PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Medis
2.1 Pengertian Stroke
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular
(Muttaqin, 2010).
Klasifikasi Stroke:
a) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga
timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya
aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani,
2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya
(M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara
semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
b) Stroke Non Hemoragik
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi
akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price,
2006)
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat
berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif
Mansjoer, 2000)
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak
terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
Hemisfer kiri Hemisfer kanan
Mengalami hemiparese kanan Hemiparese sebelah kiri tubuh
Penilaian buruk
perilaku lambat dan hati-hati
Mempunyai kerentanan terhadap sisi
kontralateral sehingga memungkinkan
Kelainan lapan pandang kanan
terjatuh ke sisi yang berlawanan
tersebut
Disfagia global
Afasia
Mudah frustasi
Health
Education:
1) Instruksikan
keluarga untuk
mengobservasi
kulit jika ada lesi
atau laserasi
Kolaborasi:
1) Diskusikan
mengenai
penyebab
perubahan sensasi
2) Kolaborasi
pemberian
analgetik
Faktor yang
berhubungan :
- Intoleran aktivitas
- Perubahan
metabolism seluler
- Ansietas
- Indeks massa tubuh
diatas persentil ke-75
sesuai usia
- Gangguan kognitif
- Kontraktur
- Kepercayaan budaya
tentang aktivitas sesuai
usia
- Fisik tidak bugar
- Penurunan ketahanan
tubuh
- Penurunan kendali
otot
- Penurunana massa
otot
- Penurunan kekuatan
otot
- Kurang pengetahuan
tentang nilai aktivitas
fisik
- Kendali mood
depresif
- Keterlambatan
perkembangan
- Ketidaknyamanan
- Disuse
- Kaku sendi
- Kurang dukungan
lingkungan (mis :
fisikatau social)
- Keterbatsan
ketahanan
kardiovaskular
- Kerusakan integritas
struktur tulang
(Domain 5 NOC: NIC:
Persepsi/kognisi Komunikasi: Ekspresif - Peningkatan
- Peningkatan komunikasi : defisit w
Kelas 5 Komunikasi) Komunikasi: Reseptif komunikasi : Observasi :
(00051) Tujuan: defisit wicara 1) Mengetahui sampai dimana kema
Hambatan Setelah dilakukan tindakan Observasi : berbiacara dan pemahamannya
Komunikasi Verbal keperawatan selama …X24 1) Kaji kempauan 2) Mengetahui apa ada keterbatasan ko
Definisi: penurunan, jam diharapkan klien untuk berbicara, dan keluarganya
kelambatan, atau mampu menciptakan dan memahami
ketiadaan kemampuan metode komunikasi yang 2) Kaji kemapuan 3) Mengetahui apa si klien hanya mam
untuk menerima, dapat dipahami dengan untuk melakukan menggunakan bahasa daerah atau bah
memproses, mengirim, Kriteria Evaluasi : Mandiri
dan/atau Mengidentifikasi komunikasi 1) Untuk membuat komunikasi klien
mengguanakan system pemahaman tentang dengan keluarga segan memberitahukan bila ada keter
symbol masalah komunikasi 3) Kaji bahasa utama
2) Membuat pasien agar termotivasi
Batasan Membuat metode berkomunikasi dengan baik dengan o
Karateristik: komunikasi dimana 3) Mencegah kebingungan yang dialam
- Tidak ada kontak mata kebutuhan dapat HE
- Tidak dapat bicara diekspresikan Mandiri 1) Untuk memudahkan pasien agar
- Kesulitan Menggunakan sumber- 1) Dorong pasien dengan lancar
mengespresikan sumber dengan tepat untuk
pikiran secara verbal berkomunikasi
(mis. Afasia, disfasia, secara perlahan Kolaborasi
apraksia, disleksia) dan untuk
1) Memudahkan pasien agar dapat b
- Kesulitan menyusun mengulangi lancar
kalimat permintaan
- Kesulitan menyusun 2) Berikan pengutan
kata-kata ( mis. positif dengan
Afonia, dislalia, sering atas upaya
disartria) pasien untuk
- Kesulitan memahami berkomunikasi
pola komunikasi yang 3) Bombing
biasa komunikasi satu
- Kesulitan arah, dengan tepat
mempertahankan pola HE
komunikasi yang biasa 1) Beri anjuran
- Kesulitan dalam kepada pasien dan
kehadiran tertentu keluarga tentang
- Kesulitan penggunaan alat
menggunakan ekspresi bantu bicara (mis.
tubuh Laring buatan)
- Kesulitan Kolaborasi
menggunakan ekspresi 1) Gunakan
wajah penerjemah, sesuai
- Disorientasi orang kebutuhan
- Disorientasi ruang
- Disorientasi waktu
- Tidak bicara
- Dispnea
- Ketidakmampuan
bicara dalam bahasa
pemberi asuhan
- Ketidakmampuan
menggunakan ekspresi
tubuh
- Ketidakmampuan
menggunakan ekspresi
wajah
- Ketidaktepatan
verbaliasi
- Defisit visual parsial
- Pelo
- Sulit bicara
- Gagap
- Defisit penglihatan
total
- Bicara dengan
kesulitan
- Menolak bicara
Faktor Yang
Berhubungan:
- Ketiadaan orang
terdekat
- Perubahan konsep diri
- Perubahan system
saraf pusat
- Defek anatomis ( mis,
celah palatum,
perubahan
neuromuscular pada
system penglihatan,
pendengaran dan
apparatus fonatori)
- Tumor otak
- Harga diri rendah
kronik
- Perubahan harga diri
- Perbedaan budaya
- Penurunan sirkulasi
ke otak
- Pebedaan yang
berhubungan dengan
usia perkembangan
- Gangguan emosi
- Kendala lingkungan
- Kurang informasi
- Hambatan fisik (mis.
Trakeostomi, intubasi)
- Kondisi psikologis
- Kendala psikologis
(mis. Psikosis, kurang
stimulus)
- Harga diri rendah
situasional
- Stress
- Efek samping obat
(mis. Agens
farmaseutikal)
- Pelemahan system
musculoskeletal
8) Monitor sianosis
perifer
9) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
b) Status Kesehatan
Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri tangan disertai kesemutan pada kaki kanan.
Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri yg dirasakan sejak 1 bulan yang lalu disertai kesemutan pada kaki kanan.
Nyeri dirasakan semakin hebat jika disentuh oleh orang lain.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Sudah pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan terapi sinar-X.
Status Kesehatan Massa Lalu
Penyakit yang pernah dialami
Tidak pernah menderita penyakit apapun.
Pernah dirawat
Tidak Alergi
Kebiasaan (merokok, kopi, alkohol, narkoba dll)
Tidak memiliki kebiasaan yang membahayakan kesehatan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak dari si klien mengalami penyakit Diabetes Melitus.
Diagnosa Medis dan Therapy
System Neurobehaviour:
a) Saraf olfaktori: Normal
b) Saraf optic: Normal/ lapang pandang: 6/6
c) Saraf okulomotorius: Normal
d) Saraf troklearis: Normal
e) Saraf abdusen: Normal
f) Saraf trigeminus: Normal
g) Saraf fasialis: Normal
h) Saraf vestibulokoklearis: berjalan tampak kesulitan, posisi miring, tidak bisa beridiri lama
i) Saraf glosofaringeus: Normal
j) Saraf vagus: Normal
k) Saraf asesorius: Hanyat tangan sebelah kiri yang berfungsi dengan baik, tangan kanan tampak
seperti lumpuh
l) Saraf hipoglosus: Normal
Pengkajian Khusus
1) Aktivitas/istirahat :
Pada saat dikaji, klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, dan mudah lelah.
2) Sirkulasi
Sirkulasi tampak normal, tidak ada adanya riwayat penyakit jantung, ataupun hipertensi.
3) Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
4) Eliminasi
TIDAK DIKAJI.
5) Makanan/cairan
Masih ada kemampuan untuk makan dan minum, tetapi masih dibantu oleh keluarga.
6) Neuro Sensori
Kelemahan dengan berbagai tingkatan. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan
dibagian ekstremitas atas dan bawah. Genggama tangan tidak seimbang, kesemutan.
7) Nyaman/nyeri
Nyeri tangan, nyeri dirasakan pada saat ditekan dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
8) Respirasi
Pada saat dikaji, respirasi 18x/menit.
9) Keamanan
Perubahan persepsi terhadap tubuh hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
10) Interaksi social
Gangguan dalam bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
BAB IV
KESENJANGAN TEORI DAN KASUS
4.1 Kesenjangan pada manifestasi klinis teori dan kasus
Manifestasi klinis teori secara umum baik stroke hemoragik maupun non hemoragik yaitu :
Kelamahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh
Melemahnya otot (hemiplegia) kaku, dan menurunnya fungsi sensorik
Mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, perih bahkan seperti rasa terbakar dibagian bawah
kulit
Gangguan penglihatan, seperti hanya dapat melihat secara parsial ataupun tidak dapat melihat
keseluruhan karena penglihatan gelap dan pandangan ganda sesaat
Menurunnya kemampuan mencium bau dan mengecap
Berjalan menjadi sulit dan langkahnya tertatih-tatih bahkan terkadang mengalami kelumpuhan
total
Kehilangan keseimbangan, gerakkan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik
Tidak memahami pembicaraan orang lain
Tidak mampu membaca, menulis dan menghitung dengan baik
Adanya gangguan bicara dan sulit berbahasa
Menjadi pelupa atau dimensia dan tidak mampu mengenali bagian tubuh
Banyak tidur dan selalu ingin tidur
Gangguan kesadaran, pingsan sampai tak tersadarkan diri
Adapun pada kasus, manifestasi klinis yang dikaji pada pasien yaitu :
Pada saat dikaji, Klien mengeluh lemah pada satu sisi (tangan kanan), Mulutnya mencong,
Kaki terasa kesemutan, disertai nyeri tangan, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilangnya
daya sensori pada bagian ekstermitas bawah.
Jadi, ada beberapa manifestasi klinis yang sama tetapi ada beberapa manifestasi yang tidak
di temukan pada pasien. Yaitu :
Gangguan penglihatan
Pada saat pasien dikaji khususnya bagian saraf optic (II) , tampak bahwa saraf tersebut dalam
keadaan normal. Sehingga pasien tidak mengalami gangguan pada mata, karena saraf optik masih
dapat menerima, mengolah dan mengirim informasi dari retina mata. (alodokter, 2011)
Menurunnya kemampuan mencium bau dan mengecap dan mengunyah
Pada saat pasien dikaji khususnya bagian saraf olfaktorius (I), saraf glosofaringeus (VIII), dan
saraf trigeminus (V), tampak bahwa saraf tersebut dalam keadaan normal. Sehingga pasien tidak
mengalami gangguan pada penciuman dan pengecapan. (alodokter, 2011)
Tidak memahami pembicaraan orang lain dan tidak mampu membaca, menulis dan menghitung
dengan baik.
Masalah dalam berbicara, memahami, membaca, dan menulis banyak dialami orang-orang
setelah stroke. Hal itu disebut sebagai afasia atau disfasia. Afasia terjadi akibat rusaknya bagian
otak yang mengatur kemampuan bicara atau rusaknya otot-otot yang mendukung kemampuan
tersebut. Namun pada saat pasien dikaji, tidak mengalami hal tersebut, karena bagian otak yang
mengatur kemampuan tersebut masih dalam keadaan normal. (alodokter, 2011)
Gangguan kesadaran, pingsan sampai tak tersadarkan diri
Tidak terjadi pada klien karena klien hanya mengalami stroke non hemoragik, dan stroke non
hemoragik tidak berhubungan dengan penurunan kesadaran. Karena strok non hemoragik
bergantung pada berat atau ringannya gannguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan
perdarahan darah terjadi .(menurut Rusdi Lamsudi, 2012)
Menjadi pelupa atau dimensia dan tidak mampu mengenali bagian tubuh
Pada pasien tidak terjadi karena pasien baru mengalami strok selama 1 bulan dan gejala ini
dapat terjadi jika terdapat kerusakan otak dalam jangka panjang yang memicu kehilangan memori
dan pada setiap orang berbeda-beda tergantung dari masing-masing orang (menurut dr. Rusdi
Lamasudi, 2012)
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan teori:
1) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral ((Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 4 Respons
Kardiovaskuler/Pulmonal)) (00007)
2) Hambatan Mobilitas Fisik (Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 2 Aktivitas/Latihan) (00085)
3) Hambatan Komunikasi Verbal (Domain 5 Persepsi/kognisi Kelas 5 Komunikasi) (00051)
4) Defisit Perawatan Diri (Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 5 Perawatan Diri) (00108)
5) Risiko Jatuh (Domain 11 Keamanan/perlindungan Kelas 2 Cedera fisik) (00155)
6) Ketidakefektifan Pola Napas (Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 4 Respons
Kardiovaskuler/Pulmonal) (00032)
7) Risiko Kerusakan Integritas Kulit (Domain 11 Keamanan/perlindungan Kelas 2 Cedera fisik)
(00047)
Berdasarkan kasus diatas, kami mengangkat beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan
manifestasi klinis yang terjadi pada pasien yaitu :
a) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00007), ((Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 4
Respons Kardiovaskuler/Pulmonal))
b) Nyeri Akut (00132), (Domain 12 Kenyamanan Kelas 1 Kenyamanan Fisik)
c) Hambatan Mobilitas Fisik (00085), (Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 2 Aktivitas/Latihan)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya
pembuluh darah otak. Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan
modern saat ini. Jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahunnya, bukan hanya menyerang
mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang muda pada usia produktif.
Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum memuaskan walaupun telah
banyak yang dicapai, hasil akhir pengobatan kalau tidak meninggal hampir selalu meninggalkan
kecacatan. Agaknya pengobatan awal/dini seperti pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus
disertai dengan pengenalan dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan komunitas dalam
masyarakat.
5.2 Saran
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah di kalangan kita.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai sekarang
adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat,
maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai di bidang Ilmu Penyakit Syaraf, selain
merupakan penyakit serius dan meninggalkan cacat jasmani, juga meninggalkan cacat rohani yang
cukup berat. Keluarga para pasien stroke tidak mampu sepenuhnya mencurahkan tenaga dan
perhatiannya untuk menjadi insan pembangun karena harus menyisihkan sebagian tenaga dan
waktunya untuk perawatan serta pengobatan bagi si penderita. Sedangkan penderita stroke
memerlukan banyak dukungan untuk mempercepat kesembuhannya. Selain pengawasan intensif
dari tim dokter yang merawat, perhatian keluarga juga sangat menentukan.
Stroke merupakan salah satu penyebab
kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Sebagian besar kejadian stroke
tersebut adalah stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik mempunyai banyak faktor resiko.
Salah satunya adalah dislipidemia, yaitu peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida serta
penurunan HDL kolesterol. Stroke lebih sering menyebabkan kelumpuhan / kecacatan daripada
kematian. Pencegahan adalah strategi yang efektif untuk mengurangi kerusakan yang terjadi pada
penyakit stroke. Hipertensi adalah faktor resiko yang paling penting untuk stroke, terutama Stroke
sumbatan. Tidak ada bukti bahwa wanita lebih tahan terhadap hipertensi daripada laki-laki. Insiden
stroke sebagian besar diakibatkan oleh hipertensi, sehingga kejadian stroke dalam populasi dapat
dihilangkan jika hipertensi diterapi secara efektif. Peningkatan tekanan darah yang ringan atau
sedang (borderline) sering dikaitkan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan pada peningkatan
tekanan darah yang tinggi, stroke lebih sering terjadi.
Kelainan jantung merupakan kelainan atau disfungsi organ yang mempredisposisikan
timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor resiko untuk semua jenis stroke, namun
pada tekanan darah berapapun, gangguan fungsi jantung akan meningkatkan resiko stroke secara
signifikan. Peranan gangguan jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring pertambahan
usia .
Selain itu, total serum kolesterol, LDL maupun trigliserida yang tinggi akan meningkatkan
resiko stroke iskemik ( terutama bila disertai dengan hipertensi ), karena terjadinya aterosklerosis
pada arteri karotis. Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria,
femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke sampai dua kali lipat bila
dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.
Pasien obesitas/ kegemukan memiliki tekanan darah, kadar glukosa darah dan serum lipid
yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pasien tidak gemuk. Hal ini meningkatkan resiko
terjadinya stroke, terutama pada kelompok usia 35-64 tahun pada pria dan usia 65-94 tahun pada
wanita. Namun, pada kelompok yang lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan,
melalui peningkatan tekanan darah, gangguan toleransi glukosa dan lain-lain. Pola obesitas juga
memegang peranan penting, dimana obesitas sentral dan penimbunan lemak pada daerah
abdominal, sangat berkaitan dengan kelainan aterosklerosis. Meskipun riwayat stroke dalam
keluarga penting pada peningkatan resiko stroke, namun pembuktian dengan studi epidemiologi
masih kurang.
Merokok merupakan faktor resiko tinggi terjadinya serangan jantung dan kematian
mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan.
Pada meta analisis dari 32 studi terpisah, termasuk studi-studi di atas, perokok memegang
peranan terjadi insiden stroke, untuk kedua jenis kelamin dan semua golongan usia dan
berhubungan dengan peningkatan resiko 50% secara keseluruhan, bila dibandingkan dengan
bukan perokok. Resiko terjadinya stroke, dan infark otak pada khususnya, meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki ataupun wanita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Stroke
Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan gangguan sirkulasi
serebral. Merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu
proses patologis pada pembuluh darah serebral, misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding
pembuluh atau penyakit vascular dasar, misalnya aterosklerosis, arteritis, trauma, aneurisme dan
kelainan perkembangan.
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat:
fokal dan atau global
akut
berlangsung antara 24 jam atau lebih
disebabkan gangguan aliran darah otak
tidak disebabkan karena tumor/infeksi
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit. Sesuai
dengan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak
dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke berlangsung perlahan
meskipun akut. Stoke dimana deficit neurologisnya terus bertambah berat.
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit
perbaikan. Stroke dimana deficit neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian
membaik/menetap
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul
iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya
aneurisma, malformasi arteri venosa,
2. stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.
B. Insidensi Stroke
Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan prevalensi
penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitian yang minim pada populasi
masyarakat didapatkan angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5% (Darmojo
, 1990) dan angka insidensi penyakit stroke pada darah rural sekitar 50/100.000 penduduk
(Suhana, 1994). Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI,
menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia. Dari
data diatas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan yang tepat pada penderita
stroke merupakan hal yang sangat penting, dan pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat
berguna untuk menentukan pencegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan angka
kematian dan kecacatan. (Japardi, Iskandar)
C. Etiologi
Penyebab utama dari stroke diurutkan dari yang paling penting adalah aterosklerosis
(trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur
aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi,
penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular
perifer.
E. Faktor resiko
Yang tidak dapat dikendalikan: Umur, factor familial dan ras.
Yang dapat dikendalikan: hipertensi, penyakit kardiovaskuler (penyakit arteri koronaria, gagal
jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif), kolesterol
tinggi, obesitas, kadar hematokrit tinggi, diabetes, kontrasepsi oral, merokok, penyalahgunaan
obat, konsumsi alcohol.
Keterangan:
Cardiovaskuler disease.
Adanya emboli dan thrombus pada otak dapat disebabkan oleh penyakit cardiovaskuler, mis :
arterosklerosis
Kadar hematokrit tinggi
Darahnya cepat mengental menyebabkan aliran darah itu lambat sehingga sel darah muda pecah
dan mengendap menimbulkan trombus→stroke
Diabetes
Hipergligekemia, darahnya kental sehingga beresiko membentuk endapan pada pembuluh darah
( thrombus ) → stroke
Kontrasepsi oral + hipertensi, usia > 35 tahun, merokok, kadar esterogen tinggi
Penurunan tekanan darah terlalu lama aliran darah ke otak berkurang sehingga ferfusi 02 ke otak
berkurang →stroke
F. Patofisiologi
1. Trombosis (penyakit trombo – oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling sering.
Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi selebral adalah penyebab utama
trombosis selebral, yang adalah penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis selebral
bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing,
perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis
selebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau
parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau
hari.
Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh
darah akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan
intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel –
sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh
sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau
tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus
tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang
adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah.
Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan
yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan
melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat
fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan
akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
2. Embolisme : embolisme sereberi termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke.
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan
emboli sereberi berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi
sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga
mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap bagian
otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian –
bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi
media, terutama bagian atas.
3. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit
ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah
terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletakdi dekatnya akan
tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper
otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan
larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan
dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Karena kerja enzim – enzim akan terjadi proses
pencairan, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik
akan terganti oleh astrosit dan kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar rongga
tadi. Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia yang mengalami proliferasi.
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisme. Kebanyakan
aneurisme mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah
kemungkinan ruptur. Sering terdapat lebih dari satu aneurisme.
G. Diagnosis
Pada diagnosis penyakit serebrovaskular, maka tindakan arteriografi adalah esensial
untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. CT Scan dan MRI merupakan sarana
diagnostik yang berharga untuk menunjukan adanya hematoma, infark atau perdarahan. EEG
dapat membantu dalam menentukan lokasi.
H. Penatalaksanaan
Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan
pengobatan maksimal).
Therapeutik window ini ada 3 konsensus:
1. Konsensus Amerika : 6 jam
2. Konsensus Eropa: 1,5 jam
3. Konsensus Asia: 12 jam
Prinsip pengobatan pada therapeutic window:
1. Jaringan penubra ada aliran lagi sehingga jaringan penubra tidak menjadi iskhemik.
2. Meminimalisir jaringan iskhemik yang terjadi.
Terapi umum:
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai berikut :
1. Menstabilkan tanda – tanda vital
a. mempertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan yang dalam , O2, trakeotomi,
I. Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak. Penderita
yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan gangguan sirkulasi
serebral. Merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu
proses patologis pada pembuluh darah serebral, misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding
pembuluh atau penyakit vascular dasar, misalnya aterosklerosis, arteritis, trauma, aneurisme dan
kelainan perkembangan.
Gejala umum stroke :
1. Baal atau lemas mendadak di wajah, lengan atau tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh.
2. Gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda, atau kesulitan melihat pada satu atau kedua
mata.
3. Bingung mendadak.
4. Pusing bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi.
5. Nyeri kepala mendadak tanpa sebab yang jelas.
6. Bicara tidak jelas (pelo)
Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan pengobatan
maksimal).
Therapeutik window ini ada 3 konsensus:
1. Konsensus Amerika : 6 jam
2. Konsensus Eropa: 1,5 jam
3. Konsensus Asia: 12 jam
Terapi umum:
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai berikut :
1. Menstabilkan tanda – tanda vital
2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter tinggal; cara ini telah diganti
dengan kateterisasi “keluar – masuk” setiap 4 sampai 6 jam.
4. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :
Terapi khusus:
Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan neuroprotektan.
Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin, tPA.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian Neurologi FKUI /RSCM,UCB
Pharma Indonesia, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Diknakes, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.
Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hudak C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II, EGC, Jakarta.
Islam, Mohammad Saiful, 1998, Stroke: Diagnosis Dan Penatalaksanaannya, Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf,
FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Juwono, T., 1996, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta.
Satyanegara, 1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu Pendekatan Baru
Millenium III, Bangkalan.
Widjaja, Linardi, 1993, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Stroke, Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf, FK
Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.