Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Penulisan modul Pengenalan Rusunawa merupakan bagian yang perlu diketahui oleh
para peserta diklat, untuk memberikan wawasan dalam memahami modul-modul
diklat yang terkait dalam pelatihan ini.

Dalam modul Pengenalan Rusunawa ini diuraikan masalah kriteria perencanaan dan
kriteria teknis bangunan dari rusunawa bertingkat rendah dan rusunawa bertingkat
tinggi, sehingga para peserta diklat dalam menjalankan pengawasan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.

Uraian dalam modul Pengenalan Rusunawa ini sudah barang tentu akan terkait
dengan diklat modul yang lain, yaitu
a. Modul Diklat Pemanfaatan Rusunawa
b. Modul Diklat Pengelolaan Rusunawa
c. Modul Diklat Perencanaan Pemeliharaan Dan Perawatan Rusunawa
d. Modul Diklat Pemeliharaan Rusunawa
e. Modul Diklat Perawatan Rusunawa
f. Modul Diklat Kunjungan Lapangan Rusunawa
g. Modul Diklat Semunar Rusunawa

1.2 Deskripsi Singkat

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1)
menegaskan bahwa, Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
Jika kita melihat kondisi sekarang, dimana masih banyaknya masyarakat
berpenghasilan rendah (yang untuk selanjutnya dalam modul diklat 1 ini kami sebut
sebagai MBR) yang masih banyak yang belum mampu dan belum dapat menghuni
rumah yang layak, khususnya di daerah seputar perkotaan, dan hal ini akan
mengakibatkan timbulnya dan terbentuknya kawasan yang kumuh. Program
Pemerintah untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah dan sekaligus
untuk memenuhi kebutuhan perumahan tersebut, salah satunya dapat dilakukan
dengan melalui pembangunan rumah susun sebagai bagian dari pembangunan
perumahan mengingat keterbatasan lahan di perkotaan. Pembangunan rumah susun
ini diharapkan mampu mendorong pembangunan perkotaan yang sekaligus menjadi
solusi peningkatan kualitas permukiman. Dan masyarakat berpenghasilan rendah
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 1
adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah susun.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun,


telah memberikan kewenangan yang luas kepada Pemerintah di bidang
penyelenggaraan rumah susun dan memberikan kewenangan kepada pemerintah
daerah untuk melakukan penyelenggaraan rumah susun di daerah sesuai dengan
kewenangannya. Kewenangan yang diberikan tersebut didukung oleh pendanaan
yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara maupun anggaran
pendapatan dan belanja daerah. Undang-Undang ini juga mengatur kegiatan
perencanaan, pembangunan, penguasaan dan pemanfaatan, pengelolaan,
pemeliharaan dan perawatan, pengendalian, kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat yang dilaksanakan secara sistematis, terpadu,
berkelanjutan, dan bertanggung jawab.

Jenis rusunawa adalah rusunawa bertingkat rendah dan rusunawa bertingkat tinggi.
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi,
menyebutkan definisi Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah
susun sederhana dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum
20 lantai.

Rusunawa adalah untuk masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga sasaran


pembangunan rusunawa diantaranya adalah rusunawa untuk TNI/POLRI, rusunawa
untuk pekerja, dan rusunawa untuk pendidikan berasrama.

1.3 Tujuan Pembelajaran

1.3.1 Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti mata diklat Pengenalan Rusunawa ini, peserta dapat memahami
kebijakan dan program Pemerintah tentang penyelenggaraan rusunawa di
Indonesia, jenis-jenis rusunawa dan sasaran pembangunan rusunawa

1.3.2 Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti mata diklat Pengenalan Rusunawa ini,

1. Peserta mampu menjelaskan tentang kriteria perencanaan bangunan rusunawa


bertingkat rendah
2. Peserta mampu menjelaskan tentang ketentuan teknis bangunan rusunawa
bertingkat rendah

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 2


3. Peserta mampu menjelaskan tentang kriteria perencanaan bangunan rusunawa
bertingkat tinggi
4. Peserta mampu menjelaskan tentang ketentuan administratif bangunan
rusunawa bertingkat tinggi
5. Peserta mampu menjelaskan tentang ketentuan teknis tata bangunan rusunawa
bertingkat tinggi
6. Peserta mampu menjelaskan tentang ketentuan teknis keandalan bangunan
rusunawa bertingkat tinggi
7. Peserta mampu menjelaskan tentang ketentuan biaya bangunan rusunawa
bertingkat tinggi

1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1. Jenis-jenis rusunawa.
a. Rusunawa bertingkat rendah
b. Rusunawa bertingkat tinggi
2. Sasaran pembangunan rusunawa
a. Rusunawa untuk TNI/POLRI
b. Rusunawa untuk pekerja
c. Rusunawa untuk pendidikan berasrama

1.5 Bahan Untuk Pembelajaran

Bahan untuk pembelajaran berupa:

a. Bahan tayang, berupa power point


b. LCD (Liquid Crystal Display) atau menggunakan LED (Light Emitting Diode)
c. Laptop
d. Spidol
e. Buku catatan

1.6 Petunjuk Untuk Pembelajaran

Mata diklat “Pengenalan Rusunawa” akan diselengarakan dalam 3 jp atau selama


135 menit, yang terdir dari:

 ± 10% atau sekitar 15 menit untuk pendahuluan dan pengkondisian


 ± 70% atau sekitar 100 menit penyampaian materi pokok, yang terdiri dari,

- 50 menit penyampaian pemahaman tentang materi jenis-jenis rusunawa


- 50 menit penyampaian pemahaman tentang materi sasaran pembangunan
rusunawa

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 3


 ± 20% atau sekitar 20 menit untuk Penutup yang terdiri dari:

- Ringkasan/rangkuman materi dan tanya jawab


- Evaluasi pembelajaran
Materi Modul I Kegiatan
N0
Pengenalan Rusunawa Instruktur Peserta Latih

1 Pendahuluan dan a. Pengkondisian suasana a. Menyimak dan mencatat


pengkondisian suasana dan memotivasikan penjelasan instruktur
peserta b. Aktif berkomentar
(10 menit)
b. Maksud pelatihan c. Aktif bertanya
c. Ringkasan materi
2 Penjelasan tentang jenis- a. Menjelaskan kebijakan a. Mempersiapkan segala
jenis rusunawa (50 menit) Pemerintah dalam sesuatunya untuk pelatihan
penyelenggaraan terkait
rumah susun b. Menyimak (attentively)
b. Menjelaskan definisi penjelasan dari instruktur
rumah susun c. Mencatat semua
c. Menjelaskan jenis- penjelasan yang penting
jenis rumah susun sesuai kebutuhan masing-
d. Menjelaskan rumah masing peserta
susun berdasarkan d. Aktif memberikan
Peraturan Menteri  Komentar
Pekerjaan Umum  Masukan
Nomor :  Usulan yang
05/Prt/M/2007 konstruktif/membangun
Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan
Rumah Susun
Sederhana Bertingkat
Tinggi
3 Penjelasan tentang a. Menjelaskan Program a. Mempersiapkan segala
sasaran pembangunan Pembangunan rusun sesuatunya untuk pelatihan
rusunawa (50 menit) untuk TNI/POLRI terkait
b. Menjelaskan maksud b. Menyimak (attentively)
dan tujuan rusunawa penjelasan dari instruktur
TNI/POLRI c. Mencatat semua
c. Menjelaskan penjelasan yang penting
Rusunawa Untuk sesuai kebutuhan masing-

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 4


Materi Modul I Kegiatan
N0
Pengenalan Rusunawa Instruktur Peserta Latih

Pekerja masing peserta


d. Menjelaskan d. Aktif memberikan
Rusunawa Untuk  Komentar
Pendidikan Berasrama  Masukan
 Usulan yang
konstruktif/membangun
4 Penutup (25 menit) a. Instruktur membuat a. Menyimak rangkuman
ringkasan/rangkuman b. Tanya jawab dan diskusi
b. Tanya jawab
c. Melaksanakan evaluasi

BAB II

JENIS-JENIS RUSUNAWA
2.1 Rusunawa Bertingkat Rendah

Rumuah Susun Sederhana Sewa adalah untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan
memberikan akomodasi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan dapat
dihuni dan sewa. Rumuah Susun Sederhana Sewa merupakan program pemerintah.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 5
Dalam. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 14 /Permen/M/2007
Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa, disebutkan definisi rusunawa
adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah
horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan
menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian.

2.1.1 Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti mata diklat Pengenalan Rusunawa ini,

1. Peserta mampu menjelaskan tentang kriteria perencanaan bangunan rusunawa


rusunawa bertingkat rendah
2. Peserta mampu menjelaskan tentang ketentuan teknis bangunan rusunawa
rusunawa bertingkat rendah
1
2.1.2 Kriteria Perencanaan Rusunawa Bertingkat Rendah

Dalam beberapa hal kriteria perencanaaan rusunawa bertingkat rendah sesuai PP no


4 tahun 1988, adalah sama dengan rusunawa bertingkat tingkat tinggi, kecuali dalam
beberapa hal karena masalah teknis karena ketinggian bangunan. Dalam kriteria
perencanaan rencana bangunan rusunawa harus berisi rencana tapak beserta denah
dan potongan yang menunjukan dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal
dari satuan rumah susun yang dimaksud. Untuk memberikan batas yang jelas, maka
batas pemilikan bersama harus digambarkan secara jelas dan mudah di mengerti
oleh semua pihak dan ditunjukkan dengan gambar dan uraian tertulis yang
terperinci.

Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai


hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan
langsung maupun tidak langsung secara alami, dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. Dalam hal hubungan langsung maupun tidak
langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung
secara alami tidak mencukupi atau tidak memungkinkan, harus diusahakan adanya
pertukaran udara dan pencahayaan buatan yang dapat bekerja terus menerus
selama ruangan tersebut digunakan, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

1
Sumber data-data dalam narasi ini diambil dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1988 Tentang Rumah Susun

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 6


Dalam rumah susun harus dilengkapi dengan :
a. jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan dan
perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam
bangunan;
b. jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan
perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta pengamanan
terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan;
c. jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta perlengkapannya, termasuk
meter gas, pengatur arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya
hal-hal yang membahayakan;
d. saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas,
dan pemasangan;
e. saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas,
dan pemasangan;
f. saluran dan/atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan
terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan;
g. tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi
lainnya;
h. alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan tingkat
keperluaan dan persyaratan yang berlaku;
i. pintu dan tangga darurat kebakaran;
j. tempat jemuran;
k. alat pemadam kebakaran;
l. penangkal petir;
m. alat/sistem alarm;
n. pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu;
o. generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift.
Bagian-bagian dari kelengkapan yang merupakan hak bersama harus ditempatkan
dan dilindungi untuk menjamin fungsinya sebagai bagian bersama dan mudah
dikelola.
Beberapa persyaratan kriteria perencanaan untuk rumah susun sederhana adalah.
a. Harus mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan, dan
memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaanya serta
harus disusun, diatur, dan dikoordinasikan untuk dapat mewujudkan suatu
keadaan yang dapat menunjang kesejahteraan dan kelancaran bagi penghuni
dalam menjalankan kegiatan seharihari untuk hubungan ke dalam maupun ke
luar.
b. Dapat berada pada permukaan tanah, diatas atau di bawah permukaan tanah,
atau sebagian di bawah dan sebagian di atas permukaan tanah, merupakan
dimensi dan volume ruang tertentu sesuai dengan yang telah direncanakan.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 7
c. Harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni sehari-hari.
d. Pemenuhan untuk kebutuhan para penghuni sehari-hari harus dapat disediakan
pada bagian bersama.
e. Bagian bersama yang berupa ruang untuk umum, ruang tangga, lift, selasar,
harus mempunyai ukuran yang memenuhi persyaratan dan diatur serta
dikoordinasikan untuk dapat memberikan kemudahan bagi penghuni dalam
melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam hubungan sesama penghuni, maupun
dengan pihak-pihak lain, dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan, dan
keterpaduan.
f. Benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi, kualitas, kapasitas yamg
memenuhi persyaratan dan diatur serta dikoordinasikan untuk dapat
memberikan keserasian lingkungan guna menjamin keamanan dan kenikmatan
para penghuni maupun pihak-pihak lain, dengan memperhatikan keselarasan,
keseimbangan, dan keterpaduan.
g. Harus dibangun di lokasi yang sesuai dengan peruntukan dan keserasian
lingkungan dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah yang
ada.
h. Harus dibangun pada lokasi yang memungkinkan berfungsinya dengan baik
saluran-saluran pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuangan
air hujan dan jaringan air limbah kota.
i. Lokasi rumah susun sederhana harus mudah dicapai angkutan yang diperlukan
baik langsung maupun tidak langsung pada waktu pembangunan maupun
penghunian serta perkembangan dimasa mendatang, dengan memperhatikan
keamanan, ketertiban, dan gangguan pada lokasi sekitarnya.
j. Lokasi rumah susun sederhana harus dijangkau oleh pelayanan jaringan air
bersih dan listrik.
k. Dalam hal lokasi rumah susun sederhana belum dapat dijangkau oleh pelayanan
jaringan air bersih dan listrik, penyelenggara pembangunan wajib menyediakan
secara tersendiri sarana air bersih dan listrik sesuai dengan tingkat
keperluannya, dan dikelola berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
l. Kepadatan bangunan dalam lingkungan harus memperhitungkan dapat
dicapainya optimasi daya guna dan hasil guna tanah, sesuai dengan fungsinya,
dengan memperhatikan keserasian dan keselamatan lingkungan sekitarnya,
berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
m. Tata letak bangunan harus menunjang kelancaran kegiatan sehari-hari dengan
mempertimbangkan keserasian, kesimbangan, dan keterpaduan.
n. Tata letak bangunan harus memperhatikan penetapan batas pemilikan tanah
bersama, segi-segi kesehatan, pencahayaan, pertukaran udara, serta
pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya yang mengancam keselamatan
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 8
penghuni, bangunan, dan lingkungannya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
o. Lingkungan rumah susun sederhana harus dilengkapi dengan prasarana
lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk keperluan kegiatan sehari-
hari bagi penghuni, baik ke dalam maupun ke luar dengan penyediaan jalan
setapak, jalan kendaraan, dan tempat parkir.
p. Penyediaan prasarana lingkungan harus mempertimbangkan kemudahan dan
keserasian hubungan dalam kegiatan sehari-hari dan pengamanan bila terjadi
hal-hal yang membahayakan, serta struktur, ukuran, dan kekuatan yang cukup
sesuai dengan fungsi dan penggunaan jalan tersebut.
q. Lingkungan rumah susun sederhana harus dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan utilitas umum yang sifatnya menunjang fungsi lainnya dalam
rumah susun yang bersangkutan, meliputi :
1) Jaringan distribusi air bersih, gas, dan listrik dengan segala kelengkapannya
termasuk kemungkinan diperlukannya tangki-tangki air, pompa air, tangki
gas, dan gardu-gardu listrik;
2) Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan pembuangan air hujan
dari rumah susun ke sistem jaringan pembuangan air kota;
3) Saluran pembuangan air limbah dan/atau tangki septik yang
menghubungkan pembuangan air limbah dari rumah susun ke sistem
jaringan air limbah kota, atau penampungan air limbah tersebut ke dalam
tangki septik dalam lingkungan;
4) Tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat
pengumpulan sampai dari rumah susun selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktor-faktor
kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan;
5) Kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya
kebakaran yang dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan dengan
kapasitas air yang cukup untuk pemadam kebakaran;
6) Tempat parkir kendaraan dan/atau penyimpanan barang yang
diperhitungkan terhadap kebutuhan penghuni dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatannya sesuai dengan fungsinya;
7) Jaringan telepon dan alat komunikasi lain sesuai dengan tingkat
keperluanya.
Dalam Rumah susun sederhana dan lingkungannya harus disediakan ruangan-
ruangan dan/atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan
masyarakat, tempat bermain bagi anak-anak, dan kontak sosial lainnya, sesuai
dengan standar yang berlaku.
Dalam lingkungan rumah susun sederhana yang sebagian atau seluruhnya digunakan
sebagi hunian untuk jumlah satuan hunian tertentu, selain penyediaan ruang
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 9
dan/atau bangunan harus disediakan pula ruangan dan/atau bangunan untuk
pelayanan kebutuhan sehari-hari sesuai dengan standar yang berlaku.

2.1.3 Ketentuan Teknis Bangunan Rusunawa Bertingkat Rendah

Rusunawa harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen dan


penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan
standar yang berlaku. Struktur, komponen dan penggunaan bahan bangunan
rusunawa tersebut harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap :
a. Beban mati;
b. Beban bergerak
c. Gempa, hujan, angin, banjir;
d. Kebakaran dalam jangka waktu yang diperhitungkan cukup untuk usaha
pengamanan dan penyelamatan;
e. Daya dukung tanah;
f. Kemungkinan adanya beban tambahan, baik dari arah vertikal maupun
horizontal;
g. Gangguan/perusak lainnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Beberapa persyaratan dalam pemanfaatan bangunan rusunawa diantaranya adalah,


a. Pemanfaatan bagian atap (roof) harus disesuaikan dengan daya dukung struktur
bangunan rusunawa;
b. Pemanfaatan bagian bangunan balkon atau dinding bangunan hanya dapat
digunakan untuk tanaman dalam pot/ gantung;
c. Dinding bagian dalam bangunan dapat dimanfaatkan untuk menempatkan
papan informasi.
d. Ketentuan-ketentuan teknis diatur oleh Menteri Pekerjaan Umum.
2
2.2 Rusunawa Bertingkat Tinggi

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2007 Tentang Pedoman


Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi, menyebutkan
definisi Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah susun
sederhana dengan jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum 20
lantai. Penyelenggaraan Rusuna Bertingkat Tinggi dilaksanakan oleh pengembang,
penyedia jasa konstruksi, dan pengguna Rusuna Bertingkat Tinggi.

2
Sumber data-data dalam narasi ini diambil dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
05/Prt/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat
Tinggi
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 10
2.2.1 Kriteria Perencanaan Rusunawa Bertingkat Tinggi

Dalam pelaksanaan pembangunan rusuna bertingkat tinggi, para penyelenggara


pembangunan perlu mengikuti pedoman teknis sebagai petunjuk dalam
pelaksanaannya, agar bangunan gedung rusuna bertingkat tinggi dapat terwujud
sesuai dengan fungsi, persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. Dan selain dari pada itu
juga agar rusuna bertingkat tinggi diselenggarakan dengan tertib, efisien dalam
penggunaan sumber daya dan terjangkau, efektif dengan mempertimbangkan
aspek budaya dan pola hidup calon penghuni, serta berkelanjutan.

Lingkup Pedoman Teknis ini meliputi


a. kriteria perencanaan,
b. ketentuan administratif,
c. ketentuan teknis tata bangunan,
d. ketentuan teknis keandalan bangunan, dan
e. ketentuan pembiayaan bangunan rusuna bertingkat tinggi.

a. Kriteria Perencanaan Rusuna Bertingkat Tinggi yang meliputi

1) Kriteria Umum.

Kriteria Umum adalah kriteria persyaratan untuk pemenuhan tujuan


pengaturan bangunan gedung

2) Kriteria Khusus.

Kriteria Khusus adalah kriteria persyaratan untuk pemenuhan tujuan


pengaturan bangunan rusuna bertingkat tinggi

Kriteria Umum:

Dalam penyelenggaraan Rusuna Bertingkat Tinggi yang pelaksanaannya oleh


pengembang, penyedia jasa konstruksi, dan/atau pengguna Rusuna Bertingkat
Tinggi harus memenuhi kriteria umum sebagai berikut :
1) Bangunan Rumah Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi persyaratan
fungsional, andal, efisien, terjangkau, sederhana namun dapat mendukung
peningkatan kualitas lingkungan di sekitarnya dan peningkatan
produktivitas kerja.
2) Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material,
tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 11


fungsi sosial bangunan, dan mampu mencerminkan keserasian bangunan
gedung dengan lingkungannya;
3) Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung sepanjang umurnya
diusahakan serendah mungkin;
4) Desain bangunan rusuna bertingkat tinggi dibuat sedemikian rupa, sehingga
dapat dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan
secepatnya.
5) Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan oleh
pengembang atau penyedia jasa konstruksi yang memiliki Surat
Keterangan Ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Kriteria Khusus

Dalam penyelenggaraan Rusuna Bertingkat Tinggi yang pelaksanaannya oleh


pengembang, penyedia jasa konstruksi, dan/atau pengguna Rusuna Bertingkat
Tinggi harus memenuhi kriteria khusus sebagai berikut :

a. Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus mempertimbangkan


identitas setempat pada wujud arsitektur bangunan tersebut;
b. Masa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3,
hindari bentuk denah yang mengakibatkan puntiran pada bangunan;
c. Jika terpaksa denah terlalu panjang atau tidak simetris : pasang dilatasi
bila dianggap perlu;
d. Lantai Dasar dipergunakan untuk fasos, fasek dan fasum, antara lain :
Ruang Unit Usaha, Ruang Pengelola, Ruang Bersama, Ruang Penitipan Anak,
Ruang Mekanikal-Elektrikal, Prasarana dan Sarana lainnya, antara lain
Tempat Penampungan Sampah/Kotoran;
e. Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai hunian yang 1 (satu)
Unit Huniannya terdiri atas:
1) 1(satu) RuangDuduk/Keluarga,
2) 2(dua) Ruang Tidur,
3) 1(satu) KM/WC, dan
4) Ruang Service (Dapur dan Cuci)
dengan total luas per unit adalah 30 m2.
f. Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari
total luas lantai bangunan;
g. Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan
sedapat mungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi
persyaratan penghawaan dan pencahayaan;

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 12


h. Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding
geser atau rangka perimetral) harus kokoh, stabil, dan efisien terhadap
beban gempa;
i. Setiap 3 (tiga) lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan
ruang bersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar
penghuni.
j. Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi kualitas,
kecepatan dan ekonomis (seperti sistem formwork dan sistem pracetak)
dibanding sistem konvensional;
k. Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak
sedangkan dinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton
ringan, sehingga beban struktur dapat lebih ringan dan menghemat
biaya pembangunan.
l. Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk memenuhi
keselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm;

m. Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan


faktor privasi dan keselamatan dengan memperhatikan estetika sehingga
tidak menimbulkan kesan masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan
railling;
n. Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan
penutup lantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik
kecuali KM/WC;
o. Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan tinggi
maksimum adalah 1.80 meter dari level lantai.
p. Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik. Tinggi
maksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60 meter dari
level meja dapur;
q. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini
berkaitan dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekas
dan kotor menembus pelat lantai;
r. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan allumunium ukuran
3x7 cm, kusen harus tahan bocor dan diperhitungkan agar tahan terhadap
tekanan angin. Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar, khusus
untuk kusen yang terkena langsung air hujan harus ditambahkan detail
mengenai penggunaan sealant;
s. Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup (exposed);
t. Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft harus
memperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan;
u. Ruang-ruang mekanikal dan elektrikal harus dirancang secara terintegrasi
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 13
dan efisien, dengan sistem yang dibuat seefektif mungkin (misalnya: sistem
plumbing dibuat dengan sistem positive suction untuk menjamin efektivitas
sistem).
v. Penggunaan lif direncanakan untuk lantai 6 keatas, bila diperlukan dapat
digunakan sistem pemberhentian lif di lantai genap/ganjil.

2.2.2 Ketentuan Administratif Rusunawa Bertingkat Tinggi

Ketentuan administratif rusuna bertingkat tinggi yang meliputi kejelasan status


hak atas tanah, status kepemilikan bangunan, status perizinan termasuk izin
mendirikan bangunan gedung (IMB).

Setiap penyelenggaraan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi ketentuan


administratif bangunan gedung, yang meliputi:

a. Status hak atas tanah

Bangunan rusuna bertingkat tinggi hendaknya dibangun di atas tanah/lahan yang


mempunyai kejelasan status hak atas tanah dan tidak dalam sengketa.

b. Status kepemilikan rusuna bertingkat tinggi

Kepemilikan unit rusuna bertingkat tinggi menjadi hak milik pembeli dalam hal
Rusuna dibangun sebagai Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami), sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Status perizinan

Setiap rusuna bertingkat tinggi harus dibangun berdasarkan Izin Mendirikan


Bangunan Gedung (IMB) yang diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat
mengacu pada keterangan rencana tata kota, RTRW, atau RTBL atas permohonan
pengembang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain dari pada itu perlu pula ditambahkan yang termasuk dalam Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 21.Tahun 2011
Tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sewa, yang sebagai
pengganti Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat9/PERMEN/M/2008
tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pada
Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan pemenuhan kebutuhan hunian rumah susun sewa.
Bahwa Bantuan pembangunan rumah susun sewa harus memenuhi persyaratan
administratif sebagai berikut:

a. Surat permohonan
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 14
1) Surat permohonan ditujukan kepada Menteri
2) Surat permohonan untuk bantuan pembangunan rumah susun dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) PNS pada instansi Pemerintah ditandatangani oleh pimpinan
Kementerian atau Lembaga;
b) PNS pada instansi daerah provinsi ditandatangani oleh gubernur;
c) PNS pada instansi daerah kabupaten/kota ditandatangani oleh
bupati/walikota;
d) pegawai negeri di lingkungan TNI ditandatangani oleh Menteri
Pertahanan Republik Indonesia;
e) pegawai negeri di lingkungan POLRI ditandatangani oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia;
f) mahasiswa, tenaga pendidik, peneliti, dan kependidikan ditandatangani
oleh pimpinan perguruan tinggi atau ketua yayasan dan dilengkapi
dengan rekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional atau
Kementerian Agama sesuai kewenangannya;
g) siswa dan/atau santri, tenaga pendidik, dan kependidikan
ditandatangani oleh pimpinan perguruan tinggi atau ketua yayasan dan
dilengkapi dengan rekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional
atau Kementerian Agama sesuai kewenangannya;
h) pekerja paramedis, dan pekerja industri, ditandatangani pimpinan
lembaga, ketua yayasan, pimpinan BUMN/D, atau ketua koperasi
dengan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, Kementerian
Perindustrian, atau Kementerian/lembaga terkait sesuai
kewenangannya;
i) petugas pada kawasan perbatasan, pekerja di daerah tertinggal,
masyarakat sangat miskin, atlet, dan nelayan ditandatangani pimpinan
BUMN/D atau bupati/walikota dengan rekomendasi dari Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Sosial, Kementerian
Pemuda dan Olahraga atau Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai
kewenangannya.

b. Proposal

Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan gambaran


secara menyeluruh mengenai lembaga/yayasan/BUMN/D, koperasi atau
kabupaten/kota calon penerima bantuan beserta rencana usulan sebagai dasar
pengajuan bantuan pembangunan rumah susun sewa. Proposal sebagaimana
dimaksud diatas harus dilengkapi dengan:
1) surat dukungan;

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 15


2) surat pernyataan; dan
3) surat kesanggupan penyertaan.

Surat dukungan sebagaimana dimaksud diatas dengan ketentuan:


1) surat dukungan ditujukan kepada Menteri,
2) surat dukungan dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
menjelaskan bentuk dukungan yang dapat diberikan secara tertulis; dan
3) surat dukungan dari pimpinan instansi kementerian/lembaga terkait berupa
rekomendasi bantuan pembangunan rumah susun sewa.

Surat pernyataan merupakan pernyataan dari lembaga/yayasan/BUMN/D atau


pemerintah daerah calon penerima bantuan sebagaimana dimaksud diatas
dengan ketentuan:
1) kepemilikan dan penguasaan tanah berupa tanda bukti penguasaan yang
sah
2) menyediakan dan menyerahkan lahan dalam kondisi siap bangun;
3) jaminan tidak mengalihfungsikan pemanfaatan bangunan rumah susun
sewa;
4) kesediaan menerima dan mengelola rumah susun sewa;
5) lokasi sesuai dengan RTRW;
6) tidak melakukan perubahan lokasi pembangunan rumah susun sewa yang
telah ditetapkan; dan tidak melakukan perubahan disain bangunan rumah
susun sewa yang telah ditetapkan.
7) Surat pernyataan sebagaimana tercantum pada lampiran 3 Peraturan
Menteri ini.

Surat kesanggupan penyertaan merupakan penyertaan kesanggupan dari


lembaga/yayasan/BUMN/D, koperasi atau pemerintah daerah calon penerima
bantuan dengan ketentuan:
1) menyelesaikan biaya administrasi penyambungan air minum dan listrik;
2) menyediakan tanah siap bangun;
3) menyediakan meubeler;
4) melakukan pemanfaatan dan pengelolaan rumah susun sewa; dan
5) menjaga kelestarian lingkungan pada lokasi rumah susun sewa.
6) Surat kesanggupan penyertaan sebagaimana tercantum pada lampiran 4
Peraturan Menteri ini.
7) Surat kesanggupan penyertaan mengenai biaya administrasi
penyambungan air minum dan listrik, serta menyediakan meubeler
dilampirkan dengan dokumen rencana dana.
8) Dalam hal biaya administrasi penyambungan air minum dan listrik, serta
menyediakan meubeler, penerima bantuan harus memenuhi persyaratan:
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 16
(a) dana yang bersumber dari APBN/APBD dibuktikan dengan dokumen
rencana anggaran dan biaya; atau
(b) dana yang bersumber selain dari APBN/APBD dibuktikan dengan
dokumen rencana anggaran dan biaya atau dokumen anggaran lain
yang sah.

Dalam hal terjadi perubahan lokasi dan/atau perubahan disain bangunan rumah
susun sewa, wajib menyampaikan surat yang ditandatangani oleh pimpinan
lembaga, ketua yayasan, pimpinan BUMN/D, atau ketua koperasi untuk mendapat
persetujuan Kepala Satuan Kerja yang melaksanakan pembangunan bantuan rumah
susun sewa. Persetujuan terhadap perubahan lokasi dan/atau perubahan disain
bangunan disampaikan kepada Deputi Bidang Perumahan Formal sebagai laporan.
Dalam hal lembaga, yayasan, BUMN/D, koperasi atau kabupaten/kota calon
penerima bantuan tidak memenuhi persyaratan proposal beserta kelengkapannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, maka Menteri dapat melakukan penundaan
program bantuan pembangunan rumah susun sewa.

2.2.3 Ketentuan Teknis Tata Bangunan Rusunawa Bertingkat Tinggi

2.2.3.1 Peruntukan Dan Intensitas Bangunan

 Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan sesuai dengan


peruntukan lokasi yang diatur dalam ketentuan tata ruang dan tata bangunan
dari lokasi yang bersangkutan yang ditetapkan dalam:

1) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah;


2) Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR); dan/atau
3) Peraturan bangunan setempat dan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).

 Bangunan rusuna bertingkat tinggi yang dibangun harus memenuhi


persyaratan kepadatan (Koefisien Dasar Bangunan) dan ketinggian (Jumlah
Lantai Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan) bangunan gedung
berdasarkan rencana tata ruang wilayah daerah yang bersangkutan,
rencana tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan, serta peraturan
bangunan setempat, dengan tetap mempertimbangkan:
1) kemampuan dalam menjaga keseimbangan daya dukung lahan dan
optimalisasi intensitas bangunan;
2) tidak mengganggu lalu lintas udara.

 Dalam hal pembangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun dalam skala


kawasan, maka perhitungan KDB-nya didasarkan pada total luas lantai dasar

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 17


bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap total luas daerah/kawasan
perencanaan.

 Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi ketentuan garis sempadan


bangunan dan jarak bebas antar bangunan gedung, dengan ketentuan sebagai
berikiut:

1) Dalam hal bangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun berbatasan dengan


jalan, maka tidak boleh melanggar garis sempadan jalan yang ditetapkan
untuk jalan yang bersangkutan.
2) Dalam hal bangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun berbatasan dengan
sungai, maka tidak boleh melanggar garis sempadan sungai yang ditetapkan
untuk sungai yang bersangkutan.
3) Dalam hal bangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun di tepi
pantai/dan maka tidak boleh melanggar garis sempadan pantai/danau yang
bersangkutan.
4) Jarak bebas bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap bangunan gedung
lainnya minimum 4 m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan
lantai/tingkat bangunan ditambah 0,5 m dari jarak bebas lantai di
bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m.
5) Jarak bebas antar dua bangunan rusuna bertingkat tinggi dalam suatu
tapak diatur sebagai berikut:
a) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling
berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang tersebut minimal
dua kali jarak bebas yang ditetapkan;
b) dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding
tembok tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan/atau
berlubang, maka jarak antara dinding tersebut minimal satu kali jarak
bebas yang ditetapkan;
c) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling
berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal setengah kali jarak
bebas yang ditetapkan.
6) Ketentuan tentang garis sempadan dan jarak bebas antar bangunan
ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dan/atau peraturan
menteri.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 18


2.2.3.2 Arsitektur Bangunan Gedung

a. Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung

1) Bentuk denah bangunan gedung rusuna bertingkat tinggi sedapat mungkin


simetris dan sederhana, guna mengantisipasi kerusakan yang diakibatkan
oleh gempa.

2) Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk T, L, atau U, atau panjang


lebih dari 50 m, maka harus dilakukan pemisahan struktur atau delatasi
untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat gempa atau penurunan
tanah.
3) Denah bangunan gedung berbentuk sentris (bujursangkar, segibanyak, atau
lingkaran) lebih baik darpada denah bangunan yang berbentuk memanjang
dalam mengantisipasi terjadinya kerusakan akibat gempa.
4) Atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan yang ringan
untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat gempa.

Delatasi
pemisahan
struktur
Delatasi atau
pemisahan
struktur

Delatasi
atau
pemisahan
struktur

> 50 > 50
m m

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 19


b. Perancangan Ruang Dalam

1) Bangunan rusuna bertingkat tinggi sekurang-kurangnya memiliki ruang-


ruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan pribadi, kegiatan
keluarga/bersama dan kegiatan pelayanan.
2) Satuan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan dapur,
kamar mandi dan kakus/WC.

c. Persyaratan Tapak Besmen Terhadap Lingkungan

1) Kebutuhan besmen dan besaran koefisien tapak besmen (KTB) ditetapkan


berdasarkan rencana peruntukan lahan, ketentua teknis, dan kebijaksanaan
daerah setempat.
2) Untuk keperluan penyediaan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP
yang memadai, lantai besmen pertama (B-1) tidak dibenarkan keluar dari
tapak bangunan (di atas tanah) dan atap besmen kedua (B-2) yang di luar
tapak bangunan harus berkedalaman sekurangnya 2 (dua) meter dari
permukaan tanah tempat penanaman.

d. Sirkulasi dan Fasilitas Parkir

1) Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang mudah, jelas dan terintegrasi


dengan sarana transportasi baik yang bersifat pelayanan publik maupun
pribadi.
2) Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan
kepentingan bagi aksesibilitas pejalan kaki termasuk penyandang cacat dan
lanjut usia.
3) Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance) dan
lebar jalan yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan
pemadam kebakaran, dan kendaraan pelayanan lainnya.
4) Sirkulasi perlu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan, rambu-
rambu, papan informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi (dapat berupa
elemen perkerasan maupun tanaman), guna mendukung sistem sirkulasi
yang jelas dan efisien serta memperhatikan unsur estetika.
5) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area
parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 5 (lima)
unit hunian yang dibangun.
6) Penyediaan parkir di pekarangan boleh mengurangi daerah penghijauan
yang telah ditetapkan.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 20
7) Perletakan Prasarana parkir bangunan rusuna bertingkat tinggi tidak
diperbolehkan mengganggu kelancaran lalu lintas, atau mengganggu
lingkungan di sekitarnya.

e. Pertandaan (Signage)

1) Penempatan pertandaan (signage), termasuk papan iklan/reklame, harus


membantu orientasi tetapi tidak mengganggu karakter lingkungan yang
ingin diciptakan/dipertahankan, baik yang penempatannya pada bangunan,
kaveling, pagar, atau ruang publik.
2) Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik untuk
lingkungan/kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat mengatur pembatasan-
pembatasan ukuran, bahan, motif, dan lokasi dari signage.

f. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung

1) Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan memperhatikan


karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan.
2) Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan
pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari jalan umum.
3) Pencahayaan yang dihasilkan dengan telah menghindari penerangan ruang
luar yang berlebihan, silau, visual yang tidak menarik, dan telah
memperhatikan aspek operasi dan pemeliharaan.

2.2.3.3 Pengendalian Dampak Lingkungan

a. Setiap kegiatan dalam penyelenggaraan rusuna bertingkat tinggi tidak


diperbolehkan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan yang
meliputi:

1) perubahan pada sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan, yang melampaui


baku mutu lingkungan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria
yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah;
3) hal-hal yang mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan/atau endemik,
dan/atau dilindungi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
terancam punah, atau habitat alaminya mengalami kerusakan;
4) hal-hal yang menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan
lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan
sebagainya) yang telah ditetapkan menurut ketentuan peraturan

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 21


perundang-undangan;
5) hal-hal yang merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan
peninggalan sejarah yang bernilai tinggi;
6) hal-hal yang mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai
keindahan alami yang tinggi;
7) hal-hal yang mengakibatkan/ menimbulkan konflik ataukontroversi dengan
masyarakat, dan/atau pemerintah .

b. Kegiatan pembangunan rusuna bertingkat tinggi yang menimbulkan


dampak tidak penting terhadap lingkungan, atau secara teknologi dapat
dikelola dampak pentingnya, tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi
diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

c. Ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pembangunan bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi dan lingkungannya yang


harus memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2.2.3.4 Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

a. Dalam hal pembangunan rusuna bertingkat tinggi merupakan bagian dari


suatu pengembangan kawasan terpadu, maka pengembangannya harus
disusun berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan kawasan
yang bersangkutan.

b. RTBL merupakan tindak lanjut rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana
teknik ruang kabupaten/kota, dan sebagai panduan rancangan kawasan,
dalam rangka perwujudan kesatuan karakter, kualitas bangunan gedung
dan lingkungan yang berkelanjutan, serta merupakan instrumen guna
meningkatkan:

1) Perwujudan kesatuan karakter;


2) Kualitas bangunan gedung; dan
3) Lingkungan yang berkelanjutan

c. RTBL tersebut digunakan sebagai panduan dalam pengendalian pemanfaatan


ruang suatu lingkungan/kawasan, yang memuat:

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 22


1) Program Bangunan dan Lingkungan
2) Rencana Umum dan Panduan Rancangan
3) Rencana Investasi
4) Ketentuan Pengendalian Rencana dan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan

d. Ketentuan penyusunan RTBL mengikuti Pedoman Umum Penyusunan RTBL


yang berlaku.

2.2.4 Ketentuan Teknis Keandalan Bangunan Rusunawa Bertingkat Tinggi

2.2.4.1 Persyaratan Keselamatan


a. Persyaratan Struktur Bangunan Gedung
1) Struktur Bangunan Gedung

a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, strukturnya harus


direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam
memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan
keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan, dan
kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.

b) Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-


pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja
selama umur layanan struktur,baik beban muatan tetap maupun beban
muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi,
jamur, dan seranggaperusak.

c) Dalam perencanaan struktur bangunan rusuna bertingkat tinggi


terhadap pengaruh gempa, semua unsur struktur baik bagian dari
substruktur maupun struktur gedung, harus diperhitungkan dapat
memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gempanya.

d) Struktur bangunan rusuna bertingkat tinggi harus direncanakan secara


daktail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang
direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi strukturnya masih
dapat memungkinkan penghuni menyelamatkan diri.
e) Dalam hal lantai dasar merupakan ruang terbuka atau ruang semi
terbuka, struktur harus direncanakan dengan memperhatikan
batasan perbedaan kekakuan antar tingkat seperti dipersyaratkan SNI
03-1726-2002. Jika diperlukan komponen pengaku tambahan dilantai
dasar, perencanaannya harus dikoordinasikan dengan perencana
arsitektur.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 23
2) Pembebanan pada Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

a) Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon struktur


terhadap beban-beban yang mungkin bekerja selama umur kelayanan
struktur, termasuk beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan
beban khusus.

b) Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban


harus mengikuti:

(1) SNI 03-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk


rumah dan gedung, atau edisi terbaru; dan
(2) SNI 03-1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk
rumah dan gedung, atau edisi terbaru.
(3) SNI 03-2847-2002; Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

c) Struktur Atas Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi.

(1) Konstruksi beton

Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti:

(a) SNI 03-1734-1989 Tata cara perencanaan beton dan struktur dinding
bertulang untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru;
(b) SNI 03-2847-1992 Tata cara penghitungan struktur beton untuk
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
(c) SNI 03-3430-1994 Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan
blok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan
gedung, atau edisi terbaru;
(d) SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan pengecoran beton, atau
edisi terbaru;
(e) SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal, atau edisi terbaru; dan
(f) SNI 03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan campuran beton
ringan dengan agregat ringan, atau edisi terbaru.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 24


Sedangkan untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi beton
pracetak dan prategang harus mengikuti:

(a) Tata Cara Perencanaan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton Pracetak


dan Prategang untuk Bangunan Gedung;
(b) Metoda Pengujian dan Penentuan Parameter Perencanaan Tahan
Gempa Konstruksi Beton Pracetak dan Prategang untuk Bangunan
Gedung; dan
(c) Spesifikasi Sistem dan Material Konstruksi Beton Pracetak dan
Prategang untuk Bangunan Gedung.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

(2) Konstruksi Baja


Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti:

(a) SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan bangunan baja untuk


gedung, atau edisi terbaru; Tata Cara dan/atau pedoman lain
yang masih terkait dalam perencanaan konstruksi baja;
(b) Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja; dan
(c) Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama Pelaksanaan
Konstruksi.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.

d) Struktur Bawah Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

(1) Pondasi Langsung


(a) Pondasi langsung hanya diperbolehkan untuk menyangga komponen
non struktural atau dinding-dinding pengisi bukan struktur bangunan
utama.
(b) Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap
dengan daya dukung tanah yang cukup kuat dan selama
berfungsinya bangunan tidak mengalami penurunan yang
melampaui batas.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 25
(c) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek,
berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan
tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal
dengan parameter tanah yang lain.
(d) Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana
dan spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana
ahli yang memiiki sertifikasi sesuai.
(e) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi
beton bertulang

e) Keandalan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

(1) Keselamatan Struktur


(a) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur Bangunan rusuna
bertingkat tinggi, harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan
secara berkala sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman/Petunjuk
Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
(b) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan rusuna bertingkat
tinggi harus segera dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan
keandalan bangunan gedung, sehingga bangunan gedung selalu
memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
(c) Pemeriksaan keandalan bangunan rusuna bertingkat tinggi
dilaksanakan secara berkala, untuk mencegah terjadinya keuntuhan
struktur yang tidak diharapkan, dan harus dilakukan atau didampingi
oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai keahliannya.
(2) Persyaratan Bahan
(a) Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua
persyaratan keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan
dan pengguna bangunan, serta sesuai standar teknis (SNI) yang
terkait.
(b) Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses
sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang
dimaksud.
(c) Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki
sistem hubungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan
bahan-bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap
gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 26


Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.

b. Persyaratan Kemampuan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi Terhadap Bahaya


Kebakaran

1) Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan sistem proteksi


pasif dan sistem proteksi aktif.

2) Sistem Proteksi Pasif

a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai sistem


proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran yang memproteksi harta milik
berbasis pada desain atau pengaturan terhadap komponen arsitektur
dan struktur bangunan gedung sehingga dapat melindungi penghuni dan
benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.

b) Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko


kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau
jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan gedung.

c) Pada sistem proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi: persyaratan


kinerja, ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi tahan api, tipe
konstruksi yang diwajibkan, kompartemenisasi dan pemisahan, dan
perlindungan pada bukaan (fire stop).

d) Sistem proteksi pasif tersebut harus mengikuti:

(1) SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, atau edisi
terbaru; dan
(2) SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana
jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.

3) Sistem Proteksi Aktif

a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, harus dilindungi terhadap


bahaya kebakaran dengan proteksi aktif.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 27


b) Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas,
ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni
dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi.

c) Pada sistem proteksi aktif yang perlu diperhatikan meliputi:

(1) Sistem Pemadam Kebakaran baik berupa APAR, sprinkler, hidran


box maupun hidran pilar/halaman;
(2) Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran;
(3) Sistem Pengendalian Asap Kebakaran; dan
(4) Pusat Pengendali Kebakaran

d) Sistem proteksi aktif tersebut harus mengikuti:

(1) SNI 03-3987-1995 Tata cara perencanaan, pemasangan pemadam


api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung;
(2) SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
(3) SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan
pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
(4) SNI 03-3989-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
(5) SNI 03-6571-2001 Sistem pengendalian asap kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru; dan
(6) SNI 03-0712-2004 Sistem manajemen asap dalam mal, atrium, dan
ruangan bervolume besar, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

4) Persyaratan Jalan Keluar dan Aksesibilitas untuk Pemadaman Kebakaran

a) Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran


meliputi perencanaan akses bangunan dan lingkungan untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rusuna bertingkat tinggi,
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 28
dan perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk
penyelamatan terhadap bahaya kebakaran.

b) Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran


tersebut harus mengikuti:

(1) SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung, atau edisi terbaru; dan
(2) SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana
jalan keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada
gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

5) Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar/Eksit, dan Sistem


Peringatan Bahaya

a) Persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar/eksit, dan sistem


peringatan bahaya dimaksudkan untuk memberikan arahan yang jelas
bagi pengguna bangunan rusuna bertingkat tinggi dalam keadaan
darurat untuk dapat menyelamatkan diri, yang meliputi:

(1) Sistem pencahayaan darurat;


(2) Tanda arah keluar/eksit; dan
(3) Sistem Peringatan Bahaya.

b) Pencahayaan darurat, tanda arah keluar, dan sistem peringatan bahaya


dalam gedung harus mengikuti SNI 03-6573-2001 Tata cara perancangan
pencahayaan darurat, tanda arah dan sistem peringatan bahaya pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada persyaratan
lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI,
digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

6) Persyaratan Komunikasi Dalam Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

a) Persyaratan komunikasi dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi


dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi baik untuk
keperluan internal bangunan maupun untuk hubungan ke luar, pada
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 29
saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat lainnya. Termasuk
antara lain: sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation,
dll.

b) Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat


dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan standar teknis yang
berlaku.

7) Persyaratan Instalasi Bahan Bakar Gas

a) Dalam hal rusuna bertingkat tinggi menggunakan gas pembakaran dari


Instalasi Gas Kota, maka harus memenuhi ketentuan:

(1) Rancangan sistem distribusi gas pembakaran, pemilihan bahan dan


konstruksinya mengikuti peraturan yang berlaku dari instansi yang
berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
(2) Instalasi pemipaan (mulai dari katup penutup, meter-gas atau
regulator) mengikuti peraturan yang berlaku dari instansi yang
berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
Katup penutup, meter-gas atau regulator harus ditempatkan di luar
bangunan.
(3) Pada instalasi untuk pembakaran, harus dilengkapi dengan
peralatan khusus untuk mendeteksi kebocoran gas yang secara
otomatis mematikan aliran gas.

b) Dalam hal rusuna bertingkat tinggi menggunakan gas pembakaran


Instalasi gas elpji (LPG), maka harus memenuhi ketentuan:

(1) Rancangan sistem distribusi gas pembakaran, pemilihan bahan dan


konstruksinya mengikuti peraturan yang berlaku dari instansi yang
berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
(2) Instalasi pemipaan untuk rumah tangga (domestik) dan gedung
(komersial) mengikuti peraturan yang berlaku dari instansi yang
berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
(3) Bila pasokan dari beberapa tabung silinder digabung ke dalam satu
manipol (manifold atau header), maka harus mengikuti peraturan
yang berlaku dari instansi yang berwenang, atau ketentuan lainnya
sepanjang tidak bertentangan. Tabung-tabung silinder yang
digabung harus ditempatkan di luar bangunan rusuna bertingkat
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 30
tinggi. Dalam hal tabung-tabung tersebut harus ditempatkan dalam
bangunan, maka harus diletakkan di lantai dasar dan salah satu
dinding ruangan gas tersebut merupakan dinding luar dari
bangunan dan dinding lainnya harus memiliki TKA 120/120/120.
Tabung-tabung tersebut dapat pula diletakkan di lantai teratas
bangunan rusuna bertingkat tinggi.
(4) Pada instalasi untuk pembakaran, harus dilengkapi dengan
peralatan khusus untuk mendeteksi kebocoran gas yang secara
otomatis mematikan aliran gas, dan tanda “DILARANG MEROKOK”.
8) Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memiliki unit manajemen
pengamanan kebakaran.

c. Persyaratan Kemampuan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi Terhadap Bahaya


Petir dan Bahaya Kelistrikan

1) Persyaratan Instalasi Proteksi Petir

a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan


proteksi terhadap petir, dalam upaya untuk mengurangi secara nyata
risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir terhadap bangunan gedung
yang diproteksi, termasuk di dalamnya manusia serta perlengkapan
bangunan lainnya.

b) Persyaratan proteksi petir harus memperhatikan sebagai berikut:

(1) Perencanaan sistem proteksi petir;


(2) Instalasi Proteksi Petir; dan
(3) Pemeriksaan dan Pemeliharaan

c) Persyaratan sistem proteksi petir harus memenuhi SNI 03-7015-2004


Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

2) Persyaratan Sistem Kelistrikan

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 31


a) Sistem kelistrikan dalam rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi
Persyaratan sistem kelistrikan yang meliputi sumber daya listrik, panel
hubung bagi, jaringan distribusi listrik, perlengkapan serta instalasi listrik
untuk memenuhi kebutuhannya.

b) Sistem kelistrikan dalam rusuna bertingkat tinggi harus dapat menjamin


aspek keselamatan manusia, keamanan instalasi listrik beserta
perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari bahaya kebakaran
akibat listrik, dan perlindungan lingkungan.

c) Persyaratan sistem kelistrikan harus memperhatikan:

(1) Perencanaan instalasi listrik;


(2) Jaringan distribusi listrik;
(3) Beban listrik;
(4) Sumber daya listrik;
(5) Transformator distribusi;
(6) Pemeriksaan dan pengujian; dan
(7) Pemeliharaan

d) Persyaratan sistem kelistrikan harus mengikuti:

(1) SNI 04-0227-1994 Tegangan standar, atau edisi terbaru;


(2) SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL 2000),
atau edisi terbaru;
(3) SNI 04-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga,
atau edisi terbaru; dan
(4) SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat menggunakan
energi tersimpan, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 32


2.2.4.2 Persyaratan Kesehatan Bangunan Gedung
a. Persyaratan Sistem Penghawaan
1) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai ventilasi alami
dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya.
2) Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan permanen,
kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat
dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
3) Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus mengikuti:
a) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru;
b) SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
c) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem ventilasi; dan
d) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem ventilasi mekanis.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

b. Persyaratan Sistem Pencahayaan

1) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi persyaratan


sistem pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk
pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
2) Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan untuk
pencahayaan alami yang optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan
hunian dan fungsi masing-masing ruang di dalamnya.
3) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi
dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan,
dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
4) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus
dipasang pada bangunan rusuna bertingkat tinggi, serta dapat bekerja secara
otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi
yang aman.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 33


5) Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk
pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau
otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh
penghuni.
6) Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan dalam bangunan
rusuna bertingkat tinggi baik di dalam bangunan maupun di luar.
7) Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:
a) SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
b) SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru; dan
c) SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

c. Persyaratan Sistem Air Minum dan Sanitasi

1) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan sistem air


minum yang memenuhi ketentuan:
a) Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem
distribusi, dan penampungannya.
b) Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan
dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan
sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku.
c) Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung harus
memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
d) Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan
sedemikian rupa agar menjamin kualitas air.
e) Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelaikan fungsi
bangunan gedung.
f) Persyaratan plambing dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi harus
mengikuti:
(1) Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2005 tentang Pengembangan sistem Air Minum dan
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 34
Permenkes 907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti
Pedoman Plambing; dan
(2) SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
2) Sistem Pengolahan dan Pembuangan Air Limbah/Kotor
a) Sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor harus direncanakan
dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
b) Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam
bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan
peralatan yang dibutuhkan.
c) Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor diwujudkan
dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.
d) Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh
digabung dengan air limbah domestik.
e) Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3) harus diproses
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
f) Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses
sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.
g) Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:
(1) SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
(2) SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan
sistem resapan, atau edisi terbaru;
(3) SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau
edisi terbaru; dan
(4) Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan gedung
mengikuti standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 35


3) Persyaratan Pematusan/penyaluran Air Hujan
a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi dan pekarangannya harus
dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.
b) Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas
tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
c) Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam
tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan dan/atau sumur
penampungan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d) Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku.
e) Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara
lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
f) Sistem pematusan/penyaluran air hujan harus dipelihara untuk
mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
g) Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti:
(1) SNI 03-4681-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
(2) SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru;
(3) SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan, atau edisi terbaru; dan
(4) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung;
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
4) Persyaratan Tempat Sampah, Penampungan Sampah, dan/atau Pengolahan
Sampah.
a) Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
b) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 36


masing bangunan rusuna bertingkat tinggi, yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
c) Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak
mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
d) Ketentuan pengelolaan sampah padat
(1) Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah,
alat pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara,
sedangkan pengangkutan dan pembuangan akhir sampah
bergabung dengan sistem yang sudah ada.
(2) Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur
ulang, memanfaatkan kembali beberapa jenis sampah seperti botol
bekas, kertas, kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah
plastik dan sebagainya.
(3) Sampah padat kecuali sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
harus dibakar dengan insinerator yang tidak mengganggu
lingkungan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

d. Persyaratan Penggunaan Bahan Bangunan

1) Bahan bangunan rusuna bertingkat tinggi yang digunakan harus aman bagi
kesehatan penghuni dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
2) Penggunaan bahan bangunan yang tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan harus:
a) menghindari timbulnya efek silau dan pantulan bagi pengguna
bangunan gedung lain, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya;
b) menghindari timbulnya efek peningkatan temperatur lingkungan di
sekitarnya;
c) mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; dan
d) menggunakan bahan-bahan bangunan yang ramah lingkungan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 37
2.2.4.3 Persyaratan Kenyamanan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

a. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

1) Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dan Hubungan Antar ruang


a) Untuk mendapatkan kenyamanan ruang gerak dalam bangunan gedung,
harus mempertimbangkan:
(1) fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan, aksesibilitas
ruang, di dalam bangunan gedung; dan
(2) persyaratan keselamatan dan kesehatan.
b) Untuk mendapatkan kenyamanan hubungan antarruang harus
mempertimbangkan:
(1) fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah pengguna dan
perabot/peralatan di dalam bangunan gedung;
(2) sirkulasi antar ruang horizontal dan vertikal; dan
(3) persyaratan keselamatan dan kesehatan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis

b. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara Dalam Ruang

1) Persyaratan Kenyamanan Termal Dalam Ruang


a) Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan gedung
harus mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.
b) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kenyamanan termal dalam
ruang harus memperhatikan letak geografis dan orientasi bangunan,
penggunaan bentuk masa yang menimbulkan shading (bayangan),
ventilasi alami dan penggunaan bahan bangunan.
c) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di
dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang
mempertimbangkan:
(1) prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan;
(2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 38


d) Persyaratan kenyamanan termal dalam ruang harus mengikuti:
(1) SNI 03-6389-2000 Konservasi energi selubung bangunan pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
(2) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
(3) SNI 03-6196-2000 Prosedur audit energi pada bangunan gedung,
atau edisi terbaru; dan
(4) NI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

c. Persyaratan Kenyamanan Pandangan

1) Persyaratan Kenyamanan Pandangan (Visual)


a) Untuk mendapatkan kenyamanan pandangan (visual) harus
mempertimbangkan kenyamanan pandangan dari dalam bangunan ke
luar dan dari luar ke dalam bangunan.
b) Kenyamanan pandangan (visual) dari dalam bangunan ke luar harus
mempertimbangkan:
(1) gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan
luar bangunan, dan rancangan bentuk luar bangunan; dan
(2) pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung dan penyediaan
RTH.
c) Kenyamanan pandangan (visual) dari luar ke dalam bangunan harus
mempertimbangkan:
(1) rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan ruang-luar bangunan, dan
rancangan bentuk luar bangunan gedung;
(2) keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang akan ada di
sekitarnya; dan
(3) pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar.
d) Untuk kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan gedung harus
dipenuhi persyaratan teknis, yaitu Standar kenyamanan pandangan
(visual) pada bangunan gedung.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 39


Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

d. Persyaratan Kenyamanan Terhadap Tingkat Getaran dan Kebisingan

1) Persyaratan Getaran
a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan dan
getaran pada bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mengikuti
standar tata cara perencanaan kenyamanan terhadap getaran pada
bangunan gedung.
b) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
2) Persyaratan Kebisingan
a) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada
bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempertimbangkan jenis
kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik
yang berada pada bangunan gedung maupun di luar bangunan gedung.
b) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dipenuhi standar tata
cara perencanaan kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan
gedung.
c) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

2.2.4.4 Persyaratan Kemudahan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

a. Persyaratan Hubungan Ke, Dari, dan di Dalam Bangunan Rusuna

1) Persyaratan Kemudahan Hubungan Horisontal dalam Bangunan Rusuna


Bertingkat Tinggi
a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi persyaratan
kemudahan hubungan horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau
koridor yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung
tersebut.
b) Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 40


c) Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.
d) Ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontal antarruang
dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah
pengguna, minimal 1.2 m.
2) Persyaratan Kemudahan Hubungan Vertikal
a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan sarana
hubungan vertikal antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya
fungsi bangunan gedung tersebut berupa tersedianya tangga dan lif.
b) Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus
berdasarkan fungsi luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang, serta
keselamatan penghuni bangunan gedung.
c) Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif sebagai sarana hubungan vertikal
dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mampu melakukan
pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan, sesuai
jumlah pengguna bangunan gedung.
d) Salah satu lif yang tersedia harus memenuhi persyaratan lif kebakaran.
Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumpang
biasa atau lif barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga
dalam keadaan darurat dapat digunakan secara khusus oleh petugas
kebakaran.
3) Persyaratan Sarana Evakuasi
a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan sarana
evakuasi bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia yang
meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat,
dan jalur evakuasi yang dapat menjamin penghuni bangunan gedung
untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
4) Persyaratan Aksesibilitas Bagi Penyandang Cacat dan Lansia
a) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan fasilitas
dan aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi
penyandang cacat dan lansia masuk dan keluar, ke, dan dari bangunan
gedung serta beraktivitas dalam bangunan gedung secara mudah, aman,
nyaman dan mandiri.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 41


b) Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, telepon umum,
jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi
penyandang cacat dan lansia.
c) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan luas dan
ketinggian bangunan gedung.
5) Persyaratan Kemudahan harus mengikuti:
a) SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru;
b) SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan
keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru; dan
c) SNI 03-6573-2001 Tata cara perancangan sistem transportasi vertikal
dalam gedung (lif), atau edisi terbaru;
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

2.2.5 Ketentuan Biaya Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

2.2.5.1 Umum

a. Biaya bangunan rusuna bertingkat tinggi terdiri dari :

1) Biaya produksi yang terdiri atas perencanaan, pengawasan, perizinan, dan


biaya pembangunan fisik yang terdiri atas pekerjaan arsitektur, struktur,
mekanikal elektrikal.
2) Biaya prasarana dan sarana lingkungan serta biaya penyambungan utilitas
umum
3) Biaya komponen lain seperti PPn, BPHTB, sertifikat/pertelaan hak milik
sarusun, akad kredit/provisi, transaksi PPAT, dan lain sebagainya.

b. Biaya produksi serta biaya prasarana dan sarana rusuna bertingkat tinggi
besarnya dihitung berdasarkan harga yang berlaku disetiap daerah.

c. Biaya pembangunan rusuna bertingkat tinggi dijadikan sebagai dasar penetapan


harga jual dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat berpenghasilan
menengah bawah dan berpenghasilan rendah.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 42


2.2.5.2 Biaya Pembangunan Fisik

a. Komponen biaya pembangunan fisik rusuna bertingkat tinggi terdiri atas biaya
untuk pekerjaan arsitektur, struktur, mekanikal elektrikal.

b. Biaya pembangunan fisik rusuna bertingkat tinggi harus mempertimbangkan


pemenuhan persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi :
persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan, dan kenyamanan sesuai
ketentuan dalam BAB III dan BAB IV.

2.2.5.3 Biaya Yang Dapat Di Optimasi

a. Optimasi biaya pembangunan fisik dapat dilakukan untuk pekerjaan terkait


dengan persyaratan kenyamanan dan persyaratan kemudahan, namun tidak
boleh dilakukan untuk pekerjaan yang terkait dengan persyaratan keselamatan
dan persyaratan kesehatan.

b. Biaya yang dapat dioptimasi untuk pekerjaan yang terkait dengan persyaratan
kenyamanan dan persyaratan kemudahan meliputi :

1) Luas ruang-ruang bersama, selasar, dan lobi


2) Lantai, dinding luar, dan dinding penyekat antar unit sarusun, dapat
menggunakan beton pracetak
3) Bahan penutup lantai
4) Plafon/langit-langit
5) Dinding partisi
6) Daun pintu dan jendela
7) Finishing interior
8) Sebagian tata udara
9) Sebagian elevator/lif
10) Tata suara
11) Telepon dan PABX
12) Saluran televisi

c. Biaya yang tidak dapat dioptimasi untuk pekerjaan terkait dengan persyaratan
keselamatan dan persyaratan kesehatan meliputi :

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 43


1) Pekerjaan struktur baik struktur bawah termasuk pondasi dalam, besmen,
dan struktur atas
2) Instalasi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
3) Instalasi listrik termasuk genset
4) Penangkal petir
5) Pencegahan bahaya rayap, serangga dan jamur
6) Pekerjaan sistem pencahayaan
7) Pekerjaan sanitasi meliputi : plambing, saluran air hujan, saluran
pembuangan air kotor, dan tempat sampah
8) Fasilitas dan aksesibilitas penyandang cacat

2.2.5.4 Biaya-Biaya Yang Dapat Disubsidi/Dibiayai Oleh Pemerintah Dan/Atau


Pemerintah Daerah

a. Untuk masyarakat berpenghasilan menengah bawah biaya yang dapat


disubsidi/dibiayai oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah meliputi:

1) Biaya perizinan
2) Pajak dan retribusi
3) Subsidi bunga bank KPR Rusuna

b. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah biaya yang dapat disubsidi/dibiayai


oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah meliputi:

1) Biaya pengadaan dan pematangan tanah


2) Biaya perizinan
3) Pajak dan retribusi
4) Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal
5) Biaya penyediaan fasos dan fasum
6) Biaya prasarana dan sarana lingkungan
7) Biaya penyambungan utilitas umum
8) Subsidi bunga bank untuk KPR Rusuna

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 44


2.3 Rangkuman

2.3.1 Rangkuman rusunawa bertingkat rendah

Dalam kriteria perancangan bangunan rusunawa bertingkat rendah, diantaranya


adalah,

a. Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai


hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan
langsung maupun tidak langsung secara alami dalam jumlah yang cukup, atau
jika tidak mencukupi atau tidak memungkinkan, harus diusahakan adanya
pertukaran udara dan pencahayaan buatan yang dapat bekerja terus menerus
selama ruangan tersebut digunakan,
b. Harus dilengkapi dengan jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan
c. Harus dilengkapi dengan jaringan listrik yang memenuhi persyaratan
d. Harus dilengkapi dengan jaringan gas yang memenuhi persyaratan
e. saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan
f. saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan
g. saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan
h. tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi
lainnya;
i. alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan tingkat
keperluan dan persyaratan yang berlaku;
j. pintu dan tangga darurat kebakaran;
k. tempat jemuran;
l. alat pemadam kebakaran;
m. penangkal petir;
n. alat/ sistem alarm;
o. pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu;
p. generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift
q. Satuan rumah susun dapat berada pada permukaan tanah, di atas atau di bawah
permukaan tanah, atau sebagian di bawah dan sebagian di atas permukaan
tanah, merupakan dimensi dan volume ruang tertentu sesuai dengan yang telah
direncanakan.
r. Rumah susun harus dibangun di lokasi yang sesuai dengan peruntukan dan
keserasian lingkungan dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna
tanah yang ada.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 45


1) Rumah susun harus diseduakan tempat parkir kendaraan dan/atau
penyimpanan barang yang diperhitungkan terhadap kebutuhan penghuni
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya sesuai dengan fungsinya;

Dalam ketentuan teknis bangunan rusunawa bertingkat rendah, diantaranya adalah,

a. Struktur, Komponen, dan Bahan Bangunan Rumah susun harus direncanakan


dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan
yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang berlaku.
b. Struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan rumah susun harus
diperhitungkan kuat dan tahan terhadap :
1) beban mati;
2) beban bergerak;
3) gempa, hujan, angin, banjir;
4) kebakaran dalam jangka waktu yang diperhitungkan cukup untuk usaha
pengamanan dan penyelamatan;
5) daya dukung tanah;
6) kemungkinan adanya beban tambahan, baik dari arah vertikal maupun
horizontal;
7) gangguan/ perusak lainnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2.3.2 Rangkuman rusunawa bertingkat tinggi


a. Dalam pelaksanaan pembangunan rusuna bertingkat tinggi, para penyelenggara
pembangunan perlu mengikuti pedoman teknis sebagai petunjuk dalam
pelaksanaannya, diantaranya adalah,
 kriteria perencanaan,
 ketentuan administratif,
 ketentuan teknis tata bangunan,
 ketentuan teknis keandalan bangunan, dan
 ketentuan pembiayaan bangunan rusuna bertingkat tinggi.

b. Kriteria Perencanaan Rusuna Bertingkat Tinggi yang meliputi


 Kriteria Umum adalah kriteria persyaratan untuk pemenuhan tujuan
pengaturan bangunan gedung
 Kriteria Khusus adalah kriteria persyaratan untuk pemenuhan tujuan
pengaturan bangunan rusuna bertingkat tinggi
c. Kriteria Umum:
1) Bangunan Rumah Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi persyaratan
fungsional, andal, efisien, terjangkau, sederhana
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 46
2) Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material,
tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan
fungsi sosial bangunan,
3) Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung diusahakan serendah
mungkin;
4) Desain bangunan rusuna bertingkat tinggi dibuat sedemikian rupa, sehingga
dapat dilaksanakan dalam waktu yang pendek
5) Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan oleh
pengembang atau penyedia jasa konstruksi yang memiliki Surat
Keterangan Ahli
d. Kriteria Khusus
1) Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus mempertimbangkan
identitas setempat
2) Masa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3,
3) Denah terlalu panjang atau tidak simetris dipasang dilatasi
4) Lantai Dasar dipergunakan untuk fasos, fasek dan fasum
5) Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai hunian yang 1 (satu)
Unit Huniannya terdiri atas:
5) 1(satu) RuangDuduk/Keluarga,
6) 2(dua) Ruang Tidur,
7) 1(satu) KM/WC, dan
8) Ruang Service (Dapur dan Cuci)
dengan total luas per unit adalah 30 m2.
6) Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari
total luas lantai bangunan;
7) Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan
sedapat mungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi
persyaratan penghawaan dan pencahayaan;
8) Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding
geser atau rangka perimetral) harus kokoh, stabil
9) Setiap 3 (tiga) lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan
ruang bersama sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni.
10) Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk memenuhi
keselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm;
11) Penggunaan lif direncanakan untuk lantai 6 keatas, bila diperlukan dapat
digunakan sistem pemberhentian lif di lantai genap/ganjil.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 47


e. Ketentuan Administratif Rusunawa Bertingkat Tinggi

Ketentuan administratif rusuna bertingkat tinggi yang meliputi kejelasan


status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan, status perizinan termasuk
izin mendirikan bangunan gedung (IMB).

Setiap penyelenggaraan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi ketentuan


administratif bangunan gedung, yang meliputi:

 Status hak atas tanah

Bangunan rusuna bertingkat tinggi hendaknya dibangun di atas tanah/lahan


yang mempunyai kejelasan status hak atas tanah dan tidak dalam sengketa.

 Status kepemilikan rusuna bertingkat tinggi

Kepemilikan unit rusuna bertingkat tinggi menjadi hak milik pembeli dalam
hal Rusuna dibangun sebagai Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami), sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Status perizinan

Setiap rusuna bertingkat tinggi harus dibangun berdasarkan Izin Mendirikan


Bangunan Gedung (IMB) yang diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat
mengacu pada keterangan rencana tata kota, RTRW, atau RTBL atas
permohonan pengembang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Ketentuan Teknis Tata Bangunan Rusunawa Bertingkat Tinggi


 Peruntukan Dan Intensitas Bangunan
 Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam ketentuan tata ruang dan tata
bangunan dari lokasi yang bersangkutan

 Bangunan rusuna bertingkat tinggi yang dibangun harus memenuhi


persyaratan kepadatan (Koefisien Dasar Bangunan) dan ketinggian
(Jumlah Lantai Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan) bangunan gedung .

 Dalam hal pembangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun dalam skala


kawasan, maka perhitungan KDB-nya didasarkan pada total luas lantai
dasar bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap total luas
daerah/kawasan perencanaan.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 48
 Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi ketentuan garis
sempadan bangunan

 Arsitektur Bangunan Gedung

Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung

 Bentuk denah bangunan gedung rusuna bertingkat tinggi sedapat mungkin


simetris dan sederhana,
 Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk T, L, atau U, atau panjang
lebih dari 50 m, maka harus dilakukan pemisahan struktur atau delatasi
 Denah bangunan gedung berbentuk sentris

Perancangan Ruang Dalam

3) Bangunan rusuna bertingkat tinggi sekurang-kurangnya memiliki ruang-


ruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan pribadi, kegiatan
keluarga/bersama dan kegiatan pelayanan.
4) Satuan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan dapur,
kamar mandi dan kakus/WC.

Sirkulasi dan Fasilitas Parkir

1) Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang mudah, jelas dan terintegrasi


dengan sarana transportasi
2) Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan
kepentingan bagi aksesibilitas pejalan kaki
3) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area
parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 5 (lima)
unit hunian yang dibangun.

Pertandaan (Signage)

1) Penempatan pertandaan (signage), termasuk papan iklan/reklame, harus


membantu orientasi.
2) Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik untuk
lingkungan/kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat mengatur pembatasan-
pembatasan ukuran, bahan, motif, dan lokasi dari signage.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 49


 Pengendalian Dampak Lingkungan

g. Setiap kegiatan dalam penyelenggaraan rusuna bertingkat tinggi tidak


diperbolehkan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan yang
meliputi:

1) hal-hal yang mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan/atau endemik,


dan/atau dilindungi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
terancam punah, atau habitat alaminya mengalami kerusakan;
2) hal-hal yang menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan
lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan
sebagainya)
3) hal-hal yang merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan
peninggalan sejarah yang bernilai tinggi; .

h. Kegiatan pembangunan rusuna bertingkat tinggi yang menimbulkan


dampak tidak penting terhadap lingkungan, atau secara teknologi dapat
dikelola dampak pentingnya, tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi
diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

i. Pengembangannya harus disusun berdasarkan Rencana Tata Bangunan Dan


Lingkungan (RTBL)

j. Ketentuan Teknis Keandalan Bangunan Rusunawa Bertingkat Tinggi

 Persyaratan Keselamatan

Persyaratan Struktur Bangunan Gedung

 Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, strukturnya harus


direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil
 Dalam perencanaan struktur bangunan rusuna bertingkat tinggi
harus diperhitungkan dapat memikul pengaruh gempa rencana
sesuai dengan zona gempanya.
 Struktur bangunan rusuna bertingkat tinggi harus direncanakan
secara daktail
 Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti SNI terkait yang
berlaku

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 50


 Sedangkan untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi
beton pracetak dan prategang harus mengikuti:
- Tata Cara Perencanaan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton
Pracetak dan Prategang untuk Bangunan Gedung;
- Metoda Pengujian dan Penentuan Parameter Perencanaan
Tahan Gempa Konstruksi Beton Pracetak dan Prategang
untuk Bangunan Gedung; dan
- Spesifikasi Sistem dan Material Konstruksi Beton Pracetak dan
Prategang untuk Bangunan Gedung.
 Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti SNI yang berlaku
 Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek,

 Keandalan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

 Untuk menentukan tingkat keandalan struktur Bangunan rusuna


bertingkat tinggi, harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan
secara berkala sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman/Petunjuk
Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
 Pemeriksaan keandalan bangunan rusuna bertingkat tinggi
dilaksanakan secara berkala

 Persyaratan Kemampuan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi Terhadap


Bahaya Kebakaran

 Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan sistem


proteksi pasif dan sistem proteksi aktif.
 Persyaratan Jalan Keluar dan Aksesibilitas untuk Pemadaman
Kebakaran
 Persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar/eksit, dan
sistem peringatan bahaya
 Pencahayaan darurat, tanda arah keluar, dan sistem peringatan
bahaya dalam gedung

 Persyaratan Komunikasi Dalam Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

 Persyaratan komunikasi dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi


dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi baik untuk
keperluan internal bangunan maupun untuk hubungan ke luar,
 Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 51
 Persyaratan Instalasi Bahan Bakar Gas

 Dalam hal rusuna bertingkat tinggi menggunakan gas pembakaran dari


Instalasi Gas Kota

- Rancangan sistem distribusi gas pembakaran, pemilihan bahan


dan konstruksinya mengikuti peraturan yang berlaku
- Instalasi pemipaan (mulai dari katup penutup, meter-gas atau
regulator) mengikuti peraturan yang berlaku

 Pada instalasi untuk pembakaran, harus dilengkapi dengan peralatan


khusus untuk mendeteksi kebocoran gas

 Dalam hal rusuna bertingkat tinggi menggunakan gas pembakaran


Instalasi gas elpji (LPG), maka harus memenuhi ketentuan:

- Rancangan sistem distribusi gas pembakaran, pemilihan bahan


dan konstruksinya mengikuti peraturan yang berlaku
- Instalasi pemipaan untuk rumah tangga (domestik) dan gedung
(komersial) mengikuti peraturan yang berlaku
- Bila pasokan dari beberapa tabung silinder digabung ke dalam
satu manipol (manifold atau header), maka harus mengikuti
peraturan yang berlaku
- Pada instalasi untuk pembakaran, harus dilengkapi dengan
peralatan khusus untuk mendeteksi kebocoran gas yang secara
otomatis mematikan aliran gas, dan tanda “DILARANG
MEROKOK”.

 Manajemen Penanggulangan Kebakaran

- Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memiliki unit


manajemen pengamanan kebakaran.

 Persyaratan Kemampuan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi Terhadap


Bahaya Petir dan Bahaya Kelistrikan

 Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan


proteksi terhadap petir,

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 52


 Persyaratan sistem proteksi petir harus memenuhi SNI 03-7015-2004
Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.

 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,


atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

 Persyaratan Sistem Kelistrikan

 Sistem kelistrikan dalam rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi


Persyaratan sistem kelistrikan
 Sistem kelistrikan dalam rusuna bertingkat tinggi harus dapat
menjamin aspek keselamatan manusia, keamanan instalasi listrik
beserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari
bahaya kebakaran akibat listrik, dan perlindungan lingkungan.
 Persyaratan sistem kelistrikan harus memperhatikan:
- Perencanaan instalasi listrik;
- Jaringan distribusi listrik;
- Beban listrik;
- Sumber daya listrik;
- Transformator distribusi;
- Pemeriksaan dan pengujian; dan
- Pemeliharaan

 Persyaratan sistem kelistrikan harus mengikut ketentuan-ketentuan


dan SNI terkait yang berlaku

 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,


atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

 Persyaratan Kesehatan Bangunan Gedung

 Persyaratan Sistem Penghawaan


- Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai
ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan
- Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan
permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan
permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi
alami.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 53
- Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus
mengikuti ketentuan-ketentuan standar dan SNI terkait yang
berlaku
- Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.

 Persyaratan Sistem Pencahayaan

 Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi


persyaratan sistem pencahayaan alami dan/atau pencahayaan
buatan
 Persyaratan pencahayaan harus mengikuti SNI terkait yang berlaku
 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

 Persyaratan Sistem Air Minum dan Sanitasi

 Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan sistem


air minum yang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku
 Persyaratan plambing dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi
harus mengikuti ketentuan-ketentuan dan SNI terkait yang berlaku
 Sistem Pengolahan dan Pembuangan Air Limbah/Kotor, harus
memenuhi ketentuan-ketentuan dan SNI terkait yang berlaku

 Persyaratan Pematusan/penyaluran Air Hujan

h) Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi dan pekarangannya harus


dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan sesuai ketentuan-
ketentuan dan SNI terkait yang berlaku.
 Persyaratan Tempat Sampah, Penampungan Sampah, dan/atau
Pengolahan Sampah.
 Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya,
yang harus sesuai ketentuan-ketentuan dan SNI terkait yang berlaku.
 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 54
 Persyaratan Penggunaan Bahan Bangunan

 Bahan bangunan rusuna bertingkat tinggi yang digunakan harus


aman bagi kesehatan penghuni dan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.

 Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

 Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dan Hubungan Antar ruang


harus mempertimbangkan:
- fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan, aksesibilitas
ruang, di dalam bangunan gedung; dan
- persyaratan keselamatan dan kesehatan.
- fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah pengguna dan
perabot/peralatan di dalam bangunan gedung;
- sirkulasi antar ruang horizontal dan vertikal; dan
- persyaratan keselamatan dan kesehatan.
- Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis

 Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara Dalam Ruang

 Persyaratan Kenyamanan Termal Dalam Ruang harus


- mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara
- harus memperhatikan letak geografis dan orientasi bangunan
- harus memperhatikan prinsip-prinsip penghematan energi dan
ramah lingkungan
 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

 Persyaratan Kenyamanan Pandangan

 Persyaratan Kenyamanan Pandangan (Visual) harus


mempertimbangkan:
- kenyamanan pandangan dari dalam bangunan ke luar dan dari
luar ke dalam bangunan.
- rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan ruang-luar bangunan,
dan rancangan bentuk luar bangunan gedung;
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 55
- keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang akan
ada di sekitarnya; dan
- pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar.
- persyaratan teknis, yaitu Standar kenyamanan pandangan
(visual) pada bangunan gedung.
 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

 Persyaratan Kenyamanan Terhadap Tingkat Getaran dan Kebisingan

 Persyaratan Getaran
- harus mengikuti standar tata cara perencanaan kenyamanan
terhadap getaran pada bangunan gedung.
- Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.
 Persyaratan Kebisingan
- harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan
peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik yang berada
pada bangunan gedung maupun di luar bangunan gedung.
- harus dipenuhi standar tata cara perencanaan kenyamanan
terhadap kebisingan pada bangunan gedung.
- Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.

 Persyaratan Kemudahan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi

 Persyaratan Hubungan Ke, Dari, dan di Dalam Bangunan Rusuna


harus memenuhi persyaratan
- kemudahan hubungan horizontal berupa tersedianya pintu
dan/atau koridor yang memadai
- Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan
dipertimbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan
jumlah pengguna ruang
- Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.
- Ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontal antarruang
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 56
dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan
jumlah pengguna, minimal 1.2 m.

 Persyaratan Kemudahan Hubungan Vertikal harus menyediakan sarana


hubungan vertikal antar lantai yang memadai:

 Tersedianya tangga dan lif


 Harus memperhitungkan terhadap jumlah, ukuran, konstruksi,
kapasitas, dan spesifikasi lif
 Salah satu lif yang tersedia harus memenuhi persyaratan lif
kebakaran
 Persyaratan Sarana Evakuasi
- Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan
sarana evakuasi bagi semua orang termasuk penyandang cacat
dan lansia yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi
pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
 Persyaratan Aksesibilitas Bagi Penyandang Cacat dan Lansia
- Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan
fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin kemudahan bagi
penyandang cacat dan lansia.
- Persyaratan Kemudahan harus mengikuti ketentuan-ketentuan
dan SNI terkait yang berkalu

2.4 Latihan

1) Sebutkan persyaratan apa saja yang harus dimiliki oleh bangunan rusunawa
tingkat rendah

2) Sebutkan persyaratan apa saja yang harus dimiliki oleh bangunan rusunawa
tingkat tinggi

3) Bagaimana tanggapan sdr terhadap bangunan rusunawa yang dapat


menimbulkan dampak lingkungan yang negatip

4) Jelaskan masalah sirkulasi lalu lintas dan fasilitas parkir pada halaman bangunan
gedung rusunawa

5) Apa yang dimaksud dengan keandalan bangunan rusunawa bertingkat tinggi,


jelaskan secara singkat

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 57


6) Mengapa bangunan gedung rusunawa harus memenuhi persyaratan sistem
proteksi petir

7) Persyaratan apa saja yang harus dimiliki bangunan gedung rusunawa agar
terpenuhi persyaratan kesehatan bangunan gedung tersebut.

8) Perlukah dalam bangunan rusunawa memperhatikan persyaratan Sistem


Pencahayaan

9) Apa perbedaan sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan

10) Apa yang sdr ketahui tentang persyaratan sistem air minum dan sanitasi,
jelaskan secara singkat dan lengkap

11) Apa yang sdr ketahui tentang persyaratan pematusan/penyaluran air hujan

12) Jelaskan masalah persyaratan tempat sampah, penampungan sampah, dan/atau


pengolahan sampah, pada bangunan rusunawa.

13) Perlukah dalam bangunan rusunawa memperhatikan persyaratan penggunaan


bahan bangunan

14) Perlukah dalam bangunan rusunawa memperhatikan terhadap persyaratan


kenyamanan pandangan

15) Perlukah dalam bangunan rusunawa memperhatikan terhadap kenyamanan


terhadap tingkat getaran dan kebisingan

16) Apa yang dimaksud dengan kemudahan hubungan horizontal dalam bangunan
gedung rusunawa

17) Perlukah semua rusunawa harus memiliki lift

18) Jelaskan apa yang dimaksud dengan sarana evakuasi dalam bangunan gedung
rusunawa

19) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Aksesibilitas Bagi Penyandang Cacat dan
Lansia

20) Perlukah dalam jenis rusunawa tingkat rendah maupun rusunawa tingkat tinggi,
menyediakan sarana evakuasi bagi semua orang termasuk penyandang cacat

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 58


dan lansia yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
darurat, dan jalur evakuasi

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 59


BAB III

SASARAN PEMBANGUNAN RUSUNAWA


3.1 Umum

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 14/PERMEN/M/2007


tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa

 Sasaran penghuni adalah warga negara Indonesia yang termasuk dalam


kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sesuai peraturan yang
berlaku yang melakukan perjanjian sewa rusunawa dengan badan pengelola.
 Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) adalah masyarakat yang
mempunyai penghasilan berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat.
 Kelompok sasaran penghuni rusunawa adalah warga negara Indonesia yang
terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI, Pekerja/Buruh, dan masyarakat
Umum yang dikatagorikan sebagai MBR serta Mahasiswa/Pelajar
 Kelompok sasaran penghuni rusunawa tersebut diatas adalah warga negara
Indonesia yang:
a. Mengajukan permohonan tertulis pada badan pengelola untuk menjadi
calon penghuni rusunawa;
b. Mampu membayar harga sewa yang ditetapkan oleh badan pengelola;
dan
c. Memiliki kegiatan yang dekat dengan lokasi rusunawa.

 Penghuni rusunawa yang kemampuan ekonominya telah meningkat menjadi


lebih baik harus melepaskan haknya sebagai penghuni rusunawa
berdasarkan hasil evaluasi secara berkala yang dilakukan oleh badan
pengelola

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 60


Sasaran Bantuan Perumahan Formal

PERUMAHAN FORMAL ADALAH


PERUMAHAN YANG DISELENGGARAKAN
OLEH BADAN HUKUM /BADAN USAHA

UNTUK SIAPA

BANTUAN FASILITASI
APBN (APBN + NON
APBN)

YANG YANG TIDAK YANG FOKUS:


BERPENGHASILAN BERPENGHASILAN BERKEBUTUHAN MASYARAKAT
(tidak ada struk gaji)
KHUSUS (MBM/MBR)

TNI/POLRI LEMBAGA MASYARAKAT


PENDIDIKAN TINGGI PERBATASAN,
BERASRAMA NELAYAN, KORBAN
(mahasiswa, santri, BADAN USAHA
PEMDA →PNS BENCANA KOPERASI NIRLABA
lajang)
LAINNYA
(termasuk rumah
INDUSTRI: sewa)
PEKERJA/BURUH

Gambar 3.1. Sasaran Bantuan Perumahan Formal3

3.2 Sasaran Rusunawa Untuk TNI/POLRI

3.2.1 Beberapa Pengertian

a. Rumah negara dilingkungan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Tentara


Nasional Indonesia (TNI) selanjutnya disebut rumah negara adalah bangunan

3
Diambil dari: Rapat konsultasi regional Deputi bidang Perumahan Formal Kementerian
Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Bali 9 September 2014, sesuai PERMENPERA No
21/tahun 2011, tentang Bantuan Stimulan Rusunawa
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 61
yang dimiliki dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas Pejabat, Prajurit,
dan/atau Pegawai Negeri Sipil.
b. Pejabat adalah pejabat negara atau pejabat pemerintah di lingkungan Kemhan
dan TNI yang diangkat untuk menduduki jabatan tertentu.
c. Anggota adalah Prajurit TNI dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berdinas aktif di
lingkungan Kemhan/TNI
d. Rumah negara tipe rusun dalam kesatrian adalah rumah negara yang di
strukturkan arah horizontal dan vertikal milik kemhan / TNI yang berada di satu
kesatrian murni.
e. Rumah negara tipe rusun di luar kesatrian (dalam komplek) adalah rumah
negara yang distrukturkan arah horizontal maupun vertikal milik Kemhan/TNI
yang berada di luar kesatrian atau berada dalam satu komplek tanah milik
Kemhan/TNI.
f. Komplek perumahan adalah kelompok rumah negara yang digunakan dan/atau
milik Kemhan dan TNI, dalam ketentuan ini disebut Kompleks Rumah Negara.
g. Kesatrian adalah suatu tempat atau pangkalan militer yang di dalamnya terdapat
fasilitas, sarana dan prasarana perkantoran serta perumahan kesatuan untuk
menunjang aktivitas anggota satuan dan dipimpin oleh komandan kesatrian.

3.2.2 Program Pembangunan Rusun Untuk TNI/POLRI

Pemerintah telah mengupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan serta


produktifitas kerja prajurit TNI dan anggota POLRI yang bertugas di seluruh pelosok
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pembinaan


Rumah Negara Tipe Rumah Susun Di Lingkungan Kementerian Pertahanan Dan
Tentara Nasional Indonesia, telah disebutkan bahwa tujuan Permen tersebut adalah
dimaksudkan untuk pedoman dalam penyelenggaraan pembinaan rumah negara
tipe Rusun di lingkungan Kemhan dan TNI, dengan tujuan untuk mewujudkan
ketertiban penggolongan, pengadaan, pendaftaran, penetapan status, penghunian,
pengalihan status dan penghapusan rumah negara dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan anggota. Anggota disini adalah dimaksud Prajurit TNI dan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang berdinas aktif di lingkungan Kemhan/TNI. Rumah negara tipe
Rusun dalam Kesatrian yang dimaksud diperuntukkan bagi anggota yang menjabat di
lingkungan Kemhan dan TNI, yang terdiri atas :

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 62


a. Rusun Jabatan Perwira/PNS Gol III, diperuntukkan bagi pejabat yang berpangkat
Perwira Pertama atau PNS Gol III atau pejabat lain yang setingkat;
b. Rusun Jabatan Bintara/PNS Gol II, diperuntukkan bagi pejabat yang berpangkat
Bintara atau PNS Gol II atau pejabat lain yang setingkat; dan
c. Rusun Jabatan Tamtama/PNS Gol I, diperuntukkan bagi pejabat yang berpangkat
Tamtama atau PNS Gol I atau setingkat

Sedangkan rumah negara tipe Rusun yang di luar Kesatrian atau dalam suatu
komplek perumahan Kemhan/TNI diperuntukkan bagi anggota di lingkungan
Kemhan dan TNI yang terdiri atas :
a. Rusun Perwira/PNS Gol III, diperuntukkan bagi anggota yang berpangkat Perwira
atau PNS Gol III atau setingkat;
b. Rusun Bintara/PNS Gol II, diperuntukkan bagi anggota yang berpangkat
Bintara/PNS Gol II atau setingkat; dan
c. Rusun Tamtama/PNS Gol I, diperuntukkan bagi anggota yang berpangkat
Tamtama/PNS Gol I atau setingkat

4
Gambar 3.2. Rusunawa TNI

4
Sumber dari : Presentasi Deputi Bidang Perumahan Formal Kementerian Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Bali, 09 September 2014.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 63


Dalam Program Pembangunan rusun untuk TNI yang dimaksud, anggota yang berhak
menempati sesuai dengan ketentuan, adalah sebagai berikut :

a. Anggota yang resmi sebagai anggota organik sejak diterbitkan Surat Perintah
Tugas dari Pembantu Pengguna Barang Milik Negara Eselon 1 (PPBMNE-1) atau
pejabat yang ditunjuk di lingkungannya masing-masing; dan
b. Anggota dapat menggunakan rumah negara tipe Rusun golongan II berdasarkan
persetujuan dari Pembantu Pengguna Barang Milik Negara Eselon 1 (PPBMNE-1)
atau pejabat yang ditunjuk di lingkungannya masing-masing

Program Pembangunan rusun untuk POLRI berlandaskan pada


a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah
Susun
b. Keputusan KAPOLRI No.PoL: Kep/17/VIII/2001 tanggal 31 Agustus 2001 tentang
Petunjuk administrasi ketentuan-ketentuan penggunaan rumah dinas di
lingkungan POLRI.
c. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No: 14/Permen/M2007 tanggal 29
Nopember 2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA), yang mana dalam pasal 15 menyebutkan kelompok sasaran
penghuni rusunawa adalah warga negara Indonesia yang terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil, TNI/POLRI, pekerja/buruh, dan masyarakat umum yang
dikategorikan sebagai MBR serta mahasiswa/pelajar.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun,


Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk:

a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan
permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan
budaya;
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan
kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang dengan
memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan;
c. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman
kumuh;
d. Mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien,
dan produktif;
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 64
e. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni
dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan
perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi masyarakat
berpenghasilan rendah;
f. Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah
susun;
g. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau,
terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan
dan permukiman yang terpadu; dan
h. Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan,
dan kepemilikan rumah susun.

Tempat hunian atau rumah merupakan salah satu kebutuhan primer dari anggota
POLRI yang berfungsi untuk mendukung terselenggaranya pembinaan keluarga,
pendidikan, serta peningkatan kualitas generasi keluarga POLRI yang akan datang
yang berjati diri. Kita menyadari bahwa kebutuhan hunian atau rumah tinggal bagi
anggota POLRI terus meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah personel
POLRI di negara kita.

3.2.3 Maksud Dan Tujuan Rusunawa TNI/POLRI

Maksud dan tujuan pembangunan rusunawa di kalangan POLRI adalah untuk


memenuhi kebutuhan tentang perumahan dinas anggota POLRI, untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota POLRI khususnya ditingkat Bintara dan
Perwira Utama beserta keluarganya yang diselenggarakan secara selektif, sekaligus
dalam rangka mendukung tugas-tugas operasional yang memerlukan kecepatan
gerak dan keutuhan satuan.

Khususnya di kawasan perkotaan, kebutuhan fasilitas maupun pembangunan rumah


susun sederhana sewa (rusunawa) merupakan salah satu penyelesaian atau
alternative untuk pemenuhan kebutuhan rumah tinggal yang bermartabat, nyaman,
aman dan sehat bagi anggota POLRI. Ditinjau dari kedinasan dan efisiensi waktu,
kecepatan anggota POLRI dari rumah/tempat tinggal rusunawa menuju tempat
bertugas akan berdampak positif terhadap pelayanan POLRI kepada masyarakat
yang membutuhkan bantuan dan pelayanan secara cepat, hal ini selaras dengan
kebijakan dan strategi POLRI untuk peningkatan kecepatan dan kehadiran anggota
POLRI dalam pemberian bantuan kepada masyarakat. Dengan program Pemerintah,
POLRI telah didukung dengan sejumlah fasilitas rumah dinas/asrama POLRI yang
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 65
telah dimanfaatkan oleh anggota POLRI/PNS beserta keluarganya. Tetapi jika ditinjau
dari jumlah tempat hunian, kondisi rumah dinas, sistem pengelolaan dan pengaturan
penghuniannya masih belum dapat mendukung secara optimal dalam pelaksanaan
tugas dan kesejahteraan anggota POLRI/PNS. Masih ada beberapa anggota
POLRI/PNS yang mengontrak/menyewa rumah karena menunggu giliran untuk
mendapatkan fasilitas rumah dinas/asrama/rusunawa. Untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan rumah dinas POLRI dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota POLRI khususnya ditingkat Bintara dan Perwira Utama beserta keluarganya
diselenggarakan secara selektif, sekaligus dalam rangka mendukung tugas-tugas
operasional yang memerlukan kecepatan gerak dan keutuhan satuan.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mengalokasikan


anggaran membangun Rumah Susun (Rusun) dan Rumah Khusus (Rusus) bagi
anggota TNI dan POLRI di seluruh Indonesia. Rencananya pembangunan Rusun dan
Rusus tersebut dilaksanakan di lokasi yang tersebar di seluruh Kabupaten/ Kota
diseluruh Indonesia. Tujuan khusus pembangunan rumah susun adalah untuk
mengendalikan lajunya pembangunan rumah-rumah biasa yang banyak memakan
lahan. Padahal lahan yang tersedia di kawasan kota sangat terbatas dan sangat
mahal.

3.3 Sasaran Rusunawa Untuk Pekerja


a. Karakteristik rusunawa untuk pekerja
Rumah susun pekerja adalah termasuk rumah susun hunian yang dibangun
untuk kebutuhan para pekerja dan bersifat non komersiil. Biasanya rusun
pekerja ini dibangun dilokasi dekat dengan daerah industri dimana mereka
bekerja.
b. Fasilitas bangunan rusunawa untuk pekerja
Dalam runawa pekerja ini tidak mengutamakan adanya ruang bersama dalam
masing-masing lantai dan kelengkapan fasiilitas umum disediakan secara
kondisional. Kelengkapan fasilitas pelayanan umum dalam skala yang kecil.
Kelengkapan sarana dan prasarana disediakan hanya untuk memberikan
kesejahteraan pekerjanya, sehingga kelengkapan sarana dan prasarana yang
diberikan dalam lingkup yang kecil, yang hanya untuk memenuhi kebutuhan
perorangan. Begitu juga kelengkapan dalam ruangan rusunawa pekerja hanya
memberikan kenyamanan bagi masing-masing pekerja.

Jadi bisa dikatakan pembangunan Rumah Susun (Rusun) dari pihak Pemerintah
adalah tujuan yang sangat baik untuk membuat penduduk Indonesia yang kurang
mampu atau masih tinggal di lingkungan yang kurang layak untuk menikmati
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 66
pembangunan yang telah dilakukan pemerintah dengan cara suatu wadah atau
ruang untuk beraktivitas dengan layak dan sehat

5
Gambar 3.4. Rusunawa Pekerja Pemkot Malang

6
Gambar 3.5 Rusunawa Pekerja

5
Diambil dari : Presentasi Deputi Bidang Perumahan Formal Kementerian Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Bali, 09 September 2014
6
Diambil dari : Presentasi Deputi Bidang Perumahan Formal Kementerian Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Bali, 09 September 2014
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 67
3.4 Sasaran Rusunawa Untuk Pendidikan Berasrama

Lembaga pendidikan berasrama adalah penyelenggara pendidikan menengah yang


berbentuk pendidikan umum, kejuruan dan/atau keagamaan atau pendidikan
terpadu (pendidikan umum dengan pendidikan agama, atau pendidikan umum
dengan pendidikan kejuruan atau pendidikan agama dengan pendidikan kejuruan)
yang dalam proses pembelajarannya mewajibkan peserta didiknya untuk tinggal di
asrama. Dengan demikian asrama merupakan Rusunawa yang diperuntukkan bagi
mahasiswa/siswa/santri. Sedangkan hunian adalah Rusunawa yang diperuntukkan
bagi tenaga pendidik dan/atau kependidikan.

3.4.1 Maksud Dan Tujuan

Bantuan Pembangunan Rusunawa dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi


bantuan fisik bangunan Rusunawa sehingga mendorong lembaga pendidikan tinggi
dan/atau lembaga pendidikan berasrama untuk memenuhi kebutuhan asrama bagi
mahasiswa/siswa/santri dan hunian bagi pendidik dan/atau tenaga kependidikan
dan bertujuan sebagai pedoman bagi Pemerintah, pemerintah daerah,
penyelenggara pendidikan dalam mengajukan usulan bantuan pembangunan
Rusunawa.

Ruang lingkup bantuan pembangunan rusunawa dalam bentuk pembangunan


rusunawa adalah :

a. Penyediaan asrama bagi mahasiswa/siswa/santri


b. Penyediaan hunian bagi pendidik dan atau tenaga kependidikan
c. Peningkatan kualitas asrama bagi mahasiswa siswa/santri dan hunian bagi
pendidik dan/ atau tenaga kependidikan

Bantuan pembangunan baru adalah berupa asrama bagi mahasiswa/siswa/santri


kuhususnya untuk tahun ajaran pertama serta hunian bagi pendidik dan/atau tenaga
kependidikan untuk jangka waktu menghuni selama 5 tahun. Sedangkan rehabilitasi
adalah berupa perbaikan asrama.

Rusunawa untuk asrama adalah diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri yang


lajang, sedangkan rusunawa hunian diperuntukkan bagi pendidik dan/atau tenaga
kependidikan yang lajang dan/atau keluarga.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 68


3.4.2 Fasilitas Rusunawa Untuk Pendidikan Berasrama

Rusunawa untuk asrama bagi mahasiswa/siswa/santri yang lajang, luas unit


sekurang-kurangnya 21m2 dan kamar mandi komunal berada diluar unit hunian,
sedangkan rusunawa hunian yang diperuntukkan bagi pendidik dan/atau tenaga
kependidikan yang lajang dan/atau keluarga dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Rusunawa lajang dengan luas unitnya sekurang-kurangnya 21 m2;


b. Rusunawa keluarga dengan luas unit sekurang-kurangnya 28 m2;
c. Kamar mandi berada didalam masing-masing unit untuk rusunawa keluarga.

3.4.3 Kriteria Bantuan Pembangunan Baru Rusunawa Untuk Pendidikan Berasrama

a. Jumlah lantai bangunan rusunawa sekurang-kurangnya 3 lantai dan sebanyak-


banyaknya berjumlah 5 lantai;
b. Lantai dasar dimanfaatkan untuk sarana sosial, umum dan/atau komersial;
c. 1 (satu) bangunan rusunawa dapat berbentuk 1 blok (mono blok) atau 2 blok
(twin blok).

7
Gambar 3.6. Rusunawa untuk pendidikan berasrama. STAINU KEBUMEN

7
Diambil dari : Presentasi Deputi Bidang Perumahan Formal Kementerian Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Bali, 09 September 2014

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 69


Gambar 3.7. Rusunawa untuk pendidikan berasrama. Pondok Pesantren Nurulaitam
Kabupaten Karawang 8

9
Gambar 3.8. Rusunawa mahasiswa

8
Diambil dari : Presentasi Deputi Bidang Perumahan Formal Kementerian Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Bali, 09 September 2014
9
Diambil dari : Presentasi Deputi Bidang Perumahan Formal Kementerian Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Bali, 09 September 2014
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 70
3.4.4 Kriteria Penerima Bantuan Pembangunan Rusunawa Pendidikan Berasrama

a. Kriteria umum pembangunan baru dan/atau rehabilitasi

1) Pendidikan tinggi formal yaitu :

a) Perguruan Tnggi Negeri (PTN)


b) Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
c) Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
d) Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS)
e) Perguruan Tinggi Agama Lainnya

2) Pendidikan menengah formal, yaitu :

a) Sekolah Menengah Atas (SMA);;


b) Madrasah Aliyah (MA)
c) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK);
d) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK);
e) Bentuk lain yang sederajat, yaitu :
(1) Pendidikan umum dengan pendidikan agama;
(2) Pendidikan umum dengan pendidikan kejuruan;
(3) Pendidikan agama dengan pendidikan kejuruan.

b. Kriteria akademik pembangunan baru dan/atau rehabilitasi

1) Telah memiliki ijin pendirian atau ijin penyelenggaraan pendidikan dari


instansi yang berwenang;
2) Telah memperoleh status akreditasi;
3) Jumlah mahasiswa/siswa/santri pada rusunawa sekurang-kurangnya
berjumlah 800 sampai dengan 1600 orang;
4) Jumlah pendidik dan/atau tenaga kependidikan pada rusunawa untuk
hunian dengan ketentuan :
(a) Pada lembaga pendidikan tinggi sekurang-kurangnya 110 orang
(b) Pada lembaga pendidikan berasrama sekurang-kurangnya 60 orang

3.5 Rusunawa Dengan Fungsi Campuran


Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun,
menyatakan, pemanfaatan rumah susun dilaksanakan sesuai dengan fungsi:
a. Hunian, atau
b. Campuran

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 71


Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi campuran adalah campuran antara fungsi
hunian dengan bukan hunian. Pemanfaatan rumah susun dapat berubah dari fungsi
hunian menjadi fungsi campuran, adalah karena akibat perubahan rencana tata
ruang. Dengan demikian rumah susun campuran merupakan rumah susun dengan
sebagian dari ruangnya berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian ruangnya lagi
berfungsi sebagai tempat untuk berusaha, yang mana hal ini sesuai dengan Permen
PU No 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun,
menyatakan bahwa Rumah susun hunian adalah rumah susun yang seluruhnya
berfungsi sebagai tempat tinggal sedangkan rumah susun bukan hunian adalah
rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat usaha dan/atau kegiatan
sosial. Rumah susun campuran adalah rumah susun yang sebagian berfungsi sebagai
tempat tinggal dan sebagian lainnya berfungsi sebagai tempat usaha dan/atau
kegiatan sosial.
Semua ruang rumah susun campuran harus memenuhi persayaratan teknis didalam
ruangan, harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku diantaranya
adalah,
a. persyaratan penghawaan,
b. persyaratan pencahayaan,
c. persyaratan udara dan
d. persyaratan bau untuk melindungi penghuni.

Perlu diketahui bahwa dalam undang-undang No 20 tahun 2011 tentang rusun, tidak
mengatur pemanfaatan rusun untuk fungsi bukan hunian

10
Gambar 3.9. Rusunawa fungsi campuran

10
https: //www.tumblr.com/tagged/pekerjaan + umum
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 72
3.6 Rangkuman

Sasaran penghunian rusunawa untuk TNI/POLRI, pekerja, dan pendidikan berasrama


mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
a. Tujuan penghunian untuk TNI/POLRI adalah untuk memenuhi kebutuhan
tentang perumahan dinas anggota POLRI, untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota POLRI khususnya ditingkat Bintara dan Perwira Utama beserta
keluarganya yang diselenggarakan secara selektif, sekaligus dalam rangka
mendukung tugas-tugas operasional yang memerlukan kecepatan gerak dan
keutuhan satuan. Ditinjau dari kedinasan dan efisiensi waktu, kecepatan anggota
POLRI dari rumah/tempat tinggal rusunawa menuju tempat bertugas akan
berdampak positif terhadap pelayanan POLRI kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan dan pelayanan secara cepat, hal ini selaras dengan
kebijakan dan strategi POLRI untuk peningkatan kecepatan dan kehadiran
anggota POLRI dalam pemberian bantuan kepada masyarakat. Dengan program
Pemerintah, POLRI telah didukung dengan sejumlah fasilitas rumah
dinas/asrama POLRI yang telah dimanfaatkan oleh anggota POLRI/PNS beserta
keluarganya. Tetapi jika ditinjau dari jumlah tempat hunian, kondisi rumah dinas,
sistem pengelolaan dan pengaturan penghuniannya masih belum dapat
mendukung secara optimal dalam pelaksanaan tugas dan kesejahteraan anggota
POLRI/PNS. Masih ada beberapa anggota POLRI/PNS yang
mengontrak/menyewa rumah karena menunggu giliran untuk mendapatkan
fasilitas rumah dinas/asrama/rusunawa. Untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan rumah dinas POLRI dan sekaligus untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota POLRI khususnya ditingkat Bintara dan Perwira Utama
beserta keluarganya diselenggarakan secara selektif, sekaligus dalam rangka
mendukung tugas-tugas operasional yang memerlukan kecepatan gerak dan
keutuhan satuan.
b. Tujuan penghunian untuk pekerja adalah merupakan hunian yang dibangun
untuk kebutuhan para pekerja dan bersifat non komersiil. Biasanya rusun
pekerja ini dibangun dilokasi dekat dengan daerah industri dimana mereka
bekerja. Dalam runawa pekerja ini tidak mengutamakan adanya ruang bersama
dalam masing-masing lantai dan kelengkapan fasiilitas umum disediakan secara
kondisional. Kelengkapan fasilitas pelayanan umum dalam skala yang kecil.
Kelengkapan sarana dan prasarana disediakan hanya untuk memberikan
kesejahteraan pekerjanya, sehingga kelengkapan sarana dan prasarana yang
diberikan dalam lingkup yang kecil, yang hanya untuk memenuhi kebutuhan

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 73


perorangan. Begitu juga kelengkapan dalam ruangan rusunawa pekerja hanya
memberikan kenyamanan bagi masing-masing pekerja.
c. Tujuan penghunian untuk pendidikan berasrama adalah untuk memberikan
fasilitasi bantuan fisik bangunan Rusunawa sehingga mendorong lembaga
pendidikan tinggi dan/atau lembaga pendidikan berasrama untuk memenuhi
kebutuhan asrama bagi mahasiswa/siswa/santri dan hunian bagi pendidik
dan/atau tenaga kependidikan dan bertujuan sebagai pedoman bagi
Pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan dalam mengajukan
usulan bantuan pembangunan Rusunawa. Ruang lingkup bantuan pembangunan
rusunawa dalam bentuk pembangunan rusunawa adalah :
1) Penyediaan asrama bagi mahasiswa/siswa/santri
2) Penyediaan hunian bagi pendidik dan atau tenaga kependidikan
3) Peningkatan kualitas asrama bagi mahasiswa siswa/santri dan hunian bagi
pendidik dan/ atau tenaga kependidikan
Bantuan pembangunan baru adalah berupa asrama bagi mahasiswa/siswa/santri
kuhususnya untuk tahun ajaran pertama serta hunian bagi pendidik dan/atau
tenaga kependidikan untuk jangka waktu menghuni selama 5 tahun. Sedangkan
rehabilitasi adalah berupa perbaikan asrama.
Rusunawa untuk asrama adalah diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri
yang lajang, sedangkan rusunawa hunian diperuntukkan bagi pendidik dan/atau
tenaga kependidikan yang lajang dan/atau keluarga.
d. Tujuan penghunian untuk fungsi campuran adalah sebagian dari ruangnya
berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagian ruangnya lagi berfungsi sebagai
tempat untuk berusaha. Fungsi campuran adalah campuran antara fungsi hunian
dengan bukan hunian. Pemanfaatan rumah susun dapat berubah dari fungsi
hunian menjadi fungsi campuran, adalah karena akibat perubahan rencana tata
ruang.

3.7 Latihan

1) Siapa sajakah sasaran penghuni usunawa sesuai peraturan yang berlaku

2) Bagaimana pendapat sdr bila penghuni rusunawa bila kemampuan ekonominya


telah meningkat menjadi lebih baik

3) Siapa yang melaksanakan evaluasi secara berkala terhadap penghuni, sehingga


dapat didefinisikan sebagai penghuni yang sudah mampu atau telah meningkat
menjadi lebih baik kemampuan ekonominya

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 74


4) Jelaskan secara singkat bagaimana alasan sdr, kenapa dikatakan bahwa
rusunawa adalah mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh;

5) Mengapa sasaran rusunawa diutamakan untuk calon penghuni yang mempunai


penghasilan rendah.

6) Apa hubungannya pemenuhan kebutuhan rumah tinggal untuk TNI/POLRI di


rusunawa dengan tugas-tugas operasionalnya

7) Dimanakah yang paling efisien lokasi rusun untuk pekerja

8) Apakah tujuan pemerintah memberikan bantuan pembangunan rusunawa untuk


asrama yang diperuntukkaan bagi mahasiswa/siswa/santri yang lajang, dan
pembangunan rusunawa untuk hunian yang diperuntukkaan bagi pendidik
dan/atau tenaga kependidikan yang lajang dan/atau keluarga.

9) Berapa sekurang-kurangnya luas unit untuk asrama bagi mahasiswa/siswa/santri


yang lajang

10) Berapa sekurang-kurangnya luas unit untuk hunian bagi pendidik dan/atau
tenaga kependidikan yang lajang

11) Berapa sekurang-kurangnya luas unit untuk hunian bagi pendidik dan/atau
tenaga kependidikan yang sudah berkeluarga

12) Jelaskan ketentuan jumlah lantai bangunan rusunawa untuk Pendidikan


Berasrama

13) Dimanfaatkan untuk apa saja lantai dasar dari rusunawa untuk pendidikan
berasrama

14) Jelaskan perguruan apa saja pada pendidikan tinggi formal

15) Jelaskan sekolah/madrasah apa saja pada Sekolah Menengah Atas

16) Kriteria apa saja untuk mendapatkan bantuan pembangunan baru dan/atau
rehabilitasi

17) Apa yang dimaksud dengan rusunawa fungsi campuran

18) Persyaratan teknis apa saja yang harus dimiliki oleh rumah susun campuran

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 75


BAB IV

PENUTUP
4.1 Simpulan

a. Program Pemerintah untuk mempermudah bantuan pembangunan rusunawa


adalah merupakan sikap Pemerintah untuk memenuhi isi dari Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1), bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.

b. Program Pemerintah ini telah memberikan motivasi kepada penduduk di kota-


kota besar, bahwa perlu ada perubahan pola hidup untuk memudahkan
kegiatan sehari-hari, yang pada akhirnya akan lebih untuk mendapatkan
kesuksesan.

4.2 Tindak lanjut

a. Jika dilihat dari kondisi kota-kota besar di Indonesia, di mana masih banyak tata
letak bangunan yang belum sinkron dengan kebutuhan dari segala sektor
kegiatan, maka perlu adanya rencana pengembangan kota untuk jangka waktu
50 tahun. Dengan demikian pembangunan rusunawa-rusunawa dapat
terrencana dengan baik.

b. Efek atau pengaruh berikutnya adalah penataan utilitas di daerah perkotaan,


diantaranya adalah
 Rencana jalur untuk kebutuhan tenaga listrik
 Rencana jalur kebutuhan air minum
 Rencana jalur untuk kebutuhan gas
 Rencana jalur komunikasi
Yang pada saat ini masih banyak yang belum sinkron dengan rencana
pembangunan yang lain

c. Dengan kondisi kota-kota besar di Indonesia, dimana lahan sangat susah didapat
dan mahal, padahal semua kegiatan terfocus di daerah perkotaan, maka
gedung-gedung yang tinggi (termasuk rusunawa) akan mengakibatkan
kemacetan lalu-lintas, yaitu pada jam-jam sibuk jam pagi (berangkat kerja, dan

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 76


sekolah)dan pada jam-jam sibuk sore (pulang dari bekerja). Padahal
pembangunan rusunawa tidak mungkin dibangun pada daerah remote area
tetapi justru harus pada daerah yang dekat dengan kegiatan kerja. Dalam hal ini
rusunawa akan ikut menyumbang kemacetan juga. Dengan demikian perlu
segera adanya transportasi massal, yang aman, nyaman, dan andal, sedemikian
sehingga semua kegiatan lebih mudah dan lebih nyaman ditempuh dengan
transportasi umum.

Demikian materi “Pengenalan Rusunawa” disampaikan dengan harapan bahwa modul diklat
ini dapat membekali peserta diklat dalam menjalankan tugasnya. Dalam modul diklat
“Pengenalan Rusunawa” ini kami menguraikan jenis-jenis rusunawa dan sasaran
pembangunan rusunawa untuk membekali para peserta diklat, dalam pemahaman modul
diklat selanjutnya, untuk uraian masalah pemeliharaan dan perawatan rusunawa.
Sudah barang tentu modul diklat ini belum sempurna, kami tetap mengharapkan kritik dan
perbaikan dari kalangan terkait yang akan menggunakan modul diklat ini.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 77


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan


Permukiman

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun

3. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 21.Tahun


2011 Tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sewa

4. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 9 /Permen/M/2008 Tentang


Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pada Lembaga
Pendidikan Tinggi Dan Lembaga Pendidikan Berasrama

5. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pembinaan Rumah


Negara Tipe Rumah Susun Di Lingkungan Kementerian Pertahanan Dan Tentara
Nasional Indonesia

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 Tentang Penyerahan Prasarana
Lingkungan, Utilitas Umum Dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah

7. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pembinaan Rumah


Negara Tipe Rumah Susun Di Lingkungan Kementerian Pertahanan Dan Tentara
Nasional Indonesia

8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 7/PERMEN/M/2007

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2007 Tentang Pedoman


Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 60/Prt/1992 Tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun

11. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.14/PERMEN/M/2007 tentang


Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa

12. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 5 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penulisan Modul Pendidikan Dan Pelatihan
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 78
13. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 9 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Widyaiswara

14. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 18/Permen/M/2007 Tentang


Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana Yang Dibiayai
APBN Dan APBD

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 Tentang Rumah Susun

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/Prt/M/2008 Tentang Pedoman


Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 79


GLOSARIUM
1. Rusuna Bertingkat Tinggi adalah bangunan gedung rumah susun sederhana dengan
jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai dan maksimum 20 lantai.
2. Badan Hukum adalah badan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia yang memenuhi persyaratan untuk pemanfaatan rusunawa
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
3. Masyarakat Berpenghasilan Rendah, yang selanjutnya disebut MBR, adalah masyarakat
yang mempunyai penghasilan berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat.
4. Pemilik rusunawa, yang selanjutnya disebut sebagai pemilik, adalah pengguna barang
milik negara yang mempunyai penguasaan atas barang milik negara berupa rusunawa.
5. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penerima aset kelola sementara
kepada badan pengelola dan penghuni rusunawa meliputi pembinaan, pelatihan, dan
penyuluhan.
6. Penerima aset kelola sementara adalah pemerintah daerah kabupaten/kota, perguruan
tinggi atau lembaga lainnya yang menerima kelola aset rusunawa dari pengguna barang
milik negara.
7. Pengelola, yang selanjutnya disebut badan pengelola, adalah instansi pemerintah atau
badan hukum atau badan layanan umum yang ditunjuk oleh pemilik rusunawa untuk
melaksanakan sebagian fungsi pengelolaan rusunawa.
8. Pengelolaan adalah upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola atas barang
milik negara/daerah yang berupa rusunawa dengan melestarikan fungsi rusunawa yang
meliputi kebijakan perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan
dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian rusunawa.
9. Pengembangan adalah kegiatan penambahan bangunan dan/atau komponen bangunan,
prasarana dan sarana lingkungan yang tidak terencana pada waktu pembangunan
rusunawa tetapi diperlukan setelah bangunan dan lingkungan difungsikan.
10. Prasarana dan Sarana Rumah Susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, yang antara lain berupa jaringan jalan dan utilitas umum, jaringan
pemadam kebakaran, tempat sampah, parkir, saluran drainase, tangki septik,
sumur resapan, rambu penuntun dan lampu penerangan luar.
11. Lingkungan adalah sebidang tanah/lahan dengan batas-batas yang jelas, diatasnya
dibangun rumah susun termasuk prasarana dan sarana serta fasilitasnya, yang
secara keseluruhan merupakan kesatuan tempat permukiman.
12. Pengguna barang milik negara adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
barang milik negara/daerah.
Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 80
13. Penghuni adalah warga negara Indonesia yang termasuk dalam kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah sesuai peraturan yang berlaku yang melakukan perjanjian sewa
sarusunawa dengan badan pengelola;
14. Rumah Susun Sederhana Sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa, adalah bangunan
gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-
bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status
penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi
utamanya sebagai hunian.
15. Satuan Rumah Susun Sederhana Sewa, yang selanjutnya disebut sarusunawa, adalah
unit hunian pada rusunawa yang dapat digunakan secara perorangan berdasarkan
ketentuan persewaan dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.
16. Utilitas Umum adalah pelayanan yang diberikan oleh kabupaten/kota berupa
penyambungan jaringan listrik, air minum, telepon dan gas.

Diklat Pemeliharaan dan Perawatan Rusunawa 81

Anda mungkin juga menyukai