Emotional State
Kelompok 3
Oleh :
Fitriani C021181319
Universitas Hasanuddin
2019
A. Emotional
Emosi adalah perasaan sadar akan kesenangan atau ketidaknyamanan yang
disertai oleh aktivitas biologis dan ekspresi. Emosi meliputi kognitif, fisiologis, dan
komponen perilaku. Semakin besar arousal maka semakin kuat juga emosi yang
dikeluarkan. (Maitland, 2010)
B. Emotion’s Theory
1. Teori James-Lange
Teori ini dikemukakan oleh William James dan Karl Lange. Mereka
mengusulkan agar kesadaran fisiologi arousal mengarah pada pengalaman sadar
akan emosi. Menurut teori ini, stimulus eksternal mengaktifkan sistem saraf kita,
dan memproduksi pola psikologis yang spesifik pada setiap emosi yang berbeda
yang membangkitkan pengalaman emosi yang spesifik. Seperti misalnya ketika
kita melihat seekor anjing menggonggong kepada kita, seketika sistem saraf
simpatik muncul maka kita akan mulai untuk berlari secepatnya dan selanjutnya
kita akan sadar bahwa kita merasa takut. Teori ini menjelaskan bahwa kita dapat
mengubah perasaan kita dengan cara mengubah tingkah laku terlebih dahulu.
2. Teori Cannon-Bard
Walter Cannon dan Philip Bard tidak setuju dan membantah teori James-
Lange. Berdasarkan teori yang kemukakan oleh Cannon-Bard, pengalaman
sadar dari emosi beriringan dengan respon fisiologis. Cannon-Bard
mengungkapkan bahwa talamus secara bersamaan mengirim informasi kepada
sistem limbik dan lobus frontal. Seperti misalnya ketika kita melihat anjing yang
menggonggong kepada kita, maka reaksi tubuh kita dan rasa takut kita akan
muncul secara bersamaan. Jadi, talamus tidak secara langsung menyebabkan
repons emosional, tetapi juga menyampaikan informasi sensoris ke amigdala
dan hipotalamus, dimana amigdala dan hipotalamus memeroses informasi yang
diperoleh. (Maitland, 2010)
3. Opponent-Process Theory
Menurut teori ini, ketika kita merasakan sebuah emosi, akan timbul
emosi yang berlawanan dari emosi yang muncul lebih dahulu, sehingga
menyebabkan berkurangnya rasa dari emosi tersebut. Ketika kita merasakan
emosi yang pertama berkali-kali, maka emosi yang berlawanan akan semakin
kuat dan emosi yang pertama akan menjadi lemah. (Maitland, 2010)
4. Teori Emosi Dua Faktor
Teori-teori kognitif berdebat bahwa pengalaman emosional itu
tergantung dari bagaimana interpretasi terhadap situasi. Penelitian yang
dilakukan oleh Schachter dan Singer menyarankan kita untuk menyimpulkan
emosi dari apa yang dirasakan, kemudian menamainya berdasarkan penjelasan
kognitif kita terhadap emosi yang dirasakan. Misalnya, ketika kita merasakan
suatu gairah ketika seseorang membentak kita, maka kita pasti sedang merasa
marah. (Maitland, 2010)
5. Cognitive-Appraisal Theory
Berdasarkan Cognitive-Appraisal Theory yang dikemukakan oleh
Richard Lazarus, pengalaman emosi individu tergantung dari bagaimana
individu menginterpretasikan situasi tertentu. Pada penilaian pertama, individu
menilai konsekuensi potensial dari situasi tersebut. Pada penilaian kedua,
individu sudah memutuskan apa yang akan dilakukan. Hal ini berarti kita dapat
mengganti emosi kita ketika kita belajar untuk menginterpretasikan situasi
secara berbeda. (Maitland, 2010)
C. Emotional State
Emotional state adalah hasil dari interaksi antara dua komponen yaitu arousal
fisiologis dan kesadaran akan situasi sebagai dorongan atau kesiapan fisiologis. Kognisi
dan arousal fisiologis dianggap sebagai kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
keadaan emosional. Individu akan mengalami emotional state jika arousal muncul,
kognisinya tepat atau hadir dalam bentuk emotional, dan ada hubungan sebab akibat
yang dirasakan antara dua elemen tersebut (arousal dan kognitif). (Reisenzein, 1983)
Schachter mengemukakan dua cara berbeda suatu emosi dapat dihasilkan yaitu
cara emosi dikeluarkan seperti biasa setiap harinya dan cara emosi dikeluarkan dengan
tidak lazim. Dalam kedua cara tersebut, proses yang terlibat termasuk penilaian
emotional state, persepsi arousal, dan atribusi arousal, namun urutan waktu dan proses-
proses ini berbeda. (Reisenzein, 1983)
Pada cara pertama yaitu emotional state sehari-hari, isyarat yang mendorong
organisme biasanya memberikan label kognitif untuk arousal. Sedangkan, pada cara
kedua yaitu emotional state yang tidak lazim, suatu keadaan emosional dapat muncul
dimulai dengan persepsi arousal yang tidak dapat dijelaskan yaitu arousal yang tidak
tersedia penjelasan sebab akibat langsung atau yang terlalu kuat untuk dapat dijelaskan
dengan cukup oleh potensi arousal dan menghasilkan arousal yang menonjol bagi
individu. (Reisenzein, 1983)
2. Body Language
Informasi yang lebih spesifik mengenai perasaan dapat kita lihat dari gerakan.
Gerakan ini termasuk ke dalam beberapa kategor, namun yang paling penting adalah
emblem – gerakan tubuh yang membawa makna khusus dalam budaya tertentu. (Baron
& R.Branscombe, 2012)
Daftar Pustaka
Baron, R. A. & R.Branscombe, N., 2012. Social Psychology Thirteenth Edition. United Stated:
Pearson.
Maitland, L., 2010. Five Steps to A, AP Psychology. New York: McGraw-Hill.
Reisenzein, R., 1983. The Schachter Theory of Emotion: Two Decades Later. Psychological
Bulletin, 94(2).