Abdurrozzaq Utk Buku Drd-Su 2017 PDF
Abdurrozzaq Utk Buku Drd-Su 2017 PDF
Abdurrozzaq Hasibuan
(Anggota Dewan Riset Daerah Sumut)
Dosen Program Studi Teknik Industri, Universitas Islam Sumatera Utara
Email : rozzaq@uisu.ac.id/opick68@gmail.com
1. PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sejalan dengan perubahan lingkungan
pendidikan dan dunia usaha saat ini maka diperlukan profesionalisme di segala bidang
termasuk dunia pendidikan.
Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
maju, adil dan makmur (Matondang, 2010). Selanjutnya dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakn setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Dalam pengembangan suatu wilayah sebagai strategi pembangunan nasional ada
tiga pilar yang mempunyai hubungan yang erat dan harus saling berinteraksi yaitu :
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi. Suatu wilayah yang mempunyai
sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu
memanfaatkan dan mengembangkan teknologi akan cepat berkembang dibanding
wilayah lain.
Agar pendidikan tersebut berkualitas dan berdampak bagi suatu pengembangan
wilayah maka perlu dilakukan perencanaan pendidikan yang melibatkan kegiatan
multidisipliner yang memperhatikan masalah-masalah demografi, ekonomi, keuangan,
pemerintah, pedagogi, statistik persekolahan, lingkungan, sosial budaya dan aspek
lainnya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perencanaan
pendidikan (Enoch, dalam Matondang, 2009). Artinya perencanaan pendidikan
dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek sehingga
pendidikan itu dapat berfungsi dengan baik menghasilkan sumberdaya manusia yang
berkualitas secara menyeluruh. Menyeluruh dalam pengertian semua warga negara
mendapatkan kesempatan untuk belajar sehingga masing-masing memiliki kemampuan
untuk mendukung pembangunan suatu wilayah ataupun negara. Karenanya suatu
wilayah dalam proses pembangunannya sangat ditentukan oleh ketersediaan
sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia
berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya suatu wilayah.
dan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan keputusan pimpiman Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Kebijakan pemerintah daerah merupakan landasan pengaturan dalam pencapaian
suatu sasaran. Kebijakan yang responsif merupakan produk hukum demokratis yang
menganut asas keterbukaan antara rakyat dan pemerintah. Penetapan kebijakan
pendidikan pemerintah daerah harus sesuai dengan kebijakan nasioanl dan provinsi.
Pemerintah daerah dalam membuat perencaanaan harus sistematis dan terarah sesuai
dengan kewenangannya. Penyelenggaraan sosialisasi Standar Nasional Pendidikan
kewenangan pemerintah daerah, sehingga penerapan standar pendidikan sesuai dengan
ketentuan pada PP No. 19 Tahun 2005.
Kebijakan pemerintah daerah harus bersendikan hukum, produk-produknya dimuat
dalam kemasan hukum. Dalam perencanaan peraturan perundang-undangan yang baik,
ada suatu teori klasik yang disebut dengan Gelding Theori. Teori gelding mengajarkan
bahwa peraturan perundang-undangan mempunyai landasan berlaku yang baik maka
harus dipenuhi tiga macam landasan, yaitu landasan berlaku secara yuridis, landasan
berlaku secara soiologis, dan landasan berlaku secara filosofis. Landasan berlaku secara
yuridis (yuridische gelding) artinya, suatu peraturan perundang-undangan harus
memenuhi syarat-syarat pembentukan dan berdasarkan pada aturan hukum yang lebih
tinggi. Landasan berlaku sosiologis (sociologische gelding) berarti bahwa peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat,
termasuk pula kecenderungan dan harapan-harapan masyarakat. Sedangkan landasan
berlaku filosofis (filosofische gelding) bermakna bahwa pereturan perundangan-
undangan harus mencerminkan sistem nilai dari masyarakat besangkutan.
Tanggung jawab pendanaan pendidikan ditegaskan dalam UU Nomor 20 Tahun
2003 Pasal 46 ayat (1) pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Hal ini dapat diatur dan dihimpun
melalui berbagai sumber yaitu APBN, APBD, SPP, hibah, wakaf, zakat, pembayaran
nazar, pinjaman, sumbangan, keringanan dan penghapusan pajak untuk pendidikan.
Bila pemerintah daerah sudah menganggarkan dana pendidikan 20% dari APBD
dan dikelola secara efektif dan efisien, maka apa yang menjadikan tugas dan
kewenangan pemerintah daerah untuk menyediakan bantuan biaya penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah akan terwujud. Hal
ini juga akan berdampak terkait penjaminan mutu satuan pendidikan yang bertujuan
untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.
Bagi pemerintah daerah yang memberikan perhatian besar terhadap sektor
pendidikan adalah satu bentuk investasi jangka panjang yang akan menuai banyak
keuntungan. Kebijakan mereka akan selalu dikenang karena dapat mewujudkan masa
depan yang lebih baik bagi masyarakat daerah.
Ketidakmampuan pemerintah daerah dalam mengoptimalkan alokasi dana untuk
sektor pendidikan diperburuk oleh rendahnya partisipasi masyarakat, kondisi ini akibat
sebagian masyarakat tingkat perekonomiannya masih memprihatinkan. Pemerintah
daerah di era otonomi daerah harus menemukan potensi daerah yang bisa menambah
pemasukan dana di kas daerah.
Kepedulian saja tidak cukup, masih harus ada agenda aksi dan grand design secara
komprehensif untuk mengaktualisasikan pembangunan bidang pendidikan di daerah
yang bersangkutan yang antara lain dapat mencakup aspek-aspek ; (a) besarnya alokasi
budget untuk sektor pendidikan, (b) peningkatan profesionalisme guru, kepala sekolah
dan tenaga kependidikan lainnya, (c) sistem pembelajaran yang memberdayakan semua
potensi peserta didik, (d) peningkatan peran serta masyarakat, (e) peningkatan
partisipasi pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, (f) pengembangan kurikulum
yang mampu menjawab perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era global,
(g) sistem evaluasi yang mampu memberdayakan peserta didik, guru dan orangtua
peserta didik, (h) ketersediaan sarana-prasarana minimal pendidikan, agar sekolah dapat
menerapkan prinsup quality assurance dan total quality manajement di bidang
pendidikan secara konsisten.
Pemerintah harus secara bertahap meninggalkan pola top down dan menerapkan
pola bottom up dalam proses kebijakan pendidikan. Berbagai keputusan pendidikan
hendaknya dimulai dan dikembangkan dengan mendorong keterlibatan kontruktif
(constructive involvement) semua kelompok kepentingan (interest groups). Mereka
perlu diberi ruang untuk memberikan kontribusinya dan mengekspresikan aspirasi
pendidikan serta mempresentasikan dalam berbagai kebijakan pendidikan. Kebijakan-
kebijakan pendidikan hendaknya tidak di buat atas dasar pilihan, preferensi, kemauan
dan kepentingan para pejabat pemegang otoritas kependidikan (authority based), tetapi
berdasarkan kondisi dan kebutuhan riil di daerah (research based).
Kewenangan pemerintah daerah diatur dalam pasal 10 UU No.20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan,
membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pada pasal 11 ayat 1 dan 2
dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa diskriminasi. Kemudian pemerintah dan pemerintah daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga nwgara
yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Dengan demikian peraturan perundangan-undangan yang berlaku sudah memberi
arah dan wadah pengembangan sekolah yang lebih demokratis, bahkan dalam rumusan
tujuan pendidikan dinyatakan secara tegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3,
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta perubahan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Bila semua kebijakan pemerintah daerah sudah disepakati langkah selanjutnya yang
harus dilakukan adalah pengawasan, pemantauan yang berkelanjutan oleh pimpinan
satuan pendidikan dan komite sekolah atau pihak-pihak terkait untuk menilai efisiensi,
efektifitas dan akuntabilitas satuan pendidikan.
Hasil pengawasan atau supervisi satuan pendidikan dilaporan oleh pimpinan satuan
pendidikan kepada komite atau pihak terkait. Laporan pengawasan atau penilik satuan
pendidikan juga ditujukan kepada Bupati/Walikota melalui Dinas Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Sehingga hasil evaluasi menunjang komitmen pemerintah daerah untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan era otonomi daerah juga untuk membuat
kebijakan sesuai dengan potensi dan keunggulan daerah masing-masing.
atau para guru, atau para murid di sekolah-sekolah saja. Peringatan itu harus
memunculkan kreasi baru yang menghidupkan suasana budaya belajar yang
berkembang dengan dinamika yang sangat tinggi.
Para Kepala Sekolah, guru-guru, orang tua dan siswa, bahkan seluruh organisasi
kependidikan, seperti PGRI, harus bisa menyatu dengan masyarakat luas untuk
menggali sebanyak mungkin apa yang diharapkan dan dibutuhkan oleh semua pihak
untuk maju. Aspirasi itu harus menjadi pokok tunggal dari aspirasi para Kepala
Sekolah, para guru, orang tua dan para siswa untuk membangkitkan gairah peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia.
Visi dan cita-cita guru atau kaum pendidik yang menghendaki peningkatan mutu
pendidikan harus menjadi visi dan cita-cita masyarakat luas. Sebaliknya visi dan cita-
cita
masyarakat luas harus menjadi cita-cita dan perjuangan para Kepala Sekolah, guru,
orang tua dan semua siswa-siswanya.
8. KESIMPULAN
1. Kebijakan pemerintah daerah menentukan mutu pendidikan, menyangkut hajat
hidup orang banyak, menentukan masa depan anak bangsa ini, dan juga akan ikut
menentukan maju-mundurnya daerah itu sendiri dalam jangka panjang.
2. Penyelenggara pendidikan yang baik, menuntut keterlibatan seluruh komponen
pemangku kepentingan, baik di lingkungan pendididkan/sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan/sekolah,
sangat dipengaruhi oleh kepedulian dan komitmen Kepala Sekolah yang visioner,
manajemen mutu yang digunakan dan aparat penyelenggara pendidikan/sekolah
untuk menyelengarakan kependidikan/sekolah yang baik.
9. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Beberapa permasalahan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan antara lain
pengimplementasian kurikulum 2013, peningkatan akses dari jenjang pendidikan anak
usia dini sampai jenjang pendidikan menengah, peningkatan mutu pendidikan,
peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan, pengelolaan ujian nasional yang
lebih berkualitas, pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, penyediaan
sarana dan prasanana pendidikan khususnya penyediaan sarana dan prasana di daerah
tertinggal, terdepan dan terpencil, penyebaran guru yang belum merata, pelestarian dan
pengembangan budaya dan bahasa.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan mengambil langkah-langkah strategis,
baik berupa perubahan, penyesuaian, dan pembaharuan dalam rangka menjamin
tercapainya kinerja yang lebih baik di masa datang. Dengan ketercapaian tersebut
diharapkan visi terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan untuk
membentuk insane Indonesia yang cerdas dan beradab dapat terealisasi.
Tenaga kependidikan perlu diberdayakan melalui peningkatan kompetensi guru
secara holistik sehingga ada kesamaan persepsi dan tindakan dalam usaha peningkatan
mutu proses pembelajaran. Keikutsertaan dinas pendidikan (pembina dan pengawas)
dan komite sekolah sebagai wakil dari unsur masyarakat merupakan prasyarat untuk
keberhasilan peningkatan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UUD 1945 (setelah diamandemen).
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.