Anda di halaman 1dari 18

123 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

NILAI-NILAI AKHLAK YANG DIINTERNALISASIKAN


DALAM PEMBELAJARAN ALJABAR SMP

Oleh: Rosimanidar
Program Studi Tadris Matematika
Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
rosi_stainmal@ymail.com

Abstrak
Sikap negatif siswa dalam belajar aljabar dan krisis akhlak yang
terjadi pada siswa SMP menunjukkan selama ini pembelajaran
aljabar di sekolah lebih mengutamakan pencapaian tujuan
pendidikan matematika yang bersifat material, tetapi kurang
memperhatikan pencapaian tujuan pendidikan matematika yang
bersifat formal, yakni untuk menata nalar siswa dan membentuk
kepribadiannya. Untuk mengetahui apasaja nilai-nilai akhlak yang
dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar SMP, maka
dilakukan penelitian kepustakaan (library research). Pengumpulan
data dilakukan dengan mengumpulkan data sumber sekunder.
Kemudian data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif, analisis isi, pendekatan deduktif dan pendekatan
induktif. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai-nilai akhlak yang
dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar SMP adalah
nilai yang terkait dengan hablun minannas yaitu nilai tolong
menolong dan rasa hormat dan perhatian, sedangkan nilai yang
berhubungan dengan hablun minannafsi (diri sendiri).yaitu teliti,
hemat & cermat, kerja keras, tekun & ulet, jujur, tegas &
bertanggung jawab, pantang menyerah & percaya diri serta
disiplin.
Kata Kunci: Nilai-Nilai Akhlak, Pembelajaran Aljabar

Abstract
The negative attitude of students in algebra and moral crisis that
occurs in junior high school students showed during this learning
algebra in school prefer the achievement of the goals of
mathematics education that is material, but less attention to the
achievement of the goals of mathematics education which is

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 124

formal, namely to restructure the reason students and form a


personalit, To know anything what moral values that can be
internalized in learning algebra SMP, then do library research
(library research). Data collection is done by collecting data on
secondary sources. Then the data were analyzed using descriptive
analysis techniques, content analysis, deductive and inductive
approach approach. The result showed that the moral values that
can be internalized in learning algebra SMP is the value
associated with hablun minannas value of helping and respect and
attention, while the value associated with hablun minannafsi (self)
.yaitu conscientious, frugal and careful , hard working, diligent
and tenacious, honest, decisive and and responsible, unyielding
and self-confidence and discipline.
Keywords: Moral Values, Learning Algebra

A.Pendahuluan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan
tersebut tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dan dapat direalisasikan, misalnya dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika adalah proses membantu siswa mempelajari
matematika dengan menggunakan perencanaan yang tepat, mewujudkannya sesuai
kondisi yang tepat pula sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Hasil tersebut
merupakan tujuan yang telah dirumuskan dan merupakan akibat dari interaksi
antara guru yang mengajar dan murid yang belajar matematika (Sudjana, 1998:
43).
Matematika yang dipelajari di sekolah adalah matematika yang materinya
dipilih sedemikian rupa agar mudah dialihfungsikan kegunaannya dalam
kehidupan siswa yang mempelajarinya, salah satu materinya adalah aljabar. Aljabar
adalah bagian dari matematika yang mempelajari hubungan dan sifat-sifat dari
bilangan dengan menggunakan simbol-simbol umum. Operasi yang merupakan
dasar ilmu aljabar dan aritmatika adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Dalam ilmu aljabar, huruf dapat digunakan untuk merepresentasikan
bilangan. Dengan menggunakan huruf-huruf dan simbol-simbol

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


125 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

matematis, kita dapat menggunakan ekspresi aljabar yang singkat untuk


menggantikan kalimat verbal yang panjang. Materi aljabar di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) tercantum dalam kurikulum yaitu mampu menyelesaikan operasi
bentuk aljabar. Di saat belajar aljabar, penguasaan kompetensi itu sangat penting
karena akan menjadi prasyarat utama saat siswa belajar aljabar pada tahap-tahap
berikutnya, misalnya saat belajar persamaan, pertisaksamaan, sistem persamaan,
fungsi, persamaan garis dan lainnya.
Perkembangan usia siswa dari usia Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah
Menengah Pertama (SMP) juga mempengaruhi perkembangan kognitif siswa yakni
dar number sense ke symbolic sense. Perubahan ini cukup dirasakan oleh beberapa
guru matematika di lapangan ketika menyampaikan materi pembelajaran
matematika utamanya terkait dengan pembelajaran materi aljabar. Sehingga
berdampak pada sikap siswa pada saat mempelajari aljabar, misalkan sering terlihat
siswa mogok belajar, murung, malas, seolah tidak peduli terhadap semuanya dan
sebagian siswa masih beranggapan materi aljabar merupakan materi dari
matematika yang bersifat abstrak cenderung kurang menarik dan sukar. Serta siswa
juga beranggapan guru kebanyakkan tidak menyenangkan, membosankan,
menakutkan, angker dan ada yang menyebutkan guru matematika ”killer”, dan
sebagainya. Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar
matematika khususnya aljabar. Sikap-sikap tersebut merupakan sikap negatif siswa
dalam belajar aljabar, karena memunculkan kecenderungan untuk menjauhi,
membenci, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek.
Demikian sebaliknya seandainya muncul sikap positif pada saat siswa belajar
aljabar, dapat dilihat dari sikap siswa memunculkan kecenderungan untuk
menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek
tertentu (Rukminto, 1994: 178-179).
Dampak dari sikap negatif tersebut dikarenakan belum tertanamnya nilai-
nilai dari pembelajaran aljabar yang berdampak pada krisis multidimensi yang
ditandai dengan makin banyaknya generasi muda terlibat dalam kasus pornografi,
penggunaan narkoba, tawuran antar pelajar dan berbagai kecurangan yang melanda
dunia pendidikan (Martono,, 2010:1).
Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2010/2011 juga ditengarai adanya
kecurangan seperti terjadinya kasus nyontek masal. Dan kasus rapor ganda (Jawa
pos, 2011:3). Semuanya itu untuk mendongkrak kelulusan. Kecurangan ini
menunjukkan adanya krisis percaya diri pada peserta didik dan oknum guru yang
mestinya berperan sebagai pendidik. Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa
selama ini, pembelajaran aljabar di sekolah lebih mengutamakan pencapaian tujuan
pendidikan matematika yang bersifat material, tetapi kurang memperhatikan

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 126

pencapaian tujuan pendidikan matematika yang bersifat formal, yakni untuk


menata nalar siswa dan membentuk kepribadiannya. Hal ini dapat dipahami,
mengingat tidak sedikit guru yang melaksanakan pembelajaran semata-mata untuk
menyampaikan materi pelajaran atau transfer pengetahuan. Guru masih sedikit
yang mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
bagaimana merancang pembelajaran aljabar sehingga dapat mengembangkan nilai-
nilai aljabar pada siswa (Bishop, 2013:20). Bahkan pada umumnya guru kurang
mengetahui adanya nilai-nilai aljabar. Nilai-nilai aljabar tersebut semestinya juga
merupakan bagian dari nilai-nilai akhlak yang bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadist. Nilai-nilai akhlak berbeda halnya dengan nilai-nilai etika dan moral yang
merupakan nilai-nilai hasil pemikiran manusia, adat istiadat atau tradisi atau
ideologi yang bersifat lokal dan situasional.
Berdasarkan fenomena diatas, dapat diasumsikan bahwa siswa di
Indonesia masih mengalami krisis nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran
aljabar. Krisis ini terjadi, diantaranya: pembelajaran aljabar selama ini terpatri
kebiasaan dengan urutan sajian sebagai berikut: (1) diajarkan
teori/definisi/teorema, (2) diberikan contoh-contoh, (3) diberikan latihan soal.
Pembelajaran tidak diawali dengan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-
hari siswa (Soedjadi, 2001:2). Akibatnya siswa menirukan saja apa yang diajarkan
guru, tanpa terlibat aktif menemukan rumus/pengertian.
Berdasarkan latar belakang inilah timbul gagasan atau ide penulis untuk
membuat tulisan ini dengan fokus penelitian“Apasaja nilai-nilai akhlak yang dapat
diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar SMP? Tulisan ini bertujuan untuk
mendeskripsikan nilai-nilai akhlak yang dapat diinternalisasikan dalam
pembelajaran aljabar SMP Dan diharapkan dapat bermanfaat untuk guru, sekolah,
siswa serta pemerintah sebagai contoh untuk membiasakan siswa berakhlak terpuji
tanpa harus menambahkan mata pelajaran tertentu, tetapi terpadu dalam materi
aljabar, sehingga pelaksanaan syariat Islam di Indonesia khususnya di Aceh dapat
dilakukan secara komprehensif.

B.Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu
penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik
berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu
(Iqbal , 2002:11).

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


127 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

1. Data dan Sumber Data


Data primer yang digunakan peneliti dalam penelitian ini diperoleh dari
sumber-sumber tertulis secara langsung membahas nilai-nilai akhlak yang dapat
diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar SMP yaitu Al-Qur’an, Terjemahan
Al-Qur’an, buku Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, buku Ketika Kyai
Mengajar Matematika, buku Ilmu Pendidikan Islam, buku Kapita Selekta
Pembelajaran Aljabar SMP, Pedoman Pengembangan Pembelajaran Matematika
dan buku mata pelajaran matematika SMP khususnya materi aljabar. Disamping itu
peneliti juga menggali dari sumber sekunder berupa buku-buku, jurnal-jurnal
ilmiah seperti Prosiding Seminar Nasional (Suparni, 2012:3). Sumber tersebut
sebagai media cetak, kemudian internet dan televisi sebagai media elektronik,
ataupun sumber-sumber literatur lain sebagai data pendukung yang terkait tentang
pengembangan pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak.

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data berdasarkan sumber data di atas dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data-data yang ada baik dari sumber data primer dan data
sekunder tentang nilai-nilai akhlak yang dapat diinternalisasikan dalam
pembelajaran aljabar SMP
b. Menganalisa data-data tersebut sehingga peneliti bisa menyimpulkan tentang
masalah yang dikaji.

3. Analisis Data
Kemudian data dianalisis yaitu: (a).Analisis deskriptif, yakni data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, (b).
Content analisys atau analisis isi, di mana data hanya dianalisis menurut isinya
(Sumadi, 2008:94), (c).Pendekatan deduktif, menggunakan logika untuk menarik
satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang
diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari
satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the
general to the specific),dan (d).Pendekatan induktif, menekanan pada pengamatan
dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini
sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus
menjadi umum (going from specific to the general).

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 128

C.Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pembelajaran aljabar SMP menekankan variabel yang dihasilkan melalui
proses generalisasi dengan membuat kalimat matematika dari berbagai keadaan
(Sfard, 1995: hal. 18‐39). Perubahan yang dilaksanakan dari proses ke obyek tidak
cukup melalui pembelajaran, perubahan perspektif yang tidak dikatakan
menjadikan siswa mengalami kesalahan pemahaman, tidak semua kesulitan siswa
dalam proses peralihan dari aritmetika ke aljabar adalah berdasarkan jenis
pembelajaran, hal ini disebabkan kesalahan yang seringkali berulang dan sebagai
penyebabnya adalah kurangnya pemahaman yang menyeluruh dalam pelaksanakan
pembelajaran.
Pembelajaran aljabar di sekolah tidak hanya dimaksudkan untuk mencapai
tujuan pendidikan matematika yang bersifat material, yaitu untuk membekali siswa
agar menguasai aljabar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun
lebih dari itu, pembelajaran aljabar juga dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan matematika yang bersifat formal, yaitu untuk menata nalar siswa dan
membentuk kepribadiannya. Hal ini dapat dimengerti, sebab tidak semua siswa
yang menerima pelajaran matematika khususnya aljabar pada akhirnya akan tetap
menggunakan atau menerapkan aljabar yang dipelajarinya (Sfard, 1995:173).
Padahal hampir semua siswa memerlukan penalaran dan kepribadian yang
baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, tugas guru matematika sangat
strategis. Ia dituntut untuk dapat merancang pembelajaran matematika khususnya
pembelajaran aljabar sedemikian rupa sehingga dapat membantu siswa dalam
mengembangkan sikap dan kemampuan intelektualnya, sehingga produk dari
pembelajaran matematika tampak pada pola pikir yang sistematis, kritis, kreatif,
disiplin diri, dan pribadi yang konsisten.
Oleh karena itu menurut peneliti, nilai-nilai dalam pembelajaran aljabar
khususnya tingkat SMP sangat tepat untuk mengetahui aspek afektif siswa karena
secara hierarki menyatunya aspek sikap dan minat pada diri siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga nilai-nilai pada diri siswa yang internalisasikan dapat di
proses. Agar proses internalisasi nilai-nilai pada diri siswa menjadi sebuah
kebiasaan dan mengakar kuat menjadi sebuah kepribadian yang kokoh, maka
semestinya nilai-nilai harus bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist yaitu nilai-nilai
akhlak yang bukan merupakan nilai-nilai hasil pemikiran manusia, adat istiadat
atau tradisi atau ideologi yang bersifat lokal dan situasional. Nilai-nilai akhlak
tersebut dapat diinternalisasi oleh siswa SMP baik siswa yang berasal dari agama
Islam dan non Islam, karena Islam hadir untuk rahmatal lil’alamin bagi seluruh
umat manusia.

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


129 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

Adapun nilai-nilai akhlak yang dapat diinternalisasikan dalam


pembelajaran aljabar SMP yang terkait dengan akhlak terpuji atau akhlak
mahmudah. Nilai-nilai Akhlak mahmudah yang dapat dinternalisasikan dalam
pembelajaran aljabar SMP berdasarkan nilai-nilai yang termuat dalam
pembelajaran matematika yaitu peneliti hanya membatasi pada nilai yang terkait
dengan hablun minannas dan nilai yang berhubungan dengan hablun minannafsi
(diri sendiri). Berikut ini akan diuraikan nilai-nilai yang berhubungan dengan
hablun minannas dan hablun minannafsi yang dapat dinternalisasikan dalam
pembelajaran aljabar.

I. Nilai Hablun Minannas


Nilai hablun minannas, yaitu nilai-nilai yang harus dikembangkan
seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia, seperti tolong-menolong,
hormat-menghormati, dan sebagainya. Sedangkan nilai yang berhubungan dengan
hablun minannafsi (diri sendiri), seperti: kejujuran, disiplin, amanah, mandiri,
istiqamah, keteladanan, kewibawaan, optimis, tawadhu’, dan sebagainya. Berikut
ini disajikan nilai hablun minannas dalam pembelajaran aljabar yaitu:

1. Nilai Tolong Menolong


Nilai tolong menolong dalam pembelajaran aljabar yang merupakan
bagian dari nilai hablun minannas, yaitu: tolong menolong melalui sedekah.
Misalkan pada materi bentuk aljabar untuk mengerjakan soal-soal 45x – 8x = ….
Di kelas-kelas matematika, guru biasanya mengajarkan pengurangan bersusun dan
menggunakan istilah “pinjam” atau “hutang”. Hal ini tanpa disadari mengajari
anak untuk “berhutang” dan “meminjam”. Guru tidak mengajari anak untuk
memberi atau bersedekah. Padahal dengan cara memberi atau shadaqah,
pengerjaan operasi pengurangan akan lebih mudah. Perhatikan contoh berikut
(Abdussakir, 2012: 5).
45 x – 8 x = (45 + 2)x – (8+ 2)x [Kedua bilangan sama-sama diberi 2]
= 47x – 10x
= 37x
Contoh pembelajaran di atas, mengajarkan ke siswa untuk melaksanakan
sunnah Rasul-Nya bahwa “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”.
Berdasarkan contoh pembelajaran di atas, mengajarkan siswa tidak hanya
pintar berhitung, tetapi mengajarkan kebiasaan baik untuk bersedekah. Hal tersebut
sangat tepat jika mulai di tanamkan sejak sekolah dasar. Sehingga kebiasaan baik
untuk bersedekah sudah menjadi nilai akhlak sehari-sehari setiap siswa sejak kecil

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 130

sampai dewasa kelak. Jadi sedekah disini merupakan salah satu contoh nilai akhlak
yang dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar.

2. Nilai Rasa Hormat Dan Perhatian ( Respect )


Saling hormat menghormati atau saling menghargai yang disebut Ihtiram
adalah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap muslim sebagai wujud dari
Akhlaqul mahmudah., dengan berlaku sopan, tawadhu, tasamuh, muru’ah
(menjaga harga diri), pemaaf, menepati janji, berlaku ‘adil dan lain sebagainya.
Perhatikan sabda Rasulullah :
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia“
(HR .Ahmad dan Baihaqi)
Nilai hormat dan perhatian dalam pembelajaran aljabar adalah adanya
sikap menghargai dan pemusatan dari diri siswa terhadap ilmu aljabar yang
dipelajari, sebagaimana hasil penelitian yang pernah peneliti lakukan tentang
menyederhanakan bentuk aljabar yaitu operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bentuk aljabar dapat menggunakan bantuan model (Rosimanidar,
2011: 18-19). Model yang digunakan di sini dinamakan ubin aljabar. Contohnya
sederhanakan bentuk 2x - 5 - 3x + 1. penyelesaiannya dapat digunakan alat peraga
ubin aljabar dengan dibuat dari potongan kertas dengan ukuran tertentu.
Cara penyelesaian dengan menggunakan ubin aljabar dapat membantu
siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang sedang dipelajari,
sehingga konsep tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar
dapat mudah dipahami siswa dengan menggunakan model ubin aljabar dan siswa
dapat belajar dengan sikap saling menghormati antar teman dan guru.
Siswa yang terinternalisasi nilai hormat dan perhatian dalam pembelajaran
khususnya pembelajaran aljabar, maka siswa dapat berkonsentrasi dengan penuh
terhadap pelajaran tanpa ada memikirkan hal lain, sehingga pelajaran akan lebih
mudah untuk diingat dan diserap. Untuk itu, guru sebagai tenaga pengajar harus
selalu berusaha untuk memancing dan mendorong siswa agar selalu tertarik dengan
penuh hormat dan perhatian terhadap pelajaran yang diberikan dan merasa nyaman
ketika mengikuti pelajaran, seperti membuat variasi metode dalam menyampaikan
materi, intonasi suara, penampilan, gaya, dan sebagainya. Karena nilai hormat dan
perhatian bukan merupakan karakter bawaan dasar yang bersifat konstan dan
stagnan, tetapi nilai hormat dan perhatian berjalan secara aktif dan dinamis, untuk
itu perhatian harus selalu dipupuk dan diperhatikan agar dalam kegiatan
pembelajaran berjalan secara aktif dan dinamis.

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


131 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

Selain nilai-nilai yang terkait dengan hablun minannas, nilai-nilai yang


berhubungan dengan diri sendiri (hablun minannafsi) yang ada kesamaannya
dengan nilai-nilai pembelajaran aljabar adalah:

II.Nilai Hablun Minannafsi


1. Nilai Teliti, Cermat dan Hemat
Aljabar juga terkait dengan ilmu hitung karena pada hakikatnya berkaitan
dengan masalah hitung-menghitung. Pengerjaan operasi hitung untuk mencari hasil
dilakukan dalam pembelajaran aljabar mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam mengerjakan operasi hitung maka seseorang sebenarnya dituntut untuk
bersikap teliti dan cermat. Jangan sampai ada pengerjaan atau langkah yang salah.
Langkah demi langkah pengerjaan diteliti dan dicermati. Setelah diperoleh
hasilnya, hasil itu perlu dicek lagi apakah sudah menjawab permasalahan atau
tidak. Teliti berarti cermat dan hati-hati. Orang yang senantiasa cermat dan teliti
dalam setiap perbuatan maka kemungkinan besar akan terhindar dari kesalahan dan
mara bahaya. Islam melarang umatnya tergesa-gesa dan berlaku sembarangan
dalam tindak tanduknya, sebab sikap tergesa-gesa itu adalah tindak tanduk setan.
Sikap teliti akan membawa keuntungan dan hasil yang maksimal. Sikap teliti disini
sesuai dengan anjuran Al-Qur’an dalam surat Al Hujurat ayat 6, yaitu:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Ayat di atas menganjurkan kepada setiap umat Islam untuk bersikap teliti
dalam melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, seperti di sekolah siswa
diajarkan untuk jeli dan berhati-hati dalam melangkah, sehingga siswa tidak asal
berbicara, tidak asal berkomentar dan tidak asal bunyi (asbun). Siswa mencari
terlebih dahulu kejelasan di balik suatu berita, informasi atau masalah. Demikian
juga halnya dengan sikap cermat, Allah memerintahkan dalam Al-Qur’an surat Al
Israa’ ayat 29 yang berbunyi:
Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi
tercela dan menyesal”.
Ayat tersebut menyuruh untuk bersikap cermat dalam hidup, perintah ini
juga berlaku untuk siswa di sekolah. Sikap teliti dan cermat dapat dilihat pada saat
siswa menyelesaikan soal aljabar dalam proses pembelajaran. Misalkan, ketika

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 132

menyelesaikan persamaan x 3 8 , dapat diselesaikan dengan seperti yang


disajikan berikut ini.
x 3 8 (apabila ingin mendapatkan nilai x, tentu 3 pada sebelah
kiri dieliminasi)
x 3 3 8 3
x 8 3
x 11
Kemudian diperiksa apakah x = 11, merupakan penyelesaian untuk
persamaan x 3 8?. Untuk memeriksa nilai x yang sudah diperoleh dengan cara
mensubstitusi atau memasukkan nilai x = 11 ke persamaan tersebut, sehingga
diperoleh:
x 3 8
? ?

11 3 8 ( artinya apakah seharusnya sama dengan)


8=8

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa x = 11 adalah


penyelesaian atau solusi untuk persamaan x 3 8. Contoh di atas merupakan salah
satu contoh sikap teliti dan cermat pada menyelesaikan soal matematika dengan
langkah demi langkah sehingga memperoleh hasil yang benar.Aljabar juga melatih
sikap hemat atau tidak boros, misalkan pada saat penggunaan simbol sebagai alat
berkomunikasi dalam matematika. Untuk menyatakan permasalahan berikut:

“Untuk membantu korban bencana alam, siswa kelas VII mengumpulkan


pakaian yang layak pakai. Pakaian yang terkumpulkan sebanyak 120 pasang.
Kemudian panitia kelas menyeleksi kembali pakaian yang layak pakai, ternyata
ada 13 pasang yang tidak layak pakai. Berapa pasang pakaian yang dapat
disumbangkan oleh siswa kelas VII untuk membantu korban bencana alam? “
Berdasarkan permasalahan di atas, untuk penyelesaiannya diterjemahkan
dulu kalimat verbal ke dalam bentuk aljabar. Misalkan pakaian yang terkumpul =
120 pasang, pakaian yang tidak layak pakai = 13pasang dan pakaian yang dapat
disumbangkan = x pasang, maka :
pakaian yang tidak layak pakai + pakaian yang dapat disumbangkan =Pakaian yang
terkumpul
13 + x = 120
13 + x - 13 = 120 – 13
x = 107

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


133 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

Jadi pakaian yang dapat disumbangkan oleh siswa kelas VII untuk
membantu korban bencana alam adalah 107 pasang. Penyelesaian permasalahan di
atas tampak adanya penyimbolan dalam bentuk aljabar (x). Simbol bermanfaat
untuk penghematan intelektual, karena simbol dapat mengkomunikasikan ide
secara efektif dan efisien (Hudojo, 1979: 97). .

2. Nilai Kerja Keras, Tekun dan Ulet


Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan
atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT
baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
surat Al Qashash ayat 77 berbunyi:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dalam lingkup belajar, kerja keras dan berdo’a kepada Allah sangat
diperlukan sebab belajar merupakan proses yang membutuhkan waktu. Orang akan
sukses apabila ia giat belajar, tidak bermalas-malasan. Perintah Allah SWT untuk
berusaha maksimal dapat dilihat pada Al-Qur’an surat Ar Ra’d ayat 11.
Artinya : “...Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendir. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.”
Merujuk pada ayat Al-Qur’an di atas, maka setiap manusia haruslah
mengusahakan untuk kehidupannya, tidak sekedar menunggu rizki dari Allah
dengan berpangku tangan saja. Adapun apabila manusia bekerja keras maka akan
memperoleh beberapa manfaat antara lain: mendatangkan pahala karena bekerja
keras merupakan ibadah kepada Allah SWT, meningkatkan kesejahteraan dan
mewujudkan cita-cita.
Sedangkan tekun dan ulet, melakukan semua pekerjaan dengan rajin, teliti,
sabar, hati-hati, dan sungguh-sungguh. Dalam belajar dan menuntut ilmupun kita
harus giat dan rajin menekuni apa yang sedang dipelajari. Dengan rajin belajar, dan
tekun, manusia dapat meraih kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah akan merubah keadaan seseorang apabila ia juga berusaha dengan sungguh-

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 134

sungguh. Nilai tekun dan ulet juga terdapat dalam Al-Qur’an pada pada surat Ar
Ra’d ayat 11 yang telah disebutkan di atas. Dalam belajar, setiap muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmu. Ilmu mempunyai arti penting bagi kehidupan
manusia, karena dengan ilmu seseorang atau suatu bangsa dapat menjaga,
melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Mujaadilah ayat 11.
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Ayat di atas memberikan dorongan untuk senantiasa mencari ilmu
pengetahuan yang berguna bagi manusia demi meningkatkan kualitasnya dalam
rangka membangun peradaban dan peningkatan harkat derajat suatu bangsa. Tekun
dan ulet sangat diperlukan dalam menuntut ilmu atau belajar. Kita harus rajin dan
tidak mudah putus asa dalam menekuni setiap pelajaran. Untuk mencapai apa yang
dicita-citakan, setiap siswa harus menanamkan kesadaran diri untuk senantiasa
tekun dan ulet dalam menempuh proses mencapai cita-cita itu. Dengan tekun dan
ulet dalam belajar maka kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat akan dapat
diraih. Sebagai contoh misalkan siswa disaat menyelesaikan permasalahan yang
yang ada di aljabar tentang Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) baik
dengan metode eliminasi, substitusi,campuran dan grafik.

3. Nilai Jujur, Tegas dan Bertanggung Jawab


Aljabar juga mengajarkan sikap jujur, tegas dan bertanggung jawab.
Misalkan seorang guru meminta seorang siswa menghitung hasil penjumlahan
bentuk aljabar 3x + 4x. Kalau tidak bisa menghitung, maka siswa tersebut harus
jujur untuk mengatakan tidak bisa. Jika tidak bisa tetapi mengatakan bisa, maka
saat disuruh mengerjakan akan ketahuan bahwa tidak bisa. Ketahuan kalau tidak
jujur dan akan malu pada siswa yang lain. Jadi lebih baik jujur sekalipun pahit.
Berikut disajikan salah satu contoh nilai jujur yang dapat diajarkan oleh guru pada
saat pembelajaran matematika. Misalnya materi yang dipilih adalah bilangan bulat
dan dilihat Al-Qur’an surat An Nisa ayat 112.

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


135 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

Artinya: Dan siapa saja yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian
dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya
ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.
Berdasarkan ayat tersebut diberikan simbol-simbol seperti berikut ini:
(a)“Dan siapa saja yang mengerjakan kesalahan atau dosa” bisa kita beri
simbol – (negatif)
(b)“Kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah” kita beri
simbol + (positif)
(c)“Maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang
nyata” kita beri simbol – (negatif).
Perhatikan urutan simbol-simbol itu, “negatif positif negatif”. Lihat, pola
apa yang terbentuk? Bukankah jika pola “negatif positif negatif” kita lengkapi
dengan simbol operasi hitung menjadi semakin lengkap?

Pola tersebut pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa


(i) Suatu kesalahan (-) jika kita katakan benar (+), maka sesungguhnya kita
berbuat bohong, dosa (-)
(ii) Suatu yang benar (+) jika kita katakan salah (-), maka sebenarnya kita juga
berbuat bohong, dosa (-)
(iii) Suatu kesalahan (-) jika kita katakan salah (-), maka kita melakukan suatu yang
benar (+).
Berdasarkan pola di atas, dapat disimpulkan jika ada pernyataan benar (+)
dan kita katakan benar (+) maka itu artinya kita melakukan kejujujuran atau
kebenaran (+). Jadi dalam dunia matematika pun berlaku sunnatullah atau pola
yang baku. Misalkan ada soal -24x+(-5)x –12x+7x –(-3)x –(+4)x +9x –10x +(-2)x
+103x, pasti jawaban dengan cepat diperoleh jawaban 65x. Jadi, menjawab soal
aljabar itu jadi mudah kalau jujur mengikuti pola dalam menjawabnya. Dan
berbuat jujur itu supaya memudahkan hidup kita.
Contoh pembelajaran aljabar di atas adalah contoh bagaimana seorang
anak dapat berbuat jujur dengan mulai memahami makna dalam Al-Qur’an surat
An Nisa ayat 112 dan mengaitkannya dengan buku matematika. Kemudian sang
guru juga dapat menginternalisasikan nilai akhlak dengan memberikan motivasi,
misalnya ”Belajarlah terus dan kajilah terus menerus Al-Qur’an mu, niscaya kamu
akan menemukan pola-pola matematika yang dapat kamu gunakan di sekolahmu.
Rabbana maa khaalaqta haadza baathilaa, Allah tidaklah menciptakan semua ini
sia-sia Al-Qur’an surat Al- Imran ayat 191.”

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 136

Selain nilai jujur, dalam pembelajaran matematika juga terdapat nilai-nilai


akhlak yaitu nilai tegas. Misalkan pada kasus perkalian 3x + 4x di atas, diperoleh
hasil penjumlahan bentuk aljabar tersebut pasti 12x. Siswa dengan tegas
mengatakan bahwa jawaban tersebut adalah benar. Dalam matematika hanya ada
dua pilihan, benar atau salah. Tidak mungkin benar sekaligus salah. Jadi
pembelajaran aljabar mengajarkan sikap tegas mengatakan yang benar adalah
benar dan yang salah adalah salah, jadi tidak abu-abu. Seperti yang sekarang marak
terjadi pada saat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) ditengarai adanya kecurangan
seperti terjadinya kasus nyontek masal, seperti yang telah peneliti paparkan. Hal ini
dapat terjadi karena pihak manajemen sekolah, pengawas ruang dan juga siswa
tidak memiliki sikap tegas pada pelaksanaan UN. Sikap tegas yang harus dimiliki
oleh semua manusia sebenarnya jauh sebelumnya telah termuat dalam Al-Qur’an,
misalnya surat Luqman ayat 30, seperti disajikan berikut ini.
Artinya: Demikianlah, Karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak [1185] dan
Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang
batil; dan Sesungguhnya Allah dialah yang Maha Tinggi lagi Maha
besar. Maksudnya: Allah-lah Tuhan yang Sebenarnya, yang wajib
disembah, yang berkuasa dan sebagainya.
Pada ayat tersebut, manusia dengan tegas diperintahkan untuk benar-benar
menyembah penguasa alam ini yaitu Allah SWT, Jika menyembah selain Allah
adalah perbuatan batil, yaitu sesuatu perbuatan yang salah.

4. Nilai Pantang Menyerah dan Percaya Diri


Seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran matematika,
khususnya aljabar sebenarnya juga mengajarkan untuk bersikap pantang menyerah
dan percaya diri. Saat mengerjakan atau menyelesaikan soal atau permasalahan
aljabar, sikap pantang menyerah harus dihindari, karena disaat siswa gagal atau
tidak dapat menjawab soal atau permasalahan matematika, maka siswa dituntut
untuk mencari cara lain untuk menjawab. Jadi setiap siswa harus tertanam sikap
percaya diri, misalkan siswa mengatakan dan berkomitmen dengan mengatakan
“Insyaallah saya bisa”. Siswa terus mencoba sampai pada akhirnya akan
mendapatkan jawabannya. Kegagalan adalah suatu cara yang tidak boleh
mengurangi semangat untuk mencari cara yang lain. Jika keberhasilan tercapai,
maka akan tumbuh rasa puas dan kebanggaan akan tumbuh dari diri siswa,
adakalanya siswa sambil bersorakan “Alhamdulillah saya berhasil...yes...!...yes!”.
Sungguh aljabar juga mengajarkan pentingnya sikap pantang menyerah dan
percaya diri. Ini lah mutiara yang sangat berguna bagi kehidupan. Sehingga tidak

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


137 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

terjadinya pelaksanaan UN adanya kecurangan seperti terjadinya kasus nyontek


masal dan kasus rapor ganda, semuanya itu untuk mendongkrak kelulusan seperti
yang peneliti paparkan pada latar belakang masalah di penelitian ini. Kecurangan
ini menunjukkan adanya krisis percaya diri pada peserta didik/siswa dan oknum
guru yang mestinya berperan sebagai pendidik.
Sikap pantang menyerah, pantang berputus asa, dan percaya diri sudah
dianjurkan dan diperintahkan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Ankabut ayat
23, surat yusuf ayat 87 dan surat Al Hijr ayat 56. Ketiga ayat tersebut disajikan
berikut ini:
Artinya: “Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan
dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat
azab yang pedih.
Putus asa adalah sikap hidup orang kafir dan harus dihindari. Setiap siswa
harus berusaha untuk percaya diri dan yakin bahwa rahmat Allah SWT akan selalu
menyertai yang akan menghasilkan sikap sabar dan tawakkal.

5. Nilai Disiplin ( Discipline )


Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan adanya kepatuhan, ketertiban
terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku (Prayitno dan Widyantini, 2011:.
24). Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah kepatuhan untuk
menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk
tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain,
disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa
pamrih.
Islam mengajarkan kita agar benar-benar memperhatikan dan
mengaplikasikan nilai-nilai kedisplinan dalam kehidupan sehari-hari untuk
membangun kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik. Seperti perintah untuk
memperhatikan dan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Dalam Al-Qur`an
misalnya disebutkan: Wal-fajri (demi waktu Subuh), wadh-dhuhâ (demi waktu
pagi), wan-nahar (demi waktu siang), wal-‘ashr (demi waktu sore), atau wal-
lail (demi waktu malam).
Ketika Al-Qur`an mengingatkan demi waktu sore, kata yang dipakai
adalah “al-‘ashr” yang memiliki kesamaan dengan kata “al-‘ashîr” yang artinya
“perasan sari buah”. Seolah-olah Allah mengingatkan segala potensi yang kita
miliki sudahkah diperas untuk kebaikan? Ataukah potensi itu kita sia-siakan dari
pagi hingga sore? Jika demikian, pasti kita akan merugi. “Demi masa, sesungghnya
manusia itu benar benar dalam kerugian.“ (Qs. al-‘Ashr [103]: 2).

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 138

Maka, kita harus pandai-pandai menggunakan waktu sebaik-baiknya. Tapi, jangan


pula kita gunakan waktu untuk kepentingan akhirat namun mengorbankan
kepentingan duniawi, atau sebaliknya. Menggunakan waktu dalam usaha mencari
karunia dan ridha Allah, hendaknya seimbang dan proporsional.
Pada pembelajaran aljabar nilai disiplin dapat dinternalisasikan pada diri
siswa karena pada pembelajaran aljabar mengandung karakteristik ketaatazasan
atau konsistensi, artinya bahwa dalam setiap sistem tidak boleh terdapat
kontradiksi, sifat seperti itu sangat penting dan harus dipegang teguh, misalkan
pada operasi hitung aljabar yang diintegrasikan dengan aritmatika menggunakan
sifat-sifat operasi salah satunya adalah sifat komutatif (pertukaran) yaitu a + b = b
+ a dan a× b = b × a.
Pembiasaan menggunakan nilai konsistensi ini dalam pembelajaran
aljabar, sehingga berdampak positif pada sikap siswa dalam menerapkan nilai
disiplin pada diri siswa, misalkan pada jam masuk sekolah siswa hadir tepat waktu
dan mengikuti pembelajaran secara konsisten, dan siswa tersebut juga disiplin
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

D.Kesimpulan
Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:
Nilai-nilai akhlak yang dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar SMP
adalah nilai yang terkait dengan hablun minannas yaitu nilai tolong menolong, rasa
hormat dan perhatian, sedangkan nilai yang berhubungan dengan hablun
minannafsi (diri sendiri) yaitu teliti, hemat, cermat, kerja keras, tekun, ulet, jujur,
tegas, bertanggung jawab, pantang menyerah, percaya diri, dan disiplin.

Daftar Pustaka
Abdusysyakir. (2007). Ketika Kyai mengajar matematika. Malang:UIN-Malang
Press.
Bishop, Alan. dkk. (2000). Values in Mathematics Education: Making Values
Teaching Explisit in the Mathematics Classroom.
Darmadi, H. (2009). Kemampuan Mengajar Guru: Landasan Konsep dan
Implementasinya. Bandung: Alfabeta
Djazuli. TT. Akhlaq dalam Islam.Malang : Tunggal Murni Offset.
Harahap, Syahrin. (2006). Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. Jakarta:
Istiqamah Mulya Press.

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


139 Nilai-Nilai Akhlak Yang Diinternalisasikan

Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan


Aplikasinya, Bogor:Ghalia Indonesia.
Kartanegara. Mulyadhi. (2009). Sains dan Matematika Dalam Islam. Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah: USHUL PRESS.
Majid, A. (2009). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitafif, Edisi Revisi, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Prayitno, Edi & Th. Widyantini. (2011). Pendidikan Nilai-Nilai Budaya Dan
Karakter Bangsa Dalam Pembelajaran Matematika Di SMP, Modul
Matematika SMP Program BERMUTU. Yogyakartas: Balitbang
Kemendiknas P4TK.
Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia: Jakarta.
Rosimanidar. (2012). Internalisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Pembelajaran
Matematika, Laporan Penelitian: Dana APBN-P STAINMAL.
______. (2011). Penerapan Strategi Pakem Dengan Menggunakan Alat Peraga
Ubin Aljabar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Smp
Di Komunitas Nelayan Kota Lhokseumawe. Laporan Penelitian: Dana
APBN STAINMAL.
Soedjadi. (1999). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Keadaan
Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
______. (2000). Rancangan Pembelajaran Nilai dalam Matematika Sekolah. Kiat
Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi.
______.(2001). Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional RME di
FMIPA UNESA, 24 Februari 2001.
Soejono & Abdurrahman. H. (1999). Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sudjana, Nana. (1998). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Cet. IV. Bandung:
Sinar baru Algesindo.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika.Yogyakarta :DEPDIKNAS DIRJEN Pendidikan
Dasar dan Menengah PPPG Matematika.
Supinah dan Ismu Tri Parmi. (2011). Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika di SD. Modul
Matematika SD Program Bermutu. Jakarta : PPPPTK.

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015


Rosimanidar 140

Suryabrata, Sumadi. (2008). Metodologi Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali.


Tatapangarsa. Humaidi. (1984). Pengantar Kuliah Akhlak. Surabaya: Bina Ilmu.
Wagiyo, A, F. Surati, dkk. (2008). Pegangan Belajar Matematika 1 untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Wardhani, Sri. (2004). Permasalahan Kontekstual Mengenal Bentuk Aljabar di
SMP. Modul Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Itqan, Vol. VI, No. 2, Juli - Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai