Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI PAJAK

DISUSUN OLEH
NAMA : REGINA CAHYANI
STAMBUK : B1C1 16 200

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
RESUME
Dalam akuntansi pajak terdiri dari 2 bab utama yaitu bagian pertama pendahuluan
dimulai dari empat sub bab yaitu pembahasan akuntansi secara umum, kewajiban
pembukuaan, prinsip dasar akuntansi pajak, perbedaan laporan keuangan komersial dan
fiskal. Sedangkan bagian kedua tediri dari tiga sub bab yaitu akuntansi kas dan bank,
akuntansi piutang, akuntansi persediaan. Berikut adalah ringkasan materi dari yang telah
dipelajari :
A. Akuntansi Pajak Secara Umum
Akuntansi perpajakan merupakan pengetahuan penting yang harus dipahami wajib pajak.
Akuntansi perpajakan diperlukan untuk mendapatkan perhitungan pajak yang akurat. Pada
dasarnya, akuntansi memiliki banyak cabang yang mungkin hanya dipahami mereka yang
berkutat di dunia keuangan. Salah satu cabang yang cukup sering didengar dan diaplikasikan
dalam keuangan perusahaan adalah akuntansi perpajakan.
Akuntansi perpajakan adalah sebuah aktivitas pencatatan keuangan pada sebuah badan
usaha atau lembaga untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayarkan. Dalam dunia
perpajakan, akuntansi sebenarnya bukan istilah yang resmi. Istilah yang lebih tepat
sebenarnya adalah pembukuan atau pencatatan. Tetapi karena sistem pajak yang ditetapkan
pemerintah saat ini, sebuah lembaga atau badan usaha diharuskan untuk menerapkan sistem
akuntansi. Pada dasarnya, baik akuntansi biasa maupun perpajakan memiliki cara kerja yang
serupa. Bedanya, jika akuntansi biasa menghasilkan laporan keuangan, akuntansi perpajakan
menghasilkan laporan pajak.
Setelah mengenal pengertian akuntansi perpajakan, sekarang mari kita bahas fungsi
akuntansi perpajakan. Secara teknis, selain berfungsi untuk mengetahui besaran pajak yang
harus dibayar wajib pajak, cabang akuntansi ini juga memiliki fungsi lain yang tidak kalah
penting seperti di bawah ini:
 Sebagai dokumentasi perpajakan tahunan yang bisa dipakai untuk perbandingan dan
mengetahui riwayat keuangan perusahaan.
 Sebagai laporan keuangan resmi yang bisa kita paparkan saat ingin mendapatkan
investor atau kegiatan publikasi lainnya.
 Sebagai bahan analisis untuk mengetahui besar pajak yang harus dibayar perusahaan
atau lembaga keuangan di masa yang akan datang.
 Sebagai strategi menganalisa pajak dan perencanaannya di masa yang akan datang.
Mengingat pentingnya fungsi-fungsi tersebut, maka setiap pengolahan data dan
pencatatan keuangan harus dilakukan secara detail dan rinci agar hasil yang diperoleh sesuai
dengan kenyataan dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. Kewajiban pembukuaan
Tidak sedikit wajib pajak yang merasa bingung dengan konsep pembukuan dan
pencatatan serta menentukan apakah mereka harus melakukan pembukuan atau pencatatan.
Padahal, proses pembukuan dan pencatatan merupakan agenda utama dalam akuntansi
komersial.
Dengan pembukuan yang baik, pelaku usaha dapat mengetahui keuntungan secara pasti,
mengontrol biaya operasional, memantau aset-aset perusahaan, bahkan dapat membuat
prediksi keuangan untuk jangka pendek maupun panjang. Dari sisi pajak, pembukuan dan
pencatatan ini juga menjadi elemen yang sangat krusial. Sebab, apa yang dibukukan atau
dicatat akan menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung besarnya pajak yang terutang.
Selain itu, adanya pembukuan atau pencatatan akan mempermudah wajib pajak dalam
melakukan pengisian surat pemberitahuan (SPT), penghitungan penghasilan kena pajak,
penghitungan pajak, serta untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Dalam Pasal 1 angka 29 UU KUP, disebutkan bahwa pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca, dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
Sementara, pencatatan merupakan pengumpulan data secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai
pajak yang bersifat final. Hal ini sesuai dengan Pasal 28 ayat (9) UU KUP.

a) Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan


Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
Kewajiban pembukuan ini diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
Namun, kewajiban pembukuan itu dikecualikan bagi wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto (NPPN). Hal ini sesuai dengan Pasal 28 ayat (2) UU KUP.
Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang dari Rp4,8
miliar. Sebagai penggantinya, wajib pajak dengan kriteria di atas tetap wajib melakukan
pencatatan. Kewajiban pencatatan ini juga berlaku bagi wajib pajak yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Pengecualian tersebut dilakukan berdasarkan prinsip kesederhanaan, terutama bagi
pengusaha skala kecil dan menengah. Sebab, dari sebagian dari mereka umumnya tidak
mengetahui adanya kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tidak memahami bagaimana
menyelenggarakan pembukuan, atau tidak mempunyai karyawan yang berkompetensi dalam
membuat pembukuan.Untuk itu, mereka hanya diwajibkan untuk melakukan pencatatan yang
lebih sederhana dibanding pembukuan.
b) Ketentuan Pembukuan dan Pencatatan
UU KUP mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dalam
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan pembukuan
harus memenuhi ketentuan berikut:
- diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya;
- diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan;
- diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas;
- Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan; dan
- Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
Adapun bagi wajib pajak yang melakukan pencatatan, harus memenuhi syarat-syarat berikut,
yaitu:
1) pencatatan harus menggambarkan antara lain:
o peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima
dan/atau diperoleh;
o penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final;
2) bagi wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha,
pencatatan harus menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau
tempat usaha yang bersangkutan; dan
3) selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, wajib pajak orang pribadi harus
menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.

c) Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah


Wajib pajak diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan mata uang selain rupiah yaitu bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika
Serikat (AS). Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 196/PMK.03/2007 yang telah
diubah terakhir dengan PMK No. 1/PMK.03/2015, wajib pajak yang diperkenankan
menggunakan Bahasa Inggris dan mata uang dolar AS adalah:
 wajib pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu wajib pajak yang
beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan PMA;
 wajib pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RIsebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi;
 wajib pajak dalam rangka kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
 bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(5) UU Pajak Penghasilan (PPh) atau menurut perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B) yang terkait
 wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya
di bursa efek luar negeri;
 kontrak investasi kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi
mata uang dolar AS dan telah memperoleh surat pemberitahuan efektif pernyataan
pendaftaran dari badan pengawasa pasar modal-lembaga keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;
 wajib pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh
perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b UU PPh;
atau
 wajib pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang dolar AS sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia.

d) Tata Cara Penyelenggaran Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain
Rupiah
Untuk dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang dolar AS, wajib pajakharus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari
Menteri Keuangan, kecuali wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau wajib pajakdalam
rangka kontraktor kontrak kerja sama.
Izin tertulis tersebut dapat diperoleh wajib pajak dengan mengajukan surat permohonan
kepada Kepala Kantor Wilayah (Kanwil), paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AStersebut
dimulai atau sejak tanggal pendirian bagi wajib pajak baru untuk bagian tahun pajak atau
tahun pajak pertama.
Kepala Kanwil atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan
tersebut paling lama 1 bulan sejak permohonan dari wajib pajak diterima secara lengkap.
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan KepalaKanwil Ditjen Pajak belum
memberikan keputusan maka permohonan wajib pajak tersebut dianggap diterima dan Kepala
Kanwilatas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
dolar AS.
Wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau kontraktor kontrak kerja sama yang sejak
pendiriannya maupun yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS, wajib menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar paling lambat 3 bulan
sejak tanggal pendirian bagi wajib pajak yang sudah menyelenggarakan pendirian sejak
pendiriannya) atau 3 bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS tersebut dimulai.
Adapun wajib pajak yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS, namun merencanakan
untuk tidak memanfaatkan izin tersebut wajib menyampaikan pemberitahuan pembatalan
secara tertulis ke KPP dalam hal tahun pajak sebagaimana tercantum dalam surat izin belum
dimulai dan pemberitahuan tersebut harus sudah diterima oleh KPP sebelum Tahun Pajak
tersebut dimulai.
Apabila penyelenggaraan pembukuan tersebut sudah dimulai, maka wajib mengajukan
permohonan pembatalan secara tertulis ke KPP paling lama 3 bulan setelah tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uangdolar AS tersebut
dimulai.
Bagi wajib pajak kontrak karya atau kontraktor kontrak kerja sama yang telah
memberitahukan ke KPP untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang dolar AS, namun WP tersebut berubah pikiran dan akan
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata
rupiah, wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Kanwil paling lama 3 bulan sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata
uang rupiah tersebut dimulai.
Kepala Kanwil atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan
pembatalan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang dolar AS dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak permohonan dari wajib
pajak diterima secara lengkap.
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kanwil belum memberikan
keputusan, maka permohonan dianggap diterima.Wajib pajak yang mengajukan permohonan
tersebut tidak diperbolehkan lagi menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS dalam jangka waktu 5 tahun sejak izin tersebut
dicabut.
Tata cara permohonan penyelenggaran pembukuan menggunakan Bahasa Inggris dan
mata uang dolar AS ini diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak No: PER-23/PJ/2015 tentang
Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian, Pembatalan serta Permohonan dan
Penerbitan Kembali Izin Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris
dan Satuan MataUang Dolar AS.
e) Tempat Penyimpanan Buku/Catatan/Dokumen
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program online wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu di
tempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan
wajib pajak badan. Perubahan tahun buku dan metode pembukuan perubahan terhadap
metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari direktur jenderal
pajak.

C. Prinsip Dasar Akuntansi


Agar perusahaan tidak melakukan kesalahan dalam proses penghitungan pajak, ada
baiknya memahami prinsip-prinsip penting dalam akuntansi perpajakan seperti yang
dijelaskan berikut ini:
a) Kesatuan
Prinsip ini menyatakan bahwa sebuah perusahaan merupakan satu kesatuan ekonomi
yang tidak dapat disatukan dengan entitas ekonomi lain yaitu pemilik perusahaan atau
lembaga lain yang secara hukum tidak memiliki hak.
b) Historis
Prinsip historis mengharuskan pencatatan keuangan secara real terhadap pembiayaan
sebuah barang atau aset. Misalnya, apabila perusahaan membeli sebuah bangunan
seharga Rp250.000.000 tetapi dalam proses negosiasi akhirnya didapatkan harga
Rp200.000.000 maka pencatatan yang harus dibukukan adalah senilai Rp200.000.000
sesuai kesepakatan akhir yang dibayarkan.
c) Pengungkapan Penuh
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, setiap pencatatan aktivitas keuangan harus
disajikan secara informatif dan detail. Bahkan kalau perlu, tambahkan catatan kaki
atau lampiran penting sebagai referensi.

Setelah memahami prinsip akuntansi perpajakan, diharapkan risiko kesalahan dan


ketidakakuratan pencatatan data pajak bisa diminimalkan, bahkan dihilangkan. Klasifikasi
Pajak, Sebelum memulai pencatatan, sebuah perusahaan atau lembaga wajib mengetahui jenis
pajak terutang yang menjadi kewajiban dibayarkan. Untuk memudahkan, berikut klasifikasi
pajak berdasarkan cara pemungutannya:
1) Pajak langsung
Pajak ini dikenakan berdasarkan jumlah penghasilan atau kekayaan yang dimiliki
sebuah perusahaan atau lembaga. Adapun besarannya telah diatur dalam Undang-
Undang Perpajakan. Pajak langsung biasanya harus dibayarkan oleh wajib pajak dan
tidak boleh diwakilkan atau dibebankan pada orang atau instansi lain.
2) Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dibayarkan saat terjadi sebuah transaksi
keuangan. Pajak semacam ini bisa diwakilkan atau dibebankan kepada orang lain.
Contoh sederhana pajak tidak langsung adalah pembelian barang di mal atau pusat
perbelanjaan. Harga yang kita bayar biasanya sudah termasuk pajak sehingga kita
tidak perlu lagi membayar pajak ke pemerintah.

D. Perbedaan laporan keuangan komersial dan fiskal


Laporan keuangan fiskal adalah laporan yang dibuat untuk kepentingan perpajakan yang
mengacu pada semua peraturan perpajakan, Laporan keuangan fiskal mencakup:
 Neraca fiskal
 Perhitungan laba rugi dan perubahan laba ditahan
 Penjelasan laporan keuangan fiskal
 Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal
 Ikhtisar kewajiban pajak
Sedangkan laporan keuangan komersial merupakan laporan yang disusun dengan
mengacu pada prinsip akuntansi yang bersifat netral dan tidak memihak.
Perbedaan tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan pengakuan terhadap pendapatan
dan biaya menurut perusahaan (sebagai Wajib Pajak) yang menerapkan Prinsip Akuntansi
Berlaku Umum dengan Ditjen Pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan, dimana ada
pendapatan atau biaya yang diakui sebagai pendapatan atau biaya oleh perusahaan tapi tidak
diakui oleh Ditjen Pajak.
a) Menyesuaikan Laporan Keuangan Fiskal dengan Komersial
Untuk menyesuaikan perbedaan dalam laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal maka dilakukan koreksi fiskal. Ada dua cara untuk membuat laporan
keuangan fiskal, yaitu:
1. Pendekatan terpisah dimana Wajib Pajak mencatat semua transaksi atau informasi
berdasarkan prinsip pajak untuk menghitung PPh terutang dan berdasarkan prinsip
akuntansi keperluan komersial.
2. Extra compatible approach dimana Wajib Pajak membukukan semua transaksi
berdasarkan prinsip akuntansi dimana pada akhir tahun Wajib Pajak melakukan
koreksi laporan keuangan komersial agar sesuai dengan Undang-Undang Pajak
Penghasilan sehingga dapat digunakan untuk menghitung PPh terutang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan komersial memiliki kaitan
yang erat dengan laporan keuangan fiskal karena laporan keuangan komersial merupakan
dasar yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan rekonsiliasi fiskal.

b) Perbedaan Konsep Laporan Keuangan Fiskal dengan Komersial


Adapun perbedaan konsep laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal
terdapat pada:
 Konsep penghasilan atau pendapatan. Menurut IAI (2007:13) yang dimaksud dengan
penghasilan adalah “Kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aset atu penurunan kewajiban yang menyebakan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Konsep
penghasilan dari sudut pandang fiskal tidak jauh berbeda dengan konsep akuntansi, yaiut:
Segala tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh Wajib Pajak, baik berasal
dari Indonesia atau luar Indonesia yang dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib
Pajak dengan nama serta dalam bentuk apapun. Fiskal membagi penghasilan kedalam 3
kelompok yang sesuai dengan UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak
Penghasilan, yaitu:
1. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan
2. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final
3. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan
Pengelompokan penghasilan tersebut akan berakibat adanya perbedaan mengenai
konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal. Penghasilan yang bukan objek pajak berarti
atas penghasilan tersebut tidak dikenakan pajak (tidak menambah laba fiskal), lebih
jelasnya tentang pengelompokkan penghasilan tersebut diuraikan dalam UU No 36
Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1,2 & 3 Tentang Pajak Penghasilan.
 Konsep beban. Menurut IAI (2007:13) beban diartikan sebagai “Penurunan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva atau adanya kewajiban sehingga menyebabkan turunnya ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal. Sedangkan dari sisi fiskal , beban
merupakan biaya untuk menagih, memperoleh, dan memelihara penghasilan yang terkait
langsung dengan perolehan penghasilan.
 Konsep penyusutan dan nilai persediaan.
a) Konsep penyusutan: perbedaan utamanya terletak pada penentuan umur aktiva dan
metode penyusutan yang digunakan. Akuntansi menetapkan bahwa umur aktiva
berdasarkan umur sebenarnya meskipun dalam menentukan umur tidak terlepas dari
tafsiran judgement. Adapun metode penyusutan dalam akuntansi meliputi:
1) Straight line method (metode garis lurus), dimana pembebanan dihasilkan
selama umur manfaat asset jika residu tidak mengalami perubahan nilai.
2) Diminishing balance method (metode garis menurun), menghasilkan
pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset.
3) Sum of the unit method ( metode jumlah unit), menghasilkan pembebanan
yang menurun selama umur manfaat aset.
Sementara itu ketentuan perpajakan hanya menentukan dua metode penyusutan yang
berdasarkan berdasarkan pasal UU No 36 tahun 2008 pasal 11 tentang Pajak
Penghasilan, yaitu metode garis lurus dan saldo menurun yang dilakukan secara
konsisten.
b) Konsep persediaan:
Menurut undang-undang pajak penghasilan Indonesia, persediaan dan
penggunaannya untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan
yang menggunakan metode rata-rata atau FIFO, dimana harus dilakukan dengan
konsisten.

E. Akuntansi Kas dan Bank


Dalam akuntansi komersial, kas diartikan sebagai alat pertukaran yang dapat diterima
untuk pelunasan utang, dapat pula diterimanya sebagai setoran diBank.penggunaan kas dapat
untuk kepentingan jumlah pembayaran yang benar ataupun untuk pembayaran yang kecil-
kecil saja, maka dikenali adanya metode pencatatanya. Pencatatan saldo bank pun sering
tidak sesuai dengan saldo rekening koran Bank.
a) Akuntansi Kas dan Pengendalian Kas
Bentuk-bentuk prosedur pengendalian antara lain :
- Untuk penerimaan uang
1) Harus ditunjukan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan
setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke Bank.
2) Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi
pencatatan kas.
3) Didakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan
kas..
4) Dibuat laporan kas untuk setiap hari sebagai pertanggungjawaban kas.
- Untuk pengeluaran uang
1) Pengeluaran uang harus menggunakan cek, kecuali pengeluaran-
pengeluaran yang jumlahnya kecil, yaitu menggunakan kas kecil.
2) Dibentuk kas kecil.
3) Diadakan pemisahan antara pihak yang mengumpulkan bukti pengeluaran,
yang menulis cek dan yang menandatangani cek serta yang mencatat
pengeluaran kas.
4) Pemeriksaan internal pada jangka waktu yang tidak tentu.
5) Dibuat laporan pengeluaran kas harian sebagai pertanggungjawaban.

b) Pengelolaan dan Sistem Pencatatan Kas Kecil


Dana kas kecil disediakan untuk membayar pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil.
Ada 2 metode yang digunakan dalam mengelola kas Kecil ini, yaitu ;
 Imprest Method
Pada metode ini, jumlah pada akun “kas kecil” selalu tetap yaitusebesar cek
yang diserahkan kepada kasir kecil untuk membentuk dana kas kecil. Kasir kas
kecil selalu menguangkan cek ke bank yang digunakan untuk membayar
pengeluaran kecil dan setiap melakukan pembayaran, kasir kas keccil membut
bukti pengeluaran. Pencatatan pengeluaran dilakukn pada saat pengisian
kembali.
 Fluctuation Method
Pada metode ini, saldo uang yang dicatat pada akun “kas kecil” selalu berubah
(tidak tetap) sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-
pengeluaran dari kas kecil. Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat
pengeluaran.

c) Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi ini sangat bermanfaat untuk mengecek ketelitian pencatatan akun kas dan
catatan bank serta untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang telah terjadi di
bank tetapi belum di catat oleh perusahaan. Akibat yang ditimbulkannya adalah
perbedaan antara saldo menurut catatan kas dengan saldo menurut laporan bank. Apbila
dikelompkkan, yang dapat menimbulkan perbedaan tersebut adalah :
1) Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang
tetapi belum dicatat oleh bank. Sebagai contoh :
 Setoran yang dikirimkan kebankpada akhir bulan tetapi belum diterima oleh
bank sampai bulan berikutnya.(setoran dalam perjalanan)
 Setoran yang diterima oleh bank pada akhir bulan tetapi dilaporkan sebagai
setoran berikutnya, karena laporan bank sudah terlanjur dibuat. (Setoran
dalam perjalanan)
 Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank.
2) Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai sebagai penerimaan oleh bank, tetapi
belum dicatat oleh perusahaan. Sebagai contoh :
o Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum
dicatat dalam buku perusahaan. (Jasa Giro)
o Pengihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh perusahaan sebagai penerimaan
tetapi perusahaan belum mencatatnya.
3) Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagi pengeluaran tetapi
belum dicatat oleh bank. Sebagai Contoh :
 Cek-cek yang beredar, yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan
dicatat sebagai pengeluaran kas, tetapi oleh yang menerima belum diuangkan
kebank, sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran.
 Cek yang sudah ditulis dan dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi
ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar, belum merupakan
pengeluaran sehingga jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir
periode.
4) Elemen- elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum
dicatat oleh perusahaan. Sebagai contoh ;
- Cek dari pelanggan yang ditolak oleh bank karena ternyata bersaldo kosong,
tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
- Bunga yan g diperhitungkan atas overdraft (penarikan dibank melebihi
saldo yang dimiliki) tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
- Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan.

Penyusunan rekonsiliasi bank dapat dilakukan dalam 2 cara, yaitu :


1. Rekonsiliasi saldo akhir yang bisa dibuat dalam 2 bentuk :
- Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo
yang benar.
- Laporan rekonsiliasi sald bank pada saldo kas.
2. Rekonsiliasi sald awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir bisa dibuat dala 2
bentuk :
 Laporan rekonsiliasi saldo bank pada saldo kas (4 kolom).
 Laporan rekonsiliasi saldo bank dan sald kas untuk menunjukkan saldo yang
benar (8 kolom).

Akuntansi Pajak
Perlakuan akuntansi kas dan bank ini tidak diatur tersendiri dalam Undang-undang
Pajak, sehingga dalam pengertian kas juga mengikuti ketentuan akuntansi komersial seperti
yang tidak termasuk kategori kas, yaitu :
 Deposito
 Persediaan Perangko dan Materai
 Uang Muka
 Cek Mundur atau Cek Kosong
Penyajian dalam akun “Kas dan Bank” ini dalam neraca komersial atau neraca fiskal
dicantumkan sebesar nilai nominal. Apabila terdapat “Kas dan Bank” dalam mata uang asing,
maka kurs yang digunakannya adalah nilai kurs tetap atau kurs pada tanggal neraca yang
dilaakukan secara konsisten.
F. Akuntansi Utang dan Piutang
Utang pajak menjadi dasar dilakukannya penagihan pajak oleh juru sita pajak. Dilihat
dari kondisinya, timbulnya utang pajak dapat terjadi karena dua kondisi, yaitu:
1) Kondisi Formil
Dalam kondisi ini, utang timbul karena petugas pajak mengeluarkan surat ketetapan.
Contoh: Pada pelunasan Pajak Bumi Bangunan, KPP merupakan pihak yang
mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi besaran pajak terutang setiap tahunnya. Anda
sebagai wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutan melainkan membayar
PBB berdasarkan surat yang diberikan KPP.
2) Kondisi Materil

Pada kondisi materil utang pajak timbul karena undang-undang atau karena adanya
sebab tertentu yang mengakibatkan suatu pihak dikenakan pajak, seperti mendirikan
bangunan, kegiatan impor ekspor, hingga mendapat hadiah undian. Contoh: Ian
merupakan seorang karyawan yang memenangkan hadiah undian dari sebuah acara
televisi. Dalam kasus ini, Ian terutang pajak atas hadiah undian berupa uang tunai yang
diterimanya.

Suatu pihak dapat dibebaskan dari utang pajak karena adanya kondisi-kondisi berikut ini:

- Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada wajib pajak akan dihapus karena pembayaran pajak
yang dilakukan ke kas negara.
- Kompensasi
Kompensasi dalam kondisi ini merupakan keputusan yang ditujukan kepada wajib
pajak yang memiliki tagihan, di luar pajak tidak diperkenankan dari penghasilan
bruto. Seperti dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham. Kompensasi hanya terjadi apabila wajib pajak memiliki tagihan
berupa kelebihan pembayaran pajak.
- Kedaluwarsa pajak
Kedaluwarsa pajak merupakan kondisi dimana masa penagihan pajak telah
melampaui waktu terutang pajak/masa pajak atau tahun pajak bersangkutan. Dalam
kondisi kedaluwarsa pajak biasanya telah tercantum kepastian hukum, kapan utang
pajak tidak dapat ditagih lagi. Kondisi kedaluwarsa pajak ini dapat ditangguhkan
apabila diterbitkan surat teguran atau surat paksa untuk melunasi utak pajak.
- Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dengan semestinya, tetapi karena ditiadakan oleh salah
satu pihak. Pembebasan biasanya tidak diberikan kepada pokok pajaknya, tetapi
terhadap sanksi administrasi
- Penghapusan
Sifat penghapusan sama dengan pembebasan, tetapi diberikan kepada wajib pajak.
Penghapusan utang pajak bisa disebabkan karena kondisi keuangan wajib pajak atau
kematian
Saat mengisi SPT Tahunan Orang Pribadi, wajib pajak akan diminta untuk
mencantumkan daftar utang yang dimililiki. Dalam pengisian ini terdapat kolom kode utang
yang harus diisi oleh wajib pajak. Beberapa kode utang yang harus diperhatikan oleh wajib
pajak di antaranya:
Selain itu ada beberapa kode utang pajak yang harus Anda perhatikan dalam melaporkan SPT
Tahunan Pph Orang Pribadi

Jika ada utang pajak, maka tentu saja ada juga piutang pajak. Piutang pajak merupakan
piutang yang muncul karena adanya pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Perpajakan yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode laporan keuangan.
Piutang pajak diakui pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak
dan telah dilaksanakan proses penagihannya.

Pengakuan piutang pajak ini disebabkan adanya potensi pendapatan negara yang
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan sesuai dengan UU KUP No. 29 tahun 2007.
Piutang pajak merupakan hal yang wajib dilunasi oleh wajib pajak dalam periode berjalan
tahun berikutnya, sehingga tidak ada piutang pajak yang melampaui satu periode berikutnya.
Maka dari itu piutang pajak disajikan dalam neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
sebagai aset lancar.

Kegiatan penagihan piutang pajak secara umum meliputi:

 Surat Teguran
 Surat Paksa
 Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
 Lelang

Berdasarkan proses penagihan piutang pajak dalam UU nomor 2008 tahun 2007 diatur
beberapa hal sebagai berikut:

1. Hak untuk melakukan penagihan piutang pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan dan
biaya penagihan pajak dinyatakan kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun
terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding serta Putusan Peninjauan
Kembali.
2. Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tertangguh apabila
diterbitkan surat pajak dan dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Prosedur penghapusan piutang pajak diatur dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2000
pasal 24 dan dijelaskan lebih lanjut dalam KMK No.
565/KMK.04/2000 dan 539/KMK.03/2002 Pasal 1 Piutang pajak yang dihapuskan adalah
piutang pajak yang jumlahnya masih harus ditagih sebagaimana tercantum dalam STP,
SKPKB, SKPKBT yang meliputi pokok pajak kenaikan bunga dan denda.

G. Akuntansi Persediaan
Metode Pencatatan Persediaan Untuk Menghitung Harga Pokok Dalam Pengisian SPT
Tahunan PPh Badan dan PPh Orang Pribadi Yang Menggunakan Pembukuan Berdasarkan
Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
mengatur bahwa penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga perolehan,
sedangkan penilaian pemakaian persediaan barang untuk penghitungan harga pokok hanya
boleh dilakukan dengan cara atau metode pencatatan persediaan sebagai berikut :
a) Metode Fifo (Fist In First Out).
Metode ini beranggapan, bahwa barang yang dibeli lebih awal, dianggap dikeluarkan
lebih awal pula. Dengan demikian, setiap terjadi suatu transaksi penjualan, maka harga
pokok barang yang terjual dinilai berdasarkan harga barang yang dibeli lebih awal.
b) Metode Rata-Rata (Moving Avarage).
Metode ini beranggapan, bahwa setiap terjadinya perubahan jumlah persediaan barang,
baik karena pembelian maupun karena adanya penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan, sisa persediaan barang yang masih ada segera diambil nilai rata-ratanya.
Nilai rata-rata barang yang masih ada diperoleh dengan jalan membagi jumlah nilai
persediaan barang yang masih ada dengan jumlah satuan barang yang bersangkutan.
Dengan demikian, harga pokok barang yang dijual, dinilai berdasarkan harga rata-rata
barang itu.
Apabila sekali Wajib Pajak memilih salah satu cara penilaian pemakaian persediaan
untuk penghitungan harga pokok tersebut, maka untuk tahun-tahun selanjutnya harus
digunakan cara yang sama.

Anda mungkin juga menyukai