I. Pengertian
Cedera uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga menyebabkan
ruptur pada uretra. Cedera uretra dibedakan menjadi cedera uretra anterior dan cedera
uretra posterior berdasarkan etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan serta
prognosisnya.Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma
dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul khususnya os pubis (simpiolisis).
(Aspiani. 2015).
II. Etiologi
Penyebab utama cedera kandung kemih / bladder adalah trauma penetrasi (tajam)
dan trauma tumpul. Penyebab iatrogenik termasuk pasca intervensi bedah dari
ginekologi, urologi, dan operasi ortopedi didekat kandung kemih. Penyebab lain
melibatkan trauma obstetri pada saat melahirkan (Mutaqqin & Sari, 2011).
Trauma kandung kemih / bladder terutama terjadi akibat trauma tumpul pada
panggul, tetapi bisa juga karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh
senjata tajam. Pecahan – pecahan tulang yang berasal dari fraktura dapat menusuk
kandung kemi. Tetapi ruptura kandung kemih yang khas ialah akibat trauma tumpul
panggul atas kandung kemih yang terisi penuh. Tenaga mendadak atas masa urin yang
terbendung di dalam kandung kemih menyebabkan rupture. Perforasi iatrogen pada
kanndung kemih tterdapat pada reseksitransurtral, sistoskopi atau karena manipulasi
dengan peralatan pada kandung kemih ( Scholtmeijer & Schroder, 1996 ).
Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis. Fiksasi
buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis sangat kuat
sehingga cedera deselerasi terutama jika titik fiksasi fasia bergerak pada arah berlawanan
(seperti pada fraktur pelvis), dapat merobek buli-buli. Robeknya buli-buli karena fraktur
pelvis bisa pula terjadi akibat fragmen tulang pelvis merobek dindingnya (Purnomo,
2007).
Jadi penyebab terjadinya rupture uretra disebabkan oleh :
a. Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun
perineum.
b. Uretra sama seperti bladder, dapat mengalami cedera/trauma karena fraktur
pelvic. Terjatuh dengan benda membentur selangkangan (stradler injury) dapat
menyebabkan contusio dan laserasi pada uretra. Misalnya saat jatuh dari sepeda.
Trauma dapat juga terjadi saat intervensi bedah. Luka tusuk dapat pula
menyebabkan kerusakan pada uretra.
III. Klasifikasi
a. Ruptur uretra anterior
Mekanisme cedera yang paling sering menyebabkan kerusakan uretra anterior
adalah cedera selangkangan (stradler injury) terutama pada saat bersepada yaitu
uretra terjepit diantara tulang pelvis dan benda tumpul.
Pada ruptur ini biasanya klien mengeluh nyeri, adanya perdarahan per-uretram
atau hematuria jika terdapat robekan pada corpus spongiosum, terlihat adanya
hematoma pada penis atau hematoma kupu-kupu. Pada keadaan ini seringkali klien
tidak dapat miksi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya daerah memar dan hematoma pada
penis dan skrotum. Oleh karena kerusakan uretra, saat urine melewati uretra, proses
berkemih dapat menyebabkan esktravasasi saluran urine yang menimbulkan
pembengkakan pada skrotum atau area inguinal dengan memberikan gambaran
buterfly haematoma.
b. Ruptur uretra posterior : paling sering pada membranacea
Ruptur jenis ini akan didapatkan pada kondisi patah tulang pelvis, pada daerah
suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematoma pervesika dan
nyeri tekan.
Pada kondisi parah terjadi ruptur uretra total, bisa ditemukan tanda rangsangan
peritoneum, klien mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi trauma. Klien
biasanya mengalami syok hipovolemia akibat perdarahan dan fraktur pelvis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda khas meliputi perdarahan per-uretram,
retensio urine, pada pemeriksaan colok dubur didapatkan kelembutan prostat dan
terasa organ prostat seperti melayang di dalam suatu hematoma dan adanya darah
menetes pada sarung tangan mengindikasikan adanya perdarahan masif akibat
trauma pada panggul.
c. Ruptur uretra total
Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda paksa.
Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubic.
Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh.
IV. Tanda dan Gejala
Kerusakan uretra ini diindikasikan bila pasien tiak mampu berkemih, penurunan
pancaran urine atau adanya darah pada meatus. Karena kerusakan uretra, saat urine
melewati uretra, proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang
menimbulkan pembengkakan pada skrotum atau area inguinal yang mana akan
menyebabkan sepsis dan nekrosis. Darah mungkin keluar dari meatus dan
mengekstravasasi jaringan sekitarnua sehingga menyebabkan ekimosis. Komplikasi dari
trauma uretra adalah terjadinya struktur uretra dan risiko impoten. Impotensi terjadi
karena corpora kavernosa penis, pembuluh darah dan suplai saraf pada area ini
mengalami kerusakan.
V. Patofisiologi
Secara anatomik kandung kemih atau bladder terletak di dalam rongga pelvis
dilindungi oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cidera. Ruda paksa kandung
kemih karena kecelakaan lau lintas atau kecelakaan kerja dapat menyebabkan fragmen
patah tulang pevis sehingga mencederai buli-buli. Jika fraktur tulang panggul dapat
menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih, tetapi hanya terjadi memar pada
dinding buli-buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin. Rudapaksa tumptul juga
dapat menyebabkan ruptur buli-buli terutama bia kandung kemih penuh atau terdapat
kelainan patologik seperti tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga rudapaksa kecil
menyebabkan ruptur.
IV. Pathway
Kandung Kemih/Bladder
Kecelakaan Fraktur tulang panggul Ruda Paksa Tumpul Ruda Paksa Tajam
Patah Tulang Pelvis Kontusio Buli -Buli Ruptur Luka Tusuk / Tembak
Memar
Trauma Bladder
Kekuatan Otot :
Skala nyeri :
5. Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien atau
menghindari hal-hal yang memiliki pengaruh buruk terhadap kondisi pasien.
b.Pengkajian Sekunder
1) Keluhan Utama
Klien mengalami kencing berdarah, penurunan pancaran urine, nyeri tekan pada
daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah, trauma di daerah perineum.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami kencing berdarah, penurunan pancaran urine, nyeri tekan pada
daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah, trauma di daerah perineum, warna
urine pekat.
3) Riwayatkesehatandahulu
Klien mengalam iriwayat terjatuh dari ketinggian dan mengenai daerah perineum
sehingga terjadi trauma di daerah perineum
4) Alergi
Pengkajian tentang riwayat alergi sangat diperlukan, kerena berkaitan dengan terapi
(khususnya terapi medis dan pemberian diet) pada klien selama dirawat di rumah
sakit.
6) Tanda-tanda vital
Pada klien dengan rupture uretra kemungkinan adanya tanda gejala infeksi seperti
adanya perubahan tanda-tanda vital berupa kenaikan suhu tubuh. Kaji penurunan
atau pun peningkatan tekanan darah.
7) Eleminasi
Kaji apakah terdapat darah pada saat pasien kencing, kaji apakah klien mengalami
nocturia, kaji frekuensi kencing klien pada pasien dengan rupture uretra biasanya
mengalami penurunan frekuensi kencing,serta kaji warna urine biasanya warna urine
klien pekat pada pasien dengan rupture uretra, pada klien dengan rupture uretra juga
mengalami retensi urine.
8) Genetalia
Pada pemeriksaan genetalia kaji apakah terdapat pembengkakan pada skrotum atau
area inguinal disebabkan oleh karena kerusakan uretra, saat urine melewati uretra,
proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang menimbulkan
pembengkakan pada skrotum atau area inguinal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko syok berhubungan dengan faktor resiko perdarahan pada robeknya dinding
bladder.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan.
3. Inkontinensia Urine Berlanjut berhubungan dengan adanya trauma bladder ditandai
dengan keluarnya urine konstan tanpa distensi, nokturia lebih dari 2 kali sepanjang
tidur, berkemih tanpa sadar.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma) ditandai dengan tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi dan tekanan darah meningkat,
sulit tidur.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
1 Resiko syok berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI Label : Manajemen Syok
Observasi
faktor resiko perdarahan pada keperawatan selama ... x ... jam
□ Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
robeknya dinding bladder. diharapkan dapat mengatasi Resiko
dan kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD,
syok dengan kriteria hasil :
MAP).
□ Monitor status cairan (intake dan output)
SLKI Label : Status cairan
□ Monitor status oksigenasi dan tingkat
□ Kekuatan nadi cukup membaik kesadaran serta reflek pupil
Terapieutik
(70-130 x/ menit)
□ Pertahankan jalan nafas paten
□ Turgor kulit cukup meningkat
□ Berikan oksigen untuk mempertahankan
□ Tekanan darah cukup membaik
saturasi oksigen
(120/80 mmHg)
□ Berikan posisi modified trendelenberg
□ Membran mukosa cukup membaik
Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian cairan infuse
kristaloid 1-2L pada dewasa
□ Kolaborasi pemberian tranfusi darah jika
perlu
2 Resiko Infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI Label : Pencegahan Infeksi
faktor resiko peningkatan paparan keperawatan selama ... x ... jam Observasi
organisme pathogen lingkungan. diharapkan dapat mengatasi resiko □ Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
infeksi berlanjut dengan kriteria hasil : sistemik
SLKI Label : Kontrol Risiko Terapeutik
□ Pertahankan teknik aseptic pada pasien
□ Kemampuan bekemih cukup
berisiko tinggi
meningkat □ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
□ Kemampuan mengidentifikasi
dengan pasien dan lingkungan pasien
faktor resiko infeksi Edukasi
□ Kemampuan melakukan □ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
□ Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
strategi control resiko infeksi
□ Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan
□ Kemampuan mengenali
nutrisi
perubahan status kesehatan
□ Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
cedera
Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian vaksin/imunisasi jika
perlu
3 Inkontinensia Urine Berlanjut Setelah dilakukan tindakan SIKI Label : Kateterisasi Urine
berhubungan dengan adanya trauma keperawatan selama ... x ... jam □ Periksa kondisi pasien (mis. Kesadaran,
bladder ditandai dengan keluarnya diharapkan dapat mengatasi tanda-tanda vital, distensi kantung kemih,
urine konstan tanpa distensi, nokturia inkontenesia urine berlanjut dengan inkontinensia urin, reflex bekermih )
lebih dari 2 kali sepanjang tidur, kriteria hasil : □ Siapkan peralatan ,bahan-bahan dan rungan
Aspiani, Yeni. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatanpad Aklien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan, Aplikasi NANDA NIC NOC. CV. Trans Info Media : Jakarta Timur.
Aru W, Sudoyo, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5 Jilid 2. Jakarta :
InternalPublishing
Kusumajaya, Christoper. 2018. Diagnosis dan Tata Laknsana Ruptur Uretra. Departemen Ilmu
Bedah, FK Universitas Katolik Atma Jaya. Jakarta.
Pereira, Bruno. A review of ureteral injuries after external trauma. In Journal of Trauma,
Resuscitation and Emergency Medicine 2010
Rosentein DI, Alsikafi NF .Diagnosis and classification of urethral injuries.In : McAninch JW,
Resinck MI, editors. Urologic clinics of north america. Philadelpia : Elseivers Sanders;
2006 . p. 74-83
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN
OLEH KELOMPOK IV :