ASKEP CA OVARIUM
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,entodermal, danmesodermal dengan sifat-sifat
histologis maupun bilogis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya
masih sering menjadi perdebatan
2. Epidemologi
Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari keganasan alat reproduksi wanita. Insidensi dari
rata-ratadari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
WHO pada tahun 1973 mengajukan klasifikasi sebagai
berikut
(1,2)
:
I. Neoplasma epitel
1) Jenis serosum
2) Jenis musinosum
3) Endometrioid
4) Mesonefroid
5) Tumor Brenner (transisional)
6) Kombinasi jenis epitelial
7) Kombinasi epitelial dengan unsur lain
8) Karsinorna tak terdiferensiasi
II. Neoplasma stroma gonad
1) Tumor sel granulosa/tekofibroma
2) Tumor sel Sertoli-Leydig
3) Gonadoblastoma
III. Tumor sel hpoid
IV. Neoplasma germinal
1) Disgerminoma
2) Tumor sinus endodermal
3) Karsinoma embrional
4) Khoriokarsinoma
5) Teratoma
V. Tumor jaringan lain yang tidak khas ovarium
VI. Limfoma maligna
VII. Tumor primer unclassified
VIII. Tumor metastatik.
ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan
luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam
percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
FAKTOR RISIKO
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak talk perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7. Nulipara
8. Infertilitas
9. Menstruasi dini
10.Tidak pernah melahirkan
3. Patologi
Letak tumor tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat dapat menjadi
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan
pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat menjadi kenyang,
sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut
merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang mengahasilkan ascites.
Kira-kira 60 % terdapat pada usia peri- menopausal, 30 % dalam masa reproduksi dan 10 %
pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi tidak pasti juga
ganas ( bordeline malignancy atau carcinoma of low- malignant potenstial) dan yang jelas ganas (true
malignant )
Tabel 14-16 Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial menurut WHO yang dimodifikasi.
I Tumor Epitelial yang umum : A Serosa ;B Musinosa ; C Endometriod;D; Celearcell
(mesonephroid) a. Benigna; b Bordeline malignancy; c, Karsinoma; E. Brenner; F. Epitelial
campuran; G Karsionoma tak terdekteksi; H Tumor tak terklasifikasi.
Sex- cord stromal tumours: A. Tumor Granulosa – theca cell a. Benigna ; b Maligna; B
II Androblastoma (Seretoli-Leydig); C Gynadroblastoma ; D Tidak terklasifikasi.
Tumor-tumor Germ- cell ;A Disgerminoma; B Tumor Sinus Endodermal; C
Tumor-tumor Lipid cell
III Tumor-tumor Germ- cell ;A Disgerminoma; B Tumor Sinus Endodermal; C Karsinoma
IV Embrional; D. Poli- embrioma ; E. Khoriokarsinoma; F Teratoma ; 1. immature; 2. matur
(solid atau kistik) ; 3 monodermal (stroma ovarii dan/atau karsinoid atau lainnya).
Semua klasifikasi tumor ovarium mempunyai kelemahan oleh karena masih kurangnya
pengetahuan tentang histiogenesis semua tumor ovarium oleh karena tumor ovarium yang tampaknya
serupa mempunyai asal yang berbeda.
Tumor – tumor Epitelial Ovarium
Merupakan 40 % dari semua tumor ovarium . Ada 2 jenis : serosa dan musinosa. Kedua-
duanya mempunyai kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga
peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa.Kistadenokarsinoma
papiliferum pseudo-musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan kemungkinan penyebaran
lokal yang tinggi. Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid dan Brenner adalah jarang.
Karsinoma Ovarium Metalistik:
Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid. Tumor primernya berasal dari korpus uterus, usus-
usus, mamma tau kelenjar tiroid. Kurang lebih 6 % dari karsinoma ovarium yang ditemukan saat
operasi adalah metastatik. Termasuk dalam golongan ini adalah Tumor Krukenberg, yang mempunyai
gambaran mikroskopik khas, berupa sel-sel yang mempunyai cincin signet di tengah-tengah stroma.
Sebagian besar dari Tumor Krukenberg adalah metastatis dari karsinoma ventrikuli (gaster).
Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita melakukan dteksi dini tumor ganas
ovarium karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang biasanya
muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
a) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhyan primer dan infiltrasi kejaringan sekitar
b) Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi
adanya ascites,
c) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme;
intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan type histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau masa, di dalam
panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dan yang kistik sampai yang solid (padat)
Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinik.
Pemakian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan (Computerised Axial Tomography scanning) dapat
memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasanya sebelum pembedahan.
Laparotomi eksploratif disertai biopsy potong beku (frozen section) masih tetap merupakan prosedur
diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnya mengenai tumor dan perluasannya
serta menentukan strategi penanganan selanjutnya.
7. Penatalaksanaan
a) Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2 (FIGO;
Tingkat I dan II), yang diberikan pada panggul saja atau seluruh rongga perut . Juga radioterapi dapat
diberikan kepada penyakit yang tingkatannya agak lanjut, tetapi akhir-akhir ini banyak diberikan
bersama khemoterapi, baik sebelum atau sesudahnya sebagai adjuvans, radio sensitizer maupun radio-
ennhancer .
Di banyak senter, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai tempat dalam penanganan tumor
ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3dan T4 (FIGO:tingkat III dan IV)
dilakukan debulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang
tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar ( radiosensitif ) seperti disgerminoma
dan tumor sel granulose.
b) Khemoterapi
Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan tumor ganas ovarium.
Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens
alkylating (seperti cyclophosphamide,chlorambucil) antimetabolit , (seperti Adriamisin) dan agens lain
(seperti Cis – Platinum) Pelbagai kombinasi dari agens telah digunakan yang ternyata dapat
menunjukkan potensi yang berarti.
Adanya sistes mungkin dapat dikendalikan dengan khemoterapi intraperitoneal.Isotop
radioaktif sekarang jarang digunakan pada penanganan tumor ini, sedang teknik shunting cairan
ascites ke dalam vena jugularis melalui plastic tube yang berkatup searah, sekarang banyak dipakai.
Penanganan paliatif tumor ganas ovarium sering menggunakan preparat hormon progestativa.
c) Penanganan lanjut
Untuk tumor ganas ovarium skema/bagan pengamatan lanjut (follow up control) adalah sebagai
berikut :
Sampai 1 tahun setelah penanganan , setiap 2 bulan,
Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan,
Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan,
Seterusnya setiap tahun sekali.
8. Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan lanjut yang
dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi
penderita mengizinkan
9. Pengkajian
a. Aktifitas istirahat
Gejala : Gangguan tidur/istirahat, lemah.
Tanda : Takikardia dan takipneu pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna).
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, nyeri tekan abdomen, konstipasi.
Tanda : Abdomen keras (distensi abdomen).
d. Integritas ego
Gejala : Stress, masalah financial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas.
e. Makanan dan cairan
Gejala : Penurunan berat badan.
Tanda : Mulut kering, turgor jelek.
f. Neorosensori
Gejala : Sakit kepala
Tanda : Menurunnya kekuatan otot.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang/berat).
Tanda : Wajah meringis.
h. Pernafasan
Gejala : Sesak pada dada, nafas pendek yang progresif.
Tanda : Takipneu.
i. Seksualitas
Gejala : Keinginan untuk kembali seperti fungsi normal.
Tanda : Menstruasi tidak teratur.
j. Keamanan
Gejala : Adanya perasaan cemas.
k. Interaksi social
Gejala : Mempertanyakan kemampuan untuk mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda : Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat.
Rasional : Pemberian dengan cara IV disukai karena menjamin pemberian analgesic lebih cepat dan
absorsinya seimbang.
2. Gangguan dalam eliminasi BAB dan BAK b/d penekanan pada kandung kemih dan rectum
Kriteria hasil : Dapat mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih serta pola defikasi yang
optimal
a. Kaji fungsi urinarius, perhatikan frekuensi dan jumlah berkemih per hari dan perasaan kandung
kemih penuh.
Rasional : Berkemih harus dalam jumlah sedang untuk dapat dikatakan cukup.
b. Diskusikan kebutuhan dan penggantian cairan normal.
Rasional : 6-8 gelas cairan per hari membantu mencegah statis.
c. Perhatikan riwayat trauma kandung kemih.
Rasional : Faktor-faktor ini memperberat infeksi akibat perubahan pada pola eliminasi.
d. Anjurkan klien untuk rendam duduk (dalam air hangat) atau menggunakan mandi pancuran hangat
bila ia sulit berkemih.
Rasional : Air hangat yang dialirkan di atas tubuh atau relaksasi perineum dan uretra memudahkan
berkemih.
e. Evaluasi sifat dan beratnya masalah yang berkenaan dengan defekasi.
Rasional : Membantu menetukan kebutuhan-kebutuhan individu dan memilih intervensi yang tepat.
f. Tentukan metode-metode yang digunakan untuk memperbaiki konstipasi.
Rasional : Setiap upaya harus di buat untuk menggunakan diet dan latihan untuk meningkatkan
fungsi usus.
g. Tinjau ulang masukan diet dan cairan, anjurkan peningkatan masukan cairan, buah-buahan dan
sayur-sayuran.
Rasional : Merangsang peristaltic, menurunkan absorbsi air berlebihan dari bahan fecal, sehingga
meningkatkan feses yang lebih lunak.
h. Catat adanya hemoroid/perdarahan.
Rasional : Perdarahan atau nyeri hemoroid dapat meningkatkan kemungkinan bahwa klien akan
menunda defekasi yang akan memperberat konstipasi dan feses kering dan cairan lebih banyak di
absorbsi dari feses.
3. Gangguan pola tidur b/d nyeri
Kriteria hasil; Melaporkan rasa sejahtera dan istirahat.
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kelelahan klien dapat memberikan intervensi yang tepat
sesuai kebutuhan
b. Kaji factor-factor bila ada yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan untuk
meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra
Rasional : Dapat membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi sehingga terpenuhi
kepenuhan tidurnya.
c. Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan anggota keluarga yang lain.
Rasional : Bantu klien dalam merencanakan periode tidur atau istirahat pada siang hari secara
realistic.
d. Berikan obat obatan misalnya analgesic
Rasional : Mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan.
e. Anjurkan klien untuk menggunakan tablet vitamin dan besi setiap hari dan pilih diet dengan tepat
Rasional : Membatu memperbaiki kadar Hb diperlukan untuk transport O2 dan meningkatkan
pemulihan.
4. Ansietas b/d ancaman yang dirasakan pada diri
Kriteria hasil; Melaporkan ansietas berkurang serta dapat diatasi dan nampak rilex
a. Jelaskan prosedur intervensi keperawatan dan pertahankan komunikasi terbuka
Rasional : Pengetahuan untuk ealist aktivitas ini dapat menurunkan rasa takut dari ketidaktahuan
b. Anjurkan pengguanaan tekhnik relaxsasi.
Rasional : Memungkinkan klien mendapatkan keuntungan maximal dari priode isterahat, mencegah
kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah uterus.
c. Anjurkan pengungkapan rasa takut
Rasional : Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping.
d. Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber dari masalah
Rasional : Pelaksanaan operasi mungkin dipandang sebagai suatu kegagalan dalam hidup klien.
e. Bantu klien atau pasangan mengindentifikasi mekanisme koping yang lasim dan perkembangan
strategi koping baru jika dibutuhkan.
Rasional : Membantu memfasilitasi adaptasi yang positip serta mengurangi perasaan ansietas.
f. Berikan imformasi yang akurat tentang keadaan klien
Rasional : Hayalan yang disebabkan oleh kurangnya imformasi atau kesalah pahaman dapat
meningkatkan tingkat ansietas.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang imformasih dan mispersepsi tentang penyakitnya
Kriteria hasil; Meningkat pemahaman tentang proses penyakitnya.
a. Tinjau ulang tengtang imformasi yang diterima dan berikan informasi atau perjelas kesalahan konsep
bila perlu.
Rasional : Pengulangan imformasi membantu memberikan kesempatan untuk diskusi tentang ide –
ide dan masalah – masalah.
b. Diskusikan harapan klien mengenai pekerjaan, keluarga dan kebutuhan – kebutuhannya sendiri
Rasional : Keseimbangan kebutuhan-kebutuhan yang banyak dapat berlebihan khususnya bila
harapan klien atau keluarga yang tidak ealistic.
c. Bantu dalam mengembangkan rencana-rancana ealistic, Indentifikasi sumber – sumber dan
penyusunan tujuan.
Rasional : Pembagian tugas dan tanggung jawab membantu menurunkan kelelahan individu,
meningkatkan adaftasi dan meningkatkan kesejahteran umum.
6. Resiko pola napas tidak efektif b/d pergeseran diagfragma karena pembesaran uterus.
Kriteria hasil; Mendemonstrasikan prilaku yang mengoptimalkan fungsi pernapasan
a. Kaji status pernapasan klien.
Rasional : Menentukan luas atau beratnya masalah yang terjadi meskipun kapasitas vital meningkat
fungsi pernapasan diubah saat kemampuan diagfragma untuk turun pada saat inspirasi berkurang oleh
pembesaran uterus.
b. Kaji kadar hemoglobin dan hematokrit, tekankan pentingnya masukan vitamin.
Rasional : Kurangnya kadar Hb mengakibatkan kemungkinan anemia dan menurunkan kapasitas
pembawa O2.
c. Berikan imformasi tentang rasional untuk kesulitan pernapasan dan program aktivitas atau latihan
ealistic.
Rasional Dapat menurunkan kemungkinan gejala – gejala pernapasan yang berlebihan.
d. Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi masalah, misalnya : postur yang
baik, makan sedikit tapi sering, dengan menggunakan posisi semi fowler untuk duduk atau tidur bila
gejala berat
Rasional : Postur yang baik dan makan sedikit membantu memaksimalkan penurunan diagfragma,
meningkatkan kertersediaan ruang untuk ekspansi paru. Perubahan posisi tegak dapat meningkatkan
ekspansi paru .
12. Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau kembali dari apa
yang telah direncanakan / intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama pada pasien dapat mencakup
pola napas yang efektif, peredaan nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang baik, pemenuhan
istirahat tidur yang adekuat, pengurangan kecemasan, peningkatan pengetahuan.
13. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari intervensi yang telah ditetapkan adalah:
1 Apakah klien dapat menunjukkan tanda peredaan nyeri
2 Apakah klien dapat mempertahankan pola eliminasinya
3 Apakah klien dapat mempertahankan istirahat yang adekuat
4 Apakah klien mampu menunjukkan penurunan perasaan cemas.
5 Apakah klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya.
6 Apakah klien dapat mempertahankan pola napas yang efektif
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Derek, Liewellyn-Jones 2001 Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Alih bahasa: Hadyanto, Ed. 6.
Hipokrates, Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Bagian Obstetri & ginekologi FK.Unpad,1993. Obstetri Fisiologi.Eleman Bandung
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Wong, Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co.,
Philadelphia.
Dibuat Oleh Trinoval Yanto Nugroho at Monday, May 17, 2010
Email This
A. PENDAHULUAN
Cancer ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi wanita. Insidensi rata-
rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 1.000.000 populasi wanita setahunnya. Cancer
ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari
ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun
biologis yang beraneka ragam. Oleh karena itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih sering
menjadi perdebatan. Kira-kira 60% terdapat pada usia perimenopausal, 30% dalam masa reproduksi,
dan 10% pada usia jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak ( benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak
pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low malignant potential ) dan yang jelas ganas
(malignant ).
B. PENGERTIAN
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke
bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam
percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
D. FAKTOR RISIKO
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak talk perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7. Nulipara
8. Infertilitas
9. Menstruasi dini
10.Tidak pernah melahirkan
E. TANDA DAN GEJALA
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat
F. PATOFISIOLOGI
G. KLASIFIKASI
Klasifikasi tumor epitelium menurut WHO yang dimodifikasi:
1. Gejala desakan, yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke jaringan sekitar.
2. Gejala diseminasi/penyebaran, yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi
adanya ascites.
3. Gejala hormonal, yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme,
intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita.
J. TERAPI TUMOR GANAS OVARIUM
Untuk kanker ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama. Pada tingkatan awal prosedur
adalah TAH + BSO + OM + APP ( optional). Luas pembedahan tergantung oleh insidensi dari
seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi badan
rahim (korpus uterus). Biopsi dibeberapa tempat seperti: omentum, kelenjar getah
bening para maupun pre orbital dan area sub diaprahmatika amatlah penting.
Pembedahan juga amat penting sebagai tindakan primer pada penderita dengan penyakitnya
yang ekstensif ialah dengan mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor, bila keadaan
memungkinkan meskipun tidak semua jaringan tumordapat diangkat seluruhnya ( debulking). Dengan
debulking (bulk reductive surgery) memungkinkan kemo maupun radioterapi menjadi lebih efektif.
Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor ovariumnya saja: oophorectomi atauoophoro
kistektomi) masih dapat dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita masih muda, belum
mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti disgerminoma, tumor sel
granulosa,dan arrheoblastoma atau low potential malignancy = borderline malignancy, hal itu masih
bisa dipertanggungjawabkan meskipun beberapa ahli berpendapat tindakan seperti itu tetap
merupakan gambling. Pengawasan ketat pada penderita pasca bedah merupakan suatu keharusan.
1. Radioterapi
Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa hanya efektif pada jenis tumor yang
peka terhadap sinar seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
2. Kemoterapi
b) Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
c) Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan
kadar hormone
Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi,
stimulasi kutan
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan
peran
Tujuan : KLien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
Intervensi :
Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan
Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang
perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh,
perubahan kadar hormone
Tujuan : -KLien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
- Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara
mengekspresikan keinginan seksual
Intervensi:
Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur
pembedahan
Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Derek, Liewellyn-Jones 2001 Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Alih bahasa: Hadyanto, Ed. 6.
Hipokrates, Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Bagian Obstetri & ginekologi FK.Unpad,1993. Obstetri Fisiologi.Eleman Bandung