan ditandai
dengan peningkatan hematokrit sama atau >20% di atas rata-rata usia, jenis kelamin,
dan populasi. Selain itu terdapat tanda-tanda pembesaran plasma seperti efusi pleura,
asites dan hippoproteinemia.
2. Pemeriksaan Radiologis
Foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Pemeriksaan Penunjang
1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukoponi (mungkin normal atau lekositosis)
8
4. Isolasi virus
5. Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto
dada, BUN, creatinin serum.
PENATALAKSANAAN
A. Terapi Umum
B. Terapi Komplikasi
KOMPLIKASI
9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a) Identitas
b) Keluhan Utama
c) Riwayat Penyakit Sekarang
d) Riwayat Penyakit Terdahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
f) Riwayat Kesehatan Lingkungan
g) Riwayat tumbuh Kembang
1. Sistem Pernafasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan dangkal, epitaksis, pergerakan
dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2. Sistem Persyarafan
Pada derajat III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
derajat IV dapat terjadi DSS.
3. Sistem Kardiovaskuler
Pada derajat I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositopeni, pada derajat III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari. Pada derajat IV
nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4. Sistem Penceranaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastric,
pembesaran limfa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematernesis dan melena.
5. Sistem Perkemihan
10
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30cc/jam, akan nyeri saat
kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada derajat I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi ptekie, pada derajat III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
11
Perubahan kedalaman Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
pernafasan Mendemonstrasikan iii. Identifikasi pasien perrlunya
Perubahan ekskursi dada batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas buatan
Mengambil posisi tiga titik nafas yang bersih, tidakiv. Pasang mayo bila perlu
12
Sindrom hipoventilasi
Gangguan musculoskeletal Vital sign Monitoring
Kerusakan neurologis xx. Monitor TD, nadi, suhu, RR
13
atau intraseluler. Ini mengacu and fluit intake - Pertahankan catatan intake dan
pada dehidrasi, kehilangan Kriteria hasil autput yang akurat
cairan saa tanpa perubahan - Monitor status hidrasi (
Mempertahnakan urin
pada natrium kelembaban membran
autput sesuai dengan
mukosa,nadi adekuat, tekanan
Batasan karakteristik usia dan BB, BJ urin
darah orstotatik), jika diperlukan
normal, HT normal
Perubahan status mental - Monitor vital sign
Tekanan darah, nadi,
Penurunan tekanan darah - Monitor masukan makanan atau
suhu tubuh, dalam batas
Penurunan tekanan nadi cairan dan hitung intake kalori
normal
Penurunan volume nadi harian
Tidak ada tanda-tanda
Penurunan turgor kulit - Kolaborasikan pemberian cairan
dehidrasi, elastisitas
Penurunan turgor lidah IV
turgor kulit baik,
Penurunan pengeluaran - Monitor status nutrisi
membran mukosa
urin - Memberikan cairan IV pada suhu
lembab, tidak ada rasa
ruangan
Penurunan pengisisan vena haus yang berlebihan
- Dorong masukan oral
Membran mukosa kering
- Berikan penggantian nesogatrik
Kulit kering
sesuai autput
Peningkatan hematokrit
- Dorongan keluarga untuk
Peningkatan suhu tubuh
membantu pasien makan
Peningkatan frekuensi nadi
- Tawarkan snack( jus buan, buah
Peningkatan konsentrasi
segar)
urin
- Kolaborasi dengan dokter
Penurunan berat badan
- Atur kemungkinan transfuse
Tiba-tiba (kecuali pada
ruang ketiga)
Hypovolemia management
Haus
Kelemahan - Monitor status cairan termasuk
intake dan autput cairan
14
Faktor yang berhubungan : - Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
Kehilangan cairan aktif
hematrokrit
Kegagalan mekanisme
- Monitor tanda vital
regulasi
- Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk menambah
intake oral
- Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya tanda gagal ginjal
15
ideal badan mencegah konstipasi
Kerapuhan kapiler Mampu - Berikan makanan ynag terpilih
Diare mengidentifikasi (sudah dikonsultasikan dengan
Bisi usus hiperaktif kebutuhan nutrisi ahli gizi)
Kurang makanan Tidak ada tanda tanda - Monitor jumlah nutrisi dan
16
Kelemahan otot - Monitor mual dan muntah
mengunyah - Monitor kadar albumin, total
Kelemahan otot untuk protein, Hb, dan kadar Ht.
menelan - Monitor pertumbuhan dan
Faktor-faktor yang perkembangan.
berhubungan : - Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva.
Faktor biologis
- Monitor kalori dan intake nutrisi.
Faktor ekonomi
- Catat adanya edema, hiperemik,
Ketidakmampuan untuk
hipertonik papila lidah dan
mengabsorbsi nutrien
cavitas oral.
Ketidakmampuan untuk - Catat jika lidah berwarna
mencerna makanan magentha, scarlet.
Ketidakmampuan menelan
malakan
Faktor psikologis
17
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn c. 2016. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sudoyo, Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat.
InternaPublishing.
18