Anda di halaman 1dari 7

Ali bin abi thalib lahir di makkah pada tahun 603M. Ali termasuk keturunan Bani hasyim.

Ali
merupakan saudara sepupu dari Nabi Muhammad s.a.w dari kakek Abdul Muthalib Ali
menikahi putri rasullullah, Fatimah pada tahu ke 2 hijriyah. Dari pernikahan tersebut beliau
dikaruniai 3 putera dan 2 puteri yaitu Hasan , Husain , Muhsin , Zaenab dan Ummu kulsu.

Salah satu quote yang terkenal dari sayyidina Ali adalah “Didiklah anakmu sesuai dengan
jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu Sebuah pesan untuk kita semua sebagai orang
tua. Sebuah pembelajaran bagi kita kalau segala sesuatu yang ada didunia ini serba berubah,
sesuatu yang hari ini adalah hal istimewa bagi kita di waktu 10 atau 20 tahun mendatang bisa jadi
hanya hal yang biasa-biasa saja, sesuatu yang hari ini mustahil bisa jadi suatu saat nanti 10 atau 20
tahun mendatang adalah hal yang sangat mudah sekali. Artinya, perlu penyesuaian.

Nah, Sayyidina Ali mempunyai prinsip tentang parenting. Menurut beliau ada tiga
pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak yang disesuaikan dengan usia.

1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja

Yang dimaksud di sini, bukan berarti kita menuruti semua keinginan anak, melainkan memberikan
perhatian penuh kepada anak, karena di usia inilah mereka mengalami masa emas. Saat maksimal
pembentukan sel otak 70%, dan kemampuan anak menyerap informasi masih sangat kuat.
Perhatian kecil yang sederhana tapi tulus dari lubuk hati pasti akan membekas pada mereka

Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi
perkembangan perilakunya, misalnya:

• Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita, bahkan ketika kita
sedang sibuk dengan pekerjaan kita, maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita
ketika memanggilnya.

• Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika
ia memijat atau membelai punggung kita saat kita kelelahan atau sakit.
• Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah
dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/ temannya melakukan kesalahan
padanya.

Ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum
berusia tujuh tahun, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan
bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga
akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.

intinya adalah pada tahap ini anak belajar dari sikap kita kepadanya, jika kita lembut kepadanya
maka ia akan tumbuh menjadi orang yang lembut. Lembut disini bukan berarti kita memanjakan
tapi kita tetap tegas mengenai hal-hal yang baik dan tidak untuknya.

ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)

Kenapa sebagai tawanan? Karena kedudukan tawanan dalam Islam sangatlah terhormat, ia
mendapatkan haknya secara proporsional namun juga dikenakan berbagai larangan serta
kewajiban.

Inilah dimana saatnya anak mengetahui hak dan kewajibannya, tentang akidah dan hukum agama
baik yang diwajibkan maupun yang dilarang. Hal-hal tersebut diantaranya: mengerjakan sholat 5
waktu, memakai pakaian yang bersih, rapi, dan menutup aurat, menjaga pergaulan dengan lawan
jenis, membiasakan membaca AlQur’an, serta membantu pekerjaan rumah yang sesuai dengan
kemampuan anak seusia ini. Pada tahap ini anak juga mulai menerapkan kedisiplinan sehari-hari
dengan system reward dan punishment. Hal ini penting dilakukan di tahap ini karena anak sudah
mulai mengerti arti tanggung jawab dan konsekuensi tentang suatu hal.

Hai shobatt.. saya akan menjelaskan sedikit tentang mendidik anak ala Ali bin abi thalib R.A.
sebelum kita mengajari mendidik anak melalui ala Ali bin abi thalib R.A, kita harus memahami
terlebih dahulu apakah itu yang di maksud dengan pola asuh secara islami?
Pola asuh secara islami yaitu adalah suatu kesatuan yang utuh dari sikap dan perlakuan orangtua
kepada anak sejak masih kecil dalam mendidik, membina, dan membiasakan dan membimbing
anak secara optimal berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadist.

Tujuan dari pengasuhan islam atau pola asuh yang bernafaskan nilai-nilai keislaman sendiri adalah
terciptanya generasi muslim berkarakter tangguh yang syarat akan perilaku baik atau dalam istilah
islam yaitu akhlaq mahmudah.

ADVERTISING

inRead invented by Teads

Apabila kita membina, membiasakan dan membimbing yang semuanya itu merupakan sebuah
kesatuan utuh baik secara sikap dan perlakuan cermati setidaknya ada empat kata kunci yang bisa
dijadikan patokan dalam hal pengasuhan islam yaitu mendidik, terhadap anak sejak masih kecil
hingga dewasa. Menerapkan pola asuh berarti mendidik seorang anak, pendidikan dalam wacana
keislaman lebih populer dengan istilah menelusuri makna tarbiyah melalui kata rabb (Tuhan)
dalam surat al-Fatihah, karena keduanya memiliki akar huruf yang sama.

Salah satu tanggung jawab yang harus diberikan orangtua atas anak yang diamanahkan kepada
mereka adalah pola asuh yang tepat untuk membantu pembentukan karakter anak. Hal ini sesuai
dengan konsep islam yang tercantum dalam Hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah R.A
“Rosululloh SAW bersabda: ”Barang siapa tidak mengasihi (anaknya), maka dia tidak akan
dikasihi (anaknya)”. Dalam konteks yang lebih luas, Hadits tersebut dapat diartikan bahwa apabila
kita menginginkan anak yang berkarakter pengasih, maka harus dimulai dari orangtua yang selalu
mengasihi dan menyayangi anak-anaknya.

Disini saya akan menjelaskan bagaimana mendidik atau memberi pola asuh atau biasa disebut
dengan parenting yang tepat untuk membantu pembentukan karakter anak. Dalam islam terdapat
sebuah metode parenting yang tepat utuk mendidik anak berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadist
yaitu mendidik anak ala “ Ali bin Abi Thalib R.A”. Ali bin Abi Thalib R.A. adalah salah-satu
sahabat nabi (khulafaur rasyidin), sepupu, sekaligus menantu Rasulullah Sallallahu’ Alaihi
Wasalam (suami dari anak beliau Fatimah Az-Zahra).

Quote yang terkenal dari Ali bin Abi Thalib, RA adalah:


“Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu”. Dari quote
ini saja ternyata dalam Islam juga diajarkan untuk mendidik anak sesuai zamanya, tidak otoriter
sesuai yang dianut oleh orang tua zaman dahulu, perlu penyesuaian di sana-sini.

Kemudian apa saja prinsip dari parenting Ali bin Abi Thalib Ini ya?

Ada 3 pengelompokan dalam memperlakukan anak, yang disesuaikan dengan usia:

Menurut Ali bin Abi Thalib Ra. ada tiga pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak:

1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja.

2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.

3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.

ANAK SEBAGAI RAJA (Usia 0-7 tahun)

Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat
kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik
bagi perkembangan prilakunya, misalnya :

>> Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan ketika kita
sedang sibuk dengan pekerjaan kita – maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita
ketika kita memanggilnya.

>>Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu
ketika ia memijat atau membelai pngung kita saat kita kelelahan atau sakit.

>> Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun,
lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/ temannya melakukan
kesalahan padanya.

Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang
belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan,
perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja,
maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.
Maka intinya adalah pada tahap ini anak belajar dari sikap kita kepadanya, jika kita lembut
kepadanya maka ia akan tumbuh menjadi orang yang lembut. Lembut disini bukan berarti kita
memanjakan tapi kita tetap tegas mengenai hal-hal yang baik dan tidak untuknya.

ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)

Kenapa sebagai tawanan? Karena kedudukan tawanan dalam Islam sangatlah terhormat, ia
mendapatkan haknya secara proporsional namun juga dikenakan berbagai larangan serta
kewajiban.

Inilah dimana saatnya anak mengetahui hak dan kewajibannya, tentang akidah dan hukum agama
baik yang diwajibkan maupun yang dilarang. Hal-hal tersebut diantaranya: mengerjakan sholat 5
waktu, memakai pakaian yang bersih, rapi, dan menutup aurat, menjaga pergaulan dengan lawan
jenis, membiasakan membaca AlQur’an, serta membantu pekerjaan rumah yang sesuai dengan
kemampuan anak seusia ini. Pada tahap ini anak juga mulai menerapkan kedisiplinan sehari-hari
dengan system reward dan punishment. Hal ini penting dilakukan di tahap ini karena anak sudah
mulai mengerti arti tanggung jawab dan konsekuensi tentang suatu hal.

ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)

Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya
memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang
diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib Ra.

Berbicara dari hati ke hati

Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah
remaja dan beranjak dewasa. Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia
juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga
sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya.
Memberi ruang lebih

Setelah memasuki usia akil baliqh, anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang, namun
tetap dalam pengawasan kita. Controlling atau pengawasan tetap harus dilakukan tanpa bersikap
otoriter, dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi.
Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu
cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.

Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat.

Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih berat
dan lebih besar, dengan begini kelak anak- anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri,
bertanggung jawab dan dapat diandalkan.

Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik-
adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur
jadwal kegiatan dan mengelola keuangannya sendiri.

Membekali anak dengan keahlian hidup.

Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah” (Riwayat sahih
Ima Bukhari dan Imam Muslim) Secara harfiah, olah raga berkuda, berenang dan memanah adalah
olah raga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh. Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat
pula diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara). Berenang dapat
disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang
kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.

Di era modern, sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut:

>Berkuda = Skill of Life, memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki
rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.
> Berenang = Survival of Life, mendidik anak agar selalu bersemangat, tidak mudah menyerah
dan tegar dalam menghadapi masalah.

> Memanah = Thinking of Life, mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir,
merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.

Dengan menjadikannya seperti sahabat, anak akan merasa nyaman berbagi tentang hal apapun, ia
tidak akan merasa takut akan dihakimi tentang permasalahannya karena ia memiliki tempat terbaik
untuk berdiskusi dalam segala hal.

Anda mungkin juga menyukai