Anda di halaman 1dari 13

KONTRAKSI OTOT JANTUNG

Laporan Praktikum

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia

Yang Dibina Oleh bapak Hendra Susanto, M.Kes., Ph.D. dan bapak Wira Eka
Putra, S.Si., M.Med.Sc.

Disusun oleh:

Kelompok 5, Offering H 2018

1. Adinda Permatasari (180342618050)


2. Aghits Laily Rizqiyah (180342618021)
3. Erina Nur Amalia (180342618072)
4. Nadila Sekar Zahida (180342618074)
5. Neila Salma Kumala (180342618090)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2019
A. Tujuan Kegiatan
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat:
1. Melihat sifat otomatis dan ritmis dari tiap-tiap bagian jantung.
2. Memahami peran sinus venosus pada kontraksi otot jantung.
3. Mengamati pengaruh beberapa faktor ekstrinsik terhadap aktivitas
jantung.

B. Dasar Teori
Pada hewan-hewan vertebrata, detak jantung berasal dari jantung itu
sendiri. Sel-sel pada otot jantung bersifat autorhytmic yang artinya dapat
berkontraksi atau relaksasi tanpa adanya impuls yang diberikan oleh saraf
(Campbell.2016). serat serat jantung yang bersifat autoritmik memiliki dua
fungsi, pertama bekerja sebagai pacemaker yang menyusun irama denyut
jantung dan yang kedua membentuk sistem konduksi yang merupakan jalur
untuk penghantaran impuls ke seluruh otot-otot pada jantung. Sistem
konduksi menjaga agar ruang-ruang pada jantung berkontraksi secara
terkoordinasi. Komponen sistem konduksi yaitu : (1). Nodus sinoatrial (nodus
SA); (2). Nodus atrioventrikular (nodus VA); (3). Bundel His; (4). Cabang
bundel His kanan dan kiri; (5). Serabut-serabut purkinje. (soewolo.2005).
Nodus SA menghasilkan impuls seperti yang diproduksi oleh sel-sel
saraf, karena sel-sel pada otot jantung digabungkan melalui gap junction
maka impuls akan menyebar dengan cepat pada jaringan-jaringan yang
terdapat pada jantung. Menurut soewolo (2005) Impuls yang dihasilkan oleh
nodus SA akan menyebar dengan cepat melalui dinding atrium kanan. Setiap
impuls yang dihantarkan akan menjalar ke seluruh tubuh melalui sistem
konduksi dan celah hubungan yang terdapat pada diskus interkalatus. Yang
pertama kali berkontraksi adalah atria dan kemudian ventrikel yang
berkontraksi selama impuls berlangsung. Impuls yang berasal dari nodus SA
akan menyebar ke seluruh serabut atria dan akan turun ke nodus VA yang
berada terletak pada sekat antara dua atria. Impuls yang telah sampai pada
nodus VA akan masuk ke bundel His dan apabila sudah impuls telah menjalar
sepanjang bundel His, impuls akan masuk ke kedua cabang bundel His kanan
dan kiri yang mengalir melalui septum interventrikular ke apeks jantung.
Akhirnya serabut purkinje dengan cepat menghantarkan impuls ke jaringan
otot ventrikel.
Keefektifan kerja pada jantung dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsic adalah sistem nodus yang mengantarkan
impuls dari sinus venosus ke bagian lain yang terdapat pada jantung.
Meskipun kontraksi pada jantung tidak bergantung terhadap adanya impuls
oleh saraf namun, kontraksi pada jantung dikendalikan oleh saraf otonom.
Selain itu, aktivitas jantung juga dipengaruhi oleh bahan kimia, hormone, ion
dan metabolit. (gofur. 2019)
Bagian lain pada jantung selain nodus SA terkadang menjadi perintis-
jalan karena mengembangan self excibiality abnormal. Tempat yang menjadi
perintis-jalan selain nodus SA disebut ectopic pacemaker atau ectopic focus.
Ectopic pacemaker hanya bekerja pada saat-saat tertentu saja untuk
menghasilkan denyut tambahan. Pemicu dari bekerjanya ectopic pacemaker
adalah kafein, nikotin, elektrolit, liposis dan reaksi racun dari obat.
Dibutuhkan 0,5 detik untuk impuls yang berasal dari nodus SA menjalar ke
seluruh otot atria dan turun ke nodus AV. Impuls akan merambat dengan
lambat pada nodus AV dikarenakan serabut yang terdapat pada nodus AV
memiliki diameter yang kecil dan mengakibatkan impuls tertunda 0,1 detik.
Impuls yang tertunda, memberi atria waktu untuk menyelesaikan
kontraksinya dan menambah volume darah dalam ventrikel sebelum kontraksi
ventricular dimulai. Impuls yang masuk ke bundel His, konduksi cepat lagi,
seluruh permukaan miokardium ventrikular mengalami depolarisasi ± 0,15-
0,12 detik setelah impuls timbul dalam nodus SA. Nodus SA yang mengalami
perusakan atau sakir, akan digantikan tugasnya oleh nodus SA.
(soewolo.2005)
Pembuluh darah merupakan saluran khusus untuk mengalirkan darah
yang dipompa dari jantung dan akan kembali lagi ke jantung. Pada vertebrata,
sistem pembuluh darah terdapat tiga jenis yaitu arteri, kapiler dan vena. Arteri
dan vena tersusun atas tiga lapisan jaringan melingkar, membentuk lumen
pada bagian tengahnya. Arteri adalah pembuluh darah yang berfungsi sebagai
saluran darah keluar dari jantung. Darah yang berada dalam arteri,
mengeluarkan tekanan yang besar terhadap dinding pembuluh dan untuk
menahan tekanan tersebut, arteri memliki dinding yang tebal dan kuat.
Kekuatan tekanan darah tersebut berasal dari kontraksi jantung. Pelepasan
darah dari jantung tidak terjadi secara kontinu namu, terjadi berselang-seling
sejalan dengan kontaksi jantung (Isnaeni.2006).
Vena merupakan pembuluh darah yang berfungsi untuk memasukkan
darah dari luar jantung. Tekanan pada vena jauh lebih rendah dibandingkan
dengan tekanan pada arteri dan dinding pada vena lebih tipis dibandingkan
dengan dinding pada arteri. Sebagian besar vena dilengkapi dengan adanya
klep guna mencegah darah kembali keluar jantung (Isnaeni.2006).

C. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
-. Papan bedah -. Katak
-. Alat seksi -. Larutan ringer
-. Cawan petri -. Asetilkolin
-. Pipet tetes -. Adrenalin
-. Lup/ kaca pembesar -. KCL 1%
-. Benang -. CaCl 1%
-. Jarum pentul -. NaCl₂ 0,7%

D. Prosedur Kerja
1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung
Diberi perlakuan single pith dan dibuka rongga dada pada seekor
katak. Dibuka perikardium dan dihitung denyut jantung permenit.

Dipisahkan jantung dari tubuh dan diletakkan pada cawan petri yang
berisi larutan Ringer. Dihitung denyut permenit dan diamati irama
jantung.
Dipisahkan sinus venosus dari jantung dan diamati serta dihitung
denyut per menit.
Dipisahkan atrium dari ventrikel dan diamati serta dihitung denyut per
menit.

2. Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia terhadap Aktivitas Jantung

Diberi perlakuan single pith dan dibuka rongga dada pada seekor
katak. Dibuka perikardium dan dihitung denyut jantung permenit.

Ditetesi jantung dengan larutan Ringer 5ᵒC dan dihitung denyut


jantung per menit.

Dibuang dengan pipet larutan Ringer dingin dan diganti dengan


larutan Ringer normal. Diamati sampai denyut jantung mendekati
normal.
Ditetesi jantung dengan larutan Ringer 40ᵒC dan dihitung denyut
jantung per menit.

Dibuang dengan pipet larutan Ringer panas dan diganti dengan larutan
Ringer normal. Diamati sampai denyut jantung mendekati normal.

Ditetesi jantung dengan asetilkolin dan dihitung denyut jantung per


menit.

Dibuang dengan pipet larutan asetilkolin dan diganti dengan larutan


Ringer normal. Diamati sampai denyut jantung mendekati normal.

Ditetesi jantung dengan adrenalin dan dihitung denyut jantung per


menit.

Dibuang dengan pipet larutan adrenalin dan diganti dengan larutan


Ringer normal. Diamati sampai denyut jantung mendekati normal.
3. Pengaruh Ion terhadap Aktivitas Jantung

Diberi perlakuan single pith dan dibuka rongga dada pada seekor
katak. Dibuka perikardium dan dihitung denyut jantung permenit.

Dipisahkan jantung dari tubuh dan diletakkan pada cawan petri yang
berisi larutan Ringer. Dihitung denyut permenit dan diamati irama
jantung.
Dipisahkan jantung dari tubuh dan diletakkan pada cawan petri yang
berisi larutan Ringer. Dihitung denyut permenit dan diamati irama
jantung.
Ditetesi jantung dengan larutan CaCl2 1% dan dihitung denyut jantung
per menit.

Dibuang dengan pipet larutan CaCl2 1% dan diganti dengan larutan


Ringer normal. Diamati sampai denyut jantung mendekati normal.

Ditetesi jantung dengan larutan NaCl 0,7% dan dihitung denyut


jantung per menit.

Dibuang dengan pipet larutan NaCl 0,7% dan diganti dengan larutan
Ringer normal. Diamati sampai denyut jantung mendekati normal.

Ditetesi jantung dengan larutan KCl 0,9% dan dihitung denyut jantung
per menit.

Dibuang dengan pipet larutan KCl 0,9% dan diganti dengan larutan
Ringer normal. Diamati sampai denyut jantung mendekati normal.
E. Data Pengamatan
1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung

Perlakuan Jumlah Denyut Jantung/ Menit Irama


1 2 3 Rata-rata
Jantung setelah perikardium 70 65 62 65,7 Berirama cepat
dibuka
Jantung yang dipisah dari 54 20 13 29 Berirama lambat
tubuh
Sinus venosus jantung 69 68 62 66,3 Berirama cepat
Atrium jantung - - - - -
Ventrikel jantung - - - - -

2. Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia terhadap Aktivitas Jantung


Perlakuan Jumlah Denyut Jantung/ Irama
Menit
Jantung setelah perikardium dibuka 69 Berirama cepat

Jantung yang diberi tetesan larutan 59 Berirama sedang


Ringer 5ºC
Jantung yang diberi tetesan larutan 58 Berirama sedang
Ringer 40ºC
Jantung yang diberi tetesan 46 Berirama lambat
asetilkolin
Jantung yang diberi tetesan - -
adrenalin

3. Pengaruh Ion terhadap Aktivitas Jantung


Perlakuan Jumlah Denyut Jantung/ Menit Irama
1 2 3 Rata-rata
Jantung tanpa dibuka 31 43 47 40,3 Berirama lambat
perikardiumnya
Jantung yang dipisah 60 70 67 65,7 Berirama cepat
dari tubuh
Jantung yang diberi 36 42 28 35,3 Berirama lambat
tetesan CaCl2 1%
Jantung yang diberi 55 48 44 49 Berirama lambat
tetesan NaCl 0,7%
Jantung yang diberi 18 - - 18 Berirama lambat
tetesan KCl 0,9%

F. Analisis Data
1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung
Katak yang sudah disingle pith dibuka rongga dadanya dan dibuka
bagian perikardiumnya, kemudian dihitung denyut jantung selama satu
menit, hasilnya jantung berdenyut sebanyak 40,3 kali dengan irama cepat.
Jantung dipisahkan dari diletakkan dicawan petri yang berisi larutan
Ringer, jantung masih berdenyut dengan irama lambat sebanyak 29 kali
per menit. Bagian sinus venosus dipisahkan dari jantung dan dihitung
denyutnya, hasilnya jantung berdenyut sebanyak 66,3 kali per menit.
Bagian atrium dan ventrikel dipisahkan dari jantung akan tetapi tidak
berdenyut sama sekali.
2. Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia terhadap Aktivitas Jantung
Katak yang sudah disingle pith dibuka rongga dadanya dan dibuka
bagian perikaridumnya, kemudian dihitung denyut jantung selama satu
menit, hasilnya jantung berdenyut sebanyak 69 kali dengan irama cepat.
Jantung ditetesi larutan Ringer 5ºC. Jantung berdenyut sebanyak 59 kali
per menit dengan irama sedang (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu
lambat). Kemudian larutan Ringer 5ºC dibuang dengan pipet dan diganti
dengan larutan Ringer normal. Selanjutnya jantung ditetesi larutan Ringer
40ºC. Jantung berdenyut sebanyak 58 kali per menit dengan irama sedang
(tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat). Larutan Ringer 40ºC dibuang
dengan pipet dan diganti dengan larutan Ringer normal. Jantung itetesi
dengan asetilkolin dan berdenyut sebanyak 46 kali per menit dengan irama
lambat. Asetilkolin dibuang dengan pipet dan diganti dengan larutan
Ringer normal kemudian jantung ditetesi dengan adrenalin. Hasilnya
jantung tidak berdenyut.
3. Pengaruh Ion terhadap Aktivitas Jantung
Katak yang sudah disingle pith dibuka rongga dadanya dan
dihitung denyut jantung selama satu menit, hasilnya jantung berdenyut
sebanyak 40,3 kali dengan irama lambat. Jantung dipisah dari tubuh dan
diletakkan dicawan petri yang berisi larutan Ringer, jantung masih
berdenyut dengan irama lambat sebanyak 65,7 kali per menit. Jantung
ditetesi dengan larutan CaCl2 1%, jantung berdenyut sebanyak 35,3 kali
per menit dengan irama lambat. Jantung dibersihkan dari larutan CaCl2
dan ditetesi dengan larutan NaCl 0,7%, jantung berdenyut sebanyak 49
kali per menit dengan irama lambat. Kemudian jantung dibersihkan dari
larutan NaCl 0,7% dan ditetesi dengan larutan KCl 0,9%, jantung
berdenyut sebanyak 18 kali per menit dengan irama lambat.

G. Pembahasan
1. Bagian jantung yang memiliki sifat otomatis tertinggi
Jantung katak terdiri dari dua ruang atrium dan satu ruang ventrikel.
Terdapat katup antara ruang atrium dengan ruang ventrikel. Darah yang
berasal dari seluruh tubuh akan masuk ke jantung melalui Sinus Venosus
dari atrium kanan kemudian masuk ke ventrikel yang hanya terdapat 1
ruang pada katak (Soewolo, dkk., 2000). Hasil pengamatan menunjukkan
bagian jantung yang memiliki sifat otomatis tertinggi adalah bagian sinus
venosus jantung yang sudah dilepas dari tubuh dengan rata-rata denyut
66,3 kali dalam perhitungan 1 menit tiap satu kali pengamatan yang
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan irama yang cepat. Hal ini
tidak sesuai dengan teori bahwa sinus venosus yang sudah dilepas dari
tubuh akan memiliki denyut yang lebih rendah dari pada denyut jantung
yang masih berada di dalam tubuh (Soewolo, dkk., 2000). Untuk jantung
yang masih berada di dalam tubuh dan dilepas perikambiumnya memiliki
rata-rata yang lebih rendah yaitu 65,7 kali berdenyut dalam 1 menit untuk
tiga kali pengamatan dengan irama yang cepat. Pengamatan pada jantung
yang dilepas dari tubuhnya mengalami penurunan drastis dengan rata-rata
denyut 29 kali dalam 1 menit tiap perhitungan yang dilakukan sebanyak 3
kal. Pada pengamatan atrium dan ventrikel tidak ada denyut yang terjadi
hal ini dapat terjadi karena jantung terlalu lama berada di luar tubuh
sengga tidak dapat terjadi denyut yang muncul.

80

70

60

50
pengulangan 1
40 pengulanga 2
30 pegulangan 3
rata-rata
20

10

0
dalam tubuh luar tuhu sinus ventrikel atrium
venosus

Diagram 1. Diagram hasil pengamatan sifat otomatis jantung.

2. Pengaruh suhu dan bahan kimia terhadap denyut jantung


Jantung memiliki serabut-serabut yang berfungsi sebagai
pacemaker yang menyusun irama denyut jantung dan yang kedua
berfungsi sebagai sistem konduksi yaitu untuk jalur yang menhantar
impuls ke seluruh otot jantug (Soewolo, dkk., 2000). Dalam percobaan ini
sebagai patokan yaitu denyut jantung yang masih didalam tubuh dihitung
selama 1 menit yaitu sebanyak 69 kali, kemudian diberi perlakuan dengan
memberi tetesan larutan Ringer 5̊C terjadi reaksi yaitu mengalami
penururnan denyut jantung menjadi 59 dalam 1 menit. Kemudian untuk
perlakuan selanjutnya yang diberi tetesan larutan ringer 40̊C denyut yang
tercacat menjadi 58 kali, hal ini tidak sesuai karena seharusnya semakin
panas suhu yang diberikan denyut jantung akan semakin cepat. Perlakuan
selanjutnya yaitu jantung diberi larutan asetilkolin mengalami reaksi yaitu
denyut jantung semakin sedikit sebanyak 46 kali dalam 1 menit
perhitungan. Selanjutnya perlakuan jantung yang diberi tetesan adrenalin,
jantung tidak mengalami reaksi apapun, yakni sudah tidak ada denyut
yang muncul, hal ini dapat disebabkan karena terlalu lama dalam proses
pengamtan yang sebelumnya sehingga jantung tidak mampu bertahan
untuk percobaan dengan diberi larutan adrenalin.

3. Pengaruh ion-ion terhadap denyut jantung


Ion yang berpengaruh penting dalam tubuh antara lain adalah ion
natrium, kalium, kalsium yang sangat berperan penting dalam organ
jantung. Pada percobaan yang memiliki aktivitas tertinggi adalah ketika
jantung diberi tetesan NaCl 0,7% dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 49
kali denyut dengan irama yang lambat hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan kation intrasel dominan sedangkan konsentrasi Na dan Ca
tertinggi pada lingkungan ektrasel sehingga jantung akan bereaksi ketika
di beri Na dan Ca. Pada percobaan dengan perlakuan jantung di beri
tetesan CaCl2 1% memiliki nilai rata-rata 35,3 kali berdenyut, tetapi pada
pengulangan ke 2 mengalami kesalahan dalam perhitungan karena jarak
dari pengulangan 1 dan pengulanga 3 berbeda sangat jauh. Kemudian
untuk jantung yang diberi tetesan KCl 0,9% hanya dapat melakukan
percobaan sebanyak 1 kali tanpa pengulangan karena jantung mungkin
sudah terlalu lama berada di luar tubuh sehingga sudah tidak dapat
berdenyut kembali.
80

70

60

50
pengulangan 1
40 pengulangan 2
30 pengulangan 3
rata-rata
20

10

0
di dalam di luar tubuh ditetesi CaCl ditetesi NaCl ditetesi KCl
tubuh 1% 0,7 % 0,9 %

Grafik 2. Grafik pengaruh ion terhadap aktivitas jantung

H. Kesimpulan

1. Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Jantung katak mempunyai


centrum automasi sendiri, artinya tetap berdenyut meskipun telah
diputuskan hubungannya dengan susunan saraf atau dikeluarkan dari
tubuh. Pada jantung katak yang normal atau tanpa perlakuan jantung tetap
ritmis atau berirama meskipun hubungannya dengan saraf diputuskan.
Bahkan ketika jantung katak diambil dari tubunya dan ditaruh dalam
larutan fisiologis yang sesuai akan tetap berdenyut. Jantung katak yang
dipisahkan dari sinus venosus akan terlihat berdenyut lebih cepat
dibandingkan dengan yang tidak dilepas dari sinus venosusnya.
2. Pemberian larutan kimia berpengaruh terhadap aktivitas kerja jantung.
Pemberian berbagai larutan (CaCl₂ 1%, NaCl 0,7%, KCl 0,9%, asetilkolin,
adrenalin,) menyebabkan kontraksi otot jantung pada katak menjadi
semakin cepat atau lambat.
3. Ion Ca2+ dalam larutan CaCl₂ 1% akan menimbulkan kontraksi pada otot
jantung sehingga denyut jantung meningkat. Ion Na+ dalam larutan NaCl
0,7% akan mengembalikan kerja jantung ke kondisi normal sehingga
denyut jantung berlagsung stabil. Ion K+ dalam larutan KCl 0,9% akan
menurunkan potensial aksi jantung sehingga kekuatan kontraksi juga
menurun. Oleh karena itu, frekuensi denyut jantung setiap menitnya akan
berkurang.

I. Daftar Pustaka
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM PRESS.
Campbell, Nial A dkk. 2016. Biology Eleventh Edition. New York: Pearson.
Gofur, abdul dkk. 2019. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan dan Manusia.
Malang:Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang
Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai