Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Polisakarida adalah senyawa yang terdiri dari unit terkecil monosakarida yang dihubungkan
oleh ikatan glikosidik. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur
(selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen,
fruktan). Polisakarida akan menjadi monosakarida bila dihidrolisis secara lengkap. Pati
merupakan polimer dari 1,4-α-glukosa yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Amilosa
merupakan bagian dari rantai lurus yang dapat memutar dan membentuk daerah sulur ganda.
Amilosa akan berubah menjadi biru bila diwarnai dengan reagen iodine. Hidrolisis pati α-
amilase akan menghasilkan dekstrin sebagai produk utama, dimana hidrolisis lengkap akan
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir. Enzim ini dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan
dan mikroba. Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu melakukan hidrolisis
berbagai macam pati secara enzimatis dan membuktikan bahwa pati, sebagai polisakarida,
merupakan polimer dari 1,4-α-glukosa.
PENDAHULUAN
Polisakarida adalah senyawa yang terdiri dari unit terkecil monosakarida yang
dihubungkan oleh ikatan glikosidik. Polisakarida akan menjadi monosakarida bila dihidrolisis
secara lengkap. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur
(selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen,
fruktan). Polisakarida penguat tekstur ini tidak dapat dicerna oleh tubuh, tetapi merupakan
serat-serat (dietary fiber) yang dapat menstimulasi enzim-enzim pencernaan (Winarno 1992).
Pati merupakan polimer dari 1,4-α-glukosa yang terdiri dari amilosa dan amilopektin.
Amilosa akan berubah menjadi biru bila diwarnai dengan reagen iodine. Fungsi utama
senyawa ini sebagai komponen struktural atau bentuk penyimpan energi.
Monosakarida adalah senyawa karbohidrat sederhana yang mengandung gugus fungsi
karbonil. Secara umum senyawa ini dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu aldosa jika
mengandung gugus aldehid dan ketosa jika mengandung gugus keton. Monosakarida juga
sering dinamai sesuai jumlah atom karbon penyusunnya seperti triosa, pentosa, heksosa, dan
lain-lain.
Glukosa merupakan contoh monosakarida aldosa yang mengandung enam atom
karbon dan satu gugus aldehid. Monosakarida dengan jumlah atom tertentu akan membentuk
cincin atau anomer dan karbon anomerik (memiliki sifat pereduksi yang kuat). Ikatan
glikosidik terbentuk ketika atom karbon anomerik (C1) bereaksi dengan gugus hidroksil.
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa dan terdiri atas amilosa dan
amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998). Karbohidrat adalah senyawa makromolekul yang
mengandung C, H dan O dengan rumus (CH2O)n, yaitu senyawa yang n atom karbonnya
terhidrasi oleh n air. Senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena mengandung
gugus karbonil aldehid atau keton dan gugus hidroksil yang sangat banyak.
Amilosa merupakan bagian dari rantai lurus yang dapat memutar dan membentuk
daerah sulur ganda. Pada permukaan luar amilosa yang bersulur terdapat hidrogen yang
berikatan dengan atom O-2 dan O-6. Rantai lurus amilosa yang membentuk sulur ganda
kristal tersebut tahan terhadap amilase. Ikatan hidrogen intersulur dan intrasulur
mengakibatkan terbentuknya struktur hidrofobik dengan kelarutan yang rendah. Oleh karena
itu, sulur tunggal amilosa mirip dengan siklodekstrin yang bersifat hidrofobik pada
permukaan dalamnya (Chaplin 2002).
Hidrolisis pati α-amilase akan menghasilkan dekstrin sebagai produk utama, dimana
hidrolisis lengkap akan menghasilkan glukosa sebagai produk akhir. Enzim ini dapat
diperoleh dari hewan, tumbuhan dan mikroba.
Reaksi hidrolisa pati merupakan reaksi pemecahan pati menjadi struktur gula yang
lebih sederhana. Reaksi hidrolisa berlangsung lambat sehingga untuk mempercepat reaksi
perlu menggunakan katalisator. Pada hidrolisa pati, katalisator yang biasa dipakai adalah
katalis asam dan katalis enzim. Kelemahan hidrolisa pati dalam suasana asam yaitu dapat
menghasilkan produk dengan rasa dan warna yang buruk karena asam memiliki sifat yang
sangat reaktif dan proses pemurnian produk yang sulit, sedangkan pada hidrolisa pati dengan
menggunakan enzim memberi keuntungan antara lain yaitu produk lebih murni, biaya yang
murah dan tanpa produk samping yang berbahaya. Kerja enzim amilase dalam menghidrolisis
pati adalah dengan memotong ikatan 1,4-α-glukosa, tetapi tidak memotong ikatan 1,6-α-
glukosa. Jenis ikatan polimer pada amilosa lebih mudah dipotong oleh enzim α-amilase
daripada jenis ikatan polimer pada amilopektin.
Hidrolisis amilosa oleh α-amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah
degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltoriosa yang terjadi secara acak, sangat cepat dan
diikuti dengan penurunan viskositas. Tahap kedua merupakan proses degradasi yang relatif
lebih lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir, dimulai dari ujung
pereduksi secara teratur (Winarno 1992).
Aktivitas α-amilase ditentukan dengan mengukur hasil degradasi pati, biasanya dari
penurunan kadar pati yang larut atau dari kadar amilosa bereaksi dengan iodium akan
berwarna cokelat. Selain itu, keaktifan α-amilase dapat dinyatakan dengan cara pengurukuran
viskositas dan jumlah pereduksi yang terbentuk (Winarno 1995).
Jumlah fraksi amilosa-amilopektin sangat berpengaruh pada profil gelatinisasi pati.
Amilosa memiliki ukuran yang lebih kecil dengan struktur tidak bercabang. Sementara
amilopektin merupakan molekul berukuran besar dengan struktur bercabang banyak dan
membentuk double helix. Saat pati dipanaskan, beberapa double helix fraksi amilopektin
merenggang dan terlepas saat ada ikatan hidrogen yang terputus. Jika suhu yang lebih tinggi
diberikan, ikatan hidrogen akan semakin banyak yang terputus, menyebabkan air terserap
masuk ke dalam granula pati. Pada proses ini, molekul amilosa terlepas ke fase air yang
menyelimuti granula, sehingga struktur dari granula pati menjadi lebih terbuka dan lebih
banyak air yang masuk ke dalam granula, menyebabkan granula membengkak dan
volumenya meningkat. Molekul air kemudian membentuk ikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil gula dari molekul amilosa dan amilopektin. Di bagian luar granula, jumlah air bebas
menjadi berkurang, sedangkan jumlah amilosa yang terlepas meningkat. Molekul amilosa
cenderung untuk meninggalkan granula karena strukturnya lebih pendek dan mudah larut.
Mekanisme ini yang menjelaskan bahwa larutan pati yang dipanaskan akan lebih kental.
Dekstrin merupakan salah satu produk hasil hidrolisis pati berwarna putih hingga
kuning. Pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim atau asam selama
pemanasan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi
hidrolisis yaitu molekul pati mula-mula pecah menjadi unit rantai glukosa yang lebih pendek
(6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah menjadi maltosa yang
selanjutnya pecah lagi menjadi unit terkecil glukosa.
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu melakukan hidrolisis
berbagai macam pati secara enzimatis dan membuktikan bahwa pati, sebagai polisakarida,
merupakan polimer dari 1,4-α-glukosa.
METODOLOGI
Praktikum hidrolisis pati enzimatis dilaksanakan pada hari Selasa, 10 November
2015, pukul 12.30 – 14.10 WIB di Laboratorium FHA, Gedung Dekanat Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Peralatan yang digunakan dalam praktikum hidrolisis pati enzimatis meliputi gelas
ukur untuk mengukur volume aquades, gelas kimia untuk menyimpan sampel, spatula untuk
mengaduk atau mengambil sampel, hot plate sebagai alat pemanas, tabung reaksi sebagai
tempat untuk mereaksikan sampel, pipet tetes untuk mengambil larutan, inkubator untuk
menjaga suhu tetap stabil atau mensterilkan dan spektrofotometer untuk mengukur nilai
absorbansi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum hidrolisis pati enzimatis meliputi pati
dari tepung beras, tepung maizena, tepung aci, tepung terigu yang digunakan sebagai sampel,
glukosa untuk memecah maltosa menjadi laktosa, aquades sebagai pelarut, enzim amilase
sebagai pereaksi untuk memecahkan protein menjadi karbohidrat dan reagen iodine sebagai
pereaksi dalam uji karbohidrat.
PROSEDUR PERCOBAAN
Diteteskan enzim amilase sebesar tiga tetes pada tabung 1 dan lima tetes pada tabung 2
Diukur nilai absorbansi pada tabung 1 (tiga tetes enzim amilase) dan tabung 2 (lima tetes
enzim amilase).
Volume
Iodine (1 tetes) Pemanasan Sampel Kelompok
(ml) TABEL HASIL
Warna ungu, ada endapan bening Bening, larut, tekstur kental, bau aci 5 Tepung Aci 10
Biru keunguan, ada endapan, bau Pati mengendap, larutan keruh, bau
5 Tepung Terigu 14
ubi tepung
Bening kekuningan Bening kekuningan Warna jadi bening Warna jadi ungu muda
Bening lebih kuning, sedikit endapan, Bening kekuningan, banyak Warna lebih cepat menjadi
Warna jadi bening
bau amilum, tekstur kental endapan, tekstur kental bening
Warna bening ungu, ada endapan Warna ungu muda, ada Warna ungu pekat, ada
Biru pekat dan ungu pekat
putih gumpalan sedikit, bau ubi gumpalan, bau ubi
Bening, endapan putih, bau ubi, Bening, ada endapan ungu, bau Warna ungu muda, bau ubi, Warna ungu pekat,
gumpalan cokelat ubi, gumpalan ungu ada endapan putih endapan putih, bau ubi
3
2
1
No.
Jumlah (Ʃ)
5 tetes 3 tetes 5 tetes 3 tetes
0,50 0,43
X
0,36 0,24
0,9 gr/ml
0,2 gr/ml
0,3 gr/ml
0,4 gr/ml
0,124 0,142
Y
0,156 0,128
0,085
0,016
0,027
0,042
Tabel 2. Glukosa Standar
0,927 0,517 Bening kekuningan, ada endapan putih Larutan keruh, endapan ungu
X.Y
0,0281
0,0032
0,0081
0,0168
0,067 0,108 Gumpalan cokelat berkurang Gumpalan ungu berkurang
X2
0,29
0,04
0,09
0,16
Keruh, endapan putih, tidak
0,191 0,629 Keruh, endapan kuning
homogen
Perhitungan Glukosa Standar
∑ ∑ ∑ ∑
a= ∑ ∑
= -0,0107
∑ ∑ ∑
b= ∑ ∑
= 0,13
0,03
Absorbansi
0,025
Absorbansi
0,02
Linear (Absorbansi)
0,015
0,01
0,005
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Konsentrasi
Dimana nilai R2 adalah 0,9922 yang menunjukkan koefisien korelasi sangat kuat.
Jika nilai absorbansi dari pati berupa tepung maizena yang diberi perlakuan 5 tetes enzim
amilase yang sudah dihitung adalah 0,124 maka dimasukkan ke dalam persamaan:
y = -0,0107 + 0,13x
0,124 = -0,0107 + 0,13x
0,13x = 0,124 + 0,0107
0,13x = 0,135
x = 1,03
Maka konsentrasi glukosa dalam tepung maizena tersebut adalah 1,03 gr/ml.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Glukosa di Lab. FHA
Konsenstrasi Glukosa
Kelompok Sampel
3 tetes 5 tetes
9 Tepung Aci 3,39 3,92
10 Tepung Aci 1,92 2,85
11 Tepung Maizena 1,17 1,03
12 Tepung Maizena 1,06 1,28
13 Tepung Terigu 4,05 7,21
14 Tepung Terigu 0,91 0,59
15 Tepung Beras 4,94 7,72
16 Tepung Beras 4,92 1,55
PEMBAHASAN
Reaksi hidrolisa pati merupakan reaksi pemecahan pati menjadi struktur gula yang
lebih sederhana. Untuk menghidrolisis pati digunakan enzim amilase. Kerja enzim amilase
dalam menghidrolisis pati adalah dengan memotong ikatan 1,4-α-glukosa, tetapi tidak
memotong ikatan 1,6-α-glukosa. Hidrolisis amilosa oleh α-amilase terjadi melalui dua tahap.
Tahap pertama adalah degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltoriosa yang terjadi secara
acak, sangat cepat dan diikuti dengan penurunan viskositas. Tahap kedua merupakan proses
degradasi yang relatif lebih lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil
akhir, dimulai dari ujung pereduksi secara teratur.
Pada praktikum ini, sampel pati sebelumnya di panaskan lalu diteteskan satu tetes
iodine kemudian diberi enzim amilase tiga tetes pada tabung pertama dan lima tetes pada
tabung kedua. Setelah itu di inkubasi selama 20 menit dan dipanaskan kembali. Setelah
dipanaskan kembali diukur nilai absorbansi pada setiap tabung.
Pada kelompok 11 dilakukan pengujian pati terhadap tepung maizena. Mula-mula
tepung maizena ditimbang 0,2 gram, kemudian ditambahkan aquades 4 ml pada setiap tabung
lalu dipanaskan selama 5 menit dan diteteskan iodine sebesar satu tetes. Setelah itu di
teteskan enzim amilase tiga tetes pada tabung pertama dan lima tetes pada tabung kedua, lalu
diinkubasi selama 20 menit dan dipanaskan kembali. Setelah dipanaskan kembali diukur nilai
absorbansi pada setiap tabung. Hasil yang didapat pada kelompok 11 adalah ketika
dipanaskan, tepung maizena bening, tekstur cair dan terdapat gumpalan. Lalu hasil yang
didapatkan ada satu tetes iodine adalah tepung maizena berubah warna menjadi ungu pekat
dan ada endapan putih. Setelah diteteskan enzim amilase, pada tabung pertama yang telah
diteteskan tiga tetes enzim amilase hasil yang didapatkan warna menjadi ungu muda dan ada
endapan putih, sementara pada tabung kedua yang telah diteteskan lima tetes enzim amilase
tepung berubah warna menjadi bening dan ada endapan sedikit. Setelah itu diinkubasi selama
20 menit, hasil yang didapatkan pada tabung pertama warna menjadi merah magenta dan ada
endapan, sementara pada tabung kedua warna menjadi bening kekuningan dan ada endapan.
Setelah dilakukan pemanasan kembali selama 5 menit, keduanya semakin bening. Saat diukur
nilai absorbansinya, didapatkan nilai absorbansi pada tabung pertama sebesar 0,142 dan
tabung kedua sebesar 0,124.
Sementara pada hasil yang didapatkan kelompok 12, pada saat pemanasan tekstur
tepung maizena yang didapatkan menjadi lebih kental. Hal ini disebabkan karena saat
dipanaskan, beberapa double helix fraksi amilopektin merenggang dan terlepas saat ada
ikatan hidrogen yang terputus. Jika suhu yang lebih tinggi diberikan, ikatan hidrogen akan
semakin banyak yang terputus, menyebabkan air terserap masuk ke dalam granula. Pada
proses ini, molekul amilosa terlepas ke fase air yang menyelimuti granula, sehingga struktur
dari granula pati menjadi lebih terbuka dan lebih banyak air yang masuk ke dalam granula,
menyebabkan granula membengkak dan volumenya meningkat. Molekul air kemudian
membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dari molekul amilosa dan
amilopektin. Di bagian luar granula, jumlah air bebas menjadi berkurang, sedangkan jumlah
amilosa yang terlepas meningkat. Molekul amilosa cenderung untuk meninggalkan granula
karena strukturnya lebih pendek dan mudah larut. Mekanisme ini yang menjelaskan bahwa
larutan pati yang dipanaskan akan lebih kental. Proses ini disebut juga dengan gelatinisasi.
Sedangkan pada saat pati diteteskan oleh iodine, semua sampel berubah menjadi
warna ungu atau biru. Hal ini didasarkan pada pembentukan kompleks antara sisa pati yang
tak terdegradasi dengan iodine. Metode ini disebut dengan metode Fuwa.
Setelah dihitung, didapatkan standar glukosa dengan a = -0,0107 dan b = 0,13
sehingga y = -0,0107 + 0,13x. Dimana nilai R2 adalah 0,9922 yang menunjukkan koefisien
korelasi sangat kuat. Sementara konsentrasi glukosa pada kelompok 11 didapatkan pada
tabung pertama memiliki konsentrasi glukosa 1,17 dan pada tabung kedua memiliki
konsentrasi glukosa sebesar 1,03. Perbedaan konsentrasi glukosa ini dipengaruh oleh berapa
jumlah tetes enzim amilase yang diberikan pada sampel. Semakin banyak pemberian enzim
amilase maka konsentrasi glukosanya semakin kecil, sementara jika diberikan enzim amilase
yang sedikit maka konsentrasi glukosanya besar.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa hidrolisis pati
merupakan reaksi pemecahan pati menjadi struktur gula yang lebih sederhana. Pati dapat
terhidrolisis oleh pemanasan dan pereaksi enzim. Enzim yang dipakai pada praktikum ini
adalah enzim amilase. Kerja enzim amilase dalam menghidrolisis pati adalah dengan
memotong ikatan 1,4-α-glukosa, tetapi tidak memotong ikatan 1,6-α-glukosa.
Jika tesktur berubah menjadi lebih kental saat dipanaskan, disebabkan karena saat
dipanaskan, beberapa double helix fraksi amilopektin merenggang dan terlepas saat ada
ikatan hidrogen yang terputus menyebabkan air terserap masuk ke dalam granula. Pada
proses ini, molekul amilosa terlepas ke fase air yang menyelimuti granula, sehingga struktur
dari granula pati menjadi lebih terbuka dan lebih banyak air yang masuk ke dalam granula,
menyebabkan granula membengkak dan volumenya meningkat. Proses ini disebut juga
dengan gelatinisasi.
Sedangkan pada saat pati diteteskan oleh iodine, semua sampel berubah menjadi
warna ungu atau biru. Hal ini didasarkan pada pembentukan kompleks antara sisa pati yang
tak terdegradasi dengan iodine. Metode ini disebut dengan metode Fuwa.
Pada kelompok 11, didapatkan konsentrasi glukosa pada tabung pertama sebesar 1,17
dan pada tabung kedua sebesar 1,03.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, M. 2002. Starch. http://www.sbu.ac.uk (Diakses pada tanggal 13 November 2015).
Herawati, H. 2011. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna Sebagai Pangan
Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian Volume 30, Nomor 1.
http://eprints.undip.ac.id/36570/2/Bab_I-III_Jepro.pdf (Diakses pada tanggal 16 November
2015).
http://core.ac.uk/download/pdf/11718176.pdf (Diakses pada tanggal 16 November 2015).
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/683/jbptitbpp-gdl-lulusetiya-34147-3-2009ta-2.pdf (Diakses
pada tanggal 16 November 2015).
Imanningsih, N. 2012. Profil Gelatinisasi Beberapa Formulasi Tepung-Tepungan Untuk
Pendugaan Sifat Pemasakan. Jurnal Panel Gizi Makan Volume 35, Nomor 1.
Jacob, H. And J. A. Delcour. 1998. Hydrothermal Modifications of Granular Starch With
Retention of The Granular Structure: Review. J. Agric. Food Chem. 46 (8): 2895-2905.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
Winarno, F. G. 1995. Enzim Pangan. Jakarta: Gramedia.
LAMPIRAN
Gambar 18. Aquades 4 ml disetiap tabung reaksi Gambar 19. Dipanaskan selama 5 menit
Gambar 20. Diteteskan enzim amilase pada tabung 1 (3 tetes) dan pada tabung 2 (5 tetes)