Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Peristiwa-peristiwa traumatik seperti bencana dan konflik
berkepanjangan yang dialami masyarakat kita telah meninggalkan dampak
yang serius.Mereka harus mengalami kehilangan pekerjaan, harta benda
bahkan nyawa. Dampak kehilangan tersebut dapat mempengaruhi individu
akan kemampuan dirinya, salah satunya skizofrenia (Keliat, 2011).
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan
utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana
berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan
perhatian yang keliru afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai
gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku aneh), pasien skizofrenia
menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam
kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. Hal ini memengaruhi
harga diri seseorang (Konsten & Ziedonis. 1997, dalam Davison 2010).
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.
Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.
Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif
dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa
aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan
cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Keliat, 2011).
Mengacu pada data WHO, prevalensi penderita skizofrenia sekitar 0,2
– 2%. Sedangkan insiden atau kasus baru yang muncul tiap tahun sekitar
0,01%. Lebih dari 80% penderita skizofrenia di Indonesia tidak diobati dan
dibiarkan berkeliaran di jalanan, atau bahkan dipasung. Sementara jumlah
penderita gangguan jiwa ringan dan sedang juga terus meningkat.
Diperkirakan, 20 – 30% dari populasi penduduk diperkotaan mengalami
gangguan jiwa ringan dan berat. Untuk penderita depresi, awalnya banyak
yang mengeluhkan gangguan fisik. Yang membahayakan depresi masih
dianggap sebagai bentuk kesedihan yang normal
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-vitriyanin-5438-1-
babi.pdf).
Gangguan jiwa terbesar di Indonesia adalah skizofrenia mencatat 70%
gangguan jiwa (Depkes RI, 2010). Jumlah penderita skizofrenia di Indonesia
adalah tiga sampai lima per 1000 penduduk. Mayoritas penderita berada di
kota besar (Hawari, 2009). Hal ini terkait dengan tingginya stres yang muncul
di daerah perkotaan. Pada penderita skizofrenia, diperkirakan lebih dari 60%
pasiennya mengalami harga diri rendah (HDR) (Yosep, 2011, dalam
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-8138-BABI.pdf).
Berdasarkan data yang diperoleh seorang peneliti melalui survei awal
penelitian di rumah sakit jiwa yang ada di provinsi Jawa Tengah bahwa
jumlah klien dengan gangguan jiwa pada tahun 2008 tercatat sebanyak 1.814
klien rawat inap yang keluar masuk rumah sakit dan 23.532 klien rawat jalan.
Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 1.929 klien rawat inap yang keluar masuk
rumah sakit dan 12.377 klien rawat jalan dirumah sakit tersebut. sedangkan
untuk klien rawat inap yang menderita Scizofrenia Paranoid sebanyak 1.581
yang keluar masuk rumah sakit dan 9.532 klien rawat jalan (Depkes,
2009). Menurut data rekam medik RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang
terbaru tahun 2013l, presentase penderita gangguan jiwa selama tahun 2012
yaitu, klien rawat inap laki-laki sebanyak 65,3% dan 34,7 % perempuan.
Sedangkan pada bulan Januari sampai Agustus 2013 sebanyak 2294 orang,
diantaranya halusinasi 1162 orang (50,65%), menarik diri 462 orang
(20,13%), harga diri rendah 374 orang (16,30 %), waham 130 orang (5,66 %),
perilaku kekerasan 128 orang (5,58%), defisit perawatan diri 21 orang (0,91
%), kerusakan komunikasi verbal 16 orang (0,70%), percobaan bunuh diri 1
orang (0,04%). Harga diri rendah menempati urutan ketiga dari masalah
keperawatan yang muncul dan rata-rata dari mereka berkisar antara usia 20-
45 tahun, masalah utama harga diri rendah dalam kasus keperawatan jiwa
mempunyai tingkatan rentang yang berbeda. (Rekam Medik RSJD dr Amino
Gondohutomo Semarang, 2013 dalam
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-vitriyanin-5438-1-
babi.pdf).
Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik
mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengan
ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang
lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal
yang buruk dan resiko terjadi harga diri rendah dan skizofrenia.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri. Harga diri rendah merupakan suatu masalah utama untuk
kebanyakan orang dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan
yang tinggi. Termasuk di dalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang
negatif dan dibandingkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak
ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa
bersalah dan tidak adekuat (Stuart, 2008).
Tindakan yang dilakukan perawat dalam mengurangi resiko masalah
yang terjadi pada kasus harga diri rendah salah satunya dengan melakukan
komunikasi terapeutik, dampak yang terjadi jika tidak dilakukan komunikasi
terapeutik maka dapat mengakibatkan gangguan interaksi social : menarik
diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku
kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Kelliat,
2006). Selain itu dalam pendekatan kepada pasien perawat dapat
menggunakan strategi pelaksanaan. Strategi pelaksanaan sendiri merupakan
instrumen panduan pelaksanaan intervensi keperawatan jiwa yang digunakan
sebagai acuan bagi perawat saat berinteraksi atau berkomunikasi secara
terapeutik kepada klien dengan gangguan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat mengetahui tentang
harga diri rendah
2. Tujuan Khusus
Setelah disampaikannya materi tentang harga diri rendah
mahasiswa dapat :
a. Mengetahui pengertian harga diri rendah,
b. Mengetahui rentang respon harga diri rendah.
c. Mengetahui etiologi harga diri rendah.
d. Mengetahui manifestasi klinis harga diri rendah.
e. Mengetahui pohon masalah pada harga diri rendah.
f. Mengetahui strategi pelaksanaan pada harga diri rendah.
g. Mengetahui asuhan keperawatan harga diri rendah.

C. Manfaat
Dengan dibuatnya makalah mengenai harga diri rendah diharapkan
mahasiswa dan siapapun yang membacanya dapat mengetahui dan
meminimalisir terjadinya harga diri rendah .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri.Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negative yang secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 2008).
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat BA,
2006).Harga diri rendah adalah suatu keadaan apabila individu merasa tidak
mempunyai potensi yang dapat diandalkan dalam menghadapi kehidupan.
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri.Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seseorang yang penting dan
berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang
dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat.Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri
dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi
secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang
kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai (Makhripah D & Iskandar, 2012).
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri yang telah berlangsung
lama,yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive,
kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau
pada pasien gangguan jiwa (Makhripah D & Iskandar, 2012).

B. Rentang Respon Harga Diri Rendah


Rentang respon untuk harga diri rendah berfluktuasi dari rentang
respon adaptif sampai dengan rentang respon maladaptive (Yusuf, Ah, dkk.
2015).
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Kekacauan Depersonalisasi


Diri Diri + Diri Identitas
Rendah

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma yang meliputi :

1. Aktualisasi diri, yaitu pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman yang sukses.
2. Konsep diri positif, yaitu klien mampu mengekspresikan pengalaman yang
positif dalam perwujudan dirinya, dapat mengidentifikasi kemampuan dan
kelemahan secara jujur dalam menilai suatu masalah sesuai dengan norma-
norma social dan kebudayaan suatu tempat. Apabila menyimpang
merupakan respon maladaptive.
Sedangkan respon maladaptive, meliputi :

1. Harga diri rendah, yaitu transisi dari adaptive dan maladaptive sehingga
individu cenderung berpikir kea rah negative.
2. Kekacauan identitas, yaitu kegagalan individu mengintregasikan aspek-
aspek masa kanak-kanak dalam pematangan aspek psikologis,
kepribadian pada masa dewasa secara harmonis.
3. Depersonalisasi, yaitu perasaan tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, dan tidak dapat
membedakan dirinya dari orang lain sehingga tidak dapat mengenali
dirinya sendiri.

C. Etiologi
Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah, antara lain :
1. Mengkritik diri sendiri.
2. Menarik diri dari hubungan social.
3. Pandangan hidup yang pesimis.
4. Perasaan lemah dan takut
5. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri.
6. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
7. Hidup yang berpolarisasi.
8. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
9. Merasionalisasi penolakan.
10. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
11. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri
rendah, yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
3. Merendahkan martabat.
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri.
5. Percaya diri kurang.
6. Menciderai diri.

D. Manifestasi Klinis

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai


dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis
(negatif self evaluasi yang berlangsung lama). Tanda dan gejala harga
diri rendah, berupa :

1. Perasaan malu.
2. Perasaan bersalah pada diri sendiri.
3. Merendahkan martabat.
4. Menarik diri.
5. Percaya diri kurang.
6. Mencederai diri.
(Oktavia Nur Aini W., 2015)
E. Pohon Masalah

Risiko isolasi sosisal : Risiko perilaku


menarik diri kekerasan

Gangguan konsep diri :

 Harga diri rendah : kronis


 Gangguan citra tubuh
 Penampilan peran

Koping keluarga tidak efektif

F. Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan yang dapat diterapkan dalam pelayanan
harga diri rendah, berupa :

No. Kemampuan/ Kemampuan Merawat Pasien


Kompetensi A
1. SP1 a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien.
b. Membantu pasien menilai kemampuan pasien
yang masih dapat dilakukan.
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan
dilakukan sesuai dengan kemampuan pertama
pasien.
d. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang
dipilih.
e. Memberi pujian yang wajar terhadap
keberhasilan pasien.
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
2. SP2 a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Melatih kemampuan kedua.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
ASUHAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Pengkajian
Factor predisposisi untuk harga diri rendah, dapat berupa :
1. Penolakan.
2. Kurang penghargaan.
3. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu
dituntut.
4. Persaingan anatara keluarga.
5. Kesalahan dan kegagalan berulang.
6. Tidak mampu mencapai standar.

Sedangkan factor presipitasinya berupa :

1. Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang
membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi
seperti penganiayaan seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau
merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupannya.
2. Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa
sesuai dalam melakukan perannya.
3. Transisi peran berkembang.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit.

Perilaku yang muncul dari gangguan harga diri rendah, meliputi :

1. Mengkritik diri sendiri/orang lain.


2. Produktivitas menurun.
3. Gangguan berhubungan.
4. Merasa diri paling penting.
5. Destruktif pada orang lain.
6. Merasa tidak mampu.
7. Merasa bersalah dan khawatir.
8. Mudah tersinggung/marah.
9. Perasaan negative terhadap tubuh.
10. Ketegangan peran.
11. Pesimis menghadapi hidup.
12. Keluhan fisik.
13. Penolakan kemampuan diri.
14. Pandangan hidup bertentangan.
15. Destruktif terhadap diri.
16. Menarik diri secara social.
17. Penyalahgunaan zat.
18. Menarik diri dari realitas.

Mekanisme koping yang digunakan untuk masalah harga diri rendah, sebagai
berikut :

1. Pertahanan jangka pendek


 Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti
kerja keras, nonton, dan lain-lain.
 Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti
ikut kegiatan social, politik, agama, dan lain-lain.
 Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
 Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat.
2. Pertahanan jangka panjang
 Penutupan identitas
Adopsi identitas rematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri
individu.
 Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai
harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
 Fantasi
 Disosiasi
 Isolasi
 Proyeksi
 Displacement
 Marah/amuk pada diri sendiri

(Ah Yusuf, 2015)


B. Diagnosis

Daftar diagnosis yang dapat diambil dari masalah harga diri rendah sesuai
dengan pohon masalah di atas , yaitu :

1. Isolasi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


2. Risiko perilaku berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Gangguan konsep diri : citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga
inefektif.
4. Gangguan konsep diri : identitas personal berhubungan dengan
perubahan penampilan peran.

(Ah Yusuf, 2015)

C. Tindakan Keperawatan
1. Pasien, tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien berupa :
 Tujuan
 Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
 Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
 Pasien dapat menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan.
 Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
 Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
 Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang massih dimiliki
pasien.
1. Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif, seperti kegiatan pasien di rumah,
serta adanya krluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2. Beri pujian yang realistic/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan passion penilaian yang negative.
b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
2. Bantu pasien menyebutkannya dan member penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapakan pasien.
3. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar aktif.
c. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
1. Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
2. Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga, dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan
buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.

d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.


1. Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan
(yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
2. Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan
yang akan dilakukan pasien.
3. Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
e. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuannya.
1. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan.
2. Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas.
4. Susun daftar aktivitas yang sudah dilakukan bersama pasien dan
keluarga.
5. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
6. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan pasien.
2. Keluarga, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga
pasien berupa :
 Tujuan
a. Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemempuan yang
dimiliki.
b. Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan latihan yang dilakukan.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
 Tindakan Keperawatan
a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
b. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang
dimiliki.
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan
kegiatan yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat.
d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan
perilaku pasien.
(Ah Yusuf, 2015)
D. Evaluasi
1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien, yaitu :
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien.
b. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga, yaitu :
a. Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya
melakukan aktivitas
(Ah Yusuf, 2015)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri.Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).

Dari data laporan Rekam Medik RSJD surakarta pada tahun 2013,
didapatkan data dari bulan febuari-maret 2013 tercatat jumlah pasien
mencapai 10.289 orang, dan diruang maespati pada bulan april 2013 tercatat
jumlah pasien mencapai 1425 orang, untuk pasien yang menderita harga diri
rendah sebanyak 83 pasien. pasien harga diri rendah diruang maespati
cenderung banyak yang sudah meningkat gangguan jiwanya kefase
halusinasi, resiko perilaku kekerasa dan menjadikan timbulnya masalah
defisit keperawatan diri pada pasien.

B. SARAN
Setelah dibuatnya makalah ini harapannya para pembaca khususnya
penderita harga diri rendah dapat memahami tentang harga diri rendah ,
penyebab, dan juga tanda gejalanya . Dalam hal ini peran perawat juga sangat
penting untuk memberikan penyuluhan. Tujuannya agar dapat mencegah
lebih dini adanya harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-vitriyanin-5438-1-
babi.pdf
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-8138-BABI.pdf
Keliat, B.A dan Akemat. 2011. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.
Mardiati, Ike. Tt. “Askep Pasien dengan Harga Diri
Rendah”.digilib.stikesmuhgombong.ac.id/download.php?id=24, 08
September 2017.
Riskesdas, 2007.Laporan Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia, Badan
Litbangkes, Kemenkes RI, Jakarta.
Wahyudi, Oktavia Nur Aini. 2015. “Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah”.
Dalam Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran Tahun 2015.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Edisi 1.Bandung : Revika Aditama.
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai