Kebijakan Ppi
Kebijakan Ppi
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG KEBIJAKAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI
RSUD DATU SANGGUL.
KESATU : Memberlakukan kebijakan untuk sasaran pencegahan dan
pengendalian infeksi di RSUD Datu Sanggul sebagaimana uraian
terlampir dalam surat keputusan ini, yang terdiri atas:
1. Program Kepemimpinan dan Koordinasi
2. Program PPI
3. Prosedur Isolasi
4. Teknik pengamanan dan Hand Hygiene
5. Integrasi program dengan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
6. Pendidikan Staf terhadap program
KEDUA : Kebijakan tersebut akan ditindak lanjuti dengan penyusunan uraian
dalam bentuk pedoman/panduan/Standar Prosedur Operasional
(SPO) sesuai topik.
KETIGA : Seluruh staf professional rumah sakit yang terkait dengan kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) agar mematuhi,
melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab secara konsisten
dan membuat catatan/dokumentasi
KEEMPAT : Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sasaran dan
melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.
Ditetapkan di : Rantau
Pada tanggal : 1 September
2018
Tembusan:
1. Direktur RSUD Datu Sanggul
2. Kabid Pelayanan
3. Sub. Bid. Keperawatan
4. Kabid Administrasi Umum dan Keuangan
Lampiran Keputusan Direktur RSUD Datu Sanggul
Nomor : 445/ /KEP/RSUD-DS/2018
Tanggal : 1 September 2018
PROGRAM PPI
1. Program komprehensif untuk mengurangi infeksi terkait pelayanan kesehatan
a. Menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien dan
tenaga kesehatan.
b. Ada kegiatan surveilans untuk menentukan angka infeksi.
c. Menginvestigasi outbreak dari penyakit infeksi di rumah sakit.
d. Kegiatan PPI di monitoring dan evaluasi
2. Seluruh area pasien, staf dan pengunjung dirumah sakit termasuk kedalam
program PPI.
3. Rumah sakit membuat pendekatan berdasarkan resiko infeksi
a. Mengumpulkan data dan menganalisa data tempat-tempat infeksi yakni:
saluran pernafasan, saluran kencing, peralatan intravaskuler invasif, lokasi
operasi, penyakit organism dan muncul dan pemunculan ulang infeksi di
masyarakat.
b. Menindaklanjuti hasil analisa data
c. Membuat asesmen resiko infeksi paling sedikit setiap setahun sekali.
4. Mengindentifikasi resiko infeksi di rumah sakit
a. Mengindentifikasi proses pelayanan yang berisiko infeksi.
b. Melakukan implementasi strategi untuk penurunan risiko infeksi
c. Membuat regulasi, pelatihan untuk staf RS, prosedur dan kegiatan lain untuk
mendukung penurunan resiko.
5. Kegiatan menurunkan risiko infeksi untuk menjamin pembersihan peralatan,
sterilisasi dan manajemen laundry.
a. Membersikan peralatan dan metode sterilisasi yang sesuai dengan tipe
peralatan di rumah sakit.
b. Melaksanakan manajemen laundry dan linen dengan tepat bagi pasien dan
staf.
c. Mengkoordinasi pengawasan proses pembersihan, desinfeksi alat.
6. Kebijakan pengawasan peralatan kadaluwarsa
a. Peralatan yang disterilkan memiliki kadaluwarsa yang bergantung pada waktu
melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
b. Tanggal kadaluwarsa dari produk dapat ditulis seperti berikut : dd/mm/yy
yang artinya produk tersebut akan dianggap kadaluwarsa pada tanggal
tersebut.
c. Batas waktu kadaluwarsa untuk alat set GV adalah 1 minggu dan alat untuk
operasi disterilkan sehari sebelum dilakukan operasi.
d. Tanggal kadaluarsa dapat dituliskan pada stiker dan ditempel pada alat yang
disterilkan. Di stiker dituliskan tgl saat disterilkan dan tgl kadaluwarsa.
e. Semua peralatan medis yang diberikan kepada Pasien harus digunakan
sebelum kadaluwarsa.
f. Saat serah terima alat dari ruang sterilisasi , perawat harus memeriksa tanggal
kadaluarsa pada bagian luar kemasan dari produk tersebut.
g. Tanggal kadaluarsa dari produk harus jelas, dan mudah dilihat, jika tidak, staf
harus menolak untuk menerima atau menyimpan produk tersebut.
h. Perawat harus memeriksa tanggal kadaluwarsa sehari sebelum memakai alat
di unit kerja.
i. Semua tersebut diatas berlaku apabila kemasan diperlakukan dengan baik dan
kemasan tidak rusak.
j. Peralatan medis yang sudah dekat atau berada pada tanggal kedaluarsa harus
dikembalikan ke CSSD untuk diproses kembali.
7. Kebijakan pemakaian ulang (re-use) peralatan dan material
a. Peralatan medis yang tidak direkomendasikan untuk re use yaitu: spuit,
sarung tangan, masker, kateter urine, set infuse/ IV line, abocath, masker
nebulizer, nasal oksigen, CVP set, spinal needle, dengan pertimbangan
bahwa alat tersebut mudah didapatkan, harga masih terjangkau, dan alat
tersebut akan berubah fungsi atau rusak jika digunakan ulang.
b. Peralatan medis re use yaitu: peralatan operasi, set GV, dengan
pertimbangan kondisi alat masih baik, tidak rusak, tidak cacat, mudah
digunakan kembali.
8. Menurunkan resiko infeksi dengan pembuangan sampah yang tepat.
a. Mengelola pembuangan sampah rumah sakit berdasarkan jenis nya yakni:
sampah infeksius pada plastik kuning, sampah tidak infeksi pada plastik
warna hitam.
b. Membuang darah dan komponen darah dikelola untuk meminimalisasi
risiko penularan.
c. Meminimalisasi resiko penularan dari kamar mayat dan post mortem.
9. Kebijakan pembuangan benda tajam dan jarum
a. Benda tajam dan jarum dikumpulkan pada wadah safety box
b. Buang seluruh benda-benda yang tajam pada tempat sampah yang tahan
pecah/kardus yang sudah disediakan.
c. Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan daerah yang memerlukan
sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu jauh
sebelum dibuang.
d. Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, jangan menekuk atau
mematahkan jarum sebelum dibuang.
e. Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¾ penuh, tutup atau sumbat
dengan kuat.
10. Pelayanan makanan dan pengendalian mekanik untuk mengurangi resiko infeksi
a. Pelaksnaan sanitasi dalam penyiapan makanan
b. Mengontrol mekanik yang digunakan dalam pengolahan makanan
11. Panduan kriteria resiko akibat dampak renovasi atau pekerjaan pembangunan
(konstruksi) baru
a. Rumah sakit membuat kriteria risiko untuk menilai dampak renovasi atau
pembangunan baru
b. Mengelola risiko dan dampak renovasi atau konstruksi terhadap kualitas
udara dan kegiatan PPI
PROSEDUR ISOLASI
1. Kebijakan dan prosedur tentang isolasi dan prosedur penghalang di rumah sakit.
a. Pasien yang diduga infeksi menular harus diisolasi
b. Pemisahan antara pasien dengan penyakit menular, dari pasien lain yang
berisiko tinggi, yang rentan karena immunosuppressed atau sebab lain dan
staf.
c. Mengelola pasien dengan infeksi airbone untuk jangka pendek ketika
ruangan negative tidak tersedia.
d. Strategi untuk berurusan dengan arus pasien dengan penyakit menular.
e. Ruangan bertekanan negative tersedia dan dimonitor secara rutin untuk
pasien infeksius airbone
f. Staf dididik tentang pengelolaan pasien infeksius.