NIM : 16919006
Program Studi : Magister Akuntansi, Program Pascasarjana, Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Email dan Blog : briyanefflin@gmail.com; briyanworld.blogspot.com
Perihal : Ujian Takehome Mata Kuliah Auditing Lanjutan
KASUS FRAUD
“Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo, Informasi Yang Menyesatkan”
D. Analisa Kasus
1. Analisis Penyebab
Berdasarkan data yang telah dijelaskan pada ringkasan kasus di atas, dapat dilihat bahwa
pihak Bank Lippo sudah tampak sekali melakukan tindakan manipulasi laporan keuangan, dapat
terlihat adanya perbedaan isi laporan keuangan yang awalnya mereka publikasikan secara
mandiri dengan laporan keuangan yang di laporkan di BEJ. Manipulasi yang paling terlihat
adalah pihak Bank Lippo dengan sengaja memanipulasi data aktiva dan labanya, yang mana di
keduanya mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding dengan data yang sebenarnya.
Pada dasarnya perusahaan yang melakukan tindakan manipulasi laporan keuangan, terutama
memanipulasi untuk meningkatkan nilai pos tertentu ditujukan agar perusahaan tersebut “terlihat
memiliki kinerja yang baik di hadapan pihak eksternal” padahal tidak. Dampaknya biasanya
pada peningkatan harga saham ataupun untuk memikat hati pihak eksternal seperti investor untuk
menginvestasikan dananya melalui pembelian saham. Contoh lainnya adalah agar dimudahkan
untuk memperoleh suntikan dana dari pihak kreditur. Tidak menutupi bahwa tujuan awal atau
penyebab pihak manajemen tersebut melakukan manipulasi tersebut guna untuk memperoleh
keuntungan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terutama untuk memikat para calon
investor untuk segera menanamkan saham pada Bank Lippo, terlebih lagi pada publikasi laporan
keuangan yang dilakukan secara mandiri oleh Bank Lippo tersebut, menyatakan bahwa laporan
keuangan tersebut telah di audit dan mendapatkan opini WTP (padahal belum di audit). Dengan
diperolehnya opini WTP pada perusahaan tersebut berarti telah menunjukan bahwa laporan
keuangan tersebut telah disusun secara wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang berlaku, yang artinya laporan keuangan Bank Lippo bebas dari berbagai praktik
ilegal terlebih lagi fraud. Tentunya dengan diperoleh opini WTP tersebut, turut berperan penting
untuk memikat hari para investor untuk investasi pada Bank Lippo.
Praktik manipulasi yang dilakukan oleh pihak Manajemen Bank Lippo tersebut, juga telah
menunjukan bahwa pihak manajemen juga turut melakukan tindakan/praktik manajemen laba.
Menurut Herawaty (2008) manajemen laba merupakan tindakan judgement dalam laporan
keuangan yang dapat merubah laporan keuangan yang akhirnya dapat menyesatkan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan. Contohnya pada kasus ini terlihat pada laba pe 30
September 2002 yang seharusnya mengalami kerugian sebesar Rp 1,3 triliun, kemudian diganti
oleh pihak manajemen dengan memperoleh laba bersih sebanyak Rp 98 miliar. Padahal
manajemen laba yang dilakukan tersebut bertujuan negatif yang dapat merugikan banyak pihak.
Praktik manajemen laba ini tentunya terkesan negatif, karena pihak manajemen Bank Lippo
melakukannya untuk menarik banyak investor agar menanamkan dananya pada Bank Lippo.
Secara keseluruhan, menurut penulis penyebab utama munculnya kasus ini dikarenakan
lemahnya implementasi Good Corporate Governance (GCG) pada manajemen Bank Lippo. Jika
implementasi GCG Bank Lippo terlaksana dengan baik, maka kasus manipulasi laporan
keuangan yang terjadi pada Bank Lippo ini tidak akan terjadi/dapat dihindari. Hal ini
dikarenakan menurut Guna dan Herawaty (2010) pada dasarnya tujuan dengan dilaksanaknnya
GCG ini bertujuan untuk membuat berbagai/serangkaian mekanisme yang dapat mencegah dan
membatasi asimetri informasi, termasuk contohnya adalah manajemen laba.
Dalam pelaksanaannya, GCG dilaksanakan dengan 5 prinsip utama, antara lain
akuntanbilitas, transparansi, responbility, indepedensi, dan keadilan. Berkaitan dengan kasus
yang melanda Bank Lippo ini, terlihat bahwa perusahaan ini telah melanggar 2 prinsip dari GCG
tersebut, yaitu transparansi dan responsibility. Prinsip transparansi menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaannya perusahaan harus menyampaikan setiap informasi dengan jelas, akurat, dapat
dipertanggungjawabkan, dan tentunya tidak menyesatkan. Informasi yang dimaksud termasuk
informasi yang terdapat pada laporan keuangan di sebuah perusahaan. Sedangkan yang dimaksud
dengan prinsip responsibility ialah suatu organisasi dalam pelaksanaan setiap
kegiatan/operasional harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Berkaitan dengan kasus ini,
apabila pihak manajemen Bank Lippo sepakat dan berkomitmen untuk melaksanakan GCG
dengan baik, maka kasus manipulasi laporan keuangan ini dapat terhindarkan. Hal ini
dikarenakan, dalam pelaksanaanya jika pihak manajemen menjalankan dengan baik GCG-nya,
maka tentunya pihak manajemen akan senantiasa mengawasi/mengontrol pembuatan Laporan
Keuangan agar sesuai dengan aturan/standarnya (pelaksanaan prinsip transparansi dan
responbility). Sehingga dapat dipastikan salah satu penyebab utama adanya kasus manipulasi
laporan keuangan ini terjadi dikarenakan lemahnya dalam pelaksanaan GCG pada manajemen
Bank Lippo.
E. Dampak Kasus
Adapun dampak dari kasus ini antara lain:
1. Menambah deret panjang kasus skandal manipulasi laporan keuangan yang berakibat
turunnya kepercayaan publik atas Perusahaan Publik, terutama atas kinerja akuntan dan
auditor yang terlibat.
2. Merugikan investor yang mendapatkan informasi menyesatkan atas Laporan Keuangan Bank
Lippo tersebut (yang dipublikasikan oleh pihak Bank Lippo di Media Massa), terlebih lagi
investor yang telah membeli saham tersebut. Hal ini dikarenakan setelah mencuatnya kasus
laporan keuangan ganda tersebut, harga saham Bank Lippo mengalami penurunan yang
drastis, dan hal ini tentunya menyebabkan kerugian bagi investor-investor tersebut.
3. Sanksi yang diberikan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, menunjukan masih lemahnya
penegakan hukum di Indonesia. Tentunya ini berdampak pada kepercayaan publik atas
kinerja para penegak hukum di Negara ini yang masih takut dengan beberapa pihak yang
berkuasa di Negara ini. Diketahui bahwa terdapat pihak yang dianggap “orang kuat” yang
menjadi komisaris di Bank Lippo, sehingga membuat takutnya para penegak hukum tersebut
dalam menegakan keadilan.
F. Kesimpulan
Kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi pada Bank Lippo ini pada dasarnya
dapat dihindarkan untuk tidak terjadi, ketika pihak manajemen Bank Lippo tersebut telah
berkomitmen untuk menjalankan konsep GCG dengan baik. Selain itu Peran akuntan sebagai
pihak yang menyusun laporan keuangan tersebut tentunya juga akan sangat membantu dalam
pencegahan kasus fraud seperti ini. Peran yang dimaksud adalah para akuntan tersebut
seharusnya dalam pelaksanaan profesinya harus sesuai dengan kode etik profesinya, sehinga
ketika menemukan adanya pihak tertentu yang ingin melakukan melakukan praktik fraud seperti
pada kasus ini, akuntan yang bertanggung jawab harusnya dapat menolak untuk tidak melakukan
hal tersebut (karena melanggar kode etik). Dan jika pun akuntan tersebut mendapatkan tekanan
oleh dari pihak tertentu, para akuntan tersebut dapat melakukan tindakan whistle-blowing dengan
melaporkannya kepada pihak direksi ataupun komisaris perusahaan, bahkan dapat di laporkan
kepada pihak eksternal yang berwenang. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya berabagi
praktik fraud di sebuah organiasasi. Whistle-blowing sendiri jika didefinisikan ialah tindakan
pegawai (atau mantan) untuk mengungkapkan berbagai tindakan ilegal atau tidak etis kepada
pihak manajemen puncak atau kepada pihak eksternal yang berwenang maupun kepada publik
(Bouville, 2007).
Melalui kasus ini, kita juga dapat dilihat betapa pentingnya makna dari “laporan auditor”
yang dijadikan sebagai lisensi bahwa sebuah laporan keuangan telah diaudit oleh pihak yang
berwenang. Dampak jika suatu organisasi mengabaikannya adalah dapat dilihat dari kasus ini,
apabila suatu organisasi mengakui telah di audit, akan tetapi pada kenyataannya tidak, maka hal
ini dapat dianggap sebagai kesalahan serius karena berpotensi untuk menyesatkan publik. Selain
itu, kasus ini juga menunjukan bahwa masih lemahnya penegakan hukum pada Negara
Indonesia. Sekuat apapun bukti yang dikumpulkan, tidak akan berpengaruh jika pihak yang
dijadikan pelaku tersebut memiliki kuasa untuk membuat hukum berpihak padanya. Maka
harapan kedepannya, Negara ini perlu berbenah diri, terlebih lagi berkaitan dengan penegakan
hukum, guna untuk menegakan keadilan. Dan hal ini akan berdampak pada kembalinya
kepercayaan publik pada penegakan hukum di Indonesia.
REFERENSI
Bouville, M. (2007). Whistle-blowing and Morality. Journal of Business Ethics, 81(3), 579–585.
CIMB Niaga. (2017). Sejarah Perusahaan CIMB Niaga. Diambil 10 Agustus 2017, dari
https://www.cimbniaga.com/in/about-us/index.html
Detik. (2008). Bank Lippo Lenyap, CIMB Niaga Dikibarkan. Diambil 11 Agustus 2017, dari
https://finance.detik.com/moneter/1030154/bank-lippo-lenyap-cimb-niaga-dikibarkan-
Guna, W. I., & Herawaty, A. (2010). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance,
Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12(1), 53–68.
Herawaty, V. (2008). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari
Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 10(2), 97–108.
Kompas. (2008). Lippo Niaga Jadi CIMB Niaga. Diambil 10 Agustus 2017, dari
http://nasional.kompas.com/read/2008/11/03/10152216/lippo.niaga.jadi.cimb.niaga.
Sumantyo, R. (2003). Kasus Bank Lippo dan Degradasi Kepercayaan Publik. Diambil 8 Agustus
2017, dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/24/eko1.htm
Tempo. (2003a). Bapepam: Skandal Lippo Adalah Kasus Pidana. Diambil 7 Agustus 2017, dari
https://m.tempo.co/read/news/2003/03/11/0565210/bapepam-skandal-lippo-adalah-kasus-
pidana
Tempo. (2003b). Bapepam Periksa Kantor Akuntan Publik Bank Lippo. Diambil 7 Agustus
2017, dari https://m.tempo.co/read/news/2003/02/03/0562286/bapepam-periksa-kantor-
akuntan-publik-bank-lippo
Tempo. (2003c). BEJ Anggap Kasus Laporan Keuangan Bank Lippo Selesai. Diambil 7 Agustus
2017, dari https://bisnis.tempo.co/read/news/2003/03/18/0566701/bej-anggap-kasus-
laporan-keuangan-bank-lippo-selesai
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Indonesia.