Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID

CALAMIN LOTION

DEBY CINTYA HERDAYANTI


18197088

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI
BANDUNG 2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air

lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,

memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan

menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan.

Lotion biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa

larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian

luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian

yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera

kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit.

Dalam bidang farmasi, lotio banyak diformulasikan dan banyak dibuat, digunakan

khususnya secara topikal untuk membersihkan, mempercantik diri, menghaluskan tubuh

dan lain sebagainya. Pada makalah ini akan dibahas tentang Calamine Lotio, dimana

Calamine Lotion adalah suatu lotion untuk topikal yang menggabungkan seng oksida dan

besi (III) oksida untuk menghasilkan lotion yang digunakan untuk membantu mengurangi

iritasi terkait kontak dermatitis.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Lotio/Lotion ?

2. Bagaimana cara formulasi sediaan Lotio khususnya formulasi Calamine Lotio ?

I.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian Lotion

2. Untuk mengetahui cara formulasi dan pembuatan sediaan Lotio khususnya Calamine

Lotion
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air

lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi

kulit,memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan

badanmenjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body

lotion (losion tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran

(Sularto,et al,1995).

Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air

yangdigunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut

yangtersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air.

Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol

untuk cepatkering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984).

Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya

berupa emulsi, terdiri darisedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai

viskositas rendah serta dapatmengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk

pemakaian pada kulit yangsehat.Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak

dan fase air yangdistabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di

dalamnya.

Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang

berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit,

sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan

lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et al., 1994).


Lotion adalah Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat

luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan bahan pensuspensi

yang cocok , emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok. Kegunaan pada umumnya

membersihkan make-up (rias wajah) dan lemak dari wajah dan leher.

Ciri-ciri Lotion :

1. Lebih mudah digunakan (penyebaran losio lebih merata daripada krim)

2. Lebih ekonoms (Lotio menyebar dalam lapisan tipis)

Ada 2 jenis Lotion :

1. Larutan detergen dalam air

2. Emulsi tipe M/A

Kegunaan lotion dapat diaplikasikan ke kulit dengan kandungan obat/agen yang

berfungsi sebagai:

1. Antibiotik

2. Antiseptik

3. Anti jamur (anti fungi)

4. Kortikosteroid

5. Anti jerawat

6. Menenangkan, smoothing (pelembut), pelembab atau agen pelindung (seperti

Calamine)

7. Pijat

8. Memperbaiki kulit (estetika)

Selain penggunaan untuk medis, lotion banyak digunakan untuk perawatan kulit

serta kosmetik.
Proses pembuatan Lotion :

1. Fase air dan emulgator dihomogenkan.

2. Ditambahkan fase minyak. Kedua fase masing-masing dipanaskan hingga larut

kemudian baru dicampur.

3. Setelah keduanya tercampur baru ditambahkan pengawet (sebagai anti

mikroorganisme) dan pewangi. Pengawet dan pewangi ditambahkan setelah suhu

campuran turun hingga 40o s/d 30o C.

Menurut The British Pharmaceutical Codex Lotio dapat digolongkan berdasarkan

penggunaannya :

1. Lotion untuk irigasi aural

 Dimaksudkan untuk menjadi syringe lembut ke telinga

 Digunakan pada suhu tidak lebih dari 55o C

 Diberikan untukmenghindari injeksi udara

2. Lotion untuk mencuci mulut

 Digunakan dengan air hangat/panas

 Dipertahankan selama beberapa menit di dalam mulut

3. Lotion untuk irigasi hidung

Diterapkan dengan douche kaca/jarum suntik dengan konstruksi yang cocok

4. Lotion untuk uretra dan vaginal

Disuntikkan dengan menggunakan jarum suntik


Calamine Lotion adalah suatu lotion untuk topikal yang menggabungkan seng oksida

dan besi (III) oksida untuk menghasilkan lotion yang digunakan untuk membantu

mengurangi iritasi terkait kontak dermatitis.

Lotion calamine berwarna pink dan berwujud kental seperti krim. Lotion ini

membantu melindungi dan menenangkan kulit akibat berbagai sebab seperti sinar

matahari, gigitan serangga, atau infeksi kulit lainnya.

II.2 Uraian Bahan


II.2.1 Nama zat aktif : Calaminum
Rumus molekul : Fe2O4Zn
Pemerian : Serbuk halus, merah muda, tidak berbau praktis tidak
berasa
Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral.
pH :8
Stabilitas : stabil dalam bentuk ointment
(FI IV hal 158, FI III hal 119, Martindale hal 756)
Sediaan yang ada dipasaran: Caladine, calamec lotion
Dosis yang ditentukan; penggunaan terapi :
Dosis yang digunakan adalah dosis umum yang digunakan untuk terapi
pruritus, karena calamin tergolong sebagai obat kelas antihistamin topical dan
antipruritik.
Alasan pemilihan benuk sediaan:
Karena selain untuk penggunaan topikal, penyebaran lotion lebih baik
dibandingan sedian topical lain seperti krim.

II.2.2 Informasi aspek farmakologi


Calamine dapat memblok transmisi dari impuls saraf. Selain itu,
calamine juga kerja sebagai antihistamine untuk mengurangi gatal pada
manusia. Antihistamin ini bekerja dengan cara menutup reseptor syaraf yang
menimbulkan rasa gatal, iritasi saluran pernafasan, bersin, dan produksi lendir
(alias ingus). Antihistamin menghambat efek histamin pada reseptor H4.

II.2.3 Zat tambahan


II.2.3.1 Zink Oksida
Rumus Kimia : ZnO
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
kekuningan tidak berbau, lambat laun
menyerap karbondioksida dari udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(96 persen). Larut dalam asam mineral.

Kegunaan dalam Formula : anti sepptikum local ( zat aktif)


pH : 6,95

OTT : Bereaksi lambat dengan asam lemak, dalam

minyak dan lemak

Alasan : Zink Oksida memberikan warna merah


muda khusus pada kalamin, Warna merah
muda membantu menutupi adanya lotio pada
kulit (Ansel : 521)

(Brithis pharmacopeia 2009 hal 6446)

II.2.3.2 Gliserol
Rumus Kimia : C3H8O3
Pemeian : cair jernih seperti sirup, tidak berwarna;
hanya boleh berbau khas lemah. Higroskopis;
netral terhadap lakmus
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan
etaol, tidak larut dengan kloroform, dalam
eter, dala mminyak lemak dan dalam minyak
menguap.
Ph : netral

Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopik. Campuran


dari gliserin dengan air, etanol, dan propilen
glikol stabil secara kimia.
Kegunaan dalam formula : Humektan
OTT : Sangat Reaktif dengan Oksidator. Gliserin
dapat meledak jika dicampur dengan
oksidator kuat sepertikromium trioksida,
potasium klorat, atau kalium permanganat.
Alasan : Gliserin digunakan sebagai humektan
karena gliserin merupakan komponen
higroskopis yang dapat mengikat air dan
mengurangi jumlah air yang meninggalkan
kulit. Efektifitas gliserin tergantung pada
kelembaban lingkungan di sekitarnya.
Humektan dapat melembabkan kulit pada
kondisi kelembaban tinggi.

(Farmakope Indonesia IV 1995, Hal 413; HOPE 2009 Ed 6th Hal 284)

II.2.3.3 Avicel RC Gel


Rumus Kimia : (C6H10O5)n dimana n 220
Pemerian :Serbuk kristalin; putih; tidak berbau; tidak
berasa; tersusun atas partikel-partikel berpori;
higroskopis
Kelarutan : Sukar larut dalam larutan NaOH 5% b/v;
praktis tidak larut dalam air, asam encer dan
sebagian besar pelarut organik
Ph : 6,3
Stabilitas : Avicel stabil, meskipun higroskopis. Harus
disimpan dalam wadah tertutup baik pada
tempat sejuk dan kering.
Kegunaan dalam formula : Penstabil
OTT : Agen pengoksidasi kuat
Alasan : Gliserin digunakan sebagai penstabil karena
memiliki gugus polimer seingga dapat
menstabilkan sediaan.
(HOPE 2009 Ed 6th Hal 129)

II.2.3.4 Na-CMC
Rumus Kimia : (C6H10O5)n dimana n 220
Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,
higroskopis
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloida, tidak larut dalam etanol, eter,
dan pelarut organik lain
Ph : 6,3
Stabilitas : Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan
terjadi pada pH dibawah 2. Viskositas larutan
berkurang dengan cepat jika pH diatas 10.
Menunjukan viskositas dan stabilitas
maksimum pada pH 7-9. Bisa disterilisasi
dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1
jam, tapi terjadi pengurangan viskositas.
Kegunaan dalam formula : Suspending Agent
OTT :Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan
dengan larutan garam besi dan beberapa
logam seperti aluminium, merkuri dan zink
juga dengan gom xanthan; pengendapan
terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat
pencampuran dengan etanol 95%.;
Membentuk kompleks dengan gelatin dan
pektin.
Alasan : Na-CMC yang merupakan derivat dari
selulosa memberikan kestabilan pada produk
dengan memerangkap air dengan membentuk
jembatan hydrogen dengan molekul Na-CMC
yang lain (Belitz and Grosch, 1986).
(HOPE 2009 Ed 6th Hal 120)

II.2.3.5 Kalsium Hidroksida


Rumus Kimia : Ca(OH)2

Pemerian : Serbuk putih, halus dengan rasa sedikit pahit

Kelarutan : Sukar larut dalam air; larut dalam gliserin dan


dalam sirop; sangat sukar larut dalam air
mendidih; tidak larut dalam etanol

Stabilitas : Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan


terjadi pada pH dibawah 2. Viskositas larutan
berkurang dengan cepat jika pH diatas 10.
Menunjukan viskositas dan stabilitas
maksimum pada pH 7-9. Bisa disterilisasi
dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1
jam, tapi terjadi pengurangan viskositas.
Kegunaan dalam formula: pelarut
OTT : Inkompatibel dengan fenol
Alasan : karena kalsium hidroksida dapa melarutkan

(MD28th:42-43, Schoville’s:461)
BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Formulasi/ Teknik pembuatan

R/ Calamine 8 g
Zinc Oxydum 8g
Gliserin 2 ml
Avicel RC Gel 2g
Na- CMC 2g
Kalsium Hidroksida ad 100 mL

III.2 Cara Kerja


1. Alat dan bahan disiapkan

2. Dikalibrasi botol wadah 100 ml dan Erlenmeyer 110 ml

3. Ditimbang bahan sesuai perhitungan bahan

4. Digerus dan campurkan Calamin dan ZnO dengan gliserin

5. Tambahkan gel dan kemudian Na CMC dengan Triturasi terus menerus sampai

homogen

6. Tambahkan sebagian dari larutan kalsium hidroksida

7. Campurkan basis denga zat aktif

8. Dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket.

III.3 Penimbangan bahan

- Dibuat 100 mL Lotio

- Calamie 8 Gram
- ZnO 8 Gram

- Giserin 2 mL

- Avicel RC Gel 2 Gram

- Na-CMC 2 Gram

- Kalsium Hidroksida ad 100mL

III.4 Evaluasi sediaan

III.4.1 Organoleptis
a. Kegunaan
Untuk mengetahui kestabil fisik dari sedian yang dibuat dilihat dari parameter
bentuk, warna, rasa, dan bau.
b. Prosedur Evaluasi
Sediaan yang telah dimasukan ke dalam tube dievaluasi organoleptis dengan
memperhatikan bentuk, warna, dan bau pada sediaan krim gentamicin sulfate
c. Syarat
Rasa :-
Bentuk : Krim
Warna : Putih
Bau : Tidak tengik
III.4.2 Homogenitas
a. Kegunaan
Untuk mengetahui homogenitas atau tidaknya sediaan
b. Prosedur Evaluasi
Dengan cara meletakkan sedikit krim diantara 2 kaca objek dan diperhatikan
adanya partikel-partikel kasar atau ketidakhomogenan.
c. Syarat
Partikel berukuran seragam dan terdistribusi merata.
III.4.3 Viskositas
a. Kegunaan
Untuk mengetahui kekentalan dari suatu sediaan
b. Prosedur Evaluasi
Dipasang spindle pada viscometer Brookfield lalu dimasukan krim yang akan
diuji ke dalam cup. Diarahkan spindle tegak lurus pada cup kemudian
dihidupkan viscometer, diamati display dan dicatat sebanyak tiga kali
c. Syarat
1.0 – 100.000 Cp

III.4.4 pH
a. Kegunaan
Untuk mengetahui pH dari suatu sediaan
b. Prosedur Evaluasi
Dikalibrasi pH meter kemudian dimasukan batang pH meter ke dalam sampel.
Lalu diukur pH sediaan dan di catat pH krim gentamicine.
c. Syarat
pH sediaan sekitar 4,5-6,5.
III.4.5 Ukuran Partikel
a. Kegunaan
Untuk mengetahui kestabilan suatu sediaan
b. Prosedur Evaluasi
Sebarkan sejumlah krim yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop.
Lihat dibawah mikroskop
c. Syarat : Tidak boleh lebih dari 20 partikel berukuran >20μm, tidak boleh lebih
dari 2 partikel berukuran >50μm, dan tidak satupun partikel berukuran >90μm.
III.4.6 Stabilitas
a. Kegunaan
Untuk mengehatui stabilitas fisika dan kimia suatu sediaan
b. Prosedur Evaluasi
Sediaan disentrifuga dengan kecepatan tinggi (+ 30000 RPM). Amati adanya
pemisahan atau tidak.
c. Syarat
Daftar Pustaka

BNF 37. 1999. Royal Pharmaceutical Society or Great Brtain/ Britsh. Medical Association
British Pharmacopea.London: the Stasionary Office
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.Farmakope Indonesia.Edisi IV. Jakarta: Direkorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
HC.Ansel. 998. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press
Kibbe.AH. 2009. Hand Book of Pharaceutical Exipints. 6th Edition. Washngton DC: American
Pharmaceutical Association
Reynold,James, EF. 1982. Martindel the Extra Pharmacepia. Ed.28.London: The Pharmaceutical
Press.
“Scoville’s. 1975. The Art of Coumpounding ninth edition” Megraw. New York: Hill Book Company

Anda mungkin juga menyukai