Anda di halaman 1dari 29

PEMERIKSAAN KLINIS PADA ANJING

Kelompok 3

Astri Caturutami Sjahid1 (O11116507), A. Regita Dwi Cahyani1 (O11116508),


Anindyka Mentary Sudirman1 (O11116009), Kadek Dian Krisna Putri K1
(O11116506) , Muhammad Adlilhaq1 (O11116312)

Asisten :Sri Rita Fajriyani


[1]
Bagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi
Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Korespondensi penulis : astricaturutami2212@gmail.com

ABSTRAK
Diagnostika klinik merupakan rangkaian pemeriksaan medik terhadap fisik hewan
hidup untuk mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan
menggunakan alat bantu diagnostika. Praktikum ini dilakukan di Klinik Hewan Pendidikan
Unhas pada tanggal 12 Oktober 2018. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur-
prosedur khusus dalam pemeriksaan klinis pada anjing yang membantu seorang dokter dalam
melakukan suatu diagnosa klinik. Dari Praktikum ini, kesimpulan yang dapat diambil yaitu
adapun cara-cara dalam mendiagnosa pasien yaitu dengan melakukan sinyalemen dan
anamnesa berdasarkan keterangan dari klien. Pemeriksaan klinis yang di lakukan meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan pemeriksaan suhu. Adapun alat-alat yang biasanya
digunakan dalam diagnosa klinik yaitu refleks hammer yang digunakan dalam membantu
pemeriksaan palpasi, stetoskop yang digunakan untuk membantu pemeriksaan aulkultasi,
timbangan untuk mengukur berat badan hewan dan thermometer yang digunakan untuk
membantu pemeriksaan suhu.

Kata Kunci : anamnesa , anjing, sinyalemen, status present, pemeriksaan fisik

1. PENDAHULUAN
Ahli paleontologi dan arkeolog telah yang lalu sebagai ternak di Cina. Studi
menetapkan bahwa sekitar 60 juta tahun genetik lainnya mengatakan bahwan
lalu seekor mamalia kecil, seperti musang, domestikasi anjing dimulai 18.800 – 32.100
hidup di wilayah yang sekarang menjadi tahun yang lalu di Eropa bahkan ada yang
bagian dan Asia, yang disebut Miacis, mengatakan 12.000 – 14.000 tahun lalu
genus yang menjadi nenek moyang hewan anjing berasal dari serigala kecil abu-abu
yang dikenal saat ini sebagai canids: anjing, yang menghuni tempat yang sekarang
jackals, serigala, dan rubah. Miacis tidak dikenal sebagai India. Namun, satu studi
menghilangkan keturunan langsung, tetapi genetic yang membandingkan DNA anjing
doglike canids berevolusi menjadi anjing dan serigala yang mendiami daerah yang
sejati pertama, yaitu cynodictis sekitar 30 dianggap sebagai pusat domestikasi anjing
hingga 40 juta tahun lalu. Cynodictis menunjukkan bahwa anjing dan serigala
merupakan binatang berukuran sedang, memiliki garis keturunan yang berbeda
panjangnya lebih dari tingginya dengan (Vanacore, 2018).
ekor yang panjang dan rambut yang cukup Berdasarkan taksonomi menurut
lebat. Selama masa millennium, cynodictis Budiana (2008), anjing digolongkan dalam:
muncul di Afrika dan Eurasia. Beberapa Kingdom : Animalia
penelirian genetic telah menunjukkan Phyilum : Chordata
bahwa serigala dijinakkan 16.300 tahun Class : Mammalia
Order : Carnivora agresif atau menyerang (Widodo et al.,
Family : Canidae 2011).
Genus : Canis Pertulangan kepala anjing terbagi
atas mesaticephalic yang ditandai dengan
2. TINJAUAN PUSTAKA tidak pesek dan mancung seperti anjing
2.1 Data Fisiologis Normal Anjing jenis spaniel, brachycephalic yang ditandai
Menurut Case (2013) pulse rate normal dengan muka pesek seperti peking, pug dan
pada anjing saat beristirahat 60-140 denyut ihasa apso dan dolichocephalic yang
per menit. Respiration rate normalnya 10 – ditandai dengan ciri-ciri moncong panjang
30 hembusan per menit dengan rata-rata 20 seperti borzoi. Ukuran besar kecilnya
kali hembusan. kepala tergantung jenis anjing, yaitu apple
Untuk semua anjing, rata-rata denyut head atau domed skull yang dijumpai pada
jantung 42-190 denyut per menit (Lamb et Chihuahua, balanced head pada anjing
al., 2010). Suhu normalnya, rata-rata gordon setter, brick shaped head pada fox
37,8⁰C – 39.4℃ (Goic et al., 2014). terrier, clear head pada belgian shepherd,
2.2 Pemeriksaan Fisik Anjing cone shaped head pada dachshund, egg
2.2.1 Anamnesa shaped head pada bull terrier, otter head
Anamnesis adalah salah satu teknik pada border terrier, pear shaped head pada
pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu Bedlington terrier, ram;s head pada bull
percakapan antara seorang dokter atau terrier, long or tapering head pada borzoi,
perawat dengan klien secara langsung untuk fox like head pada chow chow, dan squared-
mengetahui kondisii pasien untuk off head pada French bulldog (Budiana,
mendapatkan data pasien beserta 2008).
permasalahannya (Febriyanti dan Sugiarti, 2.2.4.2 Turgor Kulit
2015). Turgor kulit pada anjing sehat
2.2.2 Sinyalemen sangat baik dapat dihitung detik (kurang
Sinyalemen merupakan identitas lebih 2 – 3 detik) setelah cubitan kulit
diri dari seekor hewan yang merupakan kembali ke posisi datar semula. Hal ini
pembeda dari hewan lainnya walaupun ada dapat dilhat pada anjing yang berpostur
kemiripan satu sama lain (Widodo et al., atletis dengan sedikit timbunan lemak di
2011) bawah kulitnya seperti Dobermann Pincher,
2.2.3 Status Present Mini Pincher, Gembala Jerman, Golden
Status present merupakan suatu Retriever, bila turgor kulit seekor anjing
keadaan kesehatan suatu pasien saat ini (H jelek, berarti kandungan air di kulit
et al, 2016) menurun (Widodo et al., 2011).
2.2.4 Kepala dan Leher. 2.2.4.3 Mata dan Orbita

Gambar 1. Mata ( Reece dan Rowe, 2017)


2.2.4.1 Ekspresi, Pertulangan, Posisi
Kepala. 2.2.4.3.1 Palpebrae
Ekspresi wajah dan reaksi anjing Palpebrae pada anjing terdiri dari
dengan lingkungan sekitar dapat dinilai lipatan superior dan inferior pada mata.
dengan sifat anjing seperti periang/ramah, Palpebrae befungsi untuk melindungi bola
pemarah, pemurung, tenang, pendiam, mata dari benda asing (Evans dan Lahunta,
gampang terkejut, penakut, hiperaktif atau 2013).
2.2.4.3.2 Cilia 2.2.4.3.7 Iris
Cilia merupakan rambut yang Iris merupakan bagian yang
terletak di sekitar lingkar mata. Cilia berwarna dari mata yang mengatur jumlah
berfungsi untuk melindungi mata dari debu. cahaya yang diizinkan masuk ke mata
Cilia dapat juga bertindak sebagai sensor, (Reece dan Rowe, 2017)
dimana memicu mata berkedip apabila ada 2.2.4.3.8 Limbus
benda asing yang mendekat (Amador et al., Limbus merupakan bagian yang
2015). berada antara sklera dan iris (Reece dan
2.2.4.3.3 Konjungtiva + warna mukosa Rowe, 2017).
Konjungtiva merupakan bagian 2.2.4.3.9 Pupil dan Refleks
yang paling terbuka dari semua selaput Pupil merupakan bagian terdepan
lendir. Fungsi utama dari konjungtiva antara pusat proyeksi dari iris dan
adalah mencegah desikasi kornea, berbentuk melingkar pada anjing. Kontraksi
meningkatkan mobilitas kelopak mata dan pada otot sirkular dapat mengecilkan krna
bola mata, dan menyediakan penghalang pupil sehingga cahaya yang masuk ke mata
mikroorganisme dan benda asing (Gelatt lebih sedikit, sedangkan kontraksi otot
dan Plummer, 2017). radial memperbesar ukuran pupil sehingga
Membran konjungtiva berguna cahaya yang masuk ke mata lebih banyak
untuk memeriksa membran mukosa, (Reece dan Rowe, 2017).
dimana warna merah muda dianggap 2.2.4.3.10 Vasa Injectio
normal, warna pucat menunjukkan Vasa Injectio merupakan kondisi
kurangnya darah atau anemia, warna biru dimana terjadi kongesti pembuluh darah di
menunjukkan kurangnya oksigen dan mata (Khairunisa, 2013)
warna kuning dikaitkan dengan ikterus 2.2.4.4 Hidung dan Sinus
(Reece dan Rowe, 2017). Hidung anjing terdiri dari nostril
2.2.4.3.4 Membrane Nictitans (bisa juga disebut nares) dan nasal cavity,
Kelopak mata ketiga atau panjangnya mengikuti panjang
membrane nictitans merupakan kelenjar moncongnya. Nasal cavity dibagi oleh garis
yang terletak diantara bola mata dan tengah partisi menjadi dua bagian, satu
kelopak mata bagian medial kantung untuk setiap nostril. Kebanyakan anjing
konjungtiva yang dalam keadaan normal memiliki hidung berpigmen gelap, tetapi
tidak akan terlihat tapi bertumpu pada bola ada juga berwarna coklat, dan merah muda.
mata di sudut (Maggs et al., 2013). Di beberapa anjing dengan hidung merah
2.2.4.3.5 Sklera muda akan berwarna gelap di musim panas
Sklera merupakan bagian yang dan kemudian kembali cerah di musim
berwarna putih pada mata, yang dimana dingin. Anjing juga memiliki dua sinus
beberapa jenis anjing memiliki ukuran utama yang terhubung dengan rongga
sklera yang sangat kecil (Horowitz, 2009). hidung, yaitu sinus maxillaris dan sinus
2.2.4.3.6 Kornea frontal (Eldredge et al., 2008).
Kornea anjing relatif berukuran 2.2.4.5 Mulut dan Rongga Mulut
besar dibandingkan dengan manusia, yang 2.2.4.5.1 Mukosa
akan membantu dalam penglihatan pada Menurut Khairani (2011) pada
malam hari, karena kornea yang besar anjing yang sehat maka mukosa mulutnya
memungkinkan lebih banyak cahaya masuk akan berwarna pink rose, tekstur
ke pupil selama pencahayaan yang mukosanya licin-mengkilat, basah serta
berkurang. Pada anjing normal kornea tidak adanya kerusakan.
berukuran 12-16 mm ventrikal dan 13-17 2.2.4.5.2 Gigi Geligi
mm horizontal, dan 0,45 – 0,55 mm pusat Sebagai binatang karnivora, struktur
ketebalan dan 0,50 – 0,65 mm ketebalan gigi anjing berbeda dengan manusia. Gigi
perifer (Gelatt dan Gelatt, 2011). anjing berfungsi untuk mengoyak dan
mencabik. Susunan gigi anjing yaitu
3142/3143 (Budiana, 2008).
2.2.4.5.3 Lidah 2.4.10 peredaran darah
Lidah anjing terdiri dari papilla Inspeksi dan palpasi jantung
yang terkait dengan taste bud. Dimana dilakukan untuk melihat apex beat atau
papilla pada lidah anjing terdiri dari papilla ictus cordis atau impuls jantung yang
filiform dan fungiform, papilla merupakan refleksi gerakan dinding thoraks
circumvallate dan papilla conical (Reece sebagai hasil dari kontraksi ventricle kiri
dan Rowe, 2017). dan ujung apex menyentuh dinding thoraks.
2.2.4.6 Telinga Hasilnya adalah gelombang dinding thoraks
Pendengaran merupakan salah satu terlihat kuat disisi kiri yang umumnya
indera paling tajam anjing. Anjing dapat disebut juga impuls jantung atau dorongan
mendengar suara yang terlalu lemah untuk apex cordis. Lokasi ictus cordis ditentukan
manusia deteksi, dan juga dapat mendengar oleh besar jantung (morfologis), stroke
suara berfrekuensi yang lebih tinggi. Anjing volume, waktu ejeksi dan relaksasi
dapat mendeteksi sedikit perubahan dalam ventricle sampai persiapan sistoli kembali
nada suara yang jauh lebih baik dari (Widodo et al., 2011).
manusia (Eldredge et al., 2008) 2.2.4.11 Abdomen dan organ
Telinga anjing bervariasi dalam pencernaan
ukuran dan bentuk, yaitu tegak, bengkok, Tata letak dan gambaran ukuran
ataupun jatuh. Bagian luar penutup telinga sekaligus perubahan-perubahan diantara
ditutupi oleh rambut. Beberapa keturunan, regio abdomen diseragamkan yang terdiri
seperti Cocker Spaniel dan Pudel memiliki atas 3 (tiga) subregio horizontal dan 3 (tiga)
banyak rambut yang masuk ke kanal subregio ventrikal, sehingga regio abdomen
telinga. Kulit di bagian dalam telinga kiri dan regio abdomen kanan masing-
berwarna merah muda (Eldredge et al., masing terdapat 9 kompartemen. Subregio
2008). horizontal membagi abdomen ke dalam
2.2.4.7 Leher kompartemen dorsal, medial dan ventral
Bentuk leher pada anjing terbagi sedangkan subregio vertikal membagi
beberapa bentuk yaitu dry karena kulit leher abdomen ke dalam epigastrium,
mulus sehingga terlihat ototnya, throaty, mesogastriu dan hipogastrium (Widodo et
bawah dagu/tenggorokan ditumbuhi sedikit al., 2011)
bulu, dan dewlap bawah dagu di tumbuhi 2.2.4.12 Alat urogenital dan Kelamin
rambut lebat sehingga bawah dagu tertutupi 2.2.4.12.1 glans penis
(Budiana, 2008). Glands penis merupakan bagian
2.2.4.8 Thorax ujung dari penis. Pada anjing memiliki
2.2.4.8.1 Sistem Pernapasan kelenjar bulbus di bagian kaudal dari glans
Sistem pernapasan pada anjing penis. Pembesaran kelenjar bulbus
terbagi menjadi dua bagian, yaitu digunakan untuk retensi penis yang
pernapasan bagian atas yang terdiri dari berkepanjangan selama koitus (Reece dan
saluran hidung, tenggorokan, laring, dan Rowe, 2017).
trakea. Bronkus dan paru-paru membentuk 2.2.4.12.2. Skrotum
saluran pernapasan bagian bawah. Tabung Scrotum merupakan kantung
pernapasan bercabang ke bagian yang pembungkus testis dan epidydymis setelah
semakin kecil sampai ke alveoli. Paru-paru turun dari ruang abdomen yang terdiri atas
terdiri dari bronkus, alveoli, dan pembuluh beberapa lapisan, yaitu kulit, tunica dartos,
darah. Tulang rusuk dan otot-otot dada, tunica vaginalis lamina parietalis dan
bersama dengan diafragma, berfungsi untuk tunica vaginalis lamina visceralis
memindahkan udara ke dalam dan keluar (Nurhidayat et al., 2015).
dari paru-paru (Eldredge et al., 2008). 2.2.4.13 alat gerak
Adapun respiration rate normalnya 10 – 30 Ketika beristirahat dalam posisi
hembusan per menit dengan rata-rata 20 berdiri, extremitas menumpu atau
kali hembusan (Case, 2013). menyangga berat badan, kepala, leher dan
columna vertebralis. Kekuatannya
ditentukan oleh suatau bentuk atau struktur adalah agar kita dapat mengetahui
kaki-kaki dan posisi badan. Pada saat pengobatan apa yang cocok diberikan
berdiri sekitar 60% berat badan ditumpu kepada pasien (dengan melihat jenis ras
oleh kaki depan dan 40% sisanya ditumpu pasien, karena ada beberapa jenis ras
oleh kaki belakang. Terdapat 3 gerakan hewan yang tidak cocok dengan pemberian
berjalan. Pertama adalah melangkah biasa obat tertentu), penyakit – penyakit yang
mungkin menyerang pasien (dengan
dengan tubuh ditumpu oleh ketiga kaki
melihat umur, jenis ras, dan jenis kelamin.
secara bergantian ketika satu kaki Karena lewat umur kita bisa melihat
melangkah dan bergantian. Gerakan kedua penyakit apa yang mungkin menyerang
adalah berlari kecil atau trotting, yaitu dua hewan di usia tertentu, melalui jenis ras
kaki depan dan belakang melangkah secara karena ada penyakit hewan yang
sinkron namun bersilangan atau diiagonal. menyerang ras – ras tertentu, begitu pula
Langkah ketiga adalah gerak berjalan galop dengan jenis kelamin, ada penyakit yang
atau berderap atau loncat (Widodo et al., hanya bisa ditemukan dijantan dan ada
2011). yang hanya ditemukan pada betina), dan
2.2.4.14 lymphonodus lain – lain. Data sinyalemen probandus

Gambar 2. Letak Lymphonodus pada Anjing (Fan et al., 2017)


antara lain :
3. Materi dan Metode a. Nama: Pino
3.1 Materi b. Jenis hewan/spesies: Anjing
Praktikum pemeriksaan klinis pada c. Ras/breed: Beagel mix domestik
anjing menggunakan alat antara lain d. Warna bulu: cokelat hitam putih
stetoskop, termometer, stopwatch, penlight, e. Umur: 3 bulan
dan reflex hammer. f. Berat Badan: 3,96 kg
3.2 Metode g. Tanda khusus: garis putih di wajah.
Metode praktikum berupa metode 1.2.Anamnesis
deskriptif analitik dimana pratikan Anamnesis atau anamnesa atau taking
melakukan prosedur pemeriksaan klinis history adalah melihat kembali sejarah
pada anjing. pemeriksaan medis apa saja yang sudah
4. HASIL DAN PEMBAHASAN pernah dilakukan pasien, mengapa pasien di
4.1 Hasil bawa ke klinik, dan lain – lain. Hal ini
Hasil (Terlampir) yang diperoleh bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam
setelah melakukan pemeriksaan fisik pada pemberian obat ataupun dalam penanganan
probandus. pasien., selain itu dari anamnesis kita juga
4.2. Pembahasan bisa menggali informasi mengenai keadaan
1. Pemeriksaan Klinis Pada Anjing pasien dari dokter yang sebelumnya
1.1. Sinyalemen merawat pasien, alasan seperti mengapa
Sinyalemen meliputi nama pasien, pasien dirujuk atau disarankan ke klinik
umur, jenis ras, spesies, ciri/tanda khusus, yang berbeda dari sebelumnya, atau
dan lain sebagainya. Perlunya pengisian inisiatif dari pemilik pasien. Data
data sinyalemen di awal pemeriksaan anamnesis yang diperoleh antara lain :
a. Belum divaksin wajah akan tertarik ke belakang atau raut
b. Belum diberi obat cacing muka menjadi galak.
c. Terdapat beberapa investasi pinjam di Pertulangan kepala yang dilihat adalah
kepala dan punggung. kompak. Terlihat dari kesimetrisan dari
2. Status Present tulang-tulang kepala probandus.
2.1. Keadaan umum Posisi tegak telinga probandus yaitu
Keadaan umum ini meliputi: merunduk. Terlihat dari arah telinga yang
a. Perawatan yang diberikan pemilik menunduk dan kesimetrisan antara telinga
kepada pasien baik, dilihat dari kanan dan telinga kiri.
kebersihan rambut dan kulit dari pasien Posisi kepala dari pasien yang terlihat
/ hewan yang baik.. pada saat dia berjalan adalah normal dan
b. Habitus atau tingkah laku pasien tidak tegak. Jika posisi kepala miring baik ke
aktif, ditandai dengan pada saat kanan ataupun ke kiri maka bisa dicurigai
pemeriksaan, hewan tersebut tidak adanya peradangan pada telinga bagian
bergerak dan tidak merontak pada saat tengah atau dalam yang disebut dengan
dilakukan handling. otitis.
c. Gizi yang diberikan kepada pasien 2.2.2 Palpasi
baik, hal ini dilihat dari kondisi tubuh Palpasi disini adalah untuk melihat
dari probandus yang sangat ideal apakah probandus mengalami dehidrasi
diusianya yang 3 bulan. atau tidak dengan melihat turgor kulit
d. Pertumbuhan badannya baik dengan cara menarik kulit pada bagian
e. Sikap berdirinya normal tengkuk leher. Hasilnya yaitu turgor kulit
f. Suhu tubuh 38,6oC, berdasarkan teori probandus normal. Berdasarkan teori
bahwa suhu normal ragawi anjing yaitu bahwa turgor kulit yang baik adalah pada
37,8oC – 39,4oC, dan menurut teori jika saat ditarik dan kembali dalam waktu 1-2
suhu ragawi naik namun dalam batas detik.
ambang normal disebut subfebris. 2.2.3 Mata dan orbita kiri & mata dan
g. Frekuensi nadi : 72x/menit, orbita kanan
berdasarkan teori mengatakan bahwa Pemeriksaan bagian mata
frekuensi normal nadi yaitu 60-160 / menggunakan penlight yaitu untuk
menit. Jadi, frekuensi nadi normal. mengevaluasi tingkat kepekaan mata pasien
h. Frekuensi nafas : 140x/menit, terhadap cahaya. Hasil pemeriksaan adalah
berdasarkan teori mengatakan bahwa sebagai berikut:
frekuensi nafas normal pada anjing Palpebrae normal, maksudnya tidak
yaitu 10-30/menit. Jadi, frekuensi nafas ada lipatan-lipatan yang dapat mengganggu
hewan dalam keadaan tidak normal fisiologi mata. Adapun palpebrae yang
karena hewan mengalami stress abnormal yaitu ektropion (pelipatan
sehingga frekuensi nafasnya menjadi palpebrae keluar) dan entropion (pelipatan
cepat. palpebare kedalam).
2.2. Kepala dan Leher Cilia,normal, berarti cilia tidak ada
2.2.1 Inspeksi kelainan dan tidak mengganggu fungsi
Untuk melakukan inspeksi pada daerah mata. Adapun gangguan pada cilia yaitu,
kepala dan leher yang diamati adalah adalah melengkungnya cilia masuk ke bagian
ekspresi kepala, ekspresi kepala ini adalah dalam disebut trichiasis dan distikiasis,
seperti bagaimana keadaan kepala pasien tumbuhnya cilia pada bagian konjungtiva.
saat marah, tenang, dan lain – lain. Ekspresi Conjunctiva normal menandakan
kepala pasien saat dilakukan inspeksi bahwa pasien dalam keadaan tidak anemia
adalah normal dan murung. Pemeriksaan ini atau kekurangan darah. Karena warna
bertujuan untuk mengetahui ekspresi wajah normal conjungtiva yaitu berwarna merah
pasien yang bisa mengindikasikan rose. Pada daerah ini juga bisa
predisposisi terhadap suatu penyakit. mengevaluasi terjadinya cianosis dimana
Misalnya penyakit rabies, dimana raut konjungtiva berwarna biru akibat tingginya
kadar CO2 dalam darah dan juga bisa 2.2.6 Mulut dan Rongga Mulut
mengevaluasi adanya icterus dimana warna Pada pemeriksaan bagian ini yang
konjungtiva berwarna kuning. akan dievaluasi yaitu rusak / luka bibir,
Membrane nictitans normal dan tidak mukosa, gigi geligi, dan lidah. Adapun
melebar yaitu terbuka sempurna, hasilnya yaitu: rusak/luka bibir tidak ada,
menandakan dalam keadaan normal. ditandai tidak adanya luka sobekan atau
Pemeriksaan pada bagian ini untuk kesakitan pada saat dibuka rongga
mengevaluasi tingkat dehidrasi pasien. mulutnya. Kemudian mukosa mulut
Pada abnormalnya, membrane nictitans berwarna pink rose, pada bagian ini yang
akan tertutup diakibatkan kadar air pada ingin dievaluasi yaitu warnanya yang dapat
bagian tersebut kurang. mengindikasikan beberapa penyakit
2.2.4 Bola mata kiri dan kanan contohnya jika berwarna pucat berarti
Sclera jernih, dan tidak adanya anemia, jika berwarna kuning berati ikterus.
kekeruhan dan adanya vasa injection, jika Normal warna mukosa yaitu pink rose.
ada vasa injection berarti dicurigai terdapat Selain warnanya, diperhatikan pula apakah
iritasi pada bagian tersebut. tidak terjadi ulserasi pada bagian mukosa
Cornea normal yaitu bening, pada yang disebut stomatitis. Gigi geligi tidak
bagian ini yang dievaluasi adanya normal, dimana gigi caninus bagian bawah
kekeruhan, benda asing, dan ulserasi. sedikit goyang, luka pada gusi disebut
Iris normal yaitu berwarna abu-abu, gingivitis. Lidah normal yaitu tidak ada
yang menjadi perhatian utama pada luka, yang perlu diperhatikan pada bagian
pemeriksaan ini yaitu pelekatan iris dengan ini pula yaitu tekstur lidah gigi dimana
kornea yang disebut synechia anterior dan normalnya tekstur lidah anjing yaitu kasar
iris melekat pada lensa disebut synechia disebabkan papilla yang menyusun lidah
posterior. anjing yaitu papillae filiformis.
Limbus normal yaitu batas jelas, limbus 2.2.7 Telinga
merupakan batas antara kornea dengan Posisi telinga pasien yaitu merunduk,
sklera. Pada pemeriksaan ini, limbus pasien baunya normal (bau serumen),
normal dimana batas antara sklera dan permukaannya pada bagian luar kotor yang
kornea jelas. dikarenakan kurangnya perawatan pada
Pupil dan reflex pupil normal dan daerah tersebut. Krepitasi tidak ada,
refleks cepat. Dalam pemeriksaan bagian krepitasi yaitu terjadi bunyi kresek-kresek
ini yaitu kemampuan pupil untuk refleks saat dilakukan pemeriksaan yang
mengecil (miosis) dan refleks membesar menandakan keadaannya abnormal
(midrasis). Ketika ke refleks pupil lambat (seharusnya tidak adanya bunyi yang
berarti hewan atau pasien tersebut dehidrasi dihasilkan). Refleks panggilan, tidak ada
(memiliki indikasi yang sama dengan perubahan yang artinya normal. Karena saat
membrane nictitans). dilakukan pemeriksaan, anjing memberikan
Vasa injection normal, vasa injection respon cepat dengan membalikkan
ditandai dengan sklera berwarna kepalanya.
kemerahan, adanya warna kemerahan 2.2.8 Leher
disebabkan vaskularisasi yang meningkat Bagian yang diperiksa pada daerah
ke bagian mata diakibatkan adanya iritasi leher diantaranya perototan, trachea, dan
atau benda asing pada mata. Jadi, adanya esophagus yang ketiganya menunjukkan
vasa injection pada mata itu tidak normal. hasil yang normal. Perototan pada leher
2.2.5 Hidung atau sinus – sinus kokoh dan keras, trachea saat dilakukan
Pada pemeriksaan bagian ini dilakukan palpasi dengan tekanan tidak terjadi refleks
perkusi dan hasilnya yaitu bunyi resonan. batuk, dan pada saat pemeriksaan
Hal ini mengindikasikan bahwa sinus-sinus esophagus ada refleks menelan.
dalam hidung normal dan tidak ada cairan 2.2.9 Thorak
ataupun leleran. 2.2.9.1 Sisem pernapasan
2.2.9.1.1 Inspeksi
Pemeriksaan pada bagian ini untuk 2.2.9.2.2 Auskultasi
melihat bagaimana bentuk rongga thorak, Frekuensi denyut jantung yang diperoleh
bentuk rongga thorak probandus yaitu adalah 156x/menit. Intensitasnya cepat
simetris. Tipe pernapasannya adalah dengan ritme yang bersifat ritmis, suara
costalis, dimana keadaan ini adalah sistole dan diastole normal, ekstrasitolik
keaadan yang normal pada anjing. dan lapangan jantung tidak ada. Sinkron
Ritmenya untuk melihat apakah ritme pulsus dan jantungnya yaitu tidak sinkron
pernapasam tidak teratur (irregular) dengan nadi. Hal ini dicurigai terjadinya
ataukah teratur (reguler), hasilnya yaitu emboli atau kelianan pada saat jantung
penapasan anjing bersifat ritmis. memompa darah atau pengaruh stress pada
Intensitasnya yaitu dangkal, semakin anjingnya.
cepat hewan tersebut melakukan eskpirasi 2.2.9.3 Abdomen dan Organ Pencernaan
maka intensitas pernapasannya tergolong yang Berkaitan
dangkal sedangkan yang lambat 2.2.9.3.1 Inspeksi
intensitasya dalam. Ukuran besar yang diperoleh saat inspeksi
Frekuensi pernapasan adalah bagian abdomen itu tidak ada perubahan.
150x/menit. berdasarkan teori mengatakan Bentuknya simetris, legok lapar tidak
bahwa frekuensi nafas normal pada terlihat, tidak terlihat karena pasien tidak
anjingyaitu 10-30/menit. Jadi, frekuensi dalam kondisi kurus, suara peristaltik
nafas hewan dalam keadaan normal. lambung tterdengar, seharusnya normal dari
2.2.9.1.2 Palpasi suara peristaltic usus terdengar 2-3 kali.
Ada dua hal yang dilakukan pada saat 2.2.9.3.2 Palpasi
palpasi thorak yaitu menekan rongga thorak Palpasi pada bagian epigastricus
dan palpasi intercostal, diperoleh hasil memberikan hasil yang normal,
intercostalis normal, dikatakan normal mesogastricus saat dipalpasi terjadi
karena pada saat penekanan tidak ada kesakitan yang ditunjukkan oleh pasien. Isi
refleks yang ditimbulkan berupa sakit atau usus halus, yaitu gas, begitupun juga
mengeram atau perlawanan, begitupun dengan usus besar, hal ini dikarenakan
untuk palpasi rongga thorak. pasien belum diberi makan saat praktikum
2.2.9.1.4 Perkusi bagian ini berlangsung
Lapangan paru – paru dari pasien saat 2.2.9.3.3 Anus
dilakukan perkusi adalah tidak ada Sekitar anus yang teramati saat praktikum
perluasan atau perubahan dan gema bersih, reflek spinhther ani menunjukkan
perkusinya berbunyi resonan karena tidak hasil yang normal yaitu langsung menutup
berisi apapun didalamnya. pada saat pemasangan termometer, tidak
2.2.9.1.5 Auskultasi terdapat pembesaran kolon. Kebersihan
Ada 3 hal yang diamati untuk daerah pernealnya bersih.
auskultasi bagian thorak yaitu suara 2.2.10 Alat Gerak
pernafasan, suara ikutan, antara inspirasi 2.2.10.1 Inspeksi
dan ekspirasi. Untuk suara pernapasan yaitu Perototan kaki normal, padat dan kokoh.
normal. Untuk suara ikutan dan Antara Perototan kaki belakang juga normal.
inspirasi dan ekspirasi yaitu tidak ada Spasmus otot tidak ada, tremor juga tidak
2.2.9.2 Sistem peredaran darah ada, sudut persendian tidak ada perubahan.
2.2.9.2.1 Inspeksi 2.2.10.2 Palpasi
Hal yang diperhatikan saat inspeksi untuk Struktur pertulangan kompak, yaitu jika
sistem peredaran darah adalah Ictus cordis, dilakukan perabaan dapat di simpulkan
ictus cordis adalah kondisi dimana apex bawah pertulangannya kompak begitu juga
cordis menyentuh bagian costae dan ketika pada kaki kiri depan, kaki kiri belakang,
di inspeksi seolah terlihat costaenya kaki kanan belakang memiliki struktur yang
bergerak. Hasil yang diperoleh adalah normal yaitu kompak. Konsistensi
normal yaitu tidak terlihat. pertulangan memberikan hasil berupa tidak
ada perubahan, reaksi saat palpasi tidak ada
perubahan, letak reaksi sakit tidak terdapat Evans, H.E., dan A.d. Lahunta. 2013.
rasa sakit. Panjang kaki depan kanan dan Miller’s Anatomy of the Dog.
kiri dan panjang kaki belakang kiri dan Missouri : Elsevier Saunders
kanan juga memberikan hasil yang normal, Fan, F., R. Ng., dan S. Lo. 2017. Pet
yaitu ukuran kedua kaki baik kaki depan Massage [online]., diakses pada
dan belakang sama panjang. https://www.takcheonghealth.com
2.2.10.2.1 Palpasi lymphonodus popliteus /en/what-how/5-pet-
Ukurannya normal, konsistensi juga massage.html., pada tanggal 14
tidak menunjukkan ada perubahan, lobulasi Oktober 2018., pukul 00.03
dan perlekatan/pertautan juga memberikan WITA.
hasil yang sama, tidak panas, kesimetrisan Febriyanti, Rd.I.M., dan I. Sugiarti. 2015.
antar limphonodus kiri dan kanan, tidak ada Analisis Kelengkapan Pengisian
perubahan, kestabilan pelvis, konfirmasi, Data Formulir Anamnesis dan
dan kesimetrisan juga dfmenunjukkan hasil Pemeriksaan Fisik Kasus
tidak ada perubahan. Untuk pasien (anjing) Bedah.Jurnal Manajemen
tuber ischii dan tuber coxaenya normal. Informasi Kesehatan Indonesia 3
(1) : 31 – 37.
KESIMPULAN Goic, J.B., E.L.Reineke., dan K.J.Drobatz.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat 2014. Comparison of Rectal and
disimpulkan bahwa hewan dalam kondisi Axillaty Temperatures in Dog and
normal dan sehat, hal ini dapat dilihat pada Cats. JAVMA 244 (10) : 1170 –
data – data pemeriksaan yang diperoleh 1175.
pada rekam medik kebanyakan Gelatt, K.N., dan C. E. Plummer. 2017.
menunjukkan keadaan normal pada pasien Color Atlas of Veterinary
dan hanya sebagian yang bisa dikatakan Ophthalmology. Inggris : Wiley-
tidak normal, keadaan tidak normal anjing Blackwell.
itupun terjadi karena kondisi pasien atau Gelatt, K. N., dan J.P. Gelatt. 2011.
probandus saat proses pemeriksaan juga Veterinary Ophthalmic Surgery.
sepertinya mengalami stress karena tidak Inggris : Elsevier Saunders.
terbiasa dengan suasana baru, selain itu H, V.D., N.Asmilia., E.Rahmi.,
ruangan yang pengap menjadi penyebab Zuraidawati., A.Sayuti., Rusli.,
salah satu yang memicu ketidaknormalan dan D.Masyitha. Deteksi Bilirubin
pada anjing.. Urine Orangutan Sumatera (Pongo
abelii) Menggunakan Strip Test
Semikuantitatif Di Pusat
DAFTAR PUSTAKA Reintroduksi Jantho. Jurnal
Amador, G.J., W. Mao., P. Demercurio., C. Medika Veterinaria 10 (2) : 112 –
Montero., J. Clewis., A. Alexeev., 114.
dan D. L. Hu. 2015. Eyelashes Horowitz, A. 2009. Inside of a Dog : What
Divert Airflow to Protect The Eye. Dogs See, Smell, and Know.
J. R. Soc. Interface 12 (1) : 1 -12 London : Great Britain.
Budiana, N.S. 2008. Anjing. Jakarta : Niaga Khairani, D. 2011. Profil Kesehatan Anjing
Swadaya. Pemburu di Kecamatan
Case.L.P. 2013. The Dog : Its Behavior, Palembayan Kabupaten Agam
Nutrition, and Health. Amerika Provinsi Sumatra Barat [skripsi].
Serikat : Wiley-Blackwell. Bogor : IPB Press.
Eldredge, D.M., L.D. Carlson., D.G. Khairunisa, T. 2013. Onset, Durasi, dan
Carlson., dan J.M.Giffin. 2008. Gejala Klinis Anestesi Pada Kelinci
Dog Owner’s Home Veterinary New Zealand Whit (Oryctolagus
Handbook. 4th Ed. Amerika cuniculus) dengan Kombinasi
Serikat : Wiley Publishing. Ketamin-Xylazin Intramuskular
[skripsi]. Bogor : IPB Press.
Lamb, A.P., K.M.Meurs., dan R.L.Hamlin. Reece, W.O., dan E.W.Rowe. 2017.
2010. Correlation of Heart Rate to Functional Anatomy and
Body Weight in Apparently Physiology of Domestic Animals
Normal Dogs. Journal of 5th Ed. Amerika Serikat : WILEY
Veterinary Cardiology 12 (1) : 107 Blackwell.
– 110. Vanacore, C.B. 2018. Dog [Online].,
Meggs, D.J., P.Miller., dan R. Ofri. 2013. diakses pada
Slatter’s Fundamentals of https://www.britannica.com/anim
Veterinary Ophthalmology. al/dog., pada tanggal 13 Oktober
Missouri : Elsevier Saunders. 2018., pukul 15.00 WITA.
Nurhidayat., K. Sigit., H. Setijanto., S. Widodo, S., D. Sajuthi, C. Choliq, A.
Agungpriyono., C. Nisa’., S. Wijaya, R. Wulansari dan RP. A.
Novelina., dan Supratikno. 2010. Lelana. 2011. Diagnostik Klinik
Penuntun Praktikum Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.
Neuroangiologi dan Organologi
Veteriner. Bogor : IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai