Anda di halaman 1dari 13

KASUS :

Ny. Doni usia 33 tahun mengeluh mual, nyeri pada ulu hati, sudah dua hari tidak nafsu makan.
Saat ini menyatakan sedang hamil 2 bulan. Hasil pemeriksaan fisik konjungtiva anemis, TD(
tekanan darah ) 100/60 mmHg, Nadi 80x/mnt.
3.1 ANALISA UMUM :
A. Jenis-jenis perawatan diri selama kehamilan

1. Nutrisi pada Wanita Hamil


Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15% dibandingkan dengan kebutuhan
wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin. Makanan
dikonsumsi ibu hamil 40% digunakan untuk pertumbuhan janin dan sisanya 60% digunakan
untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal kenaikan berat badan ibu hamil 11-13 kg.
Asupan makanan yang dikonsumsi ibu hamil berguna untuk:
1) Pertumbuhan dan perkembangan janin
2) Mengganti sel-sel tubuh yang rusak
3) Sumber tenaga
Hal penting yang harus diperhatikan ibu hamil adalah makanan yang
dikonsumsi terdiri dari susunan menu yang seimbang yaitu menu yang mengandung unsur-unsur
sumber tenaga, pembangunan, pengaturan dan pelindung.
2. Aktifitas dan Istirahat
Secara umum, wanita hamil tidak harus membatasi olahraga, asalkan tidak mengalami kelelahan
atau berisiko cedera bagi diri ataupun bagi janinnya. Olahraga dan kebugaran tubuh selama
kehamilan pantas mendapat perhatian khusus. Sewaktu tubuh wanita hamil bertambah besar dan
berat badan akan bertambah, olahraga teratur membantu mempertahankan kesehatan dan
kenyamanan. Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur seiring
kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena
istirahat yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
perkembangan dan pertumbuhan janin.
B. Pengetahuan dengan tindakan perawatan kehamilan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Melalui pengetahuan, manusia dapat melakukan perubahan-
perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Didasari pengetahuan
yang positif maka seorang ibu hamil akan melakukan kegiatan yang positif berdasarkan
pengetahuan yang dia dapati untuk melakukan perawatan kehamilan dan pentingnya melakukan
pemeriksaan kunjungan kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan.
C. Penyebab dan Gejala Anemia Pada Kehamilan
Kondisi Anemia terjadi karena tubuh ibu hamil mengalami kekurangan zat besi yang merupakan
elemen penting dalam sel darah merah. Zat besi merupakan nutrisi yang sangat penting untuk
pembentukan hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi
kehamilan menyebabkan peningkatan jumlah darah dalam tubuh ibu hamil yang mencapai 50%.
Untuk itu, kebutuhan zat besi juga akan jauh lebih meningkat untuk mengimbangi kebutuhan
pembentukan hemoglobin yang juga kian meningkat. Anemia juga bisa terjadi jika ibu hamil
mengalami kekurangan vitamin B12 atau asam folat. Selain itu, Anemia juga bisa terjadi akibat
penyakit kehamilan tertentu atau kelainan darah akibat faktor keturunan.Umumnya Anemia akan
menimbulkan gejala yang bisa dirasakan oleh ibu hamil seperti pusing, lemas, mudah
mengantuk, mata berkunang-kunang, lekas letih, nafsu makan serta daya tahan tubuh yang
berkurang, dan pingsan. Gejala tersebut perlu diwaspadai dan ada baiknya ibu hamil segera
berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala tersebut.
D. Cara Mengatasi Anemia dalam Kehamilan
Anemia bisa diatasi dengan cepat dan tepat apabila ibu hamil lebih tanggap dalam mendeteksi
gejala Anemia lebih dini sebelum menginjak trimester pertama kehamilan. Ibu hamil perlu
menyadari bahaya Anemia dengan cara mengetahui potensi Anemia yang dimiliki oleh ibu
hamil. Hal ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium dan mendiskusikan
hasilnya dengan dokter. Pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan. Akan jauh lebih
baik bagi ibuhamil untuk mencegah Anemia dengan cara menjaga asupan zat besi. Misalnya
meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti beras merah, sayuran berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, oatmeal maupun daging. Suplemen tambahan zat besi bisa dilakukan
dengan saran dan persetujuan dokter. Konsumsi suplemen zat besi ini akan membawa perubahan
pada kondisi ibu hamil kurang lebih setelah satu minggu dan kondisi Anemia ibu hamil biasanya
sudah bisa teratasi setelah satu bulan. Ibu hamil perlu menghindari diet berlebihan agar produksi
sel darah merah tidak terganggu.
3.2 ANALISA KHUSUS :
Berdasarkan analisa kami, kasus diatas termasuk kedalam tingkat kebutuhan self care yaitu
Minimal Care atau Supportive – Educative System. Hal ini dikarenakan menurut klasifikasi dan
kriteria minimal care :
1. Pasien bisa mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan:
a. Mampu naik turun tempat tidur
b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri
d. Mampu mandi sendiri atau mandi sebagian dengan bantuan
e. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
f. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
2. Status psikologis stabil
3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
Pada kasus kehamilan usia 2 bulan termasuk kedalam trimester I yang ditandai dengan
munculnya :
a. Kecemasan
b. Nyeri
c. Gangguan nutrisi
d. Perubahan pola seksual
e. Mual.
Selain itu, dalam kasus ini Anemia pada Ny. Doni belum membahayakan janin yang
dikandungnya. Jadi, Ny. Doni hanya memerlukan pemberian suplemen dan penyuluhan
mengenai pentingnya keseimbangan nutrisi pada ibu hamil untuk mencegah kekurangan nutrisi
yang dapat mengakibatkan Anemia.
3.3 PROSES KEPERAWATAN
1. Tahap Pengkajian
Nama perawat yang mengkaji : Maria Fransiska
Unit : Lukas
Kamar/ ruang : 1/ VIP
Tanggal/ waktu masuk RS : 11 Oktober 2014
Tanggal/ waktu pengkajian : 12 Oktober 2014
Cara pengkajian : Wawancara

I. Identitas Klien:
Nama : Ny. Doni
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 Tahun
Tempat/tgl lahir : Semarang 14 Juli 1981
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Bukit Menur 4 NO 339 Sendang Mulyo, semarang
Dx medis : Konjungtiva Anemis

II. Identitas penanggung jawab :


Nama : Tn. Doni suprapto
Alamat : : Jl. Bukit Menur 4 NO 339 Sendang Mulyo, semarang

Hubungan dengan klien : Suami

III. Riwayat keperawatan masa lalu :


Penyakit yang pernah di derita : Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit.
Penyakit keturunan dalam keluarga : Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit
keturunan.
Operasi yang pernah dilakukan : Pasien mengatakan tidak pernah dioperasi.
Alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan dan obat.
Imunisasi : Pasien mengatakan pernah diimunisasi polio, campak.
Kebiasaan buruk : –
Obat-obatan : Duphaston 1×1 hari (penguat kehamilan).

IV. Riwayat keperawatan saat ini :


Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengeluh mual, nyeri pada ulu hati, sudah 2 hari tidak ada
nafsu makan, dan saat ini menyatakan sedang hamil 2 bulan.
Tindakan/ terapi yang sudah diterima : TTV, Infuse.
Keluhan Utama : Pasien mengatakan mual.
Keluhan penyerta : Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati dan sudah 2 hari tidak nafsu makan.
Saat ini sedang hamil 2 bulan.

V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lancar dalam bernafas.
Self care agency : Normal (jalan nafas tidak terganggu).
Self Care Demand : RR 16-20x/mnt.

Saat Sakit :Pasien mengatakan pernafasan lancar.


Self Care Agency : Normal (tanpa pemasangan Ventilator).
Self Care Demand :RR 16-20x/menit.

b. Cairan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan minum air putih sebanyak 8 gelas / hari.
Self Care Agency :Mukosa bibir lembab, kulit lembab.
Self care Demand :Minum 8 gelas/hari (800cc), minum air putih, minum susu.

Saat Sakit : Pasien mengatakan minum air putih 3-4 gelas / hari.
Self Care Agency : Mukosa bibir kering/dehidrasi, kulit kering, finger print warna pucat.
Self Care Demand : Minum air 3-4 gelas/hari (300cc).
c. Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan sebanyak 3x/ hari.
Self Care Agency : Peristaltik usus diperiksa stetoskop hasilnya 5 (normal).
Self Care Demand : makan 3x sehari dengan porsi banyak.

Saat Sakit : Pasien mengatakan makan 4-5 sendok makan / hari.


Self Care Agency : Peristaltik usus diperiksa hasilnya 4 (konstipasi).
Self Care Demand : makan 4-5 sendok makan/hari.

d. Eliminasi Fekal
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan BAB 2x / hari dengan konsistensi lembek.
Self Care Agency : Usus tidak terganggu
Self Care Demand :Pemeriksaan feses (BAB sehari 2x/hari, sudah flatus 5x/hari).

Saat Sakit : Pasien mengatakan BAB 1x / hari dengan konsistensi cair.


Self Care Agency :Usus terganggu
Self Care Demand :Pemeriksaan feses (BAB 1x/hari dengan konsistensi keras padat, flatus
1x/hari).
e. Eliminasi Urine
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK sebanyak 1,5 liter / hari.
Self Care Agency :Saluran urine tidak terganggu, kandung kemih tidak keras.
Self Care Demand :Pemeriksaan urine (frekuensi eliminasi urine 2-3 kali perhari, warna urine
tidak pekat).

Saat sakit : Pasien mengatakan BAK sebanyak 0,7 liter / hari.


Self Care Agency :Saluran urine terganggu.
Self Care Demand :Pemeriksaan urine (frekuensi eliminasi urine lebih dari 3 kali perhari, warna
urine pekat ).

f. Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri ( mandi, makan,
minum).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien dapat melakukan aktivtasnya sendiri atau mandiri.

Saat Sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri ( mandi, makan,
minum), tetapi dalam menggenakan baju diperlukan bantuan perawat karena pasien terpasang
infuse.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Melakukan aktivitas sendiri tetapi ada beberapa aktivitas yang di bantu oleh
perawat.

g. Tidur
Sebelum sakit : Kualitas, pasien mengatakan bisa tidur 8 jam dengan pulas.
Kuantitas, pasien mengatakan bisa tidur 8jam.
Self Care Agency : Normal
Self Care Demand : Tidur selama kurang lebih 8 jam,dengan kualitas tidur nyenyak.

Saat Sakit : Kualitas, pasien mengatakan tidur 5-6 jam bangun 6x.
Kuantitas, pasien mengatakan tidur 5-6 jam.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Kurang tidur, hanya dapat tidur selama 5-6 jam, dengan kulitas tidur tidak
nyenyak.
h. Sexualitas
Sebelum sakit : Pasien memiliki 1 suami dan belum memiliki anak ( sedang hamil ).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand : Sistem reproduksi masih berfungsi dengan baik, belum menopause.

Saat sakit : Pasien memiliki 1 suami dan belum memiliki anak ( sedang hamil 2 bulan ).

Self Care Agency :Normal


Self Care Demand :Sistem reproduksi tidak terganggu, belum menopause.
i. Privasi dan Interaksi Sosial
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa ia mengikuti kegiatan sosial di lingkungan RT (PKK).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Sistem interaksi social baik / tidak terganggu.

Saat Sakit : Pasien mengatakan bahwa banyak tetangga lingkungan rumahnya dan keluarga besar
yang menjenguk.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand : Kebutuhan interkasi sosial terganggu karena pasien sedikit berinteraksi.

j. Pencegahan masalah kesehatan


Sebelum sakit : Pasien mengatakan rutin makan 3x sehari, minum sebanyak 8 gelas / hari, dan
istirahat cukup.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien selalu mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas dan makan –
makanan bergizi secara rutin.

Saat Sakit : Pasien mengatakan mengonsumsi suplemen penambah darah.


Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien tidak nafsu makan secara rutin dan mengkonsumsi suplemen
penambah darah.

k. Promosi Kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan pemberantasan DB.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien mengerti bagaimana cara pemberantasan DB.

Saat Sakit : Pasien mengatakan mendapat pendidikan kesehatan mengenai pentingnya zat besi
pada ibu hamil.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien memahami bagaimana pentingnya zat besi bagi ibu hamil.

VI. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum dan kesadaran : Pasien dalam kondisi sadar tetapi tampak lemas.
TTV : TD 100/60 mmHg, Nadi 80x / menit
Antropometri : TB 160 Cm, BB 55 Kg
Head to toe :
Kepala : benjolan (-), Ketombe (-), Rontok (-)
Mata : Ikterik (-), Konjungtivitis (-), Anemis (+), Strabismus (-)
Hidung : Lesi (-), Sinusitis (-), tidak ada sumbatan
Mulut : Stomatitis (-), Tonsilitis (-), Karies (-)
Telinga : Lesi (-), Serumen (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Dada
Jantung : Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler, Ronchi (-), Wheezing (-)
Pengeluaran ASI : belum ada pengeluaran ASI
Putting Susu : putting sudah keluar, Luka (-)

Abdomen
Tinggi Fundus Uterus : 32 cm
Leopold 1 : TFU teraba dipertengahan antara Px dan pusat, teraba
lembek, tidak bulat, tidak melenting (bokong)
Lepold 2 : kanan = teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)
kiri = teraba datar seperti papan (punggung)
Leopold 3 : teraba keras, bulat, melenting (kepala)
Leopold 4 : kepala sudah memasuki pintu atas panggul (divergen)
Pigmentasi : ada
Linea Nigra : ada
Striae : ada

VII. Pemeriksaan Diagnostik


*Uji Laboratorium
pemeriksaan penunjang laboratorium yabg dapat dilakukan pada kunjungan antenatal adalah
Hemoglobin, hematokrit, kultur untuk gonokus, protein urin, gula dalam darah , VRDL, apusan
serviks dan vagina diulang pada minggu ke 32 atau sesuai kebutuhan untuk mendeteksi adanya
organisme Clamydia,gonore, herpes simpleks tipe 1 dan 2 dan streptokokus grup B
* Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu hamil secara umum. Pemeriksaan
darah juga dapat dlakukan dengan pemeriksaan AFP (alpha fetoprotein). Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui kemungkinan gangguan saluran saraf tulang belakang dan untuk
mendeteksi otak janin. Kadar AFP yang rendah menunjukkan adanya down syndrome pada
janin. Biasanya pemeriksaan AFP dilakukan pada kehamilan pada usia kehamilan sekitar 15 – 20
minggu.
* Uji TORCH (Toksoplasma Rubella Cytomegalovirus Herpesimpleks)
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya parasit seperti TORCH di dalam tubuh ibu hamil.
Infeksi TORCH biasanya menyebabkan bayiterlahir dengan kondisi cacat atau mengalami
kematian. Pemeriksaan TORCH dilakukan dengan menganalisis kadar imunoglobulinG (Ig G)
dan Imunoglobulin M(IgM) dalam serum ibu hamil.

VIII. Terapi
Terapi farmakologi
Obat-obatan yang dipakai untuk terapi morning sickness tersebut antara lain:
1. Piridoksin (Vitamin B6)
Mekanisme kerja piridoksin dalam membantu mengatasi mual dan muntah saat hamil belum
dapat diterangkan dengan jelas. Namun piridoksin sendiri bekerja mengubah protein dari
makanan ke bentuk asam amino yang diserap dan dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu piridoksin
juga mengubah karbohidrat menjadi energi. Peranan ini memungkinkan piridoksin mengatasi
mual dan muntah jika transit lambung memanjang ketika hamil. Kebutuhan piridoksin pada
wanita hamil meningkat menjadi 2,2mg sehari. Dosis yang digunakan untuk morning sickness
adalah 25mg (Pressman, 1997).
2. Antihistamin
Antihistamin khususnya doxylamine atau penggunaan doksilamin bersamaan dengan piridoksin
menjadi saran terapi utama untuk tatalaksana morning sickness pada wanita hamil. Antihistamin
yang bisa diberikan untuk wanita hamil adalah golongan H-1 bloker seperti difenhidramin,
loratadin, dan sebagainya (Niebyl, 2010).
3. Fenotiazin dan Metoklopramid
Kedua agen ini biasanya menjadi pilihan jika keluhan tidak hilang dengan antihistamin.
Metoklopramid merupakan agen prokinetik dan antagonis dopamin, penggunaannya terkait
dengan diskinesia (gangguan gerakan) namun kasusnya jarang. Resiko penggunaannya
tergantung lama pemberian obat dan dosis kumulatif total, penggunaan lebih dari 12 minggu
tidak disarankan dan tidak aman untuk kehamilan (Niebyl, 2010).
4. Ondansentron
Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika keadaan morning sickness tidak
dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut penelitian Einarson (Einarson, 2004), penggunaan
ondansentron pada subjek wanita hamil kurang dari 3 bulan masa kehamilan (rata-rata 5-9
minggu kehamilan) tidak terbukti menyebabkan malformasi janin.
5. Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis gravidarum, namun
penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat beresiko terjadi bibir sumbing (Dipiro,
2008).
6. Jahe
Jahe telah terbukti efektif menurut beberapa penelitian, dan aman untuk kehamilan (Dipiro,
2008)

2. Tahap Diagnosa

Analisa Data

Data:

Data Subyektif : pasien mengeluh mual,tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, dan menyatakan
sedang hamil 2 bulan.

Data Obyektif : TD : 100/60 mmHg , Nadi : 80x/mnt

Masalah:

Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Etiologi:

Faktor Biologis

RUMUSAN DIAGNOSA BERDASARKAN PRIORITAS

Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan Tubuh berhubungan dengan faktor biologis
(kehamilan) .

3. Tahap Intervensi

Tanggal /Jam: 12 oktober 2014/ 09.00 WIB


No DP: 1

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


1.Tekanan darah normal 120/80mmHg

2.Pasien mau makan 2x/sehari dengan makan yang bernutrisi


INTERVENSI
1.Lakukan pemeriksaan TTV

2.Berikan makanan bergizi

RASIONAL/ TUJUAN TINDAKAN


1.Tekanan darah normal

2.Pasien tercukupi asupan nutrisi

4. Tahap Implementasi

Tanggal/Jam :12 Oktober 2014 /10.00 WIB dan 12 Oktober 2014/12.00 WIB

No.DP :1

IMPLEMENTASI DAN RESPON


1. Melakukan TTV (nadi,tekanan darah,suhu badan), R/ pasien merasa tegang

2. Memberikan makanan bergizi, R/ pasien mau makan sedikit dan masih merasa mual.

TTD/NAMA

5. Tahap Evaluasi
Ny.Doni diajukan pertanyaan kembali untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mengenai
Pentingnya nutrisi pada ibu hamil pada trimester 1.
# Tanggal/Jam :12 Oktober 2014/10.00 WIB

No.Intervensi : 1

EVALUASII (SOAP)
S :Pasien merasa tegang,masih mual

O :TD 100/60 mmHg,Nadi 80 kali /menit

A :Tercapai sebagian

P :melanjutkan intervensi nomer 1-2

TTD/NAMA

# Tanggal/Jam :12 Oktober 2014/10.00 WIB

No.Intervensi : 2

EVALUASII (SOAP)
S:Pasien masih merasa mual,nutrisi pasien terpenuhi

O:Pasien bersedia makan 2 kali sehari

A:Tercapai sebagian

P:melanjutkan intervensi nomer1- 2

TTD/NAMA

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori Self Care Orem dapat menjadi teori yang domain yang mendasari dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien hamil dengan Anemia. Perawat berperan memfasilitasi klien untuk
belajar dalam memenuhi kebuthan self care klien sesuai tingkat ketergantungan yang dimiliki
oleh klien.
Pada kasus Ny. Doni, klien berada pada tingkat ketergantungan ringan, sehingga intervensi
keperawataan yang diberikan lebih banyak bersifat supportive education dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga.
3.2 Saran
Untuk dapat menerapkan konsep dan teori keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan baik, maka perawat harus lebih meningkatkan kemampuannya dan kepekaan
dalam memahami aspek didi dan potensi klien. Perawat juga harus banyak belajar untuk dapat
mengendalikan diri untuk tidak menganggap klien sebagai obyek asuhan keperawatan yang tidak
memiliki kemampuan apapun.

NURSING SYSTEM. ( SISTEM KEPERAWATAN.)

Adalah kemampuan perawat dalam membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dan
kemungkinan defisit kemampuan merawat diri di kemudian hari. Sampai di mana kemampuan
klien merawat diri ikut terlibat dalam proses pemenuhan kebutuhan perawatan diri akan
membantu perawat menentukan kompensasi mana yang tepat untuk klien sesuai dengan
keterbatasannya.

Ada tiga tingkatan kompensasi sesuai dengan sampai mana keterbatasan klien dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan dirinya, yaitu :

-. Total Compensatory ( kompensasi secara keseluruhan ).


Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh kepada
pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan keperawatan secara
mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi, serta adanya
manipulasi gerakan.

-. Partial Compensatory ( kompensasi sebagian )

Merupakan sistem dalam memberikan perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan pada
pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien post op abdomen dimana
pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, akan tetapi butuh pertolongan
perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.

-. Educative/Supportive Compensatory ( Kompensasi berupa Pendidikan/dukungan )

Perawat di sini lebih bertujuan untuk memberikan pendidikan, informasi dan dukungankepada
klien mengenai apa yang dibutuhkannya dalam pemenuhan perawatan diri sehingga klien
mampu melaksanakan perawatan mandiri.

APLIKASI TEORI SELF CARE DEFICIT

Studi kasus

a.Total Compensatory ( Kompensasi secara keseluruhan )

Pasien tiba di rumah sakit untuk menjalani kemoterapi dan tidak bisa bangun dari tempat tidur,
keluarga menginginkan untuk merawat pasien di rumah dan meninggalkan pasien sendiri dengan
perawat. Pasien membutuhkan O2 2 ltr/menit, terpasang selang makanan (NGT) yang menyuplai
makanan terus-menerus 90 cc/jam, terpasang foley kateter dan pot tidur untuk buang air besar.

Perawat mempersiapkan pasien untuk menjalani kemoterapi dan melakukan kemoterapi,


memperbaiki selang NGTkarena adanya kebocoran dan merapikannya, mengecek aliran O2 tetap
pada 2 ltr/menit, mengosongkan kantong urine dan meletakkan pot tidur agar pasien dapat buang
air besar.

Pada sistem ini semua kebutuhan perawatan diri pasien(self-care demands)dilaksanakan


sepenuhnya oleh perawat(Nursing system) sebagai kompensasi dari ketidakmampuan pasien
merawat diri secara mandiri (Inability self-care agency).

b.Partial Compensatory ( kompensasi sebagian )

Pasien diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum di bagian telapak kaki yang membaik
keadaannya di ruang rawat darurat R.S. Prof. dr. V.L. Ratumbuysang, dalam persiapan untuk
pulang.
Sebelum pulang, perawatan melakukan tindakan ganti balut, pasien mengambil posisi duduk di
pinggir tempat tidur; pasien diajarkan penggunaan obat suntik insulin, baik dosis pemberian
maupun cara menyuntik; memonitoring kadar gula darah di rumah menggunakan alat test gula
portable dalam batas normal; diet makanan yang tetap untuk penyakitnya; perawatan dan
penilaian keadaan luka di rumah.

Pada sistem ini, baik perawat dan pasien terlibat aktif dalam pemenuhan kebutuhan perawatan
diri pasien. Perawat mengkompensasi keterbatasan perawatan diri pasien sesuai kebutuhan
pasien. Pasien sendiri berpartisipasi dalam melaksanakan perawatan diri sendiri yang mana
mampu dilakukan secara mandiri, menerima perawatan dan bantuan dari perawat.

c.Educatif/supportive compensatory ( Kompensasi berupa pendidikan dan dukungan )

Pasien dengan diagnosa medis diabetes mellitus, datang ke poliklinik di antar oleh istrinya untuk
memeriksakan diri, dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya peningkatan kadar
gula darah.

Perawat menilai adanya kelalaian dalam pelaksanaan perawatan diri mandiri di rumah; perawat
mengingatkan kembali kepada pasien dan istrinya cara memonitor kadar gula darah di rumah dan
mempertahankannya dalam batas normal, cara pemakaian obat suntik insulin beserta dosisnya
juga terapi oral, pemilihan menu dan diet yang tepat kepada istri, cara mencegah resiko
terjadinya komplikasi diabetikum.

Pada sistem ini hampir seluruh kegiatan pemenuhan kebutuhan perawatan diri dilakukan oleh
pasien/keluarga, dalam proses tahap ini perawat hanya dalam batas memberikan pendidikan dan
dukungan serta monitoring kegiatan pasien/keluarga dan melaksanakan perawatan diri.

1. Wholly compensatory nursing system Diberikan pada klien dengan ketergantungan


tinggi, jika :
1. tidak mampu melakukan aktivitas, contoh :
2. klien tak sadar
3. tahu melakukan gerakan tapi tidak boleh ada gerakan, contoh pada klien fraktur
tulang belakang
4. tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi bisa dengan bimbingan,
contoh pada :

 retardasi mental

1. Partly comensatory nursing system diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan
sebagian/parsial. Biasanya perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat
dilakukan sendiri oleh klien, misalnya pada lansia.
2. Supportive educative nursing systemd iberikan dengan pemulihan/ketergantungan ringan.
Memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien untuk
melakukan self care.

HOLLY COMPENSATORY SYSTEM

Menyelesaikan therapeutik self care klien Kompensasi ketidakmampuan klien dalam memenuhi
self care Mendukung dan melindungi klien.

Anda mungkin juga menyukai