Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel atau jaringan yang tidak
terkendali, terus bertumbuh atau bertambah, immortal (tidak dapat mati). Sel kanker
dapat menyusup ke jaringan sekitar dan dapat membentuk anak sebar (Depkes RI,
2013).
Gejala yang sering ditemukan pada luka kanker adalah malodor, eksudat,
nyeri, dan perdarahan. Penyebab malodor belum diketahui namun beberapa hal yang
berkontribusi terhadap malodor sudah menjadi postulat yaitu terjadinya infeksi,
kolonisasi bakteri anaerob, degradasi atau nekrosis. Pengeluaran eksudat disebabkan
oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh darah oleh tumor dan sekresi faktor
permeabilitas vaskular oleh sel tumor. Pada luka dapat menimbulkan nyeri karena
adanya penekanan tumor pada saraf dan pembuluh darah dan kerusakan saraf.
Perdarahan bisa terjadi jika tumor merusak pembuluh darah besar dan biasanya luka
kanker rapuh sehingga mudah berdarah terutama pada saat penggantian balutan.
Berdasarkan riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2013), prevalensi kanker di Indonesia sendiri sudah mencapai 1,4 per 1000
penduduk, dan merupakan penyebab kematian nomor tujuh. Penanganan penyakit
kanker di Indonesia menghadapi berbagai kendala yang menyebabkan hampir 70%
penderita ditemukan dalam keadaan sudah stadium lanjut.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami penjelasan tentang luka kanker,
2. Mahasiswa dapat memahami bagaimana patofisiologi terjadinya luka kanker,
3. Mahasiswa dapat memahami bagaimana gejala luka kanker,
4. Mahasiswa dapat memahami bagaimana manajemen pada gejala luka kanker.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tumor lokal menuju epitelium (Kalinski, 2005). Selain itu, luka kanker dapat terjadi
akibat metastase kanker (Sciech, 2002).
Sel kanker akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk dikendalikan. Sel
kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler akan
terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit. Sel kanker
tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh
darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan
kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker, infiltrasi sel kanker dapat
dilihat pada gambar (Naylor, 2003).
3
pembuluh darah besar atau penurunan pada fungsi platelet akibat tumor dapat
menimbulkan perdarahan pada luka (Naylor, 2002).
4
b) Penyebab, Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi faktor
permeabilitas vaskular oleh sel tumor merupakan penyebab pengeluaran eksudat
yang berlebihan. Produksi eksudat juga akan meningkat ketika terjadi infeksi
dan rusaknya jaringan karena protease bakteri (Naylor, 2002).
c) Cara mengukur, mengukur eksudat dapat dilakukan dengan cara menimbang
kassa yang digunakan untuk perawatan luka. Kassa ditimbang dua kali, yaitu
pada saat sebelum dan sesudah dilakukan perawatan luka. Eksudat dapat diukur
melalui perbedaan berat kassa antara sebelum dan sesudah digunakan pada
perawatan luka (Tanjung, 2007).
3. Nyeri,
a) Pengertian, Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan (Farida, 2010).
b) Penyebab, beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan nyeri pada luka
kanker yaitu penekanan tumor pada saraf dan pembuluh darah dan kerusakan
saraf yang biasanya menimbulkan nyeri. Saat otak mempersepsikan nyeri,
pelepasan neuromodulator oleh tubuh terhambat sehingga menimbulkan nyeri
(Husain, 2013). Jika luka kanker mengenai dermis pasien akan merasakan
superficial stinging. Nyeri juga dapat terjadi pada saat melakukan prosedur
pencucian luka atau pengangkatan balutan yang lengket pada dasar luka.
c) Cara mengukur, tingkat nyeri diukur pada saat pemberian Jelly gamat
menggunakan Pain Scale dengan VAS dari skala NRS (Numeric Rating Scale) 0-
10 dan diberi kategori 0 = tidak nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-
10 = nyeri hebat/sangat nyeri, nyeri yang tidak bisa ditahan oleh pasien.
4. Perdarahan,
a) Pengertian, luka kanker biasanya rapuh sehingga mudah berdarah terutama bila
terjadi trauma saat penggantian balutan. Perdarahan spontan juga bisa terjadi
jika tumor merusak pembuluh darah besar. Selain itu, perdarahan dapat terjadi
karena penurunan fungsi platelet akibat tumor.
5
b) Penyebab, pada stadium lanjut, sel kanker menyebar pada kulit bagian atas yang
berkembang menjadi suatu massa berbentuk jamur dari jaringan yang sangat
rapuh. Jaringan yang rapuh tersebut dengan mudah mengakibatkan perdarahan.
c) Cara mengukur, perdarahan diukur dengan melihat luka pada responden.
Mengukur perdarahan dengan skor 0-3 dan diberi kategori 0 = tidak ada
perdarahan/kering, 1 = perdarahan lokal/superfisial, 2 = perdarahan dalam
membutuhkan penekanan > 10 detik, 3 = perdarahan hebat (luas/besar dan
dalam) (Kalinski, 2005).
6
Metronidazole dapat diberikan secara sistemik dengan dosis 200 mg, 3 kali
sehari, akan tetapi pemberian melalui cara ini dapat menimbulkan efek samping
mual. Thomas et al (1998, dalam Naylor, 2002b) menyebutkan pemberian
antibiotik secara sistemik tidak efektif pada jaringan nekrotik dengan sirkulasi
darah yang buruk. Metronidazole gel secara topikal mudah digunakan dan
merupakan tindakan yang efektif (Ashford et al 1984; Bower et al, 1992; Finlay et
al 1996; dalam Naylor, 2002b). Metronidazole diberikan langsung pada dasar luka
selama 5-7 hari.
Madu juga telah digunakan sejak beberapa abad yang lalu dan semakin
populer penggunaannya saat ini, karena mampu melawan bakteri yang resisten
terhadap antibiotik. Madu yang memberikan lingkungan hiperosmotik pada luka
mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan membantu debridemen luka
(Cooper dan Molan, 1999; Edward, 2000; Morgan, 2000, dalam Naylor, 2002b).
Madu juga dapat melepaskan hidrogen peroksida secara perlahan pada luka sebagai
agen antibakteri (Dunford, 2000).
2. Eksudat,
Memilih balutan yang dapat mengabsorpsi eksudat sangat dianjurkan namun
kelembaban area luka tetap dipertahankan. Jika eksudat sedikit maka balutan daya
7
serap rendah dapat digunakan, misalnya hydrocolloid, dan semipermeable. Jika
eksudat berlebihan maka balutan daya serap sedang-tinggi yang digunakan, seperti
alginate, foam dressing, Tielle plus, dan Versiva (Naylor, 2002). Metronidazole
dan madu merupakan agen topikal yang dapat mengatasi infeksi pada luka kanker
sehingga dapat menurunkan produksi eksudat.
3. Nyeri,
Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk mengontrol nyeri. Sangat
penting untuk mencegah nyeri melalui penggunaan balutan yang tidak lengket dan
mempertahankan lingkungan yang lembab. Pemberian analgesik diperlukan
sebelum penggantian balutan. Pemberian analgesik opioid topikal, misalnya
diamorphine dan morphin merupakan alternatif tindakan yang diberikan jika
alagesik konvesional tidak berespon. Diamorphine dan morphin diberikan dengan
hydrogel dan diberikan langsung pada permukaan luka. Konsentrasi yang diberikan
biasanya 0,1% w/w (1 mg morphin dalam 1g hydrogel), dan berbagai gel dapat
diberikan. Metronidazole gel biasanya diberikan dengan opioid untuk mengontrol
nyeri dan malodor (Flock et al, 2000; Grocott, 2000, dalam Naylor, 2002b).
Kombinasi ini dapat menurunkan nyeri sampai dengan 24 jam (Naylor, 2002b).
8
Diamorphine Morphine
4. Perdarahan,
Risiko perdarahan pada luka kanker dapat diturunkan dengan menggunakan
balutan yang tidak lengket dan dapat mempertahankan kelembaban pada luka.
Pemberian inhibitor fibrinolitik (tranexamic) juga bermanfaat menghentikan
perdarahan (Tanjung, 2007). Tranexamic acid biasanya diberikan dengan dosis 1 -
1,5 g, 2-4 kali sehari sampai dengan 10 hari (Dean, 1997, dalam Nalylor, 2002b).
Perdarahan yang perlahan melalui kapiler dapat dihentikan dengan pemberian
sucralfat atau alginate (Emflorgo, 1998; Thomas et al, 1998, dalam Naylor, 2002b).
Adrenalin topikal juga dapat diberikan pada perdarahan berat melalui vasokontriksi
lokal dan menghentikan perdarahan. Tindakan ini harus dilakukan dengan
supervisi medik karena penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan nekrosis
iskemik (Grocott, 2000, dalam Naylor, 2002b).
Tranexamid Acid
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa luka kanker merupakan
kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh infiltrasi sel kanker. Gejala yang biasa
dialami yaitu malodor, eksudat, nyeri, dan perdarahan. Dari gejala tersebut dapat
menimbulkan permasalahan jika tidak dilakukan perawatan dengan baik. Maka dari
itu, perawatan yang dapat digunakan untuk manajemen luka kanker diantaranya
penggunaan balutan yang tepat dengan keadaan luka, penggunaan obat analgesik yang
baik bagi pasien luka kanker, dan mempertahankan kondisi luka agar tetap lembab.
B. Saran
Dari penjelasan diatas, penulis menyarankan kepada para pembaca agar dapat
menyaring informasi yang didapat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam aplikasi
teori.
10