TINJAUAN PUSTAKA
A. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah proses kontinyu di mana air bergerak dari bumi ke
permukaan tanah dan laut menguap ke udara akibat energi panas matahari.
Laju dan jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat garis ekuator,
di mana radiasi matahari lebih kuat. Uap air tersebut bergerak dan naik ke
hujan atau salju. Presipitasi tersebut ada yang jatuh di samudera, di darat, dan
(intersepsi) dan sisanya sampai ke permukaan tanah. Sebagian air yang sampai
lainnya akan mengalir di atas permukaan tanah sebagai aliran permukaan atau
surface runoff. Aliran ini mengisi cekungan tanah, danau, masuk ke sungai
dan akhirnya mengalir ke laut. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian
5
mengalir di dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah yang kemudian keluar
sebagai mata air atau mengalir ke sungai dan akhirnya kembali lagi menuju
laut. Proses ini berlangsung terus menerus dan disebut siklus hidrologi.
B. Banjir
sekitarnya (Suripin, 2004). Banjir dapat terjadi karena faktor alam dan
sebagai berikut.
1. Curah hujan
Curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan banjir di sungai dan bila
2. Pengaruh fisiografi
banjir.
kapasitas penampang sungai. Erosi yang biasa terjadi di hulu sungai dan
menimbulkan banjir.
berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan.
Air pasang di laut menyebabkan lambatnya aliran air dari sungai ke laut.
Banjir terjadi bersamaan dengan pasang air laut maka tinggi genangan atau
banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Banjir akibat
Sedangkan penyebab banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia antara lain
sebagai berikut.
hutan, pembukaan lahan, perluasan kota dan perubahan tata guna lahan
2. Kawasan kumuh
3. Sampah
elevasi muka air banjir karena adanya efek aliran balik (backwater).
8
akibat banjir kecil dan sedang, namun mungkin dapat menambah kerusakan
untuk banjir besar. Sebagai contoh, bangunan tanggul sungai yang tinggi.
C. Bandar Lampung
di Teluk Lampung dan di ujung Pulau Sumatera yang memiliki luas 192,96
masuk ke dalam Wilayah Sungai Way Seputih dan Way Sekampung. Sistem
jaringan sungai di Kota Bandar Lampung dapat dibagi ke dalam 4 sistem yaitu
sebagai berikut.
1. Sistem Kuala, yang terdiri dari sungai Way Halim, Way Sulan, Way
Simpur, Way Balau, Way Garuntang, Way Awi, Kalibalok, dan Way Kuala.
9
2. Sistem Kuripan, yang terdiri dari sungai Way Sukamaju, Way Keteguhan 1,
3. Sistem Panjang, yang terdiri dari sungai Way Lunik Kiri, Way Lunik
Kanan, Way Pancur 1, Way Pancur 2, Way Pancur 3, Way Ambon, Way
4. Sistem Kandis, yang terdiri dari sungai Way Sukamenanti, Way Labuhan
Penengahan, Pelita, Gotong Royong, Enggal, Kelapa Tiga, dan Durian Payung.
Payung dan sampai saat ini Kelurahan Palapa dijadikan sebagai pusat
Karang Pusat.
penduduk (sebesar 66,3% dari total wilayah), selain itu terdapat pula wilayah
untuk jasa-jasa, lainnya, dan tanah kosong yang memang sengaja tidak
diperuntukkan/digunakan.
Kecamatan Tanjung Karang Pusat terletak pada kemiringan lereng 0-20% dan
ketinggian 100 sampai 500 meter di atas permukaan laut dengan topografi yang
terdiri dari dataran dan daerah perbukitan, yaitu Kelurahan Durian Payung dan
dialiri oleh sungai Way Awi, Way Simpur, dan Way Penengahan yang
Penengahan.
E. Kolam Retensi
Kolam retensi adalah kolam yang berfungsi untuk menampung air hujan
Fungsi dari kolam retensi adalah untuk menggantikan peran lahan resapan yang
digantikan dengan kolam retensi. Fungsi kolam ini adalah menampung air
hujan langsung dan aliran dari sistem untuk diresapkan ke dalam tanah.
Sehingga kolam retensi ini perlu ditempatkan pada bagian yang terendah dari
12
lahan. Jumlah, volume, luas dan kedalaman kolam ini sangat tergantung dari
mudah dan murah menjernihkan air di kolam retensi yang kecil sebelum
sendiri.
Sumber : Tata Cara Pembuatan Kolam Retensi dan Polder, PU, 2010
Tipe ini memiliki bagian-bagian berupa kolam retensi, pintu inlet, bangunan
pelimpah samping, pintu outlet, jalan akses menuju kolam retensi, ambang
sedimen. Kolam retensi jenis ini cocok diterapkan apabila tersedia lahan
Keunggulan dari tipe ini adalah tidak mengganggu sistem aliran yang ada,
pintu outlet, bendung, saringan sampah dan kolam sedimen. Tipe ini
diterapkan bila lahan untuk kolam retensi sulit didapat. Kelemahan dari tipe
ini adalah kapasitas kolam yang terbatas, harus menunggu aliran air dari
Sumber : Tata Cara Pembuatan Kolam Retensi dan Polder, PU, 2010
Sumber : Tata Cara Pembuatan Kolam Retensi dan Polder, PU, 2010
Kelengkapan sistem dari kolam retensi tipe ini adalah saluran yang lebar
dan dalam serta cek dam atau bendung setempat. Tipe ini digunakan
drainase yang ada. Kelemahan dari tipe ini adalah kapasitasnya terbatas,
lebih besar dari 2:1. Sedang dua kutub aliran masuk (inlet) dan keluar
terdapat kedua ”mulut” masuk dan keluarnya (aliran) air. Keuntungan yang
itu, ternyata sedimen relatif lebih cepat mengendap dan interaksi antar
karena terbentuknya air yang terus bergerak, namun tetap dalam kondisi
tenang, pada saatnya tanaman dapat pula menstabilkan dinding kolam dan
1. Analisis Hidrologi
a. Presipitasi
Presipitasi adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan uap air yang
bentuknya. Jika presipitasi yang jatuh dalam bentuk cair disebut hujan
sedangkan jika yang jatuh dalam bentuk padat disebut salju (Suripin,
1) Intensitas (i) adalah laju hujan, tinggi air per satuan waktu (mm/menit,
mm/jam, mm/hari).
2) Lama waktu (t) adalah panjang waktu di mana hujan turun dalam jam
atau menit.
3) Tinggi hujan (d) adalah jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi
b. Pengukuran Hujan
hujan yang jatuh. Namun tidak mungkin untuk menampung seluruh air
hujan yang jatuh di suatu daerah tangkapan hujan. Hujan di suatu daerah
pengukur hujan. Hujan yang terukur pada alat tersebut mewakili suatu
Alat pengukur hujan hanya memberikan nilai tinggi hujan di suatu titik.
ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata, alat penakar tersebar
dengan harga curah hujan rata-rata. Metode ini kurang akurat bila
Keterangan :
n : jumlah stasiun
2) Metode Thiessen
sama dengan yang terjadi pada stasiun terdekat, sehingga hujan yang
merata.
f) Jumlah dari perkalian antara luas poligon dan tinggi hujan dibagi
Keterangan :
3) Metode Isohyet
dianggap bahwa data hujan pada suatu luasan di antara dua garis
20
isohyet adalah merata dan sama dengan rerata dari nilai kedua garis
isohyet tersebut.
a) Lokasi stasiun hujan dan tinggi hujan digambarkan pada peta DAS
d) Luas daerah antara dua garis isohyet yang berurutan diukur dan
dikalikan dengan nilai tinggi hujan rerata dari nilai kedua garis
isohyet.
𝐼 +𝐼 𝐼 +𝐼 𝐼 +𝐼 𝐼 +𝐼
𝐴1 1 2 +𝐴2 2 3 +𝐴 3 3 4 +⋯+𝐴𝑛 𝑛 𝑛 +1
𝑝= 2 2 2 2
…(3)
𝐴1 +𝐴2 +𝐴3 +⋯+𝐴𝑛
Keterangan :
pemilihan metode yang cocok didasarkan pada tiga faktor yaitu jaring-
Dalam analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari
pos penakar hujan. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik
1) Rata-rata
1 𝑛
𝑥= 𝑖=1 𝑥𝑖 …(4)
𝑛
2) Simpangan baku
𝑛 (𝑥 −𝑥 )2
𝑖=1 𝑖
𝑠= …(5)
𝑛−1
3) Koefisien variasi
𝑠
𝐶𝑉 = 𝑥 …(6)
4) Koefisien skewness
𝑛 𝑛𝑖=1 (𝑥 𝑖 −𝑥 )3
𝐺= …(7)
𝑛−1 𝑛 −2 𝑠 3
sebagai berikut.
1) Distribusi Normal
𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝐾𝑇 𝑆 …(8)
Keterangan :
𝑌𝑇 = 𝑌 + 𝐾𝑇 𝑆 …(9)
24
Keterangan :
𝑋 = log 𝑋 …(10)
𝑛 0.5
𝑖=1 (log 𝑥 𝑖 −log 𝑥 )2
𝑠= …(12)
𝑛−1
koefisien kemencengan G.
25
4) Distribusi Gumbel
𝑋 = 𝑋 + 𝑆. 𝐾 …(15)
Keterangan :
Keterangan :
𝑇𝑟 −1
𝑌𝑇𝑟 = − ln − ln …(17)
𝑇𝑟
Tabel 7.
26
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,8396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
Sumber : Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Suripin, 2004
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
Sumber : Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Suripin, 2004
e. Uji Kecocokan
1) Uji Chi-kuadrat
Keterangan :
sebesar Ei.
(𝑂𝑖 −𝐸𝑖 )2
e) Pada tiap-tiap sub grup dihitung nilai (𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )2 dan .
𝐸𝑖
(𝑂𝑖 −𝐸𝑖 )2
f) Menjumlahkan seluruh G sub grup nilai untuk menentukan
𝐸𝑖
2) Uji Smirnov-Kolmogorov
berikut.
pos hujan.
2) Mencari besarnya curah hujan pada tanggal, bulan, dan tahun yang
4) Menentukan hujan maksimum harian pada tahun yang sama untuk pos
tahunnya.
Intensitas hujan adalah tinggi air hujan per satuan waktu. Sifat umum
Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan
yang telah terjadi pada masa lampau. Untuk menghitung intensitas curah
1) Rumus Talbot
Keterangan :
terjadi di DAS
𝐼.𝑡 𝐼 2 − 𝐼 2 .𝑡 𝐼
𝑎= …(20)
𝑁 𝐼2 − 𝐼 𝐼
𝐼 𝐼.𝑡 −𝑁 𝐼 2 .𝑡
𝑏= …(21)
𝑁 𝐼2 − 𝐼 𝐼
31
2) Rumus Sherman
Rumus ini cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih
dari 2 jam.
𝑎
𝐼 = 𝑡𝑛 …(22)
Keterangan :
n : konstanta
3) Rumus Ishiguro
𝑎
𝐼= …(25)
𝑡+𝑏
Keterangan :
a dan b : konstanta
𝐼. 𝑡 𝐼 2 − 𝐼 2 . 𝑡 𝐼
𝑎= …(26)
𝑁 𝐼2 − 𝐼 𝐼
𝐼 𝐼. 𝑡 −𝑁 𝐼 2 . 𝑡
𝑏= …(27)
𝑁 𝐼2 − 𝐼 𝐼
32
4) Rumus Mononobe
Rumus ini digunakan apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia,
𝑅24 24 2/3
𝐼= …(28)
24 𝑡
Keterangan :
1) Metode Rasional
terbatas untuk DAS-DAS dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 300
ha. Karena model ini merupakan model kotak hitam, maka tidak dapat
Keterangan :
S : kemiringan saluran
sebagai berikut.
𝐶×𝐼×𝐴
𝑄= …(30)
3,6
Keterangan :
C : koefisien pengaliran
Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju
2003).
34
2) Metode Haspers
𝑄 = 𝛼×𝛽×𝐴×𝑞 …(31)
Keterangan :
1+0,012×𝐴 0,7
𝛼 = 1+0,075×𝐴 0,7 …(32)
𝑡×𝑅𝑇
𝑟 = 𝑡+1−0,008 untuk t ≤ 2 jam
260−𝑅𝑇 (2−𝑡)2
𝑡×𝑅𝑇
𝑟= untuk 2 jam < t ≤ 19 jam
𝑡−1
i. Waktu Konsentrasi
dari titik aliran terjauh dari suatu DAS sampai dengan titik pelepasan.
1) Rumus Kirpich
𝐿 0,77
𝑡𝑐 = 0,0195 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 …(35)
𝑆
∆𝐻
𝑆= …(36)
𝐿
Keterangan :
H : beda tinggi dari tempat terjauh sampai outlet yang dimaksud (m)
2) Rumus Giandotti
4𝐴 1/2 +1,5𝐿
𝑡𝑐 = …(37)
0,8ℎ 1/2
Keterangan :
2. Perencanaan Hidrolika
a. Jenis Aliran
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran pada saluran terbuka
(open channel flow) maupun pada saluran tertutup (pipe channel flow).
Pengaliran pada suatu pipa yang tidak penuh masih disebut aliran pada
saluran terbuka.
terhadap waktu.
terlalu curam.
tidak sejajar dengan garis muka air dan dasar saluran. Aliran ini
kontinu.
terhadap waktu.
dapat lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat
cair di dalam pipa tidak penuh, maka aliran tersebut tergolong dalam
permukaan air.
bagian dasar.
5) A = luas basah (water area), adalah luas tampang aliran yang tegak
𝐴
luas basah dan keliling basah. 𝑅 = 𝑃
𝐴
antara luas basah dengan lebar puncak. 𝐷 = 𝑇
ℎ𝑓
gradien garis energi total. 𝑆 = 𝐿
40
kondisi aliran air adalah dalam kondisi normal (steady uniform flow) di
1
𝑉 = 𝑛 × 𝑅 2/3 × 𝐼1/2 …(38)
Keterangan :
C : koefisien Chezy
n : koefisien Manning
R : jari-jari hidraulis
V : kecepatan aliran
3) ketidakteraturan saluran;
8) kedalaman air.
Koefisien Manning
Bahan (n)
Besi tuang dilapis 0,014
Kaca 0,010
Saluran beton 0,013
Bata dilapis mortar 0,015
Pasangan batu disemen 0,025
Saluran tanah bersih 0,022
Saluran tanah 0,030
Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0,040
Saluran pada galian batu padas 0,040
Sumber : Hidraulika II (Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, CES., DEA.)
Tabel di atas dapat dipakai apabila material saluran pada dinding dan
koefisien rata-ratanya.
serta kemungkinan adanya debit air yang datang lebih besar dari
perkiraan juga untuk memberi ruang bebas pada aliran maka diperlukan
Besarnya nilai tinggi jagaan tergantung pada besarnya debit banjir yang
42
lewat klasifikasi saluran (primer, sekunder, atau tersier) dan daerah yang
Klasifikasi saluran
Klasifikasi daerah
Primer Sekunder Tersier
Kota raya 90 60 30
Kota besar 60 60 20
Kota sedang 40 30 20
Kota kecil 30 20 15
Daerah industri 40 30 20
Daerah pemukiman 30 20 15
Sumber : Kriteria perencanaan DPU Pengairan
Aliran tidak normal yaitu aliran dengan kedalaman airnya berubah secara
menghitung kedalaman air pada jarak tertentu dari hilir adalah metode
Metode ini dapat juga dipakai untuk saluran tak prismatik. Pada saluran
Dalam hal ini jarak setiap pos diketahui dan dilakukan penentuan
pada perhitungan debit banjir rencana yang masuk ke kolam dari saluran
(inlet) dan debit rencana yang keluar. Adapun untuk volume tampungan
melayani jaringan saluran drainase dan saluran kolektor agar debit banjir
dapat masuk ke kolam tanpa adanya pengaruh backwater atau muka air
maksimum di kolam lebih rendah dari pada muka air banjir maksimum di
tampungan di saluran drainase tergantung dari panjang (L), lebar (B) dan
44
tergenang.
3. Analisis Geoteknik
a. Permeabilitas Tanah
kecil. Dalam praktek, tanah lempung dianggap sebagai lapisan yang tak
lolos air atau kedap air, karena pada kenyataannya permeabilitasnya lebih
pekerjaan galian tanah pondasi yang dipengaruhi air tanah, karena tebing
45
galian menjadi mudah longsor. Lagi pula, aliran yang terlalu cepat dapat
4) tanah terjadi pada saat air tersingkir dari rongga tanah pada saat proses
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)
ke tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air
masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah
lateral) dan gravitasi mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat
gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi. Laju maksimal
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
𝑓 = 𝑓𝑐 + 𝑓𝑜 + 𝑓𝑐 𝑒 −𝑘𝑡 …(39)
𝑓𝑜 −𝑓𝑐
𝑘= …(40)
𝐹𝑐
Keterangan :
f : laju infiltrasi(cm/jam)
Besarnya laju infiltrasi dipengaruhi oleh faktor jenis tanah dan kondisi
hujan. Pada awal hujan, untuk kondisi lahan dengan lengas tanah kering -
menjadi jenuh.
tanah setempat rinci, dari waktu ke waktu dalam interval waktu yang
pada saat curah hujan desain yang diperhitungkan terjadi, kondisi lengas
tanah DTA sudah cukup jenuh sehingga laju konsentrasinya cukup kecil
G. Hipotesis
Dengan demikian akan terjadi penurunan hidrograf banjir sebelum dan sesudah
adanya kolam retensi. Hal ini disebabkan fungsi kolam retensi yang