Anda di halaman 1dari 5

R.

TUBAGUS PANJI HABIBI

270110170128

KELAS B

GEOKIMIA – SISTEM PELURUHAN DAN APLIKASINYA

Kita mengetahui bahwa banyak unsur berada dalam keadaan tidak stabil. Untuk
mencapai tingkat yang paling stabil, unsur tersebut akan meluruh secara eksponensial dengan
waktu paruh tertentu dengan memancarkan radiasi radioaktif disertai perubahan isotop.

Waktu paruh merupakan waktu yang diperlukan isotop untuk


Rumus Waktu Paruh :
meluruh hingga kehilangan separuh massanya secara eksponensial.
Semua isotop memiliki sifat waktu paruh yang berbeda-beda. Waktu
paruh tersebut dapat digunakan untuk menentukan umur suatu benda
yang mengandung isotop tersebut.

Pada batuan beku umumnya digunakan metode penarikhan 40Ar-39Ar. Namun, bukan
berarti batuan sedimen dan metamorf tidak dapat ditarikh dengan metode ini. Selama di dalam
batuan terdapat mineral-mineral yang mengandung unsur K dalam jumlah yang cukup untuk
dianalisis, batuan dapat ditarikh dengan menghitung waktu paruh unsur K. Jika metode ini
dipakai untuk menganalisis batuan utuh (whole rock) maka akan diperoleh umur batuan. Tetapi
jika diterapkan pada pisahan mineral dalam batuan (misalnya biotit, plagioklas, atau
hornblenda), maka akan diperoleh umur mineral-mineral tersebut saja. Umur-umur yang
diperoleh dari analisis mineral ini lebih mencerminkan waktu ketika mineral mendingin
melalui suhu penutup (closure temperature), yaitu suhu ketika mineral mulai mendingin dan
membentuk padatan.

Mineral yang berbeda akan mempunyai suhu penutup yang berbeda pula. Misalnya
suhu penutup biotit adalah ~300°C, muskovit ~400°C, dan hornblende ~550°C. Sebagai
contoh, granit yang mengandung ketiga mineral ini akan menghasilkan tiga emplacement yang
’berlainan’ ketika batuan tersebut mendingin melalui ketiga suhu penutup di atas. Namun
demikian, informasi umur yang diperoleh justru berguna dalam membangun sejarah termal
granit tersebut.
Penerapan lain metode penarikhan 40Ar-39Ar di antaranya untuk penentuan umur
mineralisasi Zn-Pb- Ag (Werdon drr., 2004), Cu (Mote drr., 2001), dan Cu-Mo-(Au) (Sotnikov
drr., 2007), serta umur alterasi serisit (Neubauer drr., 2009), dan umur pelapukan (Wartho,
2003). Penentuan umur pergerakan sistem sesar juga dapat dilakukan dengan metode ini
(Imtihanah, 2004; Jordan & Burgess, 2007).

Sumber: http://geomagz.geologi.esdm.go.id/menginterogasi-batuan-dengan-metode-40ar-
39ar/

SISTEM PELURUHAN

Sebagaimana telah diketahui, bahwa penetuan umur suatu benda dengan karbon C-14 lebih
sesuai untuk benda yang mempunyai umur kurang dari 50.000 tahun. Maka untuk benda yang
mempunyai umur jutaan tahun, seperti batuan, para ahli geologi harus memakai nuklida
radioaktif yang umur-paruhnya jauh lebih panjang, terutama Rb-87 (Rubidium) atau U-238
(Uranium). Secara berurutan, masing-masing dari ketiga nuklida-induk tersebut akan
menghasilkan niklida-anak: Sr-87 (Strontium), dan Pb-206 (Timbal).
Metode:

1. Rb-Sr [Rubidium  Strontium (umur-paruh = 4,7 x 1010 tahun)]

2. U-Pb [Uranium  Timbal (umur-paruh = 4,5 x 109 tahun)]

Dari ketiga metode di atas, penentuan dengan Rb-Sr lebih mudah karena nuklida-
induknya meluruh manjadi nuklida-anak dalam satu langkah tunggal. Sementara dengan U-
238 meluruh menjadi Pb-206 melalui deretan 14 kali langkah. Namun umur-paruh tiap
langkah relatif pendek terhadap umur-paruh 4,5 milyar tahun dari U-238 itu sendiri, sehingga
kandungan U-238 dan Pb-206 dari sampel tertentu saja yang perlu diperhatikan.

1. Rb-Sr

Rubidium akan berubah menjadi stronsium dengan memancarkan partikel


elektron dengan waktu paruh 47 miliar tahun. Dengan membandingkan jumlah
rubidium yang tersisa dan jumlah stronsium yang terbentuk di dalam batuan maka
umur batuan dapat ditentukan. Penggunaan metode ini jarang dilakukan karena unsur
radioaktif rubidium jarang terdapat pada batuan, tetapi penggunaan ini efektif antara
106 sampai 4,6x109 tahun dengan tingkat kesalahan 1-2%. Pengembangan proses ini
dibantu oleh kimiawan Jerman Otto Hahn dan Fritz Strassmann, yang kemudian
melanjutkan untuk menemukan fisi nuklir pada bulan Desember 1938.

2. Sm-Nd

Metode ini digunakan untuk menentukan umur batuan dan meteorit, dengan
menghitung jumlah samarium dan jumlah neodymium dalam batuan. Rasio isotop
Neodymium bersama dengan rasio samarium-neodymium digunakan untuk
memberikan informasi mengenai sumber mencairnya, serta untuk memberikan
informasi usia. Penentuan Samarium-neodymium memungkinkan kita untuk
menentukan kapan bahan kerak terbentuk. Kedua elemen ini adalah unsur tanah
langka dan dengan demikian, secara teoritis, tidak sangat rentan terhadap partisi
selama sedimentasi dan diagenesis. Kristalisasi fraksional dari mineral felsic
mengubah rasio Sm / Nd dari bahan yang dihasilkan. Hal ini mempengaruhi tingkat
di mana rasio 143Nd / 144Nd meningkat karena produksi 143Nd radiogenik. Dalam
banyak kasus, data isotop Sm-Nd dan Rb – Sr digunakan bersama.
Samarium memiliki lima isotop alami, dan neodymium memiliki tujuh.
Kedua unsur tersebut bergabung dengan peluruhan alfa, 147Sm menjadi 143Nd
dengan waktu paruh 1,06 × 1011 tahun dan oleh peluruhan alfa, 146Sm dengan waktu
paruh 1,08 × 108 tahun untuk menghasilkan 142Nd.

3. U-Th-Pb

Dengan menghitung kadar timah hitam yang terbentuk dalam batuan dan
kadar uranium yang tersisa, para ahli dapat memperhitungkan umur batuan tersebut.
Dalam hal ini diasumsikan bahwa pada saat proses trasmutasi mulai, tidak ada timah
hitam dalam batuan, timah hitam terbentuk dari peluruhan uranium. Demikian juga
saat proses peluruhan berlangsung dianggap tidak ada penambahan atau pengurangan
uranium atau timah hitam pada batuan. Penggunaan metode ini efektif antara 106
sampai 4,6x109 tahun dengan tingkat kesalahan 1-2% (Allison, 1974).

APLIKASINYA DALAM BIDANG GEOLOGI

Unsur radioaktif mengalami peluruhan berubah secara spontan sehingga


akhirnya dihasilkan suatu unsur stabil dan partikel-partikel alfa dan beta.
Penggunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada fakta bahwa sifat kimianya sama
dengan sifat kimia isotop stabil. Secara umum pengaplikasiannya dalam bidang geologi adalah
untuk menentukan umur suatu benda, baik berupa batuan ataupun fosil. Bisa juga digunakan
untuk mengetahui proses-proses yang terjadi di masa lampau, menentukan paleogeomorfologi,
bahkan mendapatkan informasi tentang pembentukan batuan, planet, hingga tata surya dengan
meneliti meteorit.

Anda mungkin juga menyukai