Materi
“Pembuatan Plastik Biodegradable dari Serat Mahkota Daun Nanas dengan Plasticizer
Gliserol”
Dosen Pengampu :
Ir. Wahyuningsih Msi
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Ichsan Adiutomo 21030116060029
Hasna Luthfitri 21030116060080
Irfan Lukmanulhakim 21030116060087
Laporan Akhir Praktikum Mata Kuliah Pilihan Polimer dengan judul “PEMBUATAN
PLASTIK BIODEGRADABLE DARI SERAT MAHKOTA DAUN NANAS DENGAN
PLASTICIZER GLISEROL” telah diperiksa dan disetujui
Semarang,22 Oktober 2018
Ichsan Adhiutomo
21030116060029
Hasna Luthfitri
21030116060080
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia beserta rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum MKP Polimer dengan judul “Pembutan Plastik
Biodegradabel dari Serat Mahkota Daun Nanas Dengan Plasticizer Glisreol”.
Laporan praktikum tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
mahasiswa Program Studi Diploma III Teknik Kimia Universitas Diponegoro dalam
mata kuliah pilihan polimer.
Laporan tersebut disusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak M. Endy Yulianto, S,T, M.T selaku Ketua Jurusan Diploma III Teknik Kimia
Universitas Diponegoro sekaligus selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Pilihan
Polimer
2. Ibu Ir. Hj. Wahyuningsih, M.Si selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Pilihan
Polimer
3. Teman-teman dan seluruh pihak terkait yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-
persatu yang telah memberikan dorongan berupa semangat.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tersebut masih banyak
kekurangannya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah tersebut dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................ i
RINGKASAN.................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ..............................................................................................2
1.2.Rumusan Masalah .........................................................................................3
1.3.Tujuan Penulisan ...........................................................................................3
1.4.Manfaat Penelitian .........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik ............................................................................................................ 4
2.2 Plastik Biodegradable .................................................................................... 4
2.3 Biji Durian ..................................................................................................... 5
2.3.1 Klasifikasi Durian...................................................................................
2.3.2 Komposisi Kimia Biji Durian ...............................................................
2.4 Kitosan......................................................................................................... 15
2.5 Plastilizer ..................................................................................................... 15
2.5.1 Gliserol ............................................................................................... 15
2.6 Pati .............................................................................................................. 15
2.6.1 Amilosa .............................................................................................. 15
2.6.2 Amilopektin........................................................................................ 15
4
3.2. Bahan ..........................................................................................................16
3.3 Variable ...........................................................................................................
3.4 Cara Kerja........................................................................................................
3.4.1 Ekstraksi Pati Biji Durian .......................................................................
3.4.2 Proses Pembuatan Bioplastik .................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................ 26
DAFTAR TABEL
Tabel 1 . ......................................................................................................................... 8
Tabel 2. ........................................................................................................................ 9
Tabel 3. .......................................................................................................................10
Tabel 4. .......................................................................................................................14
5
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan bahan baku yang dipakai plastik biodegradable dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia seperti poli (ε-kaprolakton),
(PCL) dan kelompok dengan bahan baku produk tanaman seperti pati dan selulosa. Pati
adalah polisakarida yang terdiri dari amylose D-glukan linier dan amilopektin yang
bercabang banyak. Pati merupakan bahan baku yang paling menjanjikan dalam pembuatan
plastik pada masa yang akan datang karena selalu tersedia dalam jumlah besar dan harganya
murah (Chivrac dkk., 2010). Plastik yang terbuat dari pati bersifat isotropik, tidak berbau,
tidak berasa, tidak beracun dan biodegradable (Flores dkk., 2007). Plastik ini biasanya juga
mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi dan dapat berfungsi sebagai penghalang gas,
terutama oksigen, karbon dioksida dan lemak (Chang dkk., 2006). Sifat fisik, ketahanan
terhadap bahan kimia dan sifat mekanik plastik yang terbuat dari pati sangat mirip dengan
plastik dari bahan dasar minyak bumi. Plastik yang terbuat dari pati juga lebih kuat dan
fleksibel jika dibandingkan dengan plastik dari lemak dan protein.
6
Pembuatan plastik biodegradable dan edible film dari karbohidrat dan protein dapat
menambah nilai ekonomi terhadap bahan-bahan baku yang kurang bermanfaat sehingga
dapat berperan penting dalam penyimpanan bahan pangan (Ave´rous dkk., 2001). Beberapa
penelitian pada dasawarsa yang lalu telah mulai menggunakan tepung sebagai bahan baku
dalam pembuatan plastik. Plastik biodegradable dapat digunakan layaknya plastik
konvensional biasa namun akan hancur oleh aktivitas mikroorganisme dan menghasilkan
air dan senyawa yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan ketika dibuang
kelingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah diatas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimana ketahanan tarik dan perpanjangan putus plastik ramah lingkungan dari serat
mahkota daun nanas dengan penambahan gliserol ?
b. Bagaimana sifat organoleptik (tekstur) plastik biodegradable dari serat mahkota daun
nanas dengan penambahan gliserol ?
c. Bagaimana sifat biodegradasi plastik biodegradable dari serat mahkota daun nanas ?
d. Berapakah lama waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan plastik biodegradable dari
serat mahkota daun nanas ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu :
a. Mengetahui lama plastik biodegradable dari serat mahkota daun nanas terdegradasi
b. Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Plastik Biodegradable dari
serat mahkota daun nanas dengan palsticizer gliserol.
c. Mengetahui konsentrasi plasticizer gliserol yang paling tepat pada pembuatan plastik
biodegradable dari serat mahkota daun nanas
d. Mengetahui karakteristik plastik dari variasi konsentrasi plasticizer gliserol yaitu
karakterisasi berupa struktur, sifat mekanik dan uji biodegradability.
e. Mengetahui karakteristik plastik dari variasi konsentrasi kitosan yaitu karakterisasi
berupa struktur, sifat mekanik dan uji biodegradability.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh adalah mahasiswa mengetahui secara pasti waktu
pengekstraksian selulosa dari mahkota daun nanas serta waktu pembuatan plastik dengan
plasticizer gliserol. Selain itu dapat mengetahui konsentrasi plasticizer gliserol yang paling
7
tepat untuk mendapatkan serat selulosa yang didapatkan dari ekstraksi mahkota daun nanas
yang paling tepat dalam pembuatan plastik. Dan mengetahui lama waktu plastik
biodegradabel dari serat mahkota daun nanas dengan plasticizer gliserol dapat
terdegradasi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanas (Ananas comosus L.)
Tanaman nanas mempunyai nama botani Ananas comosus (L.) Merr. Tanaman nanas
jika diklasifikasikan termasuk tanaman berbunga. Klasifikasi dari tanaman nanas adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Farinosae
Subordo : Comelinidae
Fanilia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus
Nanas sering disebut bromeliad dengan lebih dari 2400 kerabat yang memiliki
penampilan menarik. Tanaman nanas termasuk familia nanas-nanasan. Tanaman ini adalah
tanaman tropis yang berasal dari Brazilia, Bolivia, dan Paraguay di Amerika Selatan. Buah
nanas bukan buah sejati, melainkan gabungan buah-buah sejati yang bekasnya terlihat dari
setiap sisik pada kulit buah. Dalam perkembangannya tergabung bersama dengan tongkol
buah. Nanas merupakan tanaman buah yang buahnya selalu tersedia sepanjang tahun.
Buahnya buah buni majemuk dengan bentuk bulat panjang berdaging, dan berwarna hijau.
Jika masak, buah berwarna kuning. Rasa buah nanas manis hingga asam manis. Varietas
nanas yang ditanam di Indonesia termasuk jenis cayenne dan queen.
Nanas tumbuh diberbagai agroklimat sehingga tanaman ini tersebar luas. Nanas
tumbuh ditempat yang ketinggiannya 100-1000 m dpl dengan suhu ratarata 21-30 oC. Curah
hujan yang dibutuhkan 635-2500 mm per tahun, dengan bulan basah (curah hujan >200 mm)
9
3-4 bulan. Namun, juga memerlukan pencahayaan matahari 33-71 % dari pencahayaan
maksimum dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam. Umumnya nanas toleran terhadap
kekeringan. Didaerah beriklim kering dengan 4-6 bulan kering. Tanaman nanas masih
mampu berbuah, asalkan daerah tersebut memiliki kedalaman air yang cukup, yakni 50- 150
cm. Nanas memiliki akar yang dangkal tetapi mampu menyimpan air (Redaksi Agromedia,
2009).
2.1.1 Daun Nanas
Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis
golongan nanas, yaitu : Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun
pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil,
berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang
berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas kultivar nanas yang banyak
ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan
di kepulauan India Barat.
Limbah mahkota nanas dapat dimanfaatkan sebagai salah satu tanaman alternated
penghasil serat yang dapat dikonversikan menjadi bioetanol. Secara struktur serat disusun
dari berbagai komponen kimia yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, pectin, lilin, dan lemak,
serta zat-zat lain yang bersifat larut dalam air. Komposisi serat kering daun mahkota nanas
dapat dilihat tabel 2.
10
2.2 Pati
Pati atau amilum merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu senyawa organik lain yang
tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya pati. Dalam jumlah besar,
pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penympanan sementara dari
produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan permanen untuk
tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati
merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi. Pati berbentuk
granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan yang karakteristik. Lapisan-lapisan ini
serta ukuran dan bentuk granul seringkali khas bagi beberapa spesies tanaman sehingga
dapat digunakan untuk identitas tanaman asalnya. Tanaman yang mengandung pati
digunakan dalam farmasi seperti Zea mays (jagung), Oryza sativa (beras), Solanum
tuberosum (kentang), Triticum aesticum (gandum), Maranta arundinacea (garut), Ipomoea
batatas (ketela rambat) dan Manihot utilissima (ketela pohon)
Pati alami seperti tapioka, pati jagung, sagu dan pati-patian lain mempunyai beberapa
kendala jika dipakai sebagai bahan baku dalam industri pangan maupun non pangan. Jika
dimasak pati membutuhkan waktu yang lama (hingga butuh energi tinggi), juga pasta yang
terbentuk keras dan tidak bening. Disamping itu sifatnya terlalu lengket dan tidak tahan
perlakuan dengan asam. Kendala-kendala tersebut menyebabkan pati alami terbatas
penggunaannya dalam industri. Padahal sumber dan produksi pati-patian di negara kita
sangat berlimpah, yang terdiri dari tapioka (pati singkong), pati sagu, pati beras, pati umbi-
umbian selain singkong, pati buah-buahan (misalnya pati pisang) dan banyak lagi sumber
pati yang belum diproduksi secara komersial. Dilain pihak, industri pengguna pati
menginginkan pati yang mempunyai kekentalan yang stabil baik pada suhu tinggi maupun
rendah, mempunyai ketahanan yang baik terhadap perlakuan mekanis, dan daya
pengentalannya tahan pada kondisi asam dan suhu tinggi.
Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurut persamaan reaksi sebagai berikut :
(C6H10O5)n + n H2O + CH3COOH → n(C6H12O6)
Pati air glukosa Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka
untuk memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan
11
katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis
tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah asam sulfat, asam
nitrat dan asam khlorida. Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam Asetat sehingga
persamaan reaksi yang terbentuk sebagai berikut :(C6H10O5)n + n H2O → n(C6H12O6) Pati
air glukosa.
Bentuk butiran pati terdiri dari unit kristal dan unit amorf. Unit kristal akan bertahan
saat diberi perlakuan asam kuat dan enzim, sedangkan unit amorf dapat menyerap air dingin
sampai 30% tanpa merusak struktur pati secara keseluruhan Pati memiliki bentuk dan
ukuran yang berbeda-beda. Granul pati ada yang berbentuk bulat, oval, atau bentuk tak
beraturan dengan ukuran granul pati, mulai kurang dari 1 µ sampai 150 µ. Pati umumnya
mengandung 15-30% amilosa, 70-85% amilopektin dan 5-10% material antara. Sifat-sifat
pati ditentukkan oleh sumber pati tersebut. Faktor yang mempengaruhi sifat pati tersebut,
diantaranya adalah gelatinisasi (Pudjiastuti, 2010). Pati memiliki sifat memantulkan
cahaya sehingga saat dilihat dengan menggunakan mikroskop membentuk bidang warna
biru dan kuning. Sifat memantulkan cahaya ini akan menghilang saat granula mulai pecah
(Richana dan Suarni, 2010).
2.3 Selulosa
Selulosa mengandung sekitar 50-90% bagian berkristal dan sisanya bagian amorf.
Selulosa hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam, melainkan selalu
berikatan dengan bahan lain seperti lignin dan hemiselulosa. Selulosa terdapat dalam
tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel dan serat tumbuhan. Molekul selulosa
merupakan mikrofibil dari glukosa yang terikat satu dengan lainnya membentuk rantai
polimer yang sangat panjang. Adanya lignin serta hemiselulosa di sekeliling selulosa
merupakan hambatan utama untuk menghidrolisis selulosa.
12
Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas satuan-satuan dan mempunyai
massa molekul relatif yang sangat tinggi, tersusun dari 2.000-3.000 glukosa. Rumus
molekul selulosa adalah (C6H10O5)n. Selulosa merupakan komponen utama penyusun
dinding sel tanaman yaitu senyawa polimer glukosa yang tersusun dari nit-unit β-1,4-
glukosa yang dihubungkan dengan ikatan β-1,4-D glikosida.
2.4 Kitosan
Kitosan merupakan suatu amina polisakarida hasil proses deasetilasi kitin. Senyawa
ini merupakan biopolimer alam yang penting dan bersifat polikationik sehingga dapat
diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti adsorben logam, penyerap zat warna tekstil,
bahan pembuatan kosmetik serta agen antibakteri (Bhuvana, 2012). Kitosan adalah
turunan dari kitin, merupakan penyusun kulit hewan-hewan krustasea, seperti udang,
kerang, dan juga beberapa eksoskaleton dari serangga serta dinding sel dari beberapa jenis
fungi.(7),(8) Kitosan sangat mudah didapat dari kepiting, khususnya Dungeness crab
(Cancer magister); udang, khususnya udang Pacifik (Pandalus borealis); lobster; dan kulit
udang karang. Menurut Knorr, cangkang atau kulit hewan krustasea mengandung 30-40%
protein, 30-50% kalsium karbonat dan kalsium fosfat, dan 20-30% kitin(23). Sedangkan
kulit kepiting mengandung 15,6%23,9% protein, 53,7%–78,4% kalsium karbonat, dan
18,7%-32,2% kitin, hal ini juga tergantung pada jenis kepiting dan tempat hidupnya.(24)
Sumber kitin dan kitosan akan mempengaruhi berat molekul, kemurnian dan morfologi
kristal kitin dan kitosan tersebut.
Plasticizer adalah bahan organik dengan berat molekul rendah yang ditambahkan
dengan maksud untuk memperlemah kekakuan dari polimer, sekaligus meningkatkan
fleksibilitas dan ekstensibilitas polimer. Gliserol merupakan senyawa kimia yang
mempunyai tiga gugus hidroksil dan memiliki rumus kimia C2H5(OH)3. Ditinjau dari sifat
fisika dan kimianya, gliserol memiliki viskositas yang cukup tinggi, bersifat hidroskopis,
memiliki titik leleh 18,17℃, titik didih sebesar 290℃, memiliki rasa manis, tidak berbau
tajam, dan larutan gliserol tidak berwarna. Gliserin juga dihasilkan dari produk samping
industri sabun dan biodisel karena senyawa ini terdapat dalam minyak dan lemak. Gliserin,
atau juga sering dikenal sebagai gliserol, merupakan unsur kimiawi yang bersifat organik.
Gliserol merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada lemak hewani maupun lemak
nabati sebagai ester gliseril pada asam palmitat dan oleat. Gliserol dapat larut sempurna
dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya, banyak zat dapat lebih
mudah larut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol, oleh karena itu gliserol
merupakan jenis pelarut yang baik. Sifat kimia gliserol yang memiliki gugus (OH) pada
bagian ujung – ujungnya, membuat senyawa ini banyak digunakan sebagai plasticizer atau
zat pemlastis. Penggunakan gliserol sebagai zat pemlastis didasari dari sifat gliserol yang
ramah lingkungan dan tidak beracun. Sifat gliserol yang dapat mengikat ternyata
digunakan sebagai bahan pengikat dalam cat dan tinta dan berfungsi sebagai penjaga sifat
kelenturan. Secara keseluruhan, sifat gliserol yang tidak beracun dan aman dapat menjadi
14
suatu hal yang menguntungkan baik dalam proses industri dan penanganannya sebagai
limbah di lingkungan (Bonnardeaux, J., 2012).
Gliserol efektif digunakan sebagai plasticizer pada film hidrofilik, seperti film
berbahan dasar pati, gelatin, pektin, dan karbohidrat lainnya termasuk khitosan.
Penambahan gliserin akan menghasilkan film yang lebih fleksibel dan halus. Gliserol
adalah molekul hidrofilik yang relatif kecil dan dapat dengan mudah disisipkan di antara
rantai protein dan membentuk ikatan hidrogen dengan amida. Gliserol dapat meningkatkan
pengikatan air pada edible film. Salah satu contoh pemanfaatan gliserol dalam industri
polimer yakni sebagai pemlastik maupun pemantap. Senyawa poliol dapat diperoleh dari
hasil industri petrokimia, maupun langsung dari transformasi minyak nabati dan olahan
industri oleokimia. Senyawa poliol khususnya gliserol yang terbuat dari minyak nabati dan
industry oleokimia bersifat dapat diperbaharui, sumber mudah diperoleh, dan juga akrab
dengan lingkungan karena mudah terdegradasi di alam (Yusmarlela, 2009). Gliserol
memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya sebagai bahan kosmetik, bahan peledak,
bahan tekstil dan lainnya. Selain itu, manfaat gliserol lainnya adalah potensi unsur tersebut
sebagai bahan plasticizer plastik biodegradable. Plasticizer merupakan komponen plastik
yang memberika elastisitas dan kekuatan bagi plastik. Minyak nabati dapat digunakan
sebagai bahan plasticizer dengan syarat minyak tersebut mengalami reaksi transesterifikasi
yang menghasilkan ester dan gliserol. Perbandingan ester dan gliserol yang dihasilkan
dapat diatur untuk menyesuaikan jenis plastik yang akan diproduksi.
2.6 Plastik
18
Ekstraksi serat mahkota daun nanas
1. Penyiapan Bahan
Siapkan mahkota daun nanas yang telah dipotong dan telah dicuci bersih
2. Proses perendaman
Daun nanas yang telah dipotong potong dan dicuci bersih dimasukan kedalam air 3
hari hingga terbentuk lendir pada kulit daun nanas
3. Proses scraping
Daun nanas yang telah direndam dan telah terbentuk lendir dilakukan pengikisan
atau pengerokan (scraping) dengan pisau yang tidak tajam atau bisa juga
menggunakan sendok untuk menghilangkan zat-zat yang masih menempel atau
tersisa pada serat, sehingga serat-serat daun nanas akan lebih terurai satu dengan
yang lainnya
4. Proses pencucian dan pengeringan
Serat-serat yang sudah di scraping kemudian dicuci dan dikeringkan
Pencampuran kitosan dan tepung nasi aking serta serat daun nanas
Serat daun nanas sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam magnetic stirrer, kemudian
ditambahkan 100 mL asam asamasetat 2%.
Penambahan Gliserol dan pengadukan dengan pemanasan
Tambahkan dengan gliserol dengan variabel 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml, 1,5 ml, 1,75 ml dan
melakukan pengadukan dan pemanasan dengan menggunakan magnetic stirrer selama
30 menit dan temperatur mencapai 65°C.
Proses Pencetakan
- Sebelum campuran dilakukan pencetakan didiamkan terlebih dahulu selama 5 menit
untuk menghindari adanya gelembung – gelembung pada plastic.
- Menuangkan campuran yang telah diaduk pada cetakan ukuran 20x20 cm, dan
dibagi menjadi 2 bagian.
- Dimasukkan kedalam oven dengan temperatur 70°C selama 3 jam untuk variabel I
dan dibiarkan didalam suhu ruang selama 24 jam untuk variabel II
19
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Bahan
Serat mahkota daun nanas
Kitosan
Gliserol
Asam Asetat 2 %
Aquades
20
Variasi Kitosan :
Penyiapan
Bahan
Proses
Perendaman
Proses
Scrapping
Proses
Pencucian dan
Pengeringan
1. Penyiapan Bahan
Siapkan mahkota daun nanas yang telah dipotong dan telah dicuci bersih
2. Proses perendaman
Daun nanas yang telah dipotong potong dan dicuci bersih dimasukan
kedalam air 3 hari hingga terbentuk lendir pada kulit daun nanas
21
3. Proses scraping
Daun nanas yang telah direndam dan telah terbentuk lendir dilakukan
pengikisan atau pengerokan (scraping) dengan pisau yang tidak tajam atau
bisa juga menggunakan sendok untuk menghilangkan zat-zat yang masih
menempel atau tersisa pada serat, sehingga serat-serat daun nanas akan
lebih terurai satu dengan yang lainnya
4. Proses pencucian dan pengeringan
Serat-serat yang sudah di scraping kemudian dicuci dan dikeringkan.
Proses analisa
plastik
Proses biodegredable
Pencetakan
Penambahan
Gliserol dan
Pencampuran pengadukan
kitosan dan dengan
Ekstrasi serat tepung nasi pemanasan
mahkota daun aking seta serat
nanas daun nanas
22
Menuangkan campuran yang telah diaduk pada cetakan ukuran 20x20
cm, dan dibagi menjadi 2 bagian.
Dimasukkan kedalam oven dengan temperatur 70°C selama 3 jam untuk
variabel I dan dibiarkan didalam suhu ruang selama 24 jam untuk variabel
II.
Mengeluarkan campuran dari oven, dan didinginkan pada temperatur
kamar untuk variabel I dan melepaskan campuran dari cetakan untuk
variabel II.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Variasi Kitosan dan Gliserol Terhadap Kuat Tarik Film Plastik
Biodegradabel
Tujuan dari analisa ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi terhadap nilai kuat
tarik analisa kuat tarik di lakukan dengan menggunakan alat tensile strenght.
4.1.1 Tabel Hasil Uji Kuat Tarik Variasi Gliserol dengan Kitosan 2 gr
Keterangan :
10
8 y = -0.5745x + 10.62
R² = 0.8918
6
4
2
0
0,5 ml 0,75 ml 1 ml 1,25 ml 1,5 ml
Gliserol
24
Pengaruh Variasi Gliserol Variasi Konsentrasi Gliserol dengan Kitosan Terhadap
Kuat Tarik Film Plastik
Sehingga untuk variasi gliserol dan kitosan yang mempunyai nilai optimum
untuk nilai kuat tarik adalah variable 1 yaitu Gliserol 0,5 mol/ml dengan kuat tarik
sebesar 9,806 N/mm2.
4.1.3 Tabel Hasil Uji Kuat Tarik Variasi Kitosan dengan gliserol 1 ml
Tujuan dari analisa ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi kitosan terhadap nilai
kuat tarik analisa kuat tarik di lakukan dengan menggunakan alat tensile strenght.
NO SAMPEL Kuat Tarik (N/mm2)
1 Variabel 1 7,134
2 Variabel 2 7,638
3 Variabel 3 8,542
4 Variabel 4 8,792
5 Variabel 5 9,108
25
Keterangan :
8 y = 0.5102x + 6.7122
R² = 0.9518
6
4
2
0
1 gr 1,5 gr 2 gr 2,5 gr 3 gr
Gliserol
Pengaruh Variasi Kitosan Terhadap Kuat Tarik Film Plastik dari Film Plastik
Biodegradable
4.2 Pengaruh Waktu Degredasi di dalam Tanah Terhadap Berat Sampel Film
Plastik Biodegradabel dengan Variasi Kitosan dan Gliserol
4.2.1 Variasi Gliserol
Melalui grafik di atas dapat dilihat bahwa waktu degredasi mempengaruhi berat dari
sampel film plastik dengan variasi gliserol. Perbedaan konsentrasi penguat kitosan
mempengaruhi berat sampel yang terdegradasi. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa
sampel plastik yang dianalisa, terdiri dari film plastik dengan variasi gliserol (Variabel 1
= 0,5 ml; Variable 2 = 0,75 ml; Variabel 3 = 1 ml; Variabel 4 = 1,25 ml; Variabel 5 = 1,5
ml).
Pada grafik dapat dilihat semakin meningkatnya konsentrasi gliserol, maka semakin
mudah dan cepat sampel film plastik untuk didegredasi. Hal itu dikarenakan pengaruh dari
gliserol yang mempercepat waktu degredasi dan penurunan berat sampel. Gliserol memiliki
sifat hidrofilik yaitu mudah larut didalam air. Gliserol memiliki sifat yang berbeda dengan
kitosan. Gliserol menyerap air yang terkandung di dalam tanah. Hal itu mempengaruhi
proses degredasi dari film plastik. Menurut standar Internasional (ASTM 5336) lamanya
Film Plastik terdegradasi (biodegradasi) untuk plastik PLA dari Jepang dan PCL dari
Inggris membutuhkan waktu 7 hari untuk dapat terurai secara keseluruhan (100%)
(Arief,2013). Lamanya terdegradasi (biodegradasi) yang dihasilkan dari penelitian ini
27
adalah dalam waktu 3 hari untuk dapat terurai hampir keseluruhan (80%). Hal itu
membuktikan bahwa Hasil Penelitian kami memenuhi criteria degredasi dari Film Plastik.
4.2.1 Variasi Kitosan
Melalui grafik di atas dapat dilihat bahwa waktu degredasi mempengaruhi berat
dari sampel film plastik dengan variasi kitosan. Perbedaan konsentrasi penguat kitosan
mempengaruhi berat sampel yang terdegradasi. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa
sampel plastik yang dianalisa, terdiri dari film plastik dengan variasi kitosan (Variabel
1 = 1 gr; Variable 2 = 1,5 gr; Variabel 3 = 2 gr; Variabel 4 = 2,5 gr; Variabel 5 = 3 gr)
Hasil menunjukkan bahwa dengan sampel film plastik kitosan yang jumlahnya
sedikit akan lebih mudah terdegredasi dibandingkan sampel film plastik dengan kitosan
yang jumlahnya lebih banyak. Melalui Grafik dapat dilihat bahwa semakin
meningkatnya Konsentrasi Kitosan maka Sampel Film Plastik akan lebih sulit untuk
didegredasi. Hal tersebut disebabkan oleh Kitosan sebagai Penguat alami memiliki sifat
hidrofobik yaitu sukar larut di dalam air yang terkadung di dalam ditanah. Penyebab
lainnya yaitu karena kitosan memiliki sifat yang tahan terhadap serangan
mikroorganisme pengurai yang terkandung di dalam tanah. Menurut standar
Internasional (ASTM 5336) lamanya Film Plastik terdegradasi (biodegradasi) untuk
plastik PLA dari Jepang dan PCL dari Inggris membutuhkan waktu 7 hari untuk dapat
terurai secara keseluruhan (100%) (Arief,2013). Lamanya terdegradasi (biodegradasi)
yang dihasilkan dari penelitian ini adalah dalam waktu 3 hari untuk dapat terurai hampir
keseluruhan (80%). Hal itu membuktikan bahwa Hasil Penelitian kami memenuhi
criteria degredasi dari Film Plastik.
4.3 Pengaruh Variasi Kitosan dan Gliserol terhadap Kelarutan Air pada
Film Plastik Biodegradable
Pengujian kelarutan air terhadap film plastic biodegradable dilakukan dengan uji
sweling yaitu merendam film plastik biodegradable ke dalam air selama 24 jam di
dalam botol, dimana nilai kelarutan didapatkan dari perhitungan rumus persentase
kelarutan air berdasarkan bobot sebelum dan bobot sesudah perendaman.
Wo
28
Ket : W0 = Berat sampe kering,
84
82 80.5
80 78.25 78.5
78
76
74
0.5 0.75 1 1.25 1.5
Variasi Gliserol (ml)
Pada grafik 4.3.1 uji kelarutan air pada film plastik biodegradable di atas
dipengaruhi oleh variasi gliserol yang berbeda dengan konsentrasi kitosan tetap yaitu
sebesar 2 gr. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa film plastik yang dianalisa terdiri
variasi gliserol (Variabel 1 = 0,5 ml; Variable 2 = 0,75 ml; Variabel 3 = 1 ml; Variabel
4 = 1,25 ml; Variabel 5 = 1,5 ml).
29
Kenaikan persentase kelarutan air terjadi jika semakin besar konsentrasi
gliserol. Kemampuan film plastik biodegradable larut dalam air dipengaruhi oleh
adanya gugus -OH pada plastik yang berasal dari gliserol, ikatan ini menyebabkan film
plastic biodegradable ini masih memiliki sifat hidrofilik atau larut dalam air (Utami,
dkk 2014). Plasticizer gliserol berfungsi untuk meningkatkan elastisitas dengan
mengurangi derajat ikatan hydrogen dan meningkatkan jarak antara molekul dari
polimer. Semakin banyak penggunaan plasticizer maka akan meningkatkan kelarutan
terutama yang bersifat hidrofilik akan meningkatkan kelarutan dalam air. Gliserol
memberikan kelarutan yang tinggi dibandingkan sorbitol pada bioplastic berbasis pati
(Bourtoom, 2007).
Berdasarkan hasil uji kelarutan tersebut, dapat dilihat bahwa film plastic
biodegradable terbaik adalah yang memiliki konsentrasi gliserol paling tinggi yaitu 1,5
ml dengan presentase kelarutan air sebesar 80% sedangkan film plastic biodegradable
yang terendah kelarutannya yaitu yang memiliki konsentrasi gliserol paling rendah
yaitu 0,5 ml dengan presentase kelarutan air sebesar 80,5 %.
4.3.2 Grafik Pengaruh Variabel Kitosan dengan gliserol 4 ml terhadap Uji
Kelarutan Air
85 80.5 80.25
78
80 75.6
75
70
65
1 1.5 2 2.5 3
Variasi Kitosan
Pada grafik uji kelarutan air pada film plastik biodegradable di atas dipengaruhi
oleh variasi kitosan yang berbeda dengan konsentrasi gliserol tetap yaitu sebesar 1
ml. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa film plastik yang dianalisa terdiri variasi
kitosan (Variabel 1 = 1 gr; Variable 2 = 1,5 gr; Variabel 3 = 2 gr; Variabel 4 = 2,5
gr; Variabel 5 = 3 gr).
Kenaikan persentase kelarutan air terjadi jika semakin kecil konsentrasi kitosan.
Hal ini disebabkan karena kitosan merupakan senyawa yang bersifat hidrofobik dan
30
tidak larut dalam air, hal ini sesuai dengan pernyataan Darni dan Utami (2010) yang
menyatakan kitosan memodifikasi molekul pati sehingga kitosan akan mampu
mereduksi sifat pati yang pada dasarnya bersifat hidrofobik. Sedangkan plasticizer
gliserol berfungsi untuk meningkatkan elastisitas dengan mengurangi derajat ikatan
hydrogen dan meningkatkan jarak antara molekul dari polimer. Semakin banyak
penggunaan plasticizer maka akan meningkatkan kelarutan.
Berdasarkan hasil uji kelarutan tersebut, dapat dilihat bahwa film plastic
biodegradable yang paling optimum adalah yang memiliki konsentrasi kitosan
paling rendah yaitu 1 gr dengan presentase kelarutan air sebesar 80,25% sedangkan
film plastic biodegradable yang terendah kelarutannya yaitu yang memiliki
konsentrasi kitosan paling besar yaitu 2 gr dengan presentase kelarutan air sebesar
76,2%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lingkungan bagi manusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kehidupan, karena lingkungan tidak hanya sebagai tempat manusia beraktivitas, tetapi
juga sangat berperan dalam mendukung berbagai aktivitas manusia. Lingkungan tidak
jauh dengan adanya limbah. Banyak disekitar kita limbah bisa dimanfaatkan kembali ada
juga limbah yang harus dibuang atau tidak dapat diolah menjadi bahan yang berdaya
guna. Pada ladang pertanian sering juga ditemukan limbah dedaunan, seperti misalnya
pada ladang nanas didapatkan daun nanas yang dibuang dengan cuma cuma, daun nanas
mengandung serat tinggi sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Seiring dengan
permasalahan ini, penelitian pembuatan plastik dari polimer alam yang mudah diuraikan
berkembang dengan pesat. Kandungan pati yang cukup tinggi dari nasi aking dan
kandungan serat yang cukup tinggi pada mahkota daun nanas dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan plastik biodegradable.
5.2 Saran
Disarankan pada penelitian selanjutnya dilakukan penambahan zat kimia lain
agar film plastik menjadi bening. Sebaiknya dilakukan pengujian uji gizi dan uji
toksinitas untuk membuktikan bahwa pembungkus layak untuk dimakan. Sebaiknya
digunakan jenis pemplastis lain agar hasil pengujian mekanik lebih baik lagi.
32
BAB VI
Daftar Pustaka
Ave´rous dkk., 2001. Pengaruh penambahan serat limbah daun nanas terhadap
sifat mekanik plastic mudah terurai (Biodegredable). Volume 13, 7-8
Bonnardeaux, J., 2012. Pemanfaatan serat daun nanas untuk pembuatan plastik
biodegradable. Vol. 9 No. 2, 12-13
Chivrac dkk., 2010. Pengaruh penambahan serat limbah daun nanas terhadap sifat
mekanik plastic mudah terurai (Biodegredable). Volume 13, 5-6
Chang dkk., 2006. Pengaruh penambahan serat limbah daun nanas terhadap sifat
mekanik plastic mudah terurai (Biodegredable). Volume 13, 6-7
Dephan Litbang, 2007. Dephan.go.id. Komposisi kimia serat alam.
http://buletinlitbang.com
Flores dkk., 2007. Pengaruh penambahan serat limbah daun nanas terhadap sifat
mekanik plastic mudah terurai (Biodegredable). Volume 13, 6-7
Fouda MMG. Use of Natural Polusaccharides in Medical Textile Application.
Glory dkk, 2011. Vegetable Fibres, Leonard Hill, London
Krefeld: University of Duisburg-Essen; 2005
Redaksi Agromedia, 2009. Pineapple Leaf Fibres, Textile Progress Vol. 24 Number
Richana dan Suarni, 2010. Pati untuk kandungan di plastic biodegradable. Volume
2, 15-16.
Sari Permata Dian 2014. Pemanfaatan serat daun nanas untuk pembuatan plastik
biodegradable. Vol. 9 No. 2, 22 -23
Ummah Al Nathiqoh,2013. Pemanfaatan serat daun nanas untuk pembuatan plastik
biodegradable. Vol. 9 No. 2, 25
33
LAMPIRAN
34
Variabel 4 Variabel 5
2. Lampiran Foto Plastik Biodegradabel Variasi Kitosan dengan Gliserol 1 ml
Variabel 4 Variabel 5
35