Anda di halaman 1dari 17

Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014

LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono, 2005)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)
2. Etiologi
Indikasi SC:
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea
adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gr
e. Perdarahan antepartum
(Manuaba, I.B, 2001)
Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan
sectio adalah:
a. Malpersentasi janin
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan
/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang
yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan
letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak
ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat
lebih dulu ditolong dengan cara lain.

2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin
pertama letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of
the twins), distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya. 1

Praktik Profesi Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014

e. Partus lama
f. Partus tidak maju
g. Pre-eklamsia dan hipertensi
h. Distosia serviks
3. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan section caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan
plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi
kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk
kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati.
4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
 Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi
memanjang pada corpus uteri.
 Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen
bawah uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis
dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila:
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (tranversal)
 Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10cm.
Kelebihan:
 Mengeluarkan janin lebih memanjang
 Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
 Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
2

Praktik Profesi Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014

Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi


dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan
pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam
persalinan.Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi.
Sekurang-kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya
adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk
tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan:
 Penjahitan luka lebih mudah
 Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi
uterus ke rongga perineum
 Perdarahan kurang
 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil
Kekurangan:
 Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
 Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis,
sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum
pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor
- faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya
infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
3

Praktik Profesi Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang


arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
 Luka kandung kemih
 Embolisme paru - paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah sectio caesarea klasik.
6. Prognosis
Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan
persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh
lebih aman dari pada dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan
fasilitas baik dan tenaga yang kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang
mempengaruhi morbiditas pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang
menjadi indikasi pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Anak
yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan
yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di
negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik,
angka kematian perinatal sekitar 4 - 7% (Mochtar, 1998)
7. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
4

Praktik Profesi Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,


penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah risiko infeksi.
8. Pemeriksaan Penunjang
 Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
 Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
 Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
 Urinalisis / kultur urine
 Pemeriksaan elektrolit
9. Penatalaksanaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
5

Praktik Profesi Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:


 Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
 Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
 Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
 Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
 Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka

Praktik Profesi Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)

B.

Praktik Profesi Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
 Identitas klien dan penanggung
 Keluhan utama klien saat ini
 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
 Riwayat penyakit keluarga
 Keadaan klien meliputi:
a. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan
dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan
labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau
kecemasan.
c. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
f. Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
h. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering
bekas operasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
d. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedahan
e. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi
8

Praktik Profesi Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Nyeri akut Setelah diberikan 1. Lakukan 1. Mempengaruhi
berhubungan asuhan keperawatan pengkajian pilihan /
dengan pelepasan selama … x 24 jam secara pengawasan
mediator nyeri diharapkan nyeri klien komprehensif keefektifan
(histamin, berkurang / terkontrol tentang nyeri intervensi.
prostaglandin) dengan kriteria hasil : meliputi lokasi,
akibat trauma Klien karakteristik,
jaringan dalam melaporkan durasi, frekuensi,
pembedahan nyeri berkurang kualitas,
(section caesarea) / terkontrol intensitas nyeri
Wajah tidak
dan faktor
tampak
presipitasi.
meringis
2. Observasi respon 2. Tingkat ansietas
Klien tampak
nonverbal dari dapat
rileks, dapat
ketidaknyamana mempengaruhi
berisitirahat,
n (misalnya persepsi / reaksi
dan beraktivitas
wajah meringis) terhadap nyeri.
sesuai
terutama
kemampuan
ketidakmampuan
untuk
berkomunikasi
secara efektif.
3. Mengetahui sejauh
3. Kaji efek
mana pengaruh
pengalaman
nyeri terhadap
nyeri terhadap

Praktik Profesi Keperawatan 9


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
kualitas hidup kualitas hidup
(ex: beraktivitas, pasien.
tidur, istirahat,
rileks, kognisi,
perasaan, dan 4. Memfokuskan
hubungan sosial) kembali perhatian,
4. Ajarkan meningkatkan
menggunakan kontrol dan
teknik meningkatkan
nonanalgetik harga diri dan
(relaksasi kemampuan
progresif, latihan koping
napas dalam,
imajinasi,
sentuhan 5. Memberikan
terapeutik.) ketenangan kepada
5. Kontrol faktor - pasien sehingga
faktor nyeri tidak
lingkungan yang bertambah
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
6. Analgetik dapat
ketidaknyamana
mengurangi
n (ruangan, suhu,
pengikatan
cahaya, dan
mediator kimiawi
suara)
nyeri pada reseptor

Praktik Profesi Keperawatan 10


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
6. Kolaborasi untuk nyeri sehingga
penggunaan dapat mengurangi
kontrol rasa nyeri
analgetik, jika
perlu.
Risiko tinggi Setelah diberikan 1. Tinjau ulang 1. Kondisi dasar
terhadap infeksi asuhan keperawatan kondisi dasar / seperti diabetes /
berhubungan selama … x 24 jam faktor risiko yang hemoragi
dengan trauma diharapkan klien tidak ada sebelumnya. menimbulkan
jaringan / luka mengalami infeksi Catat waktu pecah potensial risiko
bekas operasi dengan kriteria hasil : ketuban. infeksi /
(SC) penyembuhan luka
Tidak
yang buruk. Pecah
terjadi tanda -
ketuban yang
tanda infeksi
terjadi 24 jam
(kalor, rubor,
sebelum
dolor, tumor,
pembedahan dapat
fungsio laesea)
Suhu menimbulkan
dan nadi dalam koriamnionitis
batas normal sebelum intervensi
( suhu = 36,5 bedah dan dapat
2. Kaji adanya
-37,50 C, mempengaruhi
tanda infeksi
frekuensi nadi proses
(kalor, rubor,
= 60 - 100x/ penyembuhan luka
dolor, tumor,
menit)
fungsio laesa) 2. Mengetahui
WBC dalam batas secara dini
normal (4,10-10,9 terjadinya infeksi

Praktik Profesi Keperawatan 11


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
10^3 / uL) sehingga dapat
dilakukan
3. Lakukan
pemilihan
perawatan luka
intervensi secara
dengan teknik
tepat dan cepat
aseptik
3. Meminimalisir
adanya
4. Inspeksi balutan
kontaminasi pada
abdominal
luka yang dapat
terhadap eksudat /
menimbulkan
rembesan.
infeksi
Lepaskan balutan
4. Balutan steril
sesuai indikasi
menutupi luka dan
melindungi luka
dari cedera /
kontaminasi.
Rembesan dapat
5. Anjurkan klien
menandakan
dan keluarga untuk
terjadinya
mencuci tangan
hematoma yang
sebelum / sesudah
memerlukan
menyentuh luka
intervensi lanjut
6. Pantau
peningkatan suhu, 5. Cuci tangan
nadi, dan menurunkan resiko
pemeriksaan terjadinya infeksi
laboratorium nosokomial

Praktik Profesi Keperawatan 12


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
jumlah WBC / sel
darah putih
6. Peningkatan
suhu, nadi, dan
WBC merupakan
salah satu data
penunjang yang
dapat
mengidentifikasi
adanya bakteri di
dalam darah.
Proses tubuh untuk
melawan bakteri
akan meningkatkan
7. Kolaborasi
produksi panas dan
untuk pemeriksaan
frekuensi nadi. Sel
Hb dan Ht. Catat
darah putih akan
perkiraan
meningkat sebagai
kehilangan darah
kompensasi untuk
selama prosedur
melawan bakteri
pembedahan
yang menginvasi
tubuh.
8. Anjurkan intake
7. Risiko infeksi
nutrisi yang cukup
pasca melahirkan
9. Kolaborasi dan proses
penggunaan penyembuhan akan
antibiotik sesuai buruk bila kadar

Praktik Profesi Keperawatan 13


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
indikasi Hb rendah dan
terjadi kehilangan
darah berlebihan.

8. Mempertahanka
n keseimbangan
nutrisi untuk
mendukung
perpusi jaringan
dan memberikan
nutrisi yang perlu
untuk regenerasi
selular dan
penyembuhan
jaringan

Antibiotik dapat
menghambat
proses infeksi
Ansietas Setelah diberikan 1. Kaji respon 1. Keberadaan
berhubungan asuhan keperawatan psikologis sistem pendukung
dengan kurangnya selama … x 6 jam terhadap kejadian klien (misalnya
informasi tentang diharapkan ansietas dan ketersediaan pasangan) dapat
prosedur klien berkurang sistem pendukung memberikan
pembedahan, dengan kriteria hasil : dukungan secara
penyembuhan, Klien psikologis dan
dan perawatan terlihat lebih membantu klien
post operasi tenang dan dalam
2. Tetap bersama
tidak gelisah mengungkapkan

Praktik Profesi Keperawatan 14


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
Klien klien, bersikap masalahnya
mengungkapka tenang dan 2. Keberadaan
n bahwa menunjukkan rasa perawat dapat
ansietasnya empati memberikan
berkurang dukungan dan
perhatian pada
klien sehingga
3. Observasi klien merasa
respon nonverbal nyaman dan
klien (misalnya: mengurangi
gelisah) berkaitan ansietas yang
dengan ansietas dirasakannya
yang dirasakan 3. Ansietas
seringkali tidak
4. Dukung dan dilaporkan secara
arahkan kembali verbal namun
mekanisme koping tampak pada pola
perilaku klien
secara nonverbal
5. Berikan 4. Mendukung
informasi yang mekanisme koping
benar mengenai dasar,
prosedur meningkatkan rasa
pembedahan, percaya diri klien
penyembuhan, dan sehingga
perawatan post menurunkan
operasi ansietas

Praktik Profesi Keperawatan 15


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
6. Diskusikan 5. Kurangnya
pengalaman / informasi dan
harapan kelahiran misinterpretasi
anak pada masa klien terhadap
lalu informasi yang
dimiliki
sebelumnya dapat
mempengaruhi
ansietas yang
7. Evaluasi dirasakan
perubahan ansietas 6. Klien dapat
yang dialami klien mengalami
secara verbal penyimpangan
memori dari
melahirkan. Masa
lalu / persepsi yang
tidak realistis dan
abnormalitas
mengenai proses
persalinan SC akan
meningkatkan
ansietas.
7. Identifikasi
keefektifan
intervensi yang
telah diberikan

4. Implementasi

Praktik Profesi Keperawatan 16


Program Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program
Studi Ilmu Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014Program Studi Ilmu
Keperawatan B Tahun 2014
Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun
5. Evaluasi
1) Dx 1
- Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrol
- Wajah tidak tampak meringis
- Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai
kemampuan
2) Dx 2
- Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesea)
- Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,5 0 C, frekuensi nadi
= 60 - 100x/ menit)
- WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
3) Dx 3
- Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
- Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang

Praktik Profesi Keperawatan 17

Anda mungkin juga menyukai