Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REFLEKSI KASUS
Disusun oleh:
Nikmah Noviasari
30101507524
Pembimbing:
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
2
Refleksi Kasus
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. SS
Umur : 17 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Bangsal : Nakula 4
No. CM : 476XXX
Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2019
2. DATA DASAR
2.1. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien
pada tanggal 25 Juni 2019 jam 13.30 WIB di NAKULA 4 dan didukung
dengan catatan medis.
2.1.1. Keluhan utama : Demam
3
2.1.2. Keluhan tambahan : pusing, muntah
2.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit
Satu hari SMRS pasien mengeluh demam. Demam naik turun dan
makin tinggi saat pasien tidur. Suhu tubuh pasien belum diukur
dengan termometer. Pasien belum meminum obat penurun panas.
Pasien juga mengeluh pusing. Pusing semakin parah saat pasien
berdiri dan membaik saat pasien tidur. Pasien juga mengeluh muntah
>7 kali. Muntah berisikan makanan. Pasien belum BAK dan BAB.
9 jam SMRS pasien mengeluh demam semakin tinggi. Pasien
juga masih merasakan pusing dan muntah. Pasien sudah BAK 1x
tetapi belum BAB.
1 jam SMRS pasien masih demam tinggi kemudian ibu pasien
memutuskan untuk membawa anaknya ke IGD RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro. Di IGD, pasien tampak sakit sedang, kesadaran
composmentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan HR:
125 x/menit, RR: 22 x/menit, dan T: 37,7°C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suara dasar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-, bising
usus (+) normal, dan akral hangat.
Setelah masuk rumah sakit
- 1 hari perawatan rumah sakit
Pasien mengeluh mual dan pusing, tetapi tidak demam, BAB
dan BAK normal.
KU: composmentis, HR: 88 x/menit, RR:19 x/menit, T:
37,3°C
- 2 hari perawatan rumah sakit
Pasien mengeluh perut sakit, demam, pusing
KU: composmentis, HR: 98 x/menit, RR: 22 x/menit, T:
37,8°C, abdomen: nyeri tekan (+)
- 3 hari perawatan rumah sakit
Pasien mengeluh demam dan perut sakit
4
KU: composmentis, HR: 88 x/menit, RR: 20 x/menit, T:37,8
°C, abdomen: nyeri tekan (+)
- 4 hari perawatan rumah sakit
Pasien mengeluh demam tetapi perut sudah tidak sakit
KU: composmentis, kurang aktif, HR: 100 x/menit, RR: 20
x/menit, T: 38,7 °C, abdomen: nyeri tekan (-)
- 5 hari perawatan rumah sakit
pasien mengeluh kepala pusing
KU: composmentis, kurang aktif, HR: 88 x/menit, RR: 19
x/menit, T:36,4 °C, abdomen: nyeri tekan (-)
- 6 hari perawatan rumah sakit
KU: composmentis, kurang aktif, HR: 85 x/menit, RR: 21
x/menit, T: 36,7 °C, abdomen: nyeri tekan (-)
- 7 hari perawatan rumah sakit
KU: composmentis, kurang aktif, HR: 86 x/menit, RR: 20
x/menit, T: 36,1 °C, abdomen: nyeri tekan (-)
- 8 hari perawatan rumah sakit
Pasien mengatakan bahwa sudah tidak ada keluhan
KU: composmentis, kurang aktif, HR: 89 x/menit, RR: 20
x/menit, T: 36,4 °C, abdomen: nyeri tekan (-). Pasien
diperbolehkan pulang.
2.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat menderita keluhan serupa sebelumnya disangkal.
- Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan disangkal.
5
Kesan : Sosial ekonomi cukup.
2.1.7. Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke
puskesmas. Pasien merupakan anak perempuan yang lahir dari ibu
G2P1A0, usia 19 tahun, hamil 40 minggu, lahir secara spontan di
rumah ditolong oleh dukun, anak lahir langsung menangis, warna
ketuban jernih, berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 49 cm,
lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat, tidak ada
kelainan bawaan.
Kesan : neonatus aterm, lahir spontan, berat badan lahir normal
vigorous baby.
2.1.8. Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya secara teratur ke
puskesmas terdekat dan mendapat suntikan TT 2 kali selama
kehamilan. Ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit selama
kehamilan. Riwayat perdarahan dan trauma saat hamil disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal cukup.
2.1.9. Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan postnatal rutin dilakukan di puskesmas.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal cukup.
2.1.10. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan
BB lahir : 2500 gram
BB saat ini : 40 kg
PB lahir : 49 cm
TB saat ini : 150 cm
– Perkembangan
Mengangkat kepala : 2 bulan
Memiringkan kepala :3 bulan
Tengkurap dan mempertahankan posisi kepala:3-4 bulan
Duduk : 5 bulan
6
Berdiri : 8 bulan
Bicara : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan
Kesan: perkembangan sesuai usia
7
2.2.1. Keadaan umum :
Composmentis, tampak sakit sedang, kurang aktif.
2.2.2. Tanda vital
Pemeriksaan di IGD tanggal 17 Juni 2019
TD : 112/69 mmHg
Heart Rate : 125 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 37,7 o C
Pemeriksaan tanggal 25 Juni 2019
Heart Rate: 63 x/menit
Pernapasan: 19 x/menit
Suhu: 36,5 o C
SpO2: 99%
8
- Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-).
- Tenggorok: Tonsil T1-T1 hiperemis (-) kripte melebar (-),
mukosa dinding faring hiperemis (-) granulasi (-).
- Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-).
- Thorax
1. Pulmo
Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris
dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
suprasternal, intercostal dan epigastrial (-).
Palpasi : nyeri tekan (-), sterm fremitus dextra et
sinistra simetris.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler (+/+)
suara tambahan : ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
2. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial
linea mid clavicula sinistra, tidak kuat angkat.
Perkusi batas jantung: Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-).
- Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : Timpani (+) di seluruh kuadran,
pekak alih (-) normal, pekak sisi (-) normal, tes
undulasi (-) normal.
Palpasi : Supel, cubitan kulit kembali cepat,
nyeri tekan (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)
9
- Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Hb
11-15 12,2 12,4 12,9 12,1 11,3 11,5 11,8 11,8 11,9 11,7 12,3 (g/dL)
Ht
35-47 37,5 39,1 41,1 37,6 35,1 36,5 36,8 37,1 37,3 36 38,8 (%)
Jumlah
150-400 176 168 135 88 71 50 32 26 30 68 151 /µL
trombosit
Jumlah
3,8-10,6 3,9 3,9 5,1 2,9 1,8 3,4 3,3 3,9 6,8 6,6 4,1 / µL
leukosit
mmol/
Kalium 3,5-5 - 3,3 - - - - - - - - -
L
mmol/
Natrium 135-147 - 133 - - - - - - - - -
L
mmol/
Calcium 1-1,15 - 1,19 - - - - - - - - -
L
Glukosa
darah 70-110 149 - - - - - - - - - - mg/dL
sewaktu
Dengue Ig G negatif positif
Dengue Ig M negatif negatif
10
2.3.2 Pemeriksaan feses rutin
2.3.3 Urinalisa
Jenis pemeriksaan Nilai normal 18/6/2019 satuan
pH 4,8-7,8 6
Protein Negatif negatif
Reduksi negatif negatif
trikhomonas negatif
kekeruhan keruh
3. RESUME
Anak perempuan usia 17 tahun 10 bulan dibawa ke IGD RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang dengan keluhan demam sejak 1 hari
SMRS. Keluhan disertai pusing, muntah >7x, dan BAB (-), BAK 1x.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tanda-tanda vital :
tekanan darah 112/69 mmHg, HR: 125x/menit, RR: 22 x/menit, T: 37,7 o C.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum anak composmentis, cukup
aktif, tampak sakit sedang, bibir kering, abdomen nyeri tekan (+), dan kesan
11
gizi kurang, Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 18/6/2019
didapatkan data yang abnormal adalah kalium:3,3 mmol/L, natrium 133
mmol/L, calcium: 1,19, GDS: 149 mg/dL, dengue Ig G positif dan pada
pemeriksaan feses rutin didapatkan amorf posititf (2+), bakteri positif 2(+). tgl
20/6/2019 didapatkan data yang abnormal adalah jumlah trombosit 71/ µL
(trombositopenia) dan jumlah leukosit 1,8 / µL (leukopenia).
4. DIAGNOSIS BANDING
Hiperpireksi
DD:
- Infeksi virus
o Infeksi dengue
Infeksi dengue sekunder
Demam dengue
Dengue Hemorrhagic fever
Infeksi dengue primer
- ISPA
o Tonsilofaringitis
o OMA
o Sinusitis
- Infeksi saluran kemih
5. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis utama : Demam dengue
Diagnosis komorbid :-
Diagnosis komplikasi :-
Diagnosis gizi : Gizi kurang
Diagnosis sosial ekonomi : Cukup
Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
Diagnosis Pertumbuhan : Tumbuh normal
Diagnosis Perkembangan : Perkembangan sesuai usia
12
6. TERAPI
a. (IGD)
- RL 500 ml OGB (26 tpm)
- Ranitidine inj (3x1 ampul)
- Ondansetron 4 mg inj (1x1 ampul)
- Paracetamol 500 mg (3x1 tab)
1. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
13
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue (DBD)
atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2006). Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok.
2. Epidemiologi
Pada tahun 2005, virus dengue dan nyamuk aedes aegypti telah menyebar di
daerah tropis dimana terdapat 2.5 miliar orang berisiko terkena penyakit ini di
daerah endemik (Gubler, 2002).
14
tahun diperkirakan terdapat 50-100 juta kejadian infeksi dengue yang mana ratusan
ribu kasus demam berdarah dengue terjadi, tergantung dari aktifitas epidemiknya
(WHO, 2000).
3. Faktor Risiko
Infeksi virus dengue pada manusia menyebabkan gejala dengan spektrum
luas, berkisar dari demam biasa sampai penyakit perdarahan yang serius. Pada area
endemik, infeksi dengue memiliki gejala klinis yang tidak spesifik, terutama pada
anak-anak. Gejala yang tampak hanya seperti infeksi virus pada umumnya.
Faktor risiko yang penting dan berpengaruh terhadap proporsi pasien yang
mengalami gejala yang berat selama transmisi endemik di antaranya strain dan
serotipe virus yang menginfeksi, status imunitas dari setiap individu, usia penderita,
faktor genetik dari pasien (WHO, 1997; Gubler, 1998).
4. Etiologi
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106 (Suhendro, 2006). Virus ini termasuk genus flavivirus dari family
Flaviviridae. Ada 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Serotipe DEN-
3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah. Infeksi oleh
salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak
menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang
hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur
hidupnya.
Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari. Faktor
risiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur,
15
status imunitas, dan predisposisi genetis. Vektor utama penyakit DBD adalah
nyamuk Aedes aegypti (diderah perkotaan) dan Aedes albopictus (didaerah
pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :
Virus dengue (Aedes aegypti), setelah memasuki tubuh akan melekat pada
monosit dan masuk ke dalam monosit. Kemudian terbentuk mekanisme aferen
(penempelan beberapa segmen dari sehingga terbentuk reseptor Fc). Monosit yang
mengandung virus menyebar ke hati, limpa, usus, sumsum tulang, dan terjadi
viremia (mekanisme eferen). Pada saat yang bersamaan sel monosit yang telah
terinfeksi akan mengadakan interaksi dengan berbagai system humoral, seperti
system komplemen, yang akan mengeluarkan substansi inflamasi, pengeluaran
sitokin, dan tromboplastin yang mempengaruhi permeabilitas kapiler dan
mengaktifasi faktor koagulasi. Mekanisme ini disebut mekanisme efektor.
Selain itu masuknya virus dengue akan membangkitakn respons imun melalui
system pertahanan alamiah (innate immune system), pada system ini komplemen
memegang peran utama. Aktifitas komplemen tersebut dapat memalui monnosa-
16
binding protein, maupun melaui antibody. Komponen berperan sebagai opsonin
yang meningkatkan fagositosis, dekstruksi dan lisis virus dengue.
6. Gambaran Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam, demam berdarah dengue, atau
syndrome syok dengue (SSD).
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti
oleh fase kritis selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
17
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan
yang adekuat (Suhendro, 2006). Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi,
kadang disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva. Penderita juga
sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan
dan nyeri seluruh perut.
a. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative
disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diangnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit,
18
saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue
berupa antibody total, IgM maupun IgG lebih banyak.
Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemukan limfositosis
relative (>45% dari leukosit) disertai adanya lifosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit pada fase syok akan meningkat.
Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan peningkatan hematokrin ≥ 20% dari hematokrin
awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan AP, APTT, Fibrinogen, D- Dimer atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin
Dapat terjadi hipoalbuminemia akibat kebocoran plasma
Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
Serelogi
Dilakukan pemeriksaan serologi IgM dan IgG terhadap dengue, yaitu:
19
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
kedelapan. Sensitivitas sama tingginya dengan spesitifitas gold standart kultur
virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus
dengue.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didpatkan efusi pleura, terutama pada hematoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Masa inkubasi dalam tubuh mausia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbuk gejala prodormal yag tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang, belakang
dan perasaan lelah.
8. Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbul gejala prodormal yang tidak khas, seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang
dan perasaan lelah.
Klasifikasi derajat penyakit Infeksi Virus Dengue, dapat dilihat pada table
berikut:
20
DBD I Gejala diatas, Trombositopenia
ditambah dgn (<100.000), bukti
uji bendung (+) ada kebocoran
plasma
9. Tata Laksana
Protokol dibagi dalam 5 kategori :
21
Protokol ini digunakan sebagai petunjuk dalam pemberian pertolongan pertama
pada penderita DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat dan juga
dipakai sebagai petunjuk dalam memutuskan indikasi rawat.
22
Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit <100.000 maka pemberian
cairan sesuai dengan protocol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan
Ht >20%.
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/KgBB/jam dalam tapi
keadaan tetap tidak membaik, yang ditndai dengan Ht dan nadi meningkat,
tekanan nadi menurun < 20 mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus
menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10 ml/kgBB/jam. Dua jam
kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan menunjukkan
perbaikkan maka jumlah cairan dikuarangi menjadi 5 ml/KgBB/jam tetapi
bila keadaan tidak menunjukkan perbaikkan maka jumlaah cairan infuse
dinaikkan 15ml/KgBB/jam dan bila dalam perkembangannya kondisi
menjadi memburuk dan didapatkn tanda-tanda syok maka pasien
ditananganisesuai protocol tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa.
Bila syok telah teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti terapi
pemberian cairan
23
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah :
perdarahan hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan
tampon hidung, perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau
hematoskesia), perdarahan saluran kencing ( hematuria, perdarahan otak atau
perdarahan sembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-5
ml/KgBB/jam. Pada keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian
cairan tetap seperti keadaan DBD tanpa syok. Pemeriksaan TD, nadi,
pernapasan, dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan
kewaspadaan Hb, Ht, dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Pada kasus SSD cairan kritaloid adalah pilihan utama yang diberikan.
Penderita juga diberikan O2 2-4 liter/menit. Pemeriksaan yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL), hemostalisi,
analisis gas darah, kadar natrium, kalium dan klorida, serta ureum dan
kreatinin.
24
100mmHg dan tekanan nadi > 20mmHg, frekuensi nadi <100 x/menit dengan
volume yang cukup, akral teraba hangat, dan kulit tidak pucat srta dieresis
0,5-1 ml/kgBB/jam) jumlah cairan dikurangi 7 ml/kgBB/jam. Biala dalam
waktu 60-120 menit keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi
5ml/kgBB/jam. Bila dam waktu 60-120 menit keadaan tetap stabil pemberian
cairan dikurangi 3 ml/kgBB/jam. Bila 23-48 jam setelag renjatan teratasi
tanda-tanda vital, hematokrin tetap stabil srta dieresis cukup maka pemberian
cairan perinfus dihentikan.
Pengawan dini tetap dilakukan tertama dalam 24 jam pertama sejak terjadi
renjatan. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah renjatan telah teratasi
dengan baik, diperlukan pemantauan tanda vital, pembesaran hati, nyeri tekan
didaerah hipokondrium kana dan epigastrium serta jumlah dieresis
(diusahakan 2ml/kgBB/jam). Pemantauan DPL dipergunakan untuk
pemantauan perjalanan penyakit.
Bila fase awal pemberian ternyata renjatan belum teratasi, maka pemberan
cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB, dan kemudian
dievaluasi setelah 20-30 menit.
25
- Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan target tetapu
renjatan tetap belum teratasi maka dapat diberikan obat inotropik /
vasopresor.
Bila Ht menurun, berarti terjadi perdarahan (internal bleeding) maka
pada penderita diberikan transfuse darah segar 10ml/kgBB dan dapat
diulang sesuai kebutuhan.
26
27
28
29
30
10. Prognosis
Pada DBD/DSS mortalitasnya cukup tinggi
11. Pencegahan
Kegiatan ini meliputi :
1. Pembersihan jentik
- Menggunakan kelambu
- Penyemprotan
31
REFERENSI
32