Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Chondrosarcoma adalah neoplasma yang bersifat malignan dengan


karakteristik adanya jaringan tulang rawan (jaringan kartilago) yang tidak normal.
Chondrosarcoma merupakan tumor terbanyak kedua di Amerika dengan jumlah kasus
25% dari seluruh keganasan tulang primer. Chondrosarcoma lebih sering melibatkan
orang dewasa, dimana lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.
Chondrosarcoma dapat dijumpai pada os femur, pelvis, humerus. 1
Gejala klinis yang sering dialami oleh penderita chondrosarcoma antara lain
rasa sakit, pembengkakan, eritematous, berlobul dan ulser. Sampai saat ini, penyebab
terjadinya chondrosarcoma belum diketahui dengan jelas. Namun, Batsakis JG dkk
(1980) menyatakan bahwa chondrosarcoma sering dihubungkan dengan pasien dengan
riwayat enchondroma atau osteosarcoma.1
Penentuan diagnosa chondrosarcoma memerlukan beberapa pemeriksaan,
seperti pemeriksaan klinis, histopatologis dan radiografi. Pemeriksaan radiografi yang
dapat membantu penentuan diagnosa chondrosarcoma diantaranya CT scan, foto
oklusal dan panoramic. Gambaran radiografi chondrosarcoma sering diinterpretasikan
keliru. Chondrosarcoma sering didiagnosa sebagai fibrosarcoma, central giant cell
granuloma, tumor odontogenik, hemangiopericytoma, ewing’s sarcoma dan
osteorascoma.2,3

1
BABII
CHONDROSARCOMA
1. DEFINISI

Chondrosarcoma dapat diartikan sebagai tumor atau neoplasma yang


bersifat malignan yang melibatkan jaringan tulang rawan atau kartilago. Sel-sel
tumor akan membuat jaringan tulang rawan tersebut tumbuh tidak normal.4
Menurut Nishimura Y dkk (1993), chondrosarcoma diklasifikasikan
menjadi tiga jenis berdasarkan asal pembentukan sel tumor, yakni:
1. Chondrosarcoma primer; berasal dari differensiasi sel-sel perikondrial.
2. Chondrosarcoma sekunder; berasal dari metamorfosis sel-sel chondroma
sentral atau eksostosis tulang rawan.
3. Chondrosarcoma mesenkim; berasal dari sel-sel mesenkim primitif.5
Disamping itu, Evans dkk. (1977) juga membuat klasifikasi
chondrosarcoma berdasarkan tingkat keganasan sel tumor yang dapat dilihat dari
kepadatan seluler, diferensiasi inti sel dan ukuran inti sel, yakni:
1. Grade atau tingkat I; terdiri dari sel tumor berinti dua dan tidak ada pembelahan
sel (mitosis). Sel tumor masih jarang dan berkembang sangat lambat.
2. Grade atau tingkat II; terdiri dari sel pleomorphic chondrocytes dan terjadi
pembelahan sel serta metastasis (menyebar). Sel tumor mulai padat dan
berkembang cepat.
Grade atau tingkat III; terdiri dari sel-sel chondroblast yang bersatu dan terjadi
pembelahan sel serta metastasis. Sel tumor sangat padat dan berkembang sangat
cepat.6,7

2. ANATOMI

Sistem muskuloskeletal tersusun dari tulang, kartilago, sendi, bursa,


ligamen dan tendon. Kartilago normal ditemukan pada sendi, tulang rusuk, telinga,
hidung, diskus intervertebra dan tenggorokan. Kartilago tersusun dari sel (kondrosit

2
dan kondroblast) dan matriks. Kondroblas dan kondrosit memproduksi dan
mempertahankan matriks. Matriks terdiri dari elemen fibrous dan substansi dasar.
Matriks ini kuat dan solid tetapi lentur. Matriks organik terdiri dari serat-serat
kolagen dalam gel semi padat yang kaya mukopolisakarida yang disebut juga
substansi dasar.8,9
Kartilago memegang peranan penting dalam pertumbuhan panjang tulang
dan membagi beban tubuh. Tulang bertambah panjang akibat proliferasi sel
kartilago di lempeng epifisis. Selama pertumbuhan dihasilkan sel-sel tulang rawan
(kondrosit) baru melalui pembelahan sel di batas luar lempeng yang berdekatan
dengan epifisis. Saat kondrosit baru sedang dibentuk di batas epifisis, sel-sel
kartilago lama ke arah batas diafisis membesar. Kombinasi proliferasi sel kartilago
baru dan hipertrofi kondrosit matang menyebabkan peningkatan ketebalan (lebar)
tulang untuk sementara. Penebalan lempeng tulang ini menyebabkan epifisis
terdorong menjauhi diafisis. Matriks yang mengelilingi kartilago tua yang
hipertrofi dengan segera mengalami kalsifikasi.
Pada orang dewasa, kartilago tidak mendapat aliran darah, limfe atau
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme dibawa oleh cairan sendi yang
membasahi kartilago. Proses ini dihambat dengan adanya endapan garam-garam
kalsium. Akibatnya sel-sel kartilago tua yang terletak di batas diafisis mengalami
kekurangan nutrien dan mati.
Osteoklas kemudian membersihkan kondrosit yang mati dan matriks
terkalsifikasi yang mengelilinginya, daerah ini kemudian diinvasi oleh osteoblas-
osteoblas yang berkerumun ke atas dari diafisis, sambil menarik jaringan kapiler
bersama mereka. Penghuni baru ini meletakkan tulang di sekitar bekas sisa-sisa
kartilago yang terpisah-pisah sampai bagian dalam kartilago di sisi diafisis lempeng
seluruhnya diganti oleh tulang. Apabila proses osifikasi telah selesai, tulang di sisi
diafisis telah bertambah panjang dan lempeng epifisis telah kembali ke ketebalan
semula. Kartilago yang diganti oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki

3
ketebalan yang setara dengan pertumbuhan kartilago baru di ujung epifisis
lempeng.
Ada tiga jenis kartilago yaitu: kartilago hialin, kartilago elastis dan
fibrokartilago. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban
tubuh pada sendi sinovial Kartilago ini memegang peranan penting dalam membagi
beban tubuh. Kartilago ini tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar substansi
dasar. Substansi dasar terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan
oleh sel-sel kartilago. Proteoglikan sangat hidrofilik sehingga memungkinkan
menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban berat. Kartilago hialin terletak
pada epifisis tulang panjang.8,9

3. KlASIFIKASI

Chondrosarcoma dapat diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. CS primer


muncul de novo, sedangkan CS sekunder muncul terkait dengan lesi kartilaginosa yang
sudah ada sebelumnya, seperti enchondroma atau osteochondroma, dan juga termasuk
enchondromatosis (penyakit Ollier, Sindrom Maffucci) dan beberapa eksostosis

4
herediter (HME, diaphyseal aclasis). Lesi juga diklasifikasikan menurut letak lesinya
seperti central, periferal atau juxtacortical.CS sentral muncul di dalam rongga
meduler,CS perifer muncul di dalam tulang rawan osteochondroma,sementara CS
juxta-cortical atau periosteal muncul permukaan tulang. Klasifikasi lebih lanjut dari CS
didasarkan pada berbagai subtipe histologis, termasuk intramedullary
konvensional(Kelas 1-3), sel jernih, myxoid, mesenchymal dan berdiferensiasi.

4. PREDILEKSI
Tulang panjang dari bagian appendicular skeleton adalah lokasi paling umum pada
chondrosarcoma sentral (45% kasus), paling sering pada femur (20-35%), tibia
(5%)dan extremitas atas (10-20%), dimana tulang humerus adalah kasus paling sering
ditemui, tulang axial juga secara relative ditemukan, dimana 25% tumor terkait
innominate bone, 8% tulang rusuk, 5% tulang belikat dan 2% tulang dada.Namun,
hampir semua tulang dapat terlibat, termasuk tulangtulang-tulang kecil tangan dan
kaki.Dalam tulang panjang, sekitar 50% memengaruhiwilayah metafisis dan 36%
diafisis. EpifisisCS pusat dilaporkan pada 16% kasus, sedangkan subartikularekstensi
juga telah ditemukan. Lesi tulang paha,tibia, humerus dan fibula paling sering
ditemukansecara proksimal.

5. ETIOLOGI
Sampai saat ini, etiologi atau penyebab pasti terjadinya chondrosarcoma belum
diketahui dengan jelas. Namun, Batsakis JG dkk (1980) menyatakan bahwa
chondrosarcoma sering dihubungkan dengan pasien dengan riwayat enchondroma
atau osteosarcoma. Sedangkan, faktor-faktor predisposisi terjadinya
chondrosarcoma diantaranya eksostosis herediter, Ollier's disease, Maffucci's
syndrome, Paget's disease, chondromyxoid fibroma, dan radiasi.1
Menurut Terezhelmy GT dkk (1977), patogenesis ataupun perjalanan
biologis sel tumor chondrosarcoma belum jelas diketahui. Namun menurutnya,

5
chondrosarcoma berasal dari chondrosarcoma yang bersifat jinak. Perubahan
tersebut dapat disebabkan oleh radiasi, paget's disease, ataupun fibrous dysplasia.10

6. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi chondrosarcoma primer maupun sekunder adalah
terbentuknya kartilago oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel tumor
hanya memproduksi kartilago hialin yang mengakibatkan abnormalitas
pertumbuhan tulang dan kartilago.
Secara fisiologis, kondrosit yang mati dibersihkan oleh osteoklas kemudian
dareah yang kosong itu, diinvasi oleh osteoblast-osteoblas yang melakukan proses
osifikasi. Proses osifikasi ini menyebabkan diafisis bertambah panjang dan
lempeng epifisis kembali ke ketebalan semula. Seharusnya kartilago yang diganti
oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki ketebalan yang setara dengan
pertumbuhan kartilago baru di ujung epifisis lempeng. Namun pada
chondrosarcoma proses osteogenesis tidak terjadi, sel-sel kartilago menjadi ganas
dan menyebabkan abnormalitas penonjolan tulang, dengan berbagai variasi ukuran
dan lokasi.
Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral. Apabila
lesi awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri dinamakan
chondrosarcoma sentral sedangkan chondrosarcoma perifer apabila lesi dari
permukaan tulang seperti kortikal dan periosteal. Tumor kemudian tumbuh
membesar dan mengikis korteks sehingga menimbulkan reaksi periosteal pada
formasi tulang baru dan jaringan lunak.

7. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis chondrosarcoma ini sangat beragam. Pada umumnya
penyakit ini memiliki perkembangan yang lambat, kecuali saat menjadi agresif.
Gejala Chondrosarcoma berikut adalah gejala yang bisa ditemukan pada
chondrosarcoma:

6
1. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan. Sekitar 75%
pasien chondrosarcoma merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan
tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa
nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan.
Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri
tidak menghilang. Nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.
2. Pembengkakan
Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
3. Massa yang teraba
Teraba massa yang diakibatkan penonjolan tulang.
4. Frekuensi miksi meningkat
Manifestasi klinis ini ditemukan pada chondrosarcoma di pelvis.
Namun semua manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap
chondrosarcoma. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade
tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan
pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang
tua seperti nyeri pinggul dan pembengkakan.7,11

8. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Radiograf
Foto konvensional merupakan pemeriksaan penting yang dilakukan untuk
diagnosis awal chondrosarcoma. Baik chondrosarcoma primer atau sentral
memberikan gambaran radiolusen pada area dekstruksi korteks. Bentuk destruksi
biasanya berupa pengikisan dan reaksi eksternal periosteal pada formasi tulang baru.
Karena ekspansi tumor, terjadi penipisan korteks di sekitar tumor yang dapat
mengakibatkan fraktur patologis. Scallop erosion pada endosteal cortex terjadi akibat
pertumbuhan tumor yang lambat dan permukaan tumor yang licin. Pada
chondrosarcoma, endosteal scalloping kedalamannya lebih dari 2/3 korteks, maka hal

7
ini dapat membedakan chondrosarcoma dengan enkondroma. Gambaran
chondrosarcoma lebih agresif disertai destruksi tulang, erosi korteks dan reaksi
periosteal, jika dibandingkan dengan enkondroma.
Tidak ada kriteria absolut untuk penentuan malignansi. Pada lesi malignan,
penetrasi korteks tampak jelas dan tampak massa jaringan lunak dengan kalsifikasi.
Namun derajat bentuk kalsifikasi matriks ini dapat dijadikan patokan grade tumor.
Pada tumor yang agresif, dapat dilihat gambaran kalsifikasi matriks iregular. Bahkan
sering pula tampak area yang luas tanpa kalsifikasi sama sekali. Destruksi korteks dan
jaringan lunak di sekitarnya juga menunjukkan tanda malignansi tumor. Jika terjadi
destruksi dari kalsifikasi matriks yang sebelumnya terlihat sebagai enkondroma, hal
tersebut menunjukkan telah terjadi perubahan ke arah keganasan menjadi
chondrosarcoma.14
CT Scan
Dari 90% kasus ditemukan gambaran radiolusen yang berisi kalsifikasi matriks
kartilago. Pada pemeriksaan CT scan didapatkan hasil lebih sensitif untuk penilaian
distribusi kalsifikasi matriks dan integritas korteks. Endosteal cortical scalloping pada
tumor intramedullar juga terlihat lebih jelas pada CT scan dibandingkan dengan foto
konvensional. CT scan ini juga dapat digunakan untuk memandu biopsi perkutan dan
menyelidiki adanya proses metastase di paru-paru.9
MRI
MRI sangat berharga dalam perencanaan bedah karena menunjukkan keterlibatan
jaringan intraosseus dan lembut dari tumor. MRI juga membantu dalam mengevaluasi
degenerasi ganas kemungkinan osteochondromas dengan memungkinkan pengukuran
akurat dari tutup tulang rawan yang harus kurang dari 2 cm tebalnya.9

8
8.1 Central chondrosarcoma low-grade
Paling umum dan terdapat 3 derajat histologis I,II,III. grade I paling umum dan
sulit dibedakan dengan echondroma. Adanya entrapment dan destruksi di sekitar tulang
penjamu adalah tanda khasnya. Membedakan benigna dengan malignant tumor tulang
rawan berdasarkan pengambilan keputusan dari klinisi, imaging dan tanda patologis
yang ditemukan.
Central CS paling sering dijumpai pada tulang panjang dari tulang weight
bearing (45%), juga ditemui pada tulang axial (25%), 50% di metafisis, 36% di diafisis
dan 16% di epifisis. Lokasi paling sering ditemukan pada tulang illium, proximal
femur, proximal humerus dan distal femur
Area campuran lysis dan sclerosis dan lesi sclerotic yang menggambarkan ring
and arcs mineralisasi (78%). Semakin tinggi derajat tumor semakin tumor itu
menunjukkan less mineralization. Low grade tumors menunjukan Lobulated
geographic margin sementara permeative dan moth eaten bone destruction
mengindikasikan lesi high grade. Semakin lesi berkembang aka nada pembentukkan
endosteal scalloping, cortical expansion, cortical destruction dan pembentukan massa
soft tissue.Deep endosteal scalloping (lebih dari dua pertiga kedalaman kortex)
mengindikasikan central chondrosarcoma dibandingkan dengan enchondroma.

CT Scan – untuk occult matrix mineralization dan untuk melihat kedalaman dan derajat
dari endosteal scalloping.

MRI - untuk melihat peningkatan massa intraosseus Lemak yang terjebak sangat
menunjukkan CS derajat rendah dan ekstensi jaringan lunak indikasi CS kelas
tinggi.Pada gambar post contrast, CS kelas rendah biasanya menunjukkan septal dan
penyangatan periferal. CS derajat tinggi menunjukkan peningkatan yang lebih umum
dengan area nekrosis. Tumor chondral sternum dan tulang rusuk yang paling cenderung
menjadi chondrosarcoma daripada enchondroma.

9
Gbr. Chondrosarcoma sentral low grade

a. Radiograf knee joint anteroposterior (AP) menunjukkan suatu lesi sklerotik


pada proximal tibia yang menampilkan gambaran ring-and-arc chondral type
mineralization.
b. Axial CT menggambarkan endosteal scalloping di cortex, dimana gambaran ini
tidak dapat dilihat melalui foto konvensional

10
c. Coronal T1W FSE MRI menunjukkan classic lobular appeareance dimana
terdapat lesi signal void yang menggambarkan mineralisasi matrix dan area
hiperintensitas yang menggambarkan tulang rawan
d. Axial fatsuppressed T2W FSE MRI menunjukkan kedalaman dan perluasan
endosteal scalloping

8.3 central chondro sarcoma grade 2

Gbr. Chondrosarcoma sentral grade 2

a. Radiograf Left proximal humerus AP menunjukkan lesi ill-defined lytic dengan


mineralisasi matrix , yang menggambarkan permeative bone destruction atau
moth eaten
b. Sagittal T2W FSE dan c axial PDW FSE MRI menunjukkan extensive cortical
destruction dengan soft tissue extension dari lesi

11
8.3 central chondrosarcoma high-grade

Gbr. Chondrosarcoma Sentral high grade

a. Radiograf knee joint AP menggambarkan lesi litik destruktif dari distal lateral
femur, yang menyebabkan penebalan cortical, reaksi periosteal dan marginal
sclerosis
b. Coronal T1W FSE MRI menunjukkan lesi intermediate SI dengan reak si
periosteal dan marginal skelorisis

12
c. Sagittal T2W FSE MRI menunjukkan lesi hiperintense dengan hypointense
internal septa dan posterior extraosseous extension
d. Axial fat suppressed T2W FSE MRI menunjukkan destruksi kortikal, soft tissue
extension dan peri lesional marrow edema like SI

8.4. clear cell chondrosarcoma

 Dikarakteristik dengan lokasi epiphysial


 Lesi Low grade
 Umumnya di femur dan caput humeral
 Serum alakalline phosphatase sebagai tumor marker
 Digambarkandengan lesi lytic epiphyseal dan dapat menunjukan extension to
metaphysis.
 Matrix minereliaztion dalam 30% kasus
 Expansi ringan dapat dijumpai namun extraosseous extension jarang.
 MR-Heterogeneous signal intensity karena perdarahan dan mineralisation.
 Diagnosis banding - Chondroblastoma (CB) sering dijumpai pada usia muda
gambaran radiologis sama

13
Gbr, 6 Clear cell chondrosarcoma
a. Radiograf left hip AP menunjukkan lesi lytic di caput femoris dengan poorly-
defined, thin sclerotic margin
b. CT left hip menggambarkan mineralisasi matrix dan sclerotic margin lesi
c. Coronal T1W SE dan d coronal fatsuppressed T2W FSE MRI menunjukkan
lesi low-intermediate SI note batas sclerosis halus (panah) dan tidak adanya
edema meduler reaktiv dan synovitis.

8.5. Mesenchymal chondrosarcoma


 Jarang high grade CS, pada kelompok usia muda

14
 Femur, costae, pelvis dan humerus paling banyak
 Jarang timbul dari fibrous dysplasia
 Imaging - Agressive features seperti moth eaten dan permeative destruction,
poorly defined periosteal reaction dan soft tissue extension. Typical chondroid
matrix mineralisation dalam 66% kasus.
 CT - Agressive malignant bone tumor dan subtle matrix mineralization merujuk
ke diagnosis
 MRI- Heterogeneous intermediate T2W signal intensity. Uniform atau
heterogeneous Enhancement

Gbr. Mesenchymal Chondrosarcoma


a. Foto knee AP dan b. lateral menunjukan lesi litik predominan, lesi lobular di
proximal tibia (panah) dengan internal tuberkulasi

15
Gbr. 8 mesenchymal chondrosarcoma
a. Axial CT dari pelvis menunjukkan suatu ill-defined, aggressive, expansif lesion
di ilium posterior sinistra (panah), yang menyebabkan destruksikortikal dan
soft tissue extension.
b. Sagittal T2W FSE MRimage menggambarkan lesi heterogen dengan
intermediet SI (panah). Note multiple serpentine signal voids dalam lesi (kepala
panah)

8.6. Dedifferentiated chondrosarcoma.


 11% dari CS central
 Didefinisikan oleh perkembangan sarkoma high grade dari lesi
chondrosarcoma grade rendah sampai sedang yang sudah ada sebelumnya.
 Lesi non kartilagen biasanya osteosarkoma, fibrosarkoma atau malignanat
histiocytoma berserat.
 Fitur radiografi CS high grade dalam 85% kasus.
 Penebalan kortikal, reaksi endosteal scalloping dan periosteal dilaporkan.
 Kerusakan kortikal sering terjadi dan terlihat dalam 90% kasus dengan CT /
MRI.
 Massa jaringan lunak terlihat pada 80% kasus dengan CT /MRI.
 gambaran bi-morfisme tumor dengan adanya chondral dan komponen
nonchondral penting untuk diagnosis.
 Komponen non chondral dipandang sebaga iarea penghancuran tulang yang
agresif, berdekatan dengan tumor khondral yang khas. Pada MRI komponen
nonchondral menunjukkan intensitas sinyal yang relatif rendah pada gambar
T2W dan uniform contrast enhancement.

16
Gbr. 9 Dedifferentiated chondrosarcoma.
a. Radiograf Femur AP menunjukkan lesi extensive, tidak tervisualisasi baik
campuran litik dan sklerotik di proximal femur, dimana mengambarkan
endosteal scalloping (panah)
b. Lateral radiograf proximal femur menunjukan chondral-type mineralization di
komponen lesi intramedullary (panah) dan mineralisasi osteoblastic dari
dedifferentiated component (arrowheads).
c. c Axial CT femur mengambarkan osteoblastic posterior soft-tissue mass
(arrows)

17
Gbr. 10 Dedifferentiated chondrosarcoma pada acetabulum.
a. AP radiograf pada hip dextra menunjukan lesi tidak tervisualisasi dengan baik
yang sudah menghancurkan dinding medial acetabulum(panah) dengan soft
tissue extension
b. CoronalcT1W dan c axial T2WFSE MR images menunjukkan lesi yang
spesifik dan tidak ada bukti lesi penyebab.show.
8.7. Periosteal xhondrosarcoma.
 Juga dikenal sebagai CS juxtacortical dan parosteal. Tumor langka Mayoritas
adalah tumor tingkat rendah.
 Lokasi metaphyseal atau metadiaphyseal
 Penebalan atau penipisan korteks yang mendasarinya
 Matriks chondroid terlihat di sebagian besar lesi
 MRI - Menunjukkan pola pertumbuhan lobular dari tumor tingkat rendah
 Diagnosis banding adalah chondroma periosteal dan sarkoma periosteal.

18
Gbr. 11 Periosteal xhondrosarcoma
a. Lateral radiograf knee menunjukkan lesi lytic predominan dengan chondral-
type matrix mineralization (panah) dari permukaan posterior distal femur.
Dengan penebalan kortikal
b. Sagittal T2W FSE MR image menggambarkan lesi peningktan SI predominan
dengan morfologi lobular
8.8. secondary chondrosarcoma pada tibia.
Timbul pada lesi kartilago jinak yang mendasarinya (enchondroma dan
osteochondroma).CS sekunder berkembang dalam osteochondromas soliter 4%.
Transformasi terjadi dikomponen tulang rawan dan biasanya CS kelas rendah
berkembang.Ketebalan tutup tulang rawan lebih dari 1 cm menimbulkan kecurigaan
untuk CS.

19
Gbr. 12 secondary chondrosarcoma pada tibia
a. lateral radiograf menggambarkan massa soft tissue dengan extensive chondral-
type matrix mineralisation di posterior proximal tibial cortex.
b. Sagittal T2W FSE MR image menunjukkan hiperintense cartilage cap (panah)
dengan area signal void karena mineralisasi matrix
c. Axial PDW FSE MR image menggambarkan batang dari osteochondroma
(panah hitam), lobular appearance pada cartilage cap (panah putih), cartilage
cap menebal dengan mineralisasi matrix.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Cawson RA, Odell EW. Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine.
Ed. 7. United Kingdom : Churchill Livingston, 2002: 144-5.
2. Hayt MW, Becker L, Katz DS. Chondrosarcoma of the maxilla: panoramic
radiographic and computed tomographic with multiplanar reconstruction findings.
Dentomaxillofacial Radiology 1998; 27: 113 - 6
3. Naik K dkk. Mesenchymal chondrosarcoma affecting the mandible. Journal of oral
and maxillofacial pathology 2008; 12(1): 29-33.
4. Gallego L dkk. Chondrosarcoma of the temporomandibular joint: A case report and
review of the literature. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2009; 14 (1): E39-43.
5. Saini R dkk. Chondrosarcoma of the mandible: a case report. JCDA. 2007; 73 (2):
175-8.
6. Lee SY dkk. Chondrosarcoma of the Head and Neck. Yonsei Medical Journal 2005;
46(2): 228 – 32.
7. Baba AI, Catoi C. Comparatif oncology, systemic cancer: bone and joint tumors.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=componc&part=ch6
8. Brockstein,B. 2007. Condrosarcoma Journal of Clinical oncology. Official Journal
of the American Society of Clinical Oncology.
http://jco.ascopubs.org/content/22/24/5017.1.full

9. Michael,K. 2008. Anatomic and Histologic Variants in American Journal Clinical


Pathology of chondrosarcoma.
http://peir.path.uab.edu/pathgrad/publications/klein.pdf

10. Moore, Keith, dkk. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates

11.Chowdary A dkk. Chondrosarcoma of the Maxilla-Recurrent. Journal of Medical


Education & Research 2008; 10 (2): 94-6.
12. Reddy Amrud R. Chondrosarcoma Seminar. Gandhi Medical College. 2009.
13. Brodey RS, Riser WH, van der Heul RO. Canine Skeletal Chondrosarcoma: A
Clinicopathologic Study of 35 Cases. J. Am. Vet. Med. Assoc. 2004;165:68–78.

21
14. Misdorp W, van der Heul RO. Tumours of bones and joints. World Health
Organization. 2006;53:265–282
15. Gelderblom H, Hogendoorn PC, Dijkstra SD, et al. "The clinical approach towards
chondrosarcoma". Oncologist. 13(3): 320–9. Diakses pada Oktober 2014
16. Ling GV, Morgan JP, Pool RR. Primary Bone Tumors in the Dog: A Combined
Clinical, Radiographic and Histologic Approach to Early Diagnosis. J. Am. Vet.
Med. Assoc. 2004;165(1):55–67.

17. H. Douis & A. Saifuddin, 2012.The imaging of cartilaginous bone tumours. II.
Chondrosarcoma.Skeletal Radiol (2013) 42:611–626 DOI 10.1007/s00256-012-
1521-3. Di akses pada September 2019

18. H. Pandey1, D. Bajpai2, J. R. Nair3; 1Ellenbrook/AU, 2Bareilly/IN,3Montreal,


QC/CA. 2015. What Every Radiologist Should Know About Chondrosarcoma -
Genetics, Classification, Imaging Apperances, Diagnosis and Treatment.
10.1594/ranzcr2015/R-0061. 3-8. Diakses September 2019

22

Anda mungkin juga menyukai