Ny. Doni usia 33 tahun mengeluh mual, nyeri pada ulu hati, sudah dua hari tidak nafsu makan.
Saat ini menyatakan sedang hamil 2 bulan. Hasil pemeriksaan fisik konjungtiva anemis, TD(
tekanan darah ) 100/60 mmHg, Nadi 80x/mnt.
3.1 ANALISA UMUM :
A. Jenis-jenis perawatan diri selama kehamilan
I. Identitas Klien:
Nama : Ny. Doni
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 Tahun
Tempat/tgl lahir : Semarang 14 Juli 1981
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Bukit Menur 4 NO 339 Sendang Mulyo, semarang
Dx medis : Konjungtiva Anemis
V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lancar dalam bernafas.
Self care agency : Normal (jalan nafas tidak terganggu).
Self Care Demand : RR 16-20x/mnt.
b. Cairan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan minum air putih sebanyak 8 gelas / hari.
Self Care Agency :Mukosa bibir lembab, kulit lembab.
Self care Demand :Minum 8 gelas/hari (800cc), minum air putih, minum susu.
Saat Sakit : Pasien mengatakan minum air putih 3-4 gelas / hari.
Self Care Agency : Mukosa bibir kering/dehidrasi, kulit kering, finger print warna pucat.
Self Care Demand : Minum air 3-4 gelas/hari (300cc).
c. Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan sebanyak 3x/ hari.
Self Care Agency : Peristaltik usus diperiksa stetoskop hasilnya 5 (normal).
Self Care Demand : makan 3x sehari dengan porsi banyak.
d. Eliminasi Fekal
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan BAB 2x / hari dengan konsistensi lembek.
Self Care Agency : Usus tidak terganggu
Self Care Demand :Pemeriksaan feses (BAB sehari 2x/hari, sudah flatus 5x/hari).
f. Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri ( mandi, makan,
minum).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien dapat melakukan aktivtasnya sendiri atau mandiri.
Saat Sakit : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri ( mandi, makan,
minum), tetapi dalam menggenakan baju diperlukan bantuan perawat karena pasien terpasang
infuse.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Melakukan aktivitas sendiri tetapi ada beberapa aktivitas yang di bantu oleh
perawat.
g. Tidur
Sebelum sakit : Kualitas, pasien mengatakan bisa tidur 8 jam dengan pulas.
Kuantitas, pasien mengatakan bisa tidur 8jam.
Self Care Agency : Normal
Self Care Demand : Tidur selama kurang lebih 8 jam,dengan kualitas tidur nyenyak.
Saat Sakit : Kualitas, pasien mengatakan tidur 5-6 jam bangun 6x.
Kuantitas, pasien mengatakan tidur 5-6 jam.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Kurang tidur, hanya dapat tidur selama 5-6 jam, dengan kulitas tidur tidak
nyenyak.
h. Sexualitas
Sebelum sakit : Pasien memiliki 1 suami dan belum memiliki anak ( sedang hamil ).
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand : Sistem reproduksi masih berfungsi dengan baik, belum menopause.
Saat sakit : Pasien memiliki 1 suami dan belum memiliki anak ( sedang hamil 2 bulan ).
Saat Sakit : Pasien mengatakan bahwa banyak tetangga lingkungan rumahnya dan keluarga besar
yang menjenguk.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand : Kebutuhan interkasi sosial terganggu karena pasien sedikit berinteraksi.
k. Promosi Kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan pemberantasan DB.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien mengerti bagaimana cara pemberantasan DB.
Saat Sakit : Pasien mengatakan mendapat pendidikan kesehatan mengenai pentingnya zat besi
pada ibu hamil.
Self Care Agency :Normal
Self Care Demand :Pasien memahami bagaimana pentingnya zat besi bagi ibu hamil.
Dada
Jantung : Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler, Ronchi (-), Wheezing (-)
Pengeluaran ASI : belum ada pengeluaran ASI
Putting Susu : putting sudah keluar, Luka (-)
Abdomen
Tinggi Fundus Uterus : 32 cm
Leopold 1 : TFU teraba dipertengahan antara Px dan pusat, teraba
lembek, tidak bulat, tidak melenting (bokong)
Lepold 2 : kanan = teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)
kiri = teraba datar seperti papan (punggung)
Leopold 3 : teraba keras, bulat, melenting (kepala)
Leopold 4 : kepala sudah memasuki pintu atas panggul (divergen)
Pigmentasi : ada
Linea Nigra : ada
Striae : ada
VIII. Terapi
Terapi farmakologi
Obat-obatan yang dipakai untuk terapi morning sickness tersebut antara lain:
1. Piridoksin (Vitamin B6)
Mekanisme kerja piridoksin dalam membantu mengatasi mual dan muntah saat hamil belum
dapat diterangkan dengan jelas. Namun piridoksin sendiri bekerja mengubah protein dari
makanan ke bentuk asam amino yang diserap dan dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu piridoksin
juga mengubah karbohidrat menjadi energi. Peranan ini memungkinkan piridoksin mengatasi
mual dan muntah jika transit lambung memanjang ketika hamil. Kebutuhan piridoksin pada
wanita hamil meningkat menjadi 2,2mg sehari. Dosis yang digunakan untuk morning sickness
adalah 25mg (Pressman, 1997).
2. Antihistamin
Antihistamin khususnya doxylamine atau penggunaan doksilamin bersamaan dengan piridoksin
menjadi saran terapi utama untuk tatalaksana morning sickness pada wanita hamil. Antihistamin
yang bisa diberikan untuk wanita hamil adalah golongan H-1 bloker seperti difenhidramin,
loratadin, dan sebagainya (Niebyl, 2010).
3. Fenotiazin dan Metoklopramid
Kedua agen ini biasanya menjadi pilihan jika keluhan tidak hilang dengan antihistamin.
Metoklopramid merupakan agen prokinetik dan antagonis dopamin, penggunaannya terkait
dengan diskinesia (gangguan gerakan) namun kasusnya jarang. Resiko penggunaannya
tergantung lama pemberian obat dan dosis kumulatif total, penggunaan lebih dari 12 minggu
tidak disarankan dan tidak aman untuk kehamilan (Niebyl, 2010).
4. Ondansentron
Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika keadaan morning sickness tidak
dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut penelitian Einarson (Einarson, 2004), penggunaan
ondansentron pada subjek wanita hamil kurang dari 3 bulan masa kehamilan (rata-rata 5-9
minggu kehamilan) tidak terbukti menyebabkan malformasi janin.
5. Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis gravidarum, namun
penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat beresiko terjadi bibir sumbing (Dipiro,
2008).
6. Jahe
Jahe telah terbukti efektif menurut beberapa penelitian, dan aman untuk kehamilan (Dipiro,
2008)
2. Tahap Diagnosa
Analisa Data
Data:
Data Subyektif : pasien mengeluh mual,tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, dan menyatakan
sedang hamil 2 bulan.
Masalah:
Etiologi:
Faktor Biologis
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan Tubuh berhubungan dengan faktor biologis
(kehamilan) .
3. Tahap Intervensi
4. Tahap Implementasi
Tanggal/Jam :12 Oktober 2014 /10.00 WIB dan 12 Oktober 2014/12.00 WIB
No.DP :1
2. Memberikan makanan bergizi, R/ pasien mau makan sedikit dan masih merasa mual.
TTD/NAMA
5. Tahap Evaluasi
Ny.Doni diajukan pertanyaan kembali untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mengenai
Pentingnya nutrisi pada ibu hamil pada trimester 1.
# Tanggal/Jam :12 Oktober 2014/10.00 WIB
No.Intervensi : 1
EVALUASII (SOAP)
S :Pasien merasa tegang,masih mual
A :Tercapai sebagian
TTD/NAMA
No.Intervensi : 2
EVALUASII (SOAP)
S:Pasien masih merasa mual,nutrisi pasien terpenuhi
A:Tercapai sebagian
TTD/NAMA
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori Self Care Orem dapat menjadi teori yang domain yang mendasari dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien hamil dengan Anemia. Perawat berperan memfasilitasi klien untuk
belajar dalam memenuhi kebuthan self care klien sesuai tingkat ketergantungan yang dimiliki
oleh klien.
Pada kasus Ny. Doni, klien berada pada tingkat ketergantungan ringan, sehingga intervensi
keperawataan yang diberikan lebih banyak bersifat supportive education dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga.
3.2 Saran
Untuk dapat menerapkan konsep dan teori keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan baik, maka perawat harus lebih meningkatkan kemampuannya dan kepekaan
dalam memahami aspek didi dan potensi klien. Perawat juga harus banyak belajar untuk dapat
mengendalikan diri untuk tidak menganggap klien sebagai obyek asuhan keperawatan yang tidak
memiliki kemampuan apapun.
Adalah kemampuan perawat dalam membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dan
kemungkinan defisit kemampuan merawat diri di kemudian hari. Sampai di mana kemampuan
klien merawat diri ikut terlibat dalam proses pemenuhan kebutuhan perawatan diri akan
membantu perawat menentukan kompensasi mana yang tepat untuk klien sesuai dengan
keterbatasannya.
Ada tiga tingkatan kompensasi sesuai dengan sampai mana keterbatasan klien dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan dirinya, yaitu :
Merupakan sistem dalam memberikan perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan pada
pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien post op abdomen dimana
pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, akan tetapi butuh pertolongan
perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.
Perawat di sini lebih bertujuan untuk memberikan pendidikan, informasi dan dukungankepada
klien mengenai apa yang dibutuhkannya dalam pemenuhan perawatan diri sehingga klien
mampu melaksanakan perawatan mandiri.
Studi kasus
Pasien tiba di rumah sakit untuk menjalani kemoterapi dan tidak bisa bangun dari tempat tidur,
keluarga menginginkan untuk merawat pasien di rumah dan meninggalkan pasien sendiri dengan
perawat. Pasien membutuhkan O2 2 ltr/menit, terpasang selang makanan (NGT) yang menyuplai
makanan terus-menerus 90 cc/jam, terpasang foley kateter dan pot tidur untuk buang air besar.
Pasien diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum di bagian telapak kaki yang membaik
keadaannya di ruang rawat darurat R.S. Prof. dr. V.L. Ratumbuysang, dalam persiapan untuk
pulang.
Sebelum pulang, perawatan melakukan tindakan ganti balut, pasien mengambil posisi duduk di
pinggir tempat tidur; pasien diajarkan penggunaan obat suntik insulin, baik dosis pemberian
maupun cara menyuntik; memonitoring kadar gula darah di rumah menggunakan alat test gula
portable dalam batas normal; diet makanan yang tetap untuk penyakitnya; perawatan dan
penilaian keadaan luka di rumah.
Pada sistem ini, baik perawat dan pasien terlibat aktif dalam pemenuhan kebutuhan perawatan
diri pasien. Perawat mengkompensasi keterbatasan perawatan diri pasien sesuai kebutuhan
pasien. Pasien sendiri berpartisipasi dalam melaksanakan perawatan diri sendiri yang mana
mampu dilakukan secara mandiri, menerima perawatan dan bantuan dari perawat.
Pasien dengan diagnosa medis diabetes mellitus, datang ke poliklinik di antar oleh istrinya untuk
memeriksakan diri, dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya peningkatan kadar
gula darah.
Perawat menilai adanya kelalaian dalam pelaksanaan perawatan diri mandiri di rumah; perawat
mengingatkan kembali kepada pasien dan istrinya cara memonitor kadar gula darah di rumah dan
mempertahankannya dalam batas normal, cara pemakaian obat suntik insulin beserta dosisnya
juga terapi oral, pemilihan menu dan diet yang tepat kepada istri, cara mencegah resiko
terjadinya komplikasi diabetikum.
Pada sistem ini hampir seluruh kegiatan pemenuhan kebutuhan perawatan diri dilakukan oleh
pasien/keluarga, dalam proses tahap ini perawat hanya dalam batas memberikan pendidikan dan
dukungan serta monitoring kegiatan pasien/keluarga dan melaksanakan perawatan diri.
retardasi mental
1. Partly comensatory nursing system diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan
sebagian/parsial. Biasanya perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat
dilakukan sendiri oleh klien, misalnya pada lansia.
2. Supportive educative nursing systemd iberikan dengan pemulihan/ketergantungan ringan.
Memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien untuk
melakukan self care.
Menyelesaikan therapeutik self care klien Kompensasi ketidakmampuan klien dalam memenuhi
self care Mendukung dan melindungi klien.