Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

STRIKTUR URETHRA

Disusun oleh :
Florentina Rahabeat
1865050052

Pembimbing :
dr. H Bagus Taufiqur R, Sp.U. MARS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH

PERIODE 22 JULI – 28 SEPTEMBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2019
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan .............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................4
2.1. Anatomi Uretra .................................................................................4
2.2 Definisi ..............................................................................................4
2.3 Etiologi ..............................................................................................4
2.4 Patofisiologi ......................................................................................5
2.5 Derajat Penyempitan Uretra .............................................................6
2.6 Gejala Klinik .....................................................................................7
2.7 Diagnosis ...........................................................................................9
2.8 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................10
2.9 Terapi ................................................................................................12
2.10 Penyulit............................................................................................14
2.11 Prognosis .........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................18


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Uretra .....................................................................................4


Gambar 2.2 A. Pembagian Uretra Pria ....................................................................4
B. Uretra Prostatika ...............................................................................4
Gambar 2.3 Letak Striktur Uretra .............................................................................6
Gambar 2.4 Derajat penyempitan lumen (striktur uretra) ........................................7
Gambar 2.5 Ureterogram Normal .............................................................................9
Gambar 2.6 Ureterogram : striktur multipel pada uretra anterior.............................10
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala

hikmat dan berkat yang diberikan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

proses pembuatan refarat sebagai syarat kelulusan dan menyelesaikan masa

kepaniteraan ilmu bedah. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada:

1. dr. Fitrah, Sp.U., selaku pembimbing dalam penulisan referat. Terima kasih

atas kesabaran, semangat, dan ilmu yang beliau berikan selama proses

bimbingan.

2. Orang tua penulis, papa, mama dan adik – adik yang selalu memberikan

kasih sayang, dukungan, waktu, nasehat, doa yang tiada henti dan

menginspirasi penulis untuk selalu melakukan yang terbaik dengan sepenuh

hati.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari masih terdapat

kekurangan dalam penulisan refarat ini, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran untuk membantu penulis memperbaiki kesalahan yang ada dan

menjadi pembelajaran untuk penulisan selanjutnya.

Jakarta, 26 AGUSTUS 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia memiliki organ saluran kemih yang berguna dalam
pengeluaran urine keluar tubuh. Organ-organ tersebut mencakup dua ginjal,
dua ureter, buli-buli, dua otot sfingter, dan uretra. Uretra merupakan saluran
akhir dalam pengeluaran urine keluar tubuh. Uretra pada pria memiliki fungsi
ganda yaitu sebagai saluran urine dan saluran untuk semen dari organ
reproduksi. Uretra pria dewasa berkisar antara 23-25 cm, sedangkan uretra
wanita sekitar 3-5 cm, karena itulah uretra pria lebih rentan terkena infeksi
atau terkena trauma dibanding wanita.
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan
parut dan kontraksi. Striktur dapat terjadi pada semua bagian uretra. Striktura
uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan
kelainan bawaan. Namun striktur karena kelainan bawaan jarang terjadi.
Cara mengetahui apakah seseorang mengalami striktur uretra atau tidak
adalah dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Biasanya pasien datang diawali dengan sulit kencing atau pasien harus
mengejan untuk memulai kencing namun urine hanya keluar sedikit-sedikit.
Pengobatan striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang
dan lokasi dari striktur, serta derajat penyempitan lumen uretra.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui striktur uretra sehingga
informasi ini dapat menambah wawasan para klinisi dalam menangani masalah
ini.
 Untuk penulis dapat menambah wawasan bagi penulis.
 Untuk masyarakat diharapkan dapat menambah wawasan tentang striktur
uretra
 Untuk bidang kedokteran diharapkan semakin memahami bagaimana
untuk mendiagnosa serta memberikan terapi yang sesuai pada kasus
striktur uretra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI URETRA


Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin ke luar dari buli
– buli melalui proses miksi.1 Secara anatomis uretra pria dikelompokkan
ke dalam uretra anterior (bulbopendulosa) dan uretra posterior (uretra
prostato membranosa). Uretra berfungsi sebagai suatu konduit untuk urin
dan semen.2 Uretra anterior ditutup jaringan erektil korpus spongiosum.
Uretra anterior menembus diafragma urogenitalia untuk masuk ke dalam
kavum pelvik sebagai uretra prostato-membranosa. Karena tepi melekta
dengan membrana perineal, bagian uretra ini mudah mengalami ruptur
terutama pada fraktur tulang pelvik. Panjang uretra pria adalah sekitar 23 -
25 cm. Seluruh uretra disuplai oleh arteri pudenda interna. Vena – vena
bermuara ke dalam pleksus Sartorini di sekitar leher buli dan prostat.
Uretra wanita pendek, hanya mengalirkan urin dan tidak rentan mengalami
trauma.2
Bagian tersempit uretra pria adalah meatus uretra.Uretra prostatika
mempunyai dua sfingter pada masing – masing ujungnya. Sfingter uretra
interna pada perbatasan buli –buli dan uretra yang tersusun atas serabut
otot polos. Sfingter uretra interna dipersarafi oleh sistem simpatetik
sehingga saat buli – buli penuh sfingter ini terbuka. Sfingter uretra
eksterna adalah rhabdosfingter, panjangnya sekitar 2 cm, terletak pada
perbatasan uretra anterior dan posterior dan mengelilingi uretra
membranosa. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang
dipersarafi oleh sistem somatik. Aktivitas sfingter uretra ini dapat
diperintah sesuai sesuai dengan keinginan seseorang.2
Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yaitu
bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars
membranasea. Di bagian posterior lumen uretra prostatika, terdapat suatu
tonjolan verumontanum, dan di sebelah proksimal dan distal dari
verumontanum ini terdapat krista uretralis. Bagian akhir dari vas deferens
yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat di pinggir kiri dan kanan
verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam
duktus prostatikus yang tersebar di uretra prostatika seperti tampak pada
gambar 2-2.1

Gambar 2.1. Anatomi Uretra

Gambar 2.2. A. Pembagian Uretra Pria, B. Uretra Prostatika

Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus


spongiosum penis. Seperti diperlihatkan pada gambar 1-6 A, uretra
anterior terdiri atas (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa
navikularis, dan (4) meatus uretra eksterna. Di dalam lumen uretra anterior
terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi,
yaitu kelenjar Cowperi berada di dalam diafragma urogenitalis dan
bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar Littre yaitu kelenjar
parauretralis yang bermuara di uretra pars pendularis.1
Panjang uretra wanita kurang lebih 4 cm dengan diameter 8 mm.
Berada di bawah simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina.
Di dalam uretra bermuara kelenjar periuretra, di antaranya adalah kelenjar
Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat sfingter uretra
eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra eksterna
dan tonus otot Levator ani berfungsi mempertahankan agar urine tetap
berada di dalam buli-buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika
tekanan intravesika melebihi tekanan intrauretra akibat kontraksi otot
detrusor, dan relaksasi sfingter uretra eksterna.1

2.2 DEFINISI
Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis
pada dindingnya. Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya
mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis
korpus spongiosum.1

2.3 ETIOLOGI
Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada
uretra, dan kelainan bawaan. Infeksi yang paling sering menimbulkan
striktura uretra adalah infeksi oleh kuman gonokokus yang telah
menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya. Keadaan ini sekarang
jarang dijumpai karena banyak pemakaian antibiotika untuk memberantas
uretritis. Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul
pada selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis, dan
instrumentasi atau tindakan transuretra uretra yang kurang hati-hati
(Gambar 2-3).1.3
Gambar 2.3. Letak striktur uretra memberikan petunjuk penyebab
terjadinya striktur uretra

2.4 PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan
menyebabkan terbentuknya jaringan sikatrik pada uretra. Jaringan sikatriks
pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi
urine. Aliran urine yang terhambat mencari jalan keluar di tempat lain (di
sebelah proksimal striktura) dan akhirnya mengumpul di rongga
periuretra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periuretra yang kemudian
pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadan tertentu dijumpai
banyak sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling.1

2.5 DERAJAT PENYEMPITAN URETRA


Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra
dibagi menjadi 3 tingkatan, seperti terlihat pada gambar 10-5, yaitu
derajat:
1. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra
3. Berat: jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras
di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.1
Gambar 2.4. Derajat penyempitan lumen (striktur uretra)
Dikutip dari: Classification of urethral strictures dari Klosterman PW, Laing FC, dan
McAninch JW. Sonographi in the evaluation of Urethral Stricture Disease. Urol Clin
North Am 1989; 16:793.

2.6 GEJALA KLINIK 4.5.6.7


1. Pancaran air seni lemah
2. Pancaran air seni bercabang
Pada pemeriksaan sangat penting untuk ditanyakan bagaimana
pancaran urinnya. Normalnya, pancaran urin jauh dan diameternya
besar. Tapi kalau terjadi penyempitan karena striktur, maka
pancarannya akan jadi turbulen.
3. Frekuensi
Disebut frekuensi apabila buang air kecil lebih sering dari normal,
yaitu lebih dari tujuh kali / hari. Apabila sering buang air kecil di
malam hari disebut nocturia. Dikatakan nocturia apabila di malam hari,
buang air kecil lebih dari satu kali, dan keinginan buang air kecil itu
sampai membangunkannya dari tidur sehingga mengganggu tidurnya
4. Urgensi
5. Dysuria dan hematuria
6. Terkadang dengan infiltrat dan abses
7. Gejala lanjut adalah retensio urin
2.7 DIAGNOSIS
Faktor resiko :8
1. Alat-alat yang ada dalam uretra, misalnya:kateter dan cystoscop
2. Benign Prostatic Hyperplasia
3. Trauma pada daerah pelvic
4. Uretritis yang berulang

Anamnesis :
Anamnesis bertujuan untuk mencari gejala dan tanda dari striktur urethra
juga untuk mencari penyebab striktur uretra.
1. Berkurangnya aliran urin
2. Ketegangan saat berkemih
3. Pancaran air kencing kecil dan bercabang
4. Perasaan tidak puas setelah berkemih
5. Frekuensi berkemih lebih dari normal
6. Tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih
7. Terkadang sakit dan nyeri saat berkemih
8. Kadang dijumpai infiltrate, abses dan fistel
9. Retensi urin
10. Nyeri pada daerah pelvic

Pemeriksaan Fisik8
Pada pemeriksaan fisik, bertujuan untuk mengecek keadaan penderita juga
Inspeksi : dilihat meatus eksternus yang sempit, pembengkakan serta fistel
di daerah penis, skrotum, perineum, suprapubik , ada darah atau tidak yang
keluar dari ostium uretra eksterna. Palpasi : ada darah atau tidak yang
keluar dari ostium uretra eksterna. Dapat juga pada pemeriksaan fisik
ditemukan :
1. Penurunan aliran urin
2. Pembesaran kandung kemih
3. Pembesaran limphonodus pada daerah inguinal
4. Pembesaran prostat
5. Permukaan bawah penis menjadi keras

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium
Periksa urin dan melakukan pemeriksaan urin kultur untuk melihat
adanya infeksi. Ureum kreatinin untuk melihat faal ginjal.
2. Radiologi
Untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra
dibuat foto uretrografi. Lebih lengkap lagi mengenai panjang striktura
adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara
memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara
retrograd dari uretra.

Gambar 2.5. Ureterogram Normal : Penyempitan pada uretra


bagian posterior dan uretra prostatika adalah normal.
Gambar 2.6. Ureterogram :
striktur multipel pada uretra
anterior (tanda panah).
(Dikutip dari Patel, Pradip R. 2007.
Lectures Notes Radiologi Edisi
Kedua. Penerbit Erlangga)

3. Ureteroskopi
Melihat pembuntuan uretra secara langsung dilakukan melalui
uretroskopi yaitu melihat striktur transuretra. Jika ditemukan striktur
langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong
jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse
4. Uroflometri
Untuk mengetahui pola pancaran urine secara obyektif, dapat
diukur dengan cara sederhana atau dengan memakai alat uroflometri.
Derasnya pancaran dapat diukur dengan membagi volume urine yang
dikeluarkan pada saat miksi dibagi dengan lama proses miksi.
Kecepatan pancaran pria normal adalah 20 ml/detik. Jika kecepatan
pancaran kurang dari 10 ml/detik menandakan ada obstruksi.1.4

2.9 TATALAKSANA
Jika pasien datang karena retensi urine, secepatnya dilakukan
sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan urine kemudian baru dibuat
pemeriksaan ureterografi untuk memastikan adanya striktur uretra. Jika
dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika.
Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktura uretra adalah:
1. Businasi (dilatasi)
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien
dan periksa adanya glukosa dan protein dalam urin. Tersedia beberapa
jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang
ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang
juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya
hanya sedikit melengkung; bougie filiformis mempunyai diameter
yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.
Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah
pengobatan dengan antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari.
Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan cermat dan persiapkan
kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam
uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah
duk lubang untuk mengisolasi penis. Apabila striktur sangat tidak
teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie filiformis;
biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie
filiformis lain sampai bougie dapat melewati striktur tersebut .
Kemudian lanjutkan dengan dilatasi menggunakan bougie lurus.
Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-
hati. Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga
menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktura
lagi yang lebih berat. Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan
(false route).1.9

2. Uretrotomi interna: yaitu memotong jaringan sikatriks uretra dengan


pisau Otis atau dengan pisau Sachse. Otis dikerjakan jika belum terjadi
striktura total, sedangkan pada striktura yang lebih berat, pemotongan
striktura dikerjakan secara visual dengan memakai pisau sachse.
Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama
bagian distal dari pendulans uretra dan fossa navicularis, otis
uretrotomi juga dilakukan pada wanita dengan striktur uretra.
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse
adalah striktur uretra anterior atau posterior masih ada lumen
walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm serta tidak ada fistel,
kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien
dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan
kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali
seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan
uroflowmetri, bila pancaran urinnya < 10 ml/det dilakukan bouginasi.
1,4,10,11

3. Uretrotomi eksterna adalah tindakan operasi terbuka berupa


pemotongan jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis di
antara jaringan uretra yang masih sehat.1.3 Tindakan operasi terbuka
berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian dilakukan anastomosis
end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini tidak
dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.
Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak
jaringan fibrotik.
Stadium I : daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan
sedikit jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik
dieksisi. Mukosa uretra dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter
selama 5-7 hari.
Stadium II : beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah
melunak, dilakukan pembuatan uretra baru.1,4,12

4. Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra


lebih dari 2 cm atau dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif
striktur pasca Uretrotomi Sachse. Operasi uretroplasty ini bermacam-
macam, pada umumnya setelah daerah striktur di eksisi, uretra diganti
dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau
pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit
penis dengan menyertakan pembuluh darahnya. 1,4,12
2.10 PENYULIT
Obstruksi uretra yang lama menimbulkan stasis urine dan
menimbulkan berbagai penyulit di antaranya adalah: infeksi saluran
kemih, terbentuknya divertikel uretra/buli-buli, abses periuretra, batu
uretra, fistel uretro-kutan, dan karsinoma uretra.1

2.11 PROGNOSIS
Striktura uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering
menjalani pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan
sembuh jika setelah dilakukan observasi selama 1 tahun tidak
menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.1
BAB III
KESIMPULAN

Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada


dindingnya. Striktur uretra dapat disebabkan suatu infeksi, infeksi yang paling
sering adalah infeksi kuman gonokokus yang telah menginfeksi uretra beberapa
tahun sebelumnya, trauma pada uretra seperti : trauma tumpul pada selangkangan,
fraktur tulang pelvis dan tindakan transuretra uretra yang kurang hati-hati, serta
dapat juga disebabkan oleh kelainan bawaan, namun jarang terjadi. Penyempitan
lumen uretra dibagi 3 tingkatan sesuai dengan derajat penyempitannya yaitu :
ringan, sedang dan berat.
Diagnosis striktur uretra diketahui melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis ditanyakan gejala yang dialami,
seperti : aliran urin berkurang atau tidak, pancaran air kencing kecil, bercabang,
ada perasaan tidak puas setelah berkemih, frekuensi berkemih lebih dari normal,
tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih, sakit dan nyeri saat berkemih,
retensi urin, nyeri pada daerah pelvic. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan
inspeksi dan palpasi. Inspeksi daerah meatus uretra eksterna, lihat pembengkakan
atau fistel di sekitar area genitalia, Kemudian palpasi sepanjang uretra anterior di
ventral penis, rasakan ada jaringan parut atau nanah. Pemeriksaan colok dubur
untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran prostat.
Pemeriksaan penunjang bisa dari laboratorium atau radiologi, berguna
untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan radiologi yang paling sering
dilakukan untuk striktur uretra adalah retrograde uretrogram. Pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui panjang dan lokasi dari striktur. Pemeriksaan darah
lengkap dan analisis urine dikerjakan untuk memantau perkembangan pasien dan
mengeksklusi penyakit lain. Manajemen pasien striktur tergantung dari lokasi
striktur, panjang / pendek striktur, dan kedaruratannya. Jenis-jenis intervensi
untuk menyembuhkan striktur uretra adalah dilatasi uretra, uretrotomi interna,
uretroplasti. Dari semua pilihan tersebut uretroplasti adalah gold standarnya,
karena memiliki angka kesuksesan tercapai yang tinggi. Namun jika striktur
masih dalam tahap ringan bisa digunakan stent atau balon kateter untuk membuka
lumen, walaupun resiko kekambuhannya juga tinggi. Karena itu persiapan pre-
operasi dan intra-operasi sangat penting dilakukan untuk mencegah komplikasi
dan kekambuhan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, Basuki.B. 2012. Dasar – Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta :


Sagung Seto.
2. Shenoy, K. Rajgopal. Nileshwar, Anitha. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah
Ilustrasi Berwarna Edisi Ketiga Jilid Satu. Tangerang : Karisma Publishing
Group.
3. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2010. Striktur Uretra, dalam: Buku Ajar
Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Staf Pengajar Bagian
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tangerang : Bina
Rupa Aksara Publisher.
5. Smith, Donald R. General Urology. 2008. Lange Medical Publication.
Drawer L, Los Altos. California.
6. Snell, Richard S. Perineum. 1998. Anatomi Klinik Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
7. Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius.
8. Stricture Urethra. http://www.strictureurethra.com, diakses tanggal 19 Juni
2017.
9. Cook J, Sankaran B, Wasunna A.E.O. 1995. Uretra Pria dalam:
Penatalaksanaan Bedah Umum di Rumah Sakit. Jakarta : EGC.
10. Urethral Stricture Disease. http://www.urologyhealth.org/
adultconditionsbledder/urethralstricturedisease.html, diakses tanggal 24 Juni
2017.
11. Urethral Stricture. http://www.drrajmd.com/urology/urethral-stricture,
diakses tanggal 24 Juni 2017.
12. Purwadianto A, Sampurna B. 2000. Retensi Urin, dalam: Kedaruratan Medik,
“Pedoman Penatalaksanaan Praktis”. Ed Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai