Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

ASTIGMATISME MIOPIA KOMPOSITUS

Tugas ini diajukan sebagai salah satu persyaratan menjalankan


Kepaniteraan klinik senior SMF Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh

Disusun oleh:
Yeni Ulvia, S.Ked

Pembimbing
Dr. Eva Mutia, Sp.S

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya, akhirnya Kami dapat menyelesaikan

referat ini tepat pada waktunya dan sebaik-sebaiknya dalam rangka melengkapi

persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUD

meuraxa dengan judul “ Astigmatisme Miopia Kompositus”.

Dalam penyusun Laporan Kasus ini, kami mendapat banyak masukan,


bantuan dan juga bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak baik dalam
bentuk moriil serta materiil. Untuk itu dalam kesempatan ini Kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan kepada Kami selama penulis melaksanakan KKS
di Bagian Ilmu Kesehatan RSUD Meuraxa.

Semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan Ilmu Kedokteran khususnya. Akhirul kalam

Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, adapaun Kami menerima

kritikan saran berupa lisan maupun tulisan selama membangun.

Banda Aceh, September 2019

Penyusun

Yeni Ulvia, S.Ked

2
ASTIGMATISME MIOPIA KOMPOSITUS

Abstrak
Pendahuluan: Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan
astigmatisma. Astigmatisma ialah suatu kelainan refraksi yang terjadi karena
berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina, akan tetapi
pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan di kornea. Angka kejadian astigmatisma sebesar 17,9% dari total
kasus kelainan refraksi.
Case Report: Seoarang pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan
pandangan mata kiri dan kanan kabur yang dirasakan sejak ±1 bulan terakhir,
memberat dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan penglihatan
seperti berbayang dan mata terasa lelah, perih saat melihat terutama di siang hari.
Jika melihat banyak garis maka akan terasa sakit kepala. Riwayat trauma dan
penyakit mata sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit kronis seperti hipertensi
dan Diabetes Mellitus juga disangkal. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
110/80 mmHg, N 82 x/menit, RR 16 x/menit, T 36,4 C. Dari hasil pemeriksaan
visus kanan dan kiri didapatkan VOD 6/60 Sph -1,50 dan C -0,75,00 x 90° dan VOS
6/60 Sph -1,50 dan C -1,75 x 75. Untuk kedua mata Add +1,50.
Kesimpulan: Astigmatisma ialah suatu kelainan refraksi yang terjadi karena
berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina, akan tetapi
pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan di kornea. Pada nilai koreksi astigmatisma kecil, hanya terasa
pandangan kabur, tapi terkadang pada astigmatisma yang tidak dikoreksi,
menyebabkan sakit kepala atau kelelahan mata (silau), dan mengaburkan
pandangan kesegala arah. Koreksi dengan lensa silinder dan sferis akan
memperbaiki visus pasien.

Keyword: astigmatisma, lensa silinder

3
I. Pendahuluan
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk
pada retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak
pada satu titik yang tajam. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar
ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea serta panjangnya bola
mata. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan
astigmatisma. Astigmatisma ialah suatu kelainan refraksi yang terjadi karena
berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina, akan
tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan di kornea. 1
Angka kejadian astigmatisma sebesar 17,9% dari total kasus kelainan
refraksi. Pada kasus astigmatisma didapatkan bahwa kelompok usia 40-65 tahun
merupakan kelompok usia tertinggi yang mengalami astigmatisma. Pada setiap
kelompok usia kasus astigmatisma paling banyak dialami oleh perempuan
dibandingkan laki-laki, kecuali pada kelompok usia ≥80 tahun di mana kasus
pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan dengan perbandingan 6:3 kasus.
Astigmatisma biasanya didapatkan secara herediter dan muncul saat lahir namun
dapat menurun ataupun bertambah buruk seiring bertambahnya usia.
Astigmatisma juga bisa muncul akibat trauma ataupun operasi pada mata.2
Secara garis besar terdapat astigmatisma regular dan irreguler. Letak
kelainan pada astigmatisma ini terdapat di dua tempat yaitu kelainan pada
kornea dan kelainan pada lensa. Pada kelainan kornea terdapat perubahan
lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter
anterior- posterior bola mata. Kelainan ini bisa merupakan kelainan kongenital
atau didapat akibat kecelakaan, peradangan kornea atau operasi. Terdapat
beberapa penatalaksanaan astigmatisma, yaitu dengan menggunakan kacamata
silinder, lensa kontak dan pembedahan. Teknik pembedahan yang dilakukan
meliputi metode lasik, photorefractive keratotomy dan radial keratotomy. 3,4

4
II. Laporan Kasus
Seoarang pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan pandangan
mata kiri dan kanan kabur yang dirasakan sejak ±1 bulan terakhir, memberat
dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan penglihatan seperti
berbayang dan mata terasa lelah, perih saat melihat terutama di siang hari. Pasien
juga mengeluhkan jika melihat banyak garis akan terasa sakit kepala. Pasien
belum pernah menggunakan kacamata sebelumnya.
Riwayat trauma kepala dan wajah disangkal. Riwayat penyakit mata
sebelumnya tidak ada. Pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti
hipertensi dan Diabetes Mellitus.

Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/80 mmHg, N 82 x/menit, RR


16 x/menit, T 36,4 C. Dari hasil pemeriksaan visus kanan dan kiri didapatkan
VOD 6/60 Sph -1,50 dan C -0,75,00 x 90° dan VOS 6/60 Sph -1,50 dan C -1,75 x 75.
Untuk kedua mata Add +1,50. Pemeriksaan segmen anterior didapatkan palpebra normal,
konjungtiva normal, kornea jernih, kedalaman COA cukup, pupil isokor, dan lensa jernih.

Gambar 1. Foto klinis pasien

5
III. Diskusi
Seoarang pasien laki-laki usia 44 tahun datang dengan keluhan pandangan
mata kiri dan kanan kabur yang dirasakan sejak ±1 bulan terakhir, memberat
dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga mengeluhkan penglihatan seperti
berbayang dan mata terasa lelah, perih saat melihat terutama di siang hari. Jika
melihat banyak garis maka akan terasa sakit kepala. Riwayat trauma dan
penyakit mata sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit kronis seperti hipertensi
dan Diabetes Mellitus juga disangkal.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/80 mmHg, N 82 x/menit, RR
16 x/menit, T 36,4 C. Dari hasil pemeriksaan visus kanan dan kiri didapatkan
VOD 6/60 Sph -1,50 dan C -0,75,00 x 90° dan VOS 6/60 Sph -1,50 dan C -1,75 x 75.
Untuk kedua mata Add +1,50.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis
dengan astigmatisme miopia kompositus pada VOD. Berdasarkan teori
didapatkan bahwa astigmatisma merupakan suatu kelainan dimana mata
menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis fokus multipel, yang
dimana berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina
akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat
kelainan kelengkungan di kornea. 2,4
Pasien dengan astigmatisma, melihat segala sesuatu terdistorsi. Upaya
untuk mengimbangi kesalahan bias oleh akomodasi dapat menyebabkan gejala
asthenopic seperti sensasi terbakar di mata atau sakit kepala. Pada nilai koreksi
astigmatisma kecil, hanya terasa pandangan kabur, tapi terkadang pada
astigmatisma yang tidak dikoreksi, menyebabkan sakit kepala atau kelelahan
mata (silau), dan mengaburkan pandangan ke segala arah.1,2

Gambar 2. Berkas sinar pada mata normal dan astigmatisma


6
Astigmatisma dapat disebabkan oleh kelainan pada kornea, dimana
permukaan luar kornea tidak teratur. Perubahan lengkung permukaan kornea ini
terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea,
peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea. Beberapa hal lain yang juga
adapat menyebabkan astigmatisma adalah kelainan pada lensa, intoleransi lensa
atau lensa kontak pada post-keratoplasty, tumor, dan pembedahan katarak.3,5

Dari hasil pemeriksaan visus kanan dan kiri didapatkan VOD 6/60 Sph -1,50
dan C -0,75,00 x 90° dan VOS 6/60 Sph -1,50 dan C -1,75 x 75. Untuk kedua mata Add
+1,50. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan pasien mengalami astigmatisme
miopia kompositus pada VOD. Berdasarkan letak fokusnya pada retina,
astigmatisma dibagi menjadi:2,4

1. Astigmatisma Miopia Simpleks


Astigmatisma jenis ini, terjadi ketika titik A (titik fokus dari daya bias
terkuat) berada di depan retina, sedangkan titik B (titik fokus dari daya
bias terlemah) berada tepat di retina. Pada ukuran lensa koreksi
astigmatisma jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl –Y atau Sph –X Cyl +Y di
mana X dan Y memiliki angka yang sama.
2. Astigmatisma Hipermetropia Simpleks
Astigmatisma jenis ini, terjadi ketika titik A berada tepat pada retina
sedangkan titik B berada di belakang retina.. Pada ukuran lensa koreksi
jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl –Y dimana X dan Y
memiliki angka yang sama.
3. Astigmatisma Miopia Kompositus
Astigmatisma jenis ini, titik A berada didepan retina sedangkan titik B
berada diantara titik A dan retina. Pola ukur lensa koreksi astigmatisma
jenis ini adalah Sph –X Cyl –Y.
4. Astigmatisma Hipermetropia Kompositus
Astigmatisma jenis ini, titik B berada dibelakang retina sedangkan titik
A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisma jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

7
5. Astigmatisma Mixtus
Astigmatisma jenis ini, titik A berada didepan retina sedangkan titik B
berada dibelakang retina. Pola ukur lensa koreksi astigmatisma jenis
ini adalah Sph +X Cyl –Y atau Sph –X Cyl +Y, dimana ukuran
tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol atau
notasi X dan Y menjadi sama-sama + atau -.

Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi berupa pemberian kacamata.


Berevision berfungsi sebagai. Pada astigmatisme, tujuan koreksi adalah untuk
membawa garis fokus dari dua meridian utama bersama disatu titik. Untuk
memperoleh tajam penglihatan terbaik dipergunakan lensa silinder. Sinar dalam
bidang melalui sumbu lensa silinder tidak terbias. Sinar dalam bidang tegak lurus
terhadap sumbu, dibias seperti lensa sferis positif Ukuran lensa koreksi
astigmatisma jenis ini diberikan kacamata sesuai dengan kelainan yang didapatkan
yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa
kombinasi lensa sferis. Selain lensa terdapat juga pilihan bedah yaitu dengan
radial keratotomy dan photorefractive keratectomy serta dapat dilakukan tindakan
lasik (laser assited in situ interlameral keratomileusis).5,6

IV. Kesimpulan
Astigmatisma ialah suatu kelainan refraksi yang terjadi karena berkas sinar
tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina, akan tetapi pada 2 garis
titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan di
kornea. Pada nilai koreksi astigmatisma kecil, hanya terasa pandangan kabur, tapi
terkadang pada astigmatisma yang tidak dikoreksi, menyebabkan sakit kepala atau
kelelahan mata (silau), dan mengaburkan pandangan kesegala arah.

Penyakit penyerta lainnya seperti hipertensi dan diabetes melitus juga


dapat mengakibatkan miopia patologis dimana kesalahan refraksi dapat melebihi
6,00 D. Koreksi dengan lensa silinder dan sferis akan memperbaiki visus pasien.
Selain lensa terdapat juga pilihan bedah yaitu dengan radial keratotomy dan
photorefractive keratectomy serta dapat dilakukan tindakan lasik (laser assited in
situ interlameral keratomileusis).
8
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S dan Yulianti, SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2013
2. Miller KM, Albert DL, Asbell PA, Atebara NH. Clinical Optics American
Academy of Ofthalmology: 2006.
3. James B, Chew C, Bron A. Optika Klinis. Dalam: Safitri A, editor. Lecture
note Oftalmology. Edisi 9. Jakarta: Erlangga: 2006.
4. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy
L, Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005.
5. Williams W. Corneal and Refractive Anomali. Dalam: Wright K, Head MD,
editor. Textbook of Ophthalomology. London: Waverly company.1997. p.
767
6. Whitcher JP and Eva PR. Low vision. In Whitcher JP and Eva PR. Vaughan
& Asbury’s General Ophtalmology. New York: MC Graw Hill: 2007.

Anda mungkin juga menyukai