Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PEDIATRIK

Disusun Oleh :

ULFIAFEBRIANI
Nim :16010050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA MANDIRI POSO

T.A 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita naikan kepda Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya
saya dapat meneylesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini saya menyadari banyak kekurangan baik dalam teknis
penulisan maupun materi yang saya susun. Mengingat kemampuan saya yang masih
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari dosen dan rekan-rekan sekalian sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan
makalah ini.

Poso, 29 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi .............................................................................................. 2
B. Etiologi .............................................................................................. 2
C. Patofisiologi ...................................................................................... 3
D. Tanda Dan Gejala .............................................................................. 3
E. Komlikasi .......................................................................................... 4
F. Klasifikasi ......................................................................................... 4
G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 5
H. Penatalaksanaan ................................................................................ 5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

A. Pengkajian ......................................................................................... 7
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 7
C. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 8
D. Evaluasi ............................................................................................. 11

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit DHF ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali
di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau
tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan
DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Tujuan dari karya
tulis ilmiah ini adalah: 1. tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
penulis dapat memberikan asuhan keperawatan pasien DHF pada anak dengan
diagnosa yang muncul pada saat itu.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Definisi DHF
2. Mengetahui Etiologi DHF
3. Mengetahui Patofisiologi DHF
4. Mengetahui Tanda Dan Gejala DHF
5. Mengetahui Komlokasi DHF
6. Mengetahui Kalsifikasi DHF
7. Pemeriksaan Penunjang DHF
8. Penatalaksanaan DHF
9. Mengetahui Askep Kritis Teori

1
BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

A. DEFINISI
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada


anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo
virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang


disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty
(Seoparman, 1996).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue


haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam.

2
B. ETIOLOGI
C. Virus dengue sejenis arbovirus.
D. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif,
Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke
II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun
1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif
terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada
suhu 70 oC.
E. Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif
ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

C. PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya


faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya


permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma ,
terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan
terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui


endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien

3
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan,
acidosis metabolic dan kematian.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

E. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.

F. KLASIFIKASI
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II :

4
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di
bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

3. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi
kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi
dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

4. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan
manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi
tak teraba.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Trombosit menurun.
b. HB meningkat lebih 20 %
c. HT meningkat lebih 20 %
d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah
2. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
a. Rontgen thorax : Efusi pleura.
b. Uji test tourniket (+)

H. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.
4. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan ,

5
mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
5. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
6. Anti konvulsi jika terjadi kejang
7. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
8. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
9. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
10. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

6
ASUHAN KEPERAWATAN KRITSI SECARA TEORITIS

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan
keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan
dengan teknik wawancara,pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun
tahapan-tahapannya meliputi :

a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari


berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim
kesehatan lainnya).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
c. Kaji riwayat keperawatan.
d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual,
muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-
tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan
lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan
kesadaran).
2. Diagnosa keperawatan .
Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan,
kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang
timbul sebagai contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
kasus DHFdiantaranya :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

7
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
3. Intervensi
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada
masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa
tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan
kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan
keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :

a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan ,
muntah dan demam.
Tujuan :

Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil :

Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi :

1) Kaji KU dan kondisi pasien


2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
3) Observasi tanda-tanda dehidrasi
4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
5) Balance cairan (input dan out put cairan)
6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum
banyak
7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang
basah oleh keringat.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

8
Tujuan :

Hipertermi dapat teratasi

Kriteria hasil :

Suhu tubuh kembali normal

Intervensi

1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh


2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat
menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih
1500 – 2000 cc per hari
6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun
panas.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan :

Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil :

Intake nutrisi klien meningkat

Intervensi :

1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi


2) Timbang berat badan klien tiap hari
3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi
sedikit tapi sering
4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual

9
5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan
palpasi).
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi
Tujuan :

Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat

Kriteria hasil :

Klien mengerti tentang proses penyakit DHF

Intervensi

1) Kaji tingkat pendidikan klien.


2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF
3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui
Penkes.
4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum
dimengerti atau diketahuinya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.
Tujuan :

Perdarahan tidak terjadi

Kriteria hasil :

Trombosit dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji adanya perdarahan


2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)

10
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian
cairan intra vena.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :

Shock hipovolemik dapat teratasi

Kriteria hasil :

Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.

Intervensi :

1) Observasi tingkat kesadaran klien


2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).
3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.
4. Evaluasi.
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu
perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini
meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai
melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi
sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu
pada kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi :

a. Suhu tubuh dalam batas normal.


b. Intake dan out put kembali normal / seimbang.
c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.

11
e. Pengetahuan keluarga bertambah.
f. Shock hopovolemik teratasi

12
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kritis adalah suatu kondisi yang mana pasien dalam keadaan gawat tetapi
masih ada kemungkinan untuk mempertahankan kehidupan.
Terminal : fase akhir kehidupan pasien, menjelang kematian ( sakaratul
maut/ dying ) yang dapat berlangsung dalam waktu singkat
atau panjang.Bagi setiap orang, kematian merupakan suatu kehilangan, yang
tidak dapat dihindari oleh siapa pun.

Jenis Kehilangan :

1. Actual Loss : kehilangan yang nyata, yang dapat diketahui oleh orang lain
2. Perceived Loss : kehilangan yang dapat dirasakan oleh diri sendiri dan
tidak diketahui / dirasakan oleh orang lain ( kehilangan yang bersifat
psikologis )
3. Anticipatory Loss : kehilangan yang belum terjadi, merupakan perilaku
seseorang yang kehilangan dan berduka.

B. SARAN
Dalam penulisan masih terdapat banyak kekurangan dan kata-kata yang
kurang dipahami oleh karena itu kritik yang membangu dari pembaca sangat
diperlukan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Doenges ME, Moorhouse Mf and geisslerAC. (1999). Nursing care plans.


Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd ed). Philadelphia: F.A
Davis Company.

Hudak CM. (1997). Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia:


Lippincott.

Kidd Pamela S. (2000). Mosby’s Emergency Nursing Reference.Ed.2. Mosby.


Philadelpia.

LeMone P and Burke KM. (1996). Medical-surgical nursing : critical thinking in


client care. Canada: Cummings Publishing Company Inc.

Rab Tabrani. ( 2010). Ilmu Penyakit Paru. Trans Info Media. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai