STRIKTUR URETHRA
Disusun oleh :
Florentina Rahabeat
1865050052
Pembimbing :
dr. H Bagus Taufiqur R, Sp.U. MARS
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI
Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala
kepaniteraan ilmu bedah. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada:
1. dr. Fitrah, Sp.U., selaku pembimbing dalam penulisan referat. Terima kasih
atas kesabaran, semangat, dan ilmu yang beliau berikan selama proses
bimbingan.
2. Orang tua penulis, papa, mama dan adik – adik yang selalu memberikan
kasih sayang, dukungan, waktu, nasehat, doa yang tiada henti dan
hati.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam penulisan refarat ini, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk membantu penulis memperbaiki kesalahan yang ada dan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 DEFINISI
Striktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis
pada dindingnya. Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya
mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis
korpus spongiosum.1
2.3 ETIOLOGI
Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada
uretra, dan kelainan bawaan. Infeksi yang paling sering menimbulkan
striktura uretra adalah infeksi oleh kuman gonokokus yang telah
menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya. Keadaan ini sekarang
jarang dijumpai karena banyak pemakaian antibiotika untuk memberantas
uretritis. Trauma yang menyebabkan striktura uretra adalah trauma tumpul
pada selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis, dan
instrumentasi atau tindakan transuretra uretra yang kurang hati-hati
(Gambar 2-3).1.3
Gambar 2.3. Letak striktur uretra memberikan petunjuk penyebab
terjadinya striktur uretra
2.4 PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan
menyebabkan terbentuknya jaringan sikatrik pada uretra. Jaringan sikatriks
pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi
urine. Aliran urine yang terhambat mencari jalan keluar di tempat lain (di
sebelah proksimal striktura) dan akhirnya mengumpul di rongga
periuretra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periuretra yang kemudian
pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadan tertentu dijumpai
banyak sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling.1
Anamnesis :
Anamnesis bertujuan untuk mencari gejala dan tanda dari striktur urethra
juga untuk mencari penyebab striktur uretra.
1. Berkurangnya aliran urin
2. Ketegangan saat berkemih
3. Pancaran air kencing kecil dan bercabang
4. Perasaan tidak puas setelah berkemih
5. Frekuensi berkemih lebih dari normal
6. Tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih
7. Terkadang sakit dan nyeri saat berkemih
8. Kadang dijumpai infiltrate, abses dan fistel
9. Retensi urin
10. Nyeri pada daerah pelvic
Pemeriksaan Fisik8
Pada pemeriksaan fisik, bertujuan untuk mengecek keadaan penderita juga
Inspeksi : dilihat meatus eksternus yang sempit, pembengkakan serta fistel
di daerah penis, skrotum, perineum, suprapubik , ada darah atau tidak yang
keluar dari ostium uretra eksterna. Palpasi : ada darah atau tidak yang
keluar dari ostium uretra eksterna. Dapat juga pada pemeriksaan fisik
ditemukan :
1. Penurunan aliran urin
2. Pembesaran kandung kemih
3. Pembesaran limphonodus pada daerah inguinal
4. Pembesaran prostat
5. Permukaan bawah penis menjadi keras
3. Ureteroskopi
Melihat pembuntuan uretra secara langsung dilakukan melalui
uretroskopi yaitu melihat striktur transuretra. Jika ditemukan striktur
langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong
jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse
4. Uroflometri
Untuk mengetahui pola pancaran urine secara obyektif, dapat
diukur dengan cara sederhana atau dengan memakai alat uroflometri.
Derasnya pancaran dapat diukur dengan membagi volume urine yang
dikeluarkan pada saat miksi dibagi dengan lama proses miksi.
Kecepatan pancaran pria normal adalah 20 ml/detik. Jika kecepatan
pancaran kurang dari 10 ml/detik menandakan ada obstruksi.1.4
2.9 TATALAKSANA
Jika pasien datang karena retensi urine, secepatnya dilakukan
sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan urine kemudian baru dibuat
pemeriksaan ureterografi untuk memastikan adanya striktur uretra. Jika
dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika.
Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktura uretra adalah:
1. Businasi (dilatasi)
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien
dan periksa adanya glukosa dan protein dalam urin. Tersedia beberapa
jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang
ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang
juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya
hanya sedikit melengkung; bougie filiformis mempunyai diameter
yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.
Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah
pengobatan dengan antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari.
Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan cermat dan persiapkan
kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam
uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah
duk lubang untuk mengisolasi penis. Apabila striktur sangat tidak
teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie filiformis;
biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie
filiformis lain sampai bougie dapat melewati striktur tersebut .
Kemudian lanjutkan dengan dilatasi menggunakan bougie lurus.
Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-
hati. Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga
menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktura
lagi yang lebih berat. Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan
(false route).1.9
2.11 PROGNOSIS
Striktura uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering
menjalani pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan
sembuh jika setelah dilakukan observasi selama 1 tahun tidak
menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.1
BAB III
KESIMPULAN