ABSTRAK
Objektif: Rasio trigliserid (TG) terhadap high-density lipoprotein
cholesterol (HDL-C) telah dilaporkan menjadi petanda resistensi insulin. Tujuan
penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara rasio TG/HDL-C dan mikro-
dan makroangiopati pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2.
Metode: Sejumlah 1,981 (851 pria dan 1,130 wanita) pasien dengan DM
tipe 2 didaftarkan dari pasien klinik rawat jalan. Pasien-pasien tersebut dibagi
menjadi 4 kelompok berdasarkan kuartil rasio TG/HDL-C.
Hasil: Terdapat trend peningkatan signifikan yang bertahap pada
albuminuria ≥30 mg/g (P<.001), penyakit arteri koroner (CAD, P =.040),
penyakit serebrovaskular (CVA, P =.002) dan ankle-brachial index (ABI) <0.9 (P
=.001) sesuai dengan kuartil rasio TG/HDL-C, namun bukan retinopati diabetik
(P =.105). Kuartil 4 dari rasio TG/HDL-C berhubungan secara signifikan dengan
albuminuria, CAD, CVA, dan ABI <0.9 setelah analisis multivariat dibandingkan
dengan kuartil 1.
Simpulan: Rasio TG/HDL-C yang tinggi secara signifikan berhubungan
dengan albuminuria, CAD, CVA, dan peripheral artery occlusive disease
(PAOD) pada pasien dengan DM yang ditafsirkan meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular. (Endocr Pract. 2018;24:615-621)
Singkatan:
ABI = ankle-brachial index; ACEI = angiotensin-converting enzyme inhibitor;
ARB = angiotensin II receptor blocker; IMT = indeks massa tubuh; CAD =
coronary artery disease; IK = interval kepercayaan; CVA = cerebrovascular
disease; DM = diabetes mellitus, RD = retinopati diabetik; LFG = laju filtrasi
glomerulus; HbA1c = glycated hemoglobin A1c; HDL-C = high-density
lipoprotein cholesterol; OR = odds ratio; PAOD = peripheral artery occlusive
disease; TG = trigliserid
PENDAHULUAN
Prevalensi diabetes mellitus (DM) tipe 2 mengalami peningkatan di
seluruh dunia. Morbiditas dan mortalitas yang dihubungkan dengan DM terutama
disebabkan oleh komplikasi mikro- dan makroangiopati dan termasuk retinopati
diabetik (RD), nefropati diabetik, neuropati diabetik, coronary artery disease
(CAD), cerebrovascular disease (CVA), dan peripheral artery occlusive disease
(PAOD). Komplikasi vaskular merupakan penyebab utama penyakit ginjal tahap
akhir, kebutaan dapatan, berbagai bentuk neuropati, dan aterosklerosis tahap
lanjut pada pasien dengan diabetes (1). Faktor risiko terhadap komplikasi mikro-
dan makrovaskular yang telah diketahui meliputi kontrol glikemik yang buruk,
durasi menderita DM, hipertensi, resistensi insulin dan dislipidemia (2-5). Kontrol
agresif terhadap glukosa darah dan tekanan darah mempunyai keuntungan yang
potensial mencegah mikro- dan makroangiopati pada pasien DM, namun kondisi
ini sering sulit dilakukan karena berkaitan dengan risiko hipoglikemi dan
hipotensi (6,7). Isu pentingnya adalah mengidentifikasi target dan perawatan lain
untuk memperlambat perkembangan mikro- dan makroangiopati pada pasien
dengan DM tipe 2.
Dislipidemia, dan khususnya peningkatan kadar trigliserid (TG) dan
penurunan kadar high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C), sangat berkaitan
dengan resistensi inuslin dan DM tipe 2 (8). Studi yang baru-baru ini telah
memperlihatkan bahwa rasio TG/HDL-C kemungkinan menjadi prediktor terbaik
bagi resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular dibandingkan kadar TG atau
HDL-C saja (9,10). Rasio TG/HDL-C juga telah terbukti memprediksi risiko
penyakit kardiovaskular pada pasien dengan gangguan seperti penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan DM (11-13). Hal ini menyatakan bahwa rasio TG/HDL-C
kemungkinan suatu prediktor mikro- dan makroangiopati yang penting pada
pasien dengan DM. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah rasio
TG/HDL-C berkaitan secara bebas dengan mikro- dan makroangiopati pasien DM
di Taiwan selatan.
METODE
Definisi Albuminuria
Kadar albumin dan kreatinin urin diukur pada sampel urin spot dengan alat
auto-analyzer (COBAS Integra 400 plus; Roche Diagnostics, Risch-Rotkreuz,
Switzerland). Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai rasio albumin/kreatinin
urin ≥30 mg/g.
Evaluasi RD
Tingkat keparahan RD dinilai oleh ahli oftalmologi yang telah
berpengalaman. Angiografi fluoresense dilakukan ketika diindikasikan. Retinopati
diabetik didefinisikan sebagai salah satu kondisi berikut yaitu nonproliferatif atau
proliferatif (14).
Definisi CAD dan CVA
CAD didefinisikan sebagai riwayat angina, perubahan elektrokardiografi
berupa iskemi, infark miokard tua, atau pernah menjalani pembedahan bypass
koroner atau angioplasti. CVA didefinisikan sebagai riwayat kejadian
serebrovaskular termasuk perdarahan dan infark serebral.
HASIL
Sejumlah 1,981 pasien dimasukan dalam pembagian menjadi 4 kelompok
berdasarkan kuartil rasio TG/HDL-C, dengan urutan 496, 494, 496, dan 495
pasien pada masing-masing kelompok. Perbandingan karakteristik klinik diantara
kelompok studi diperlihatkan dalam Tabel 1. Nilai cutoff kuartil rasio TG/HDL-C
berturut-turut adalah <1.7, 1.7 hingga 2.7, 2.7 hingga 4.2, dan ≥4.2, dan nilai rasio
TG/HDL-C yang sesuai adalah 1.2 ± 1.3, 2.2 ± 0.3, 2.2 ± 0.3, 3.4 ± 0.5, dan 7.7 ±
6.9. Pasien pada kuartil 4 didominasi pria dengan tekanan darah sistolik dan
diastolik lebih tinggi; IMT lebih tinggi; persentase IMT ≥25 kg/m2 lebih tinggi;
lingkar pinggang lebih besar, kadar glukosa puasa, glycated hemoglobin A1c
(HbA1c), TG, kolesterol total, dan low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C)
lebih tinggi; kadar HDL-C lebih rendah; LFG lebih rendah; tingkat penggunaan
obat ACEI, ARB, statin, dan fibrat lebih tinggi dibandingkan pasien pada kuartil
1.
Gambar 1 memperlihatkan trend peningkatan yang signifikan bertahap
pada albuminuria (P<.001), CAD (P = .040), CVA (P = .002), dan PAOD (P =
.001) sesuai dengan kuartil rasio TG/HDL-C, namun terdapat hubungan yang
tidak signifikan dengan RD (P = .105).
Tabel 1
Perbandingan Karakteristik Dasar Berdasarkan Kuartil Rasio TG/HDL-C
Karakteristik Kuartil 1 Kuartil 2 Kuartil 3 Kuartil 4
(<1.7) (1.7-2.7) (2.7-4.2) (≥4.2)
(n = 496) (n = 494) (n = 496) (n = 495)
TG/HDL-C 1.2 ± 0.3 2.2 ± 0.3a 3.4 ± 0.5a,b 7.7 ± 6.9a,b,c
Usia (tahun) 63.9 ± 12.2 64.5 ± 10.8 63.9 ± 10.9 64.0 ± 11.3
Pria (%) 37.7 41.1 44.8 48.3a
Tekanan darah 133.1 ± 19.3 134.7 ± 18.2 135.5 ± 18.8 136.7 ± 18.5a
sistolik (mmHg)
Tekanan darah 75.9 ± 11.0 78.0 ± 11.0a 78.4 ± 11.6a 79.2 ± 11.4a
diastolik (mmHg)
Tekanan nadi 57.3 ± 15.8 56.7 ± 15.1 57.1 ± 14.8 57.5 ± 15.4
(mmHg)
Indeks massa tubuh 24.7 ± 3.5 25.7 ± 3.5a 26.4 ± 3.5a,b 26.6 ± 3.4a,b
(kg/m2)
Indeks massa tubuh 42.7 55.5a 61.5a 68.3a,b
≥25 kg/m (%)
2
Lingkar pinggang 86.3 ± 9.5 89.1 ± 9.5a 91.3 ± 9.0a,b 92.0 ± 9.2a
(cm)
Parameter
laboratorium
Glukosa puasa 141.6 ± 50.9 146.5 ± 50.4 149.1 ± 50.2 157.1 ± 53.4a,b
(mg/dL)
HbA1c (%) 7.4 ± 1.6 7.6 ± 1.6 7.7 ± 1.7 7.9 ± 1.6a,b
a a,b
TG (mg/dL) 73.7 ± 19.0 110.1 ± 21.1 150.9 ± 29.9 286.3 ±
214.9a,b,c
Kolesterol total 180.1 ± 32.6 181.3 ± 33.5 188.0 ± 39.2a,b 193.4 ± 46.4a,b
(mg/dL)
HDL-C (mg/dL) 63.2 ± 12.6 50.9 ± 9.1a 45.2 ± 7.9a,b 38.8 ± 7.5a,b,c
a a,b
LDL-C (mg/dL) 96.2 ± 24.3 104.7 ± 24.9 111.2 ± 30.0 105.2 ± 32.1a,c
a,b a
LFG 73.0 ± 18.8 69.1 ± 18.6 68.1 ± 19.3 64.3 ± 20.9a,b,c
(mL/menit/1.73
m2)
Albuminuria >30 25.0 31.4 37.9a 45.5a,b
mg/g (%)
RD (%) 30.8 38.1 36.3 34.9
CAD (%) 13.1 17.7 17.7 19.8a
CVA (%) 3.4 3.2 5.2 7.9a,b
ABI <0.9 (%) 2.2 3.0 4.0 6.9a,b
Pengobatan
ACEI dan/atau 68.8 73.5 75.5 77.5a
ARB (%)
Menggunakan 52.7 57.1 63.6a 66.3a,b
statin (%)
Menggunakan 2.4 3.6 16.2a,b 44.4a,b,c
fibrat (%)
Singkatan: ABI = angkle-brachial index; ACEI = angiotensin-converting enzyme inhibitor;
ARB = angiotensin II receptor blocker; CAD = coronary artery disease; CVA =
cerebrovascular disease; RD = retinopati diabetik; LFG = laju filtrasi glomerulus; HbA1c =
glycated hemoglobin A1c; HDL-C = high-density lipoprotein cholesterol; TG = trigliserid.
a
P<.05 vs. kuaril 1
b
P<.05 vs. kuartil 2
c
P<.05 vs. kuartil 3
Gbr. 1. Terdapat tren peningkatan bertahap yang signifikan pada albuminuria ≥30 mg/g
(P<.001), coronary artery disease (P = .040), cerebrovascular disease (P = .002), dan
peripheral artery occlusive disease (P = .001) sesuai dengan kuartil rasio trigliserid/high-
density lipoprotein cholesterol, namun bukan retinopati diabetik (P = .105).
Penentuan Mikroangiopati
Tabel 2 menampilkan faktor-faktor risiko terhadap mikroangiopati.
Analisis regresi logistik multivariat memperlihatkan bahwa odds ratio (OR)
albuminuria yang telah disesuaikan untuk kuartil 2 versus kuartil 1 adalah 1.329
(interval kepercayaan [IK] 95%, 0.985 hingga 1.795, P = .063), dibandingkan
dengan 1.539 terhadap kuartil 3 versus kuartil 1 (IK 95%, 1.136 hingga 2.085, P =
.005), dan 1.848 untuk kuartil 4 versus kuartil 1 (IK 95%, 1.369 hingga 2.493,
P<.001). Hasil ini didapatkan setelah penyesuaian kuartil terhadap rasio TG/HDL-
C, usia, jenis kelamin, tekanan nadi, IMT≥25 kg/m2, lingkar pinggang, glukosa
puasa, HbA1c, kolesterol total, LDL-C dan LFG. Albuminuria berhubungan
secara bebas dengan jenis kelamin wanita, besar tekanan nadi, ukuran lingkar
pinggang, tinggi HbA1c, tinggi kolesterol total, rendahnya LDL-C, dan rendahnya
LFG. Besarnya tekanan nadi, peningkatan HbA1c, dan menurunnya LFG
berhubungan secara bebas dengan RD, namun tidak dengan rasio TG/HDL-C.
Tabel 2
Menentukan Mikroangiopati Menggunakan Analisis Regresi Logistik
Binera
Mikroangiopati Multivariat
OR (IK 95%) P
Albuminuria ≥30 mg/g
TG/HDL-C
Kuartil 1 Referensi
Kuartil 2 1.329 (0.985-1.795) .063
Kuartil 3 1.539 (1.136-2.085) .005
Kuartil 4 1.848 (1.369-2.493) <.001
Pria (vs. wanita) 0.732 (0.587-0.914) .006
Tekanan nadi (per 1 mm Hg) 1.016 (1.009-1.024) <.001
Lingkar pinggang (per 1 cm) 1.036 (1.022-1.051) <.001
HbA1c (per 1%) 1.185 (1.097-1.279) <.001
Kolesterol total (mg/dL) 1.007 (1.002-1.012) .008
LDL-C (mg/dL) 0.992 (0.986-0.999) .022
2
LFG (per 1 mL/menit/1.73 m ) 0.990 (0.984-0.996) .001
RD
Tekanan nadi (per 1 mm Hg) 1.012 (1.006-1.019) <.001
HbA1c (per 1%) 1.124 (1.043-1.212) .002
2
LFG (per 1 mL/menit/1.73 m ) 0.989 (0.983-0.995) <.001
Singkatan: IK = interval kepercayaan; RD = retinopati diabetik; LFG = laju
filtrasi glomerulus; HbA1c = glycated hemoglobin A1c; HDL-C = high-density
lipoprotein cholesterol; LDL-C = low-density lipoprotein cholesterol; OR =
odds ratio; TG = trigliserid.
a
Kovariat dalam model multivariat termasuk kuartil rasio TG/HDL-C, usia,
jenis kelamin, tekanan nadi, indeks massa tubuh ≥25 kg/m2, lingkar pinggang,
glukosa puasa, HbA1c, kolesterol total, LDL-C, dan LFG.
Penentuan Makroangiopati
Tabel 3 memperlihatkan faktor-faktor risiko terhadap makroangiopati.
Nilai OR CAD yang disesuaikan terhadap kuartil 2 versus kuartil 1 adalah 1.406
(IK 95%, 0.961 hingga 2.058, P = .079), dibandingkan dengan 1.522 terhadap
kuartil 3 versus kuartil 1 (IK 95%, 1.031 hingga 2.246, P = .034), dan 1.672
terhadap kuartil 4 versus kuartil 1 (IK 95%, 1.138 hingga 2.456, P = .009) pada
analisis regresi logistik multivariat. Kejadian CAD berhubungan secara bebas
dengan usia tua.
Tabel 3
Penentuan Makroangiopati Menggunakan Analisis Regresi Logistik
Binera
Makroangiopati Multivariat
OR (IK 95%) P
CAD
TG/HDL-C
Kuartil 1 Referensi
Kuartil 2 1.406 (0.961-2.058) .079
Kuartil 3 1.522 (1.031-2.246) .034
Kuartil 4 1.672 (1.138-2.456) .009
Usia (per 1 tahun) 1.058 (1.014-1.074) <.001
CVA
TG/HDL-C
Kuartil 1 Referensi
Kuartil 2 0.865 (0.424-1.763) .689
Kuartil 3 1.264 (0.651-2.457) .489
Kuartil 4 2.135 (1.146-3.978) .017
Usia (per 1 tahun) 1.045 (1.019-1.072) .001
ABI <0.9
TG/HDL-C
Kuartil 1 Referensi
Kuartil 2 1.456 (0.639-3.316) .371
Kuartil 3 1.930 (0.880-4.232) .101
Kuartil 4 2.640 (1.247-5.586) .011
Usia (per 1 tahun) 1.051 (1.022-1.081) .001
LFG (per 1 mL/menit/1.73 m2) 0.967 (0.953-0.981) <.001
Singkatan: ABI = angkle-brachial index; CAD = coronary artery
disease; IK = interval kepercayaan; CVA = cerebrovascular disease;
LFG = laju filtrasi glomerulus; HDL-C = high-density lipoprotein
cholesterol; OR = odds ratio; TG = trigliserid.
a
Kovariat dalam model multivariat termasuk kuartil rasio TG/HDL-C,
usia, jenis kelamin, tekanan nadi, indeks massa tubuh ≥25 kg/m2, lingkar
pinggang, glukosa puasa, HbA1c, kolesterol total, LDL-C, dan LFG.
DISKUSI
Peneliti mengevaluasi hubungan antara rasio TG/HDL-C dan mikro- dan
makroangiopati pada pasien dengan DM tipe 2 dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini memperlihatkan bahwa rasio TG/HDL-C yang tinggi berhubungan
secara bebas dengan albuminuria, CAD, CVA, dan ABI <0.9, namun bukan RD.
Tingkat prevalensi mikro- dan makroangiopati yang tinggi meliputi
nefropati diabetik, CAD, CVA, dan PAOD pada pasien dengan rasio TG/HDL-C
yang tinggi merupakan temuan penting dalam penelitian ini. Kemampuan prediksi
rasio TG/HDL-C telah dilaporkan sebelumnya pada populasi umum dan pasien
dengan gangguan metabolik. Turak et al (11) telah melaporkan bahwa rasio
TG/HDL-C yang tinggi berhubungan dengan kejadian kardiovaskular utama yang
merugikan dan semua penyebab kematian pada pasien dengan hipertensi esensial.
Wan dan teman-temannya (12) telah melaporkan bahwa rasio TG/HDL-C dapat
memprediksi secara bebas semua penyebab mortalitas meskipun setelah
menyesuaikan terhadap faktor risiko tradisional pada pasien dengan sindrom
koroner akut. Zoppini et al (13) juga telah memperlihatkan bahwa rasio TG/HDL-
C yang tinggi merupakan faktor risiko terhadap kardiovaskular dan semua
penyebab mortalitas pada pasien DM tipe 2. Adiposopati (atau sick fat) merujuk
kepada kelas disfungsi tertentu pada sel-sel adiposa (20). Disfungsi tersebut dapat
berperan kepada berbagai kondisi metabolik merugikan yang berkaitan dengan
obesitas dan sindrom metabolik yang berkaitan (21). Akrual massa lemak
menyebabkan disfungsi dan inflamasi jaringan adiposa progresif, yang kemudian
menyebabkan resistensi insulin dan hiperglikemia yang terus menerus. Rasio
TG/HDL-C yang tinggi merupakan petanda adiposopati; oleh karena itu,
pergeseran rasio menggambarkan disfungsi jaringan adiposa, terbentuknya
suasana inflamasi, dan kemunduran metabolisme secara keseluruhan dari
peningkatan akumulasi lemak visceral (22-24). Hal ini telah dihipotesiskan bahwa
peningkatan akumulasi lemak visceral intra-abdomen berperan terhadap
peningkatan TG/HDL-C. Rasio bukan penyebab asal penyakit metabolik; namun
sebaliknya, kondisi ini merupakan konsekuensi disfungsi jaringan adiposa. Proses
penyakit ini, termasuk inflamasi jaringan adiposa, umumnya dianggap berperan
terhadap terjadinya hipertensi, resistensi insulin, dan hiperglikemi. Temuan
peneliti kemungkinan mempunyai implikasi klinis yang potensial dalam
mendeteksi rasio TG/HDL-C yang tinggi pada pasien DM tipe 2 seharusnya
mengingatkan klinisi kepada kemungkinan peningkatan risiko terjadinya
komplikasi mikro- dan makrovaskular.
Kejadian RD mempengaruhi vaskulatur retina dan dapat menyebabkan
kebutaan. Faktor risiko DR yang diketahui meliputi tipe DM dan durasinya, usia,
jenis kelamin, BMI, kontrol glikemi, hipertensi, nefropati, merokok, dan kadar
lipid serum (25-27). Peneliti tidak menemukan korelasi antara rasio TG/HDL-C
dan RD. Hal ini konsisten dengan Multi-ethnic Study of Atherosclerosis, yang
juga tidak menemukan hubungan antara RD dan kadar lipid serum termasuk
kolesterol total, LDL-C, dan HDL-C (28). The Australian Diabetes, Obesity, and
Lifestyle Study (29) telah melaporkan bahwa hubungan antara retinopati dan TG
dan HDL-C lebih lemah dibandingkan dengan penyakit ginjal dan kurang kuat
setelah penyesuaian terhadap faktor risiko yang telah diketahui. Penelitian pada
retinopati telah melaporkan hasil yang tidak konsisten berkaitan dengan TG,
dengan beberapa melaporkan hubungan yang signifikan (30) dan lainnya tidak
berhubungan (31) atau menggambarkan temuan campuran (30). Hanya ditemukan
1 laporan yang telah melaporkan hubungan yang signifikan antara RD dan HDL-C
(30); dimana mayoritas tidak ditemukan hubungan (34,35). Sawar darah retina
melindungi retina terhadap efek yang berpotensi membahayakan dengan
melepaskan lipoprotein plasma. Lipoprotein apolipoprotein B dapat merusak
kapiler retina dan menyebabkan ekstravasasi, dan kadarnya sebanding dengan
tingkat keparahan RD pada pasien dengan DM (33). Temuan tersebut dan hasil
penelitian ini menyatakan bahwa mekanisme tersebut telah dilibatkan dalam
disregulasi transport lipid intraretina yang kemungkinan lebih penting dibanding
kadar lipid plasma pada patogenesis RD (34). The Diabetes Control and
Complication Trial telah memperlihatkan bahwa LDL-C dan kolesterol
total/HDL-C berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya edema makular yang
signifikan secara klinis (35). Peneliti menghipotesiskan bahwa lipid serum terlibat
lebih dalam tahap lanjutan RD dibandingkan pada tahap awal; oleh karena itu,
dislipidemia dapat mempunyai dampak langsung yang lebih pada edema makula
yang signifikan secara klinik dibandingkan pada RD. Hal ini dapat membantu
menjelaskan ketidakkonsistenan pada penelitian sebelumnya dan menyatakan
bahwa terapi yang ditargetkan pada lipid lebih menguntungkan dalam
memperlambat progresi menjadi RD tahap berat dibandingkan mencegah
pembentukannya. Hipotesis ini didukung oleh data percobaan Fenofibrate
Intervention and Event Lowering in Diabetes and the Action to Control
Cardiovascular Risk in Diabetes-Eye, yang memperlihatkan bahwa pengobatan
yang menurunkan lipid dapat memperlambat progresi RD namun tidak berkaitan
dengan kejadian RD (6,36).
Apakah rasio TG/HDL-C dapat digunakan memandu terapi untuk
mengurangi komplikasi mikro- dan makrovaskular pada DM tipe 2 yang masih
belum diketahui. Penelitian yang dipublikasi baru-baru ini telah memperlihatkan
bahwa pengurangan farmakologikal rasio TG/HDL-C berkaitan dengan lebih
melambatnya perburukan aterosklerosis koroner (37). Tidak ditemukan data dari
percobaan klinik yang dilakukan secara acak dalam jumlah besar yang secara
spesifik dirancang untuk mengevaluasi keuntungan potensial fibrat atau obat-
obatan lain dalam memperbaiki rasio TG/HDL-C dan efeknya pada
perkembangan komplikasi mikrovaskular diabetik (sebagai titik akhir primer).
Program perubahan gaya hidup (contohnya, pengurangan berat badan tahap
sedang, peningkatan aktivitas fisik, dan berhenti merokok) dan farmakoterapi
untuk menurunkan berat badan dapat dilakukan pada pasien DM tipe 2, dan
perubahan tersebut telah memperlihatkan mempunyai efek positif pada rasio
TG/HDL-C.
Terdapat beberapa keterbatasan untuk penelitian ini. Pertama, peneliti
tidak menskrining pasien berdasarkan durasi penyakit, yang dapat mempengaruhi
ketidakhomogenan efek DM pada mikro- dan makroangiopati. Kedua, desain
belah lintang memperkenalkan penyebab potensial secara terbalik. Contoh khas
dari penyebab kebalikan seperti pengobatan kadar lipid tinggi yang lebih agresif
pada pasien akan membiaskan hasil hingga tidak ada karena pengobatan tertentu
akan menurunkan kadar TG dan meningkatkan HDL-C, kebalikan dari hasil
aktual. Pengobatan dengan obat antihipertensi dapat juga mempengaruhi mikro-
dan makroangiopati diabetik. Peneliti tidak menghentikan penggunaan obat-
obatan apapun selama studi karena masalah etika, sehingga peneliti tidak dapat
untuk mengevaluasi efek obat-obatan antihipertensi. Akhirnya, hubungan kausal
dan hasil keluaran klinik jangka panjang tidak dapat ditentukan mengingat desain
penelitian. Hasil penelitian ini dapat membantu menjelaskan pentingnya rasio
TG/HDL-C pada pasien DM yang dengan risiko mikro- dan makroangiopati.
Penelitian prospektif lanjutan diperlukan untuk mengevaluasi efek rasio TG/HDL
pada perkembangan dan perburukan mikro- dan makroangiopati pada pasien DM.
SIMPULAN
Peneliti telah memperlihatkan bahwa rasio TG/HDL-C yang tinggi
berkaitan dengan peningkatan albuminuria ≥30 mg/g, CAD, CVA, dan PAOD,
namun bukan RD pada pasien DM tipe 2. Pasien dengan rasio TG/HDL-C yang
tinggi seharusnya diedukasi tentang perubahan gaya hidup, dan jika perlu,
menerima intervensi klinik yang lebih intensif.