Anda di halaman 1dari 3

PENGANTAR ILMU EKONOMI

Fenomena Ketidakstabilan Harga Komoditi Pasar


Akhir-Akhir Ini
Dosen:
DR. Chatarina Yekti Prawihatmi, SE., MSI

Disusun Oleh:
Dani Purnama 17.I1.0052

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG

2019
Hampir semua daerah terjadi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok jelang lebaran. Di bulan
Ramadan, jelang lebaran fenomena kenaikan harga terus terjadi setiap tahun. Informasi seperti ini
sudah tidak mengherankan lagi. Komoditas ini antara lain, bawang merah, bawang putih, cabe,
telur ayam, minyak goreng dan komoditi tertentu yang menjadi sebuah fenomena klasik.

Di Manado kondisi harga yang di lansir Tribun Manado, bawang putih 60 ribu/kg, bawang merah
48 ribu/kg, gula pasir 13 ribu/kg, minyak goreng 12 ribu/kg dan telur ayam 60 ribu/baki.
Bandingkan harga bawang putih di Bengkulu mencapai 150 ribu /kg, lalu di Mamuju Sulawesi
Barat harganya sekitar 60 -70 ribu/kg (TVonenews, 8 Mei 2019).

Terjadinya gejolak kenaikan harga ini sesuai dengan teori ekonomi mikro dimana terdapat teori
permintaan (demand) dan penawaran barang (supply). Semakin berlimpah barang di pasar harga
akan menurun. Sebaliknya jika semakin sedikit barang di pasaran maka cenderung akan terjadi
kenaikan harga.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa naiknya harga komoditi karena berkurangnya pasokan
komoditi di pasar. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena ulah pedagang yang menumpuk barang
dan melepasnya setelah harga naik.

Pemerintah seharusnya dapat mengontrol harga dengan analisis pasar. Berapa besar kebutuhan
masyarakat terhadap komoditi sehingga stok dapat disediakan dengan memproduksi komoditi ini
di pacu lebih untuk ekspor. Misalkan kebutuhan komoditi bawang putih sekitar 500 - 600 on per
tahun namun produksinya di dalam negeri hanya 20.000 ton/tahun. Selisih nya jelas harus
mengimpor sehingga dapat menguntungkan pihak importir.

Menurut saya dengan mengetahui kondisi yang seperti ini seharusnya kebutuhan komoditi
mendesak dapat disediakan atau di produksi di negeri yang subur seperti negeri Indonesia ini.
Lahan luas yang dimiliki Indonesia dirasa cukup untuk menanam komoditi ini agar kebutuhan
masyarakat di negeri ini terpenuhi bahkan lebihnya di ekspor ke berbagai negara lain. Demand
yang meningkat diiringi dengan supply yang meningkat akan menciptakan kestabilan terhadap
harga komoditi pasar.
Masalah ini menjadi sebuah pemikiran bersama antara pihak pemerintah dan swasta. Balai
penelitian dan pengembangan pertanian di negeri ini harus mampu mengembangkan bibit unggul
komoditi yang dapat ditanam dan disebarkan ke seluruh negeri.

Dinas-dinas terkait di seluruh Indonesia harus mampu bekerja lebih optimal untuk memotivasi
petani dalam memanfaatkan lahan tidur dan menanam komoditi yang dibutuhkan masyarakat. Hal
tersebut juga menjadi pekerjaan bagi kita semua sebagai rakyat Indonesia umtuk ikut ambil bagian
dalam tindak menstabilkan harga komoditi pasar sehingga pada setiap tahun jelang hari raya besar
keagamaan masyarakat Indonesia yang beragam khususnya pada kasus ini adalah hari raya lebaran
tidak akan lagi melihat atau mendengar bahwa harga naik pada komoditas pokok dihari raya
tersebut.

Sumber:
https://www.kompasiana.com diakses pada 7 september 2019

Anda mungkin juga menyukai