Anda di halaman 1dari 13

SAP TERAPI BERMAIN PADA SEMUA USIA

Satuan Acara Pembelajaran

Pokok bahasan : terapi bermain


Sub Pokok Bahasan : terapi bermain pada semua usia
Waktu : Kamis, 03 Oktober 2019
Sasaran : anakyang dirawat di RSUP Persahabatan
Penyaji :
1. Fanny Dwi Putri. R
2. Keke Ayu Zakiyah
3. Roro Asih Santoso
4. Zulfa Lailurrohmah
Alat dan sarana : bongkar pasang balok, balok piramid, kertas gambar, pensil warna
Tujuan intruksional umum :
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 50 menit, anak diharapkan bisa merasa
tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa
merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit.
Tujuan intruksional khusus :
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
1. Bisa merasa tenang selama dirawat.
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap suatu permainan
8. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat
9. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah sebagai alat
komunikasi antara perawat – klien
Kriteria :
- anak semua usia
- anak dalam kondisi baik / cukup baik
- anak yang aktif bergerak
- anak terpasang dan tidak terpasang infuse

RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Subyek Terapi
1 Persiapan: 5 Menit Ruangan, alat, anak dan keluarga
a. Menyiapkan ruangan siap
b. Menyiapkan alat – alat
c. Menyiapkan anak dan
keluarga

2 Proses : 40 menit Menjawab salam, memperkenalkan


a. Membuka proses terapi diri, memperhatikan
dengan mengucapkan salam,
memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan pada anak dan
keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain,
Bermain bersama dengan antusias
menjelaskan cara permainan
dan mengungkapkan perasaannya
c. Mengajak anak bermain
d. Mengevaluasi respon anak
dan keluarga
3 Penutup 5 Menit Memperhatikan dan menjawab
Menutup dan mengucapkan salam
salam

Struktur permainan kelompok :


1. Tempat bermain : kamar bermain di Ruang Bougenvil
2. Pelaksanaan : pukul 10.00 WIB
3. Lama permainan : 50 menit
4. Alokasi waktu : preinteraksi 3 menit
perkenalan 2 menit
fase kerja 45 menit
terminasi 5 menit
5. Jumlah anggota : 3 anak
6. Alat yang di pakai : bongkar pasang balok, balok piramid, kertas gambar, pensil
warna perilaku yang di harapkan dari anak :
- dapat berinteraksi dengan teman sebayanya
- anak senang selama / setelah bermain
- anak menunjukkan respon terhadap rangsangan dari luar
7. Aturan bermain :
- anak dikumpulkan dalam satu lingkaran
- masing –masing anak berespon terhadap benda / permainan yang ada di hadapannya
- untuk balok susun , masing –masing anak di beri kebebasan untuk menyusunnya
- anak – anak tidak boleh berebut mainan
- masing –masing permainan akan di gilir pada masing –masing anak
8. Deskripsi tugas :
a. Leader : Roro Asih Santoso
- memimpin jalannya acara
- membuka pertemuan
- mengatur setting tempat
- menutup kagiatan bermain
b. Co. leader : Zulfa Lailurrohmah
- membantu tugas dari leader
- menggantikan posisi leader bila diperlukan
c. Fasilitator : Keke Ayu Zakiyah
- sebagai pemandu jalannya acara
- sebagai tempat bertanya leader dan coleader tentang kegiatan yang akan dilakukan.
- Memberi petunjuk dalam acara supaya berlangsung baik.
d. Observer : Fanny Dwi Putri Ramadhani
- mengobservasi jalannya acara
- memberi penilaian
- memberi saran dan kritik setelah acara selesai
- mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan coleader

SETTING
Leader Co-leader

Fasilitator
Anak Usia 12 bulan –
24 bulan

Observer

EVALUASI
Peserta terapi bermain Tebak Gambar mampu:
1. Struktur
a. Persiapan pasien
1. Keluaraga bersedia megikutsertakan anak dalam bermain
2. Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
3. Anak siap untuk melakukan kegiatan tebak gambar
b. Lingkungan
1. Lingkungan bermain menunjang
2. Anak dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa ada gangguan

c. Media
1. Kubus balok atau Lego

2. Proses
1. Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain
2. Fasilitator memberikan contoh
3. Anak mamapu menebak gambar dengan baik
4. Anak dapat aktif dan dapat mengembangkan kreatifitasnya
5. Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai

3. Hasil
1. Anak mampu menyusun balok atau lego
2. Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menyusun balok
3. Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
4. Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan

MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

1.1 PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu
metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain.
Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan
perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga
emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup
untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya
sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya dalam
proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan
yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan
kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal ini yang
membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak
dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain menimbulkan hal
di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak
sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih
lemah sehingga anak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak
dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain
sebagainya.Hal di atas di temukan juga pada Ruang Brawijaya di RSUD Kanjuruan Kepanjen, di
mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya
membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya
tidak terpenuhi.
Dari latar belakang di atas menurut kelompok 4 perlu di adakan suatu tindakan
keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak
menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.

A. Fungsi Bermain
Dunia anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Diharapkan dengan bermain,
anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat berkembang secara optimal.
Adapun fungsi bermain pada anak yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik:
Aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan
bermain aktif sangat penting untuk perkembanga fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual:
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan
membedakan objek. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan melatih
kemampuan intelektualnya.
c. Perkembangan sosial:
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan
orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar
memecahkan dari hubungan tersebut.
d. Perkembangan kreativitas:
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam
bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya.
e. Perkembangan kesadaran diri:
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah
laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan
orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal ini, peran orang tua
sangat penting untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya
dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain..
f. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada di 22 lingkungan rumah sakit.

B. Kategori Bermain
b. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan
timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.
c. Bermain Pasif / Hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat),
kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan support, menonton
televisi.

C. Jenis Permainan
1. Jenis Permainan
a. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh:
petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
b. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan
prasekolah. Contoh: menendang bola.
c. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan
penjahat.
d. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan
remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
e. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan.
Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

D. Klasifikasi Bermain
1. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon
yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua
berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan
bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir, mengenal
rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan
anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda tiga.

d. Dramatika play (Role play)

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.

b. Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing


mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak todler dan pre
school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana
dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya
dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

E. Ciri-Ciri Bermain
a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
c. Selalu dinamis, berkembang
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu

F. Faktor-Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain
yaitu:
1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus
sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan, untuk melakukan aktivias bermain diperlukan energy bukan berarti
anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal sementara anak
wanita mother role.
4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan.
6. Intelegensia.
7. Status sosial ekonomi.
G. Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap Bermain Sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap Melamun
5. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

H. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan


1. Bayi (1 bulan)
a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan
b. benda yang terang dan menyolok.
c. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
d. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
e. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.

1. Bayi (2-3 bulan)


a. Visual : buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi ke
ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori : bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan
keluarga.
c. Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut, gosok
dengan lotion/bedak.
d. Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.
1. Bayi (4-6 bulan)
a. Visual : bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.
b. Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas didekat
telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
d. Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
1. Bayi (6-9 bulan)
a. Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas untuk
dirobek-robek.
b. Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh, beri tahu
yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
c. Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir,
berenang.
d. Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.
1. Bayi (9-12 bulan)
a. Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat, bermain
bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara binatang.
c. Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan hangat.
d. Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.
Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b. Buku dengan gambar menarik.
c. Balon, cangkir dan sendok.
d. Boneka bayi.
e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
2. Todler (2-3 tahun)
a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
d. Perhatiannya singkat.
e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f. Karakteristik bermain “Paralel Play”
g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
h. Senang musik/irama.
Mainan untuk toddler:
1. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
2. Alat masak.
3. Malam, lilin.
4. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat dipukul,
krayon, kertas.
3. Pra Sekolah (4-5 tahun)
a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.
c. Mulai terbentuk perkembangan moral.
d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
Mainan untuk pra sekolah:
a. Peralatan rumah tangga.
b. Sepeda roda tiga.
c. Papan tulis/kapur.
d. Lilin, boneka, kertas.
e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.
4. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.
c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
d. Karakteristik “Cooperative Play”.
e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.
Mainan untuk anak usia sekolah:
a. 6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.
b. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga
bersama, sepeda, sepatu roda.
5. Remaja ( 13-18 tahun)
a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.
b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.
c. Membaca majalah, buku.
Daftar Pustaka

Pertiwi, Yatimah Ratna. 2009. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Bermain Warna Pada
Anak Usia Prasekolah Di Paud Pelangi Purwokerto. https://docplayer.info/47812255-
Satuan-acara-penyuluhan-sap-terapi-bermain-mengenal-warna-pada-anak-usia-prasekolah-
di-paud-pelangi-purwokerto.html. Diakses tanggal 11 September 2019
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai