Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI


DI RSJD Dr. AMINO GONDHOHUTOMO SEMARANG

Disusun Oleh :
DINA NUR FADHILAH
G3A019028

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

RESIKO BUNUH DIRI

A. Masalah Utama: Resiko Bunuh Diri


Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya (Maris, Berman, Silverman, dan Bongar.
2000).
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang langsung ditunjukan
terhadap dirinya sendiri untuk maksud mengakhiri kehidupannya (David A.
Tomb. 2003).
B. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Diagnosa medis: gangguan jiwa
Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia.
2) Sifat Kepribadian
Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri yaitu suka
bermusuhan, implusif, kepribadian anti sosial dan depresif.
3) Lingkungan Psikososial
Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang
berkepanjangan akibat perpisahan atau bercerai, kehilangan barnag
kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting yang
mempengaruhi individu untuk melalukan tindakan bunuh diri.
4) Riwayat Keluarga
Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik yang terjadi
dalam keluarga merupaka faktor penting untuk melakukan bunuh diri.
5) Faktor Biokimia
Menurunnya neurotansmiter serotonin, opiat dan dopamin dapat
menimbulkan perilaku destruktif diri
a) Faktor presipitasi
Stresor pencetus bunuh diri terjadi karena stres berlebihan yang
dialami individu. Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa
kehidupan yang memalukan seperti masalah hubungan interpersonal,
dipermalukan didepan umum, kehilanhan pekerjaan, ancaman
penahanan dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan
peristiwa bunuh diri.
C. Tanda gejala
Pemarah, emosional, depresi, putus asa, tidak berdaya, memberika isyarat
verbal maupun non verbal.
D. Akibat
Resiko bunuh diri mengakibatkan petunjuk gejala antara lain : Keputusasaan,
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, alam perasaan
tertekan, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan berat badan,
berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social, pikiran dan
rencana bunuh diri, percobaan atau ancaman verbal.

E. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah


F. Asuhan Keperawatan
1. Masalah keperawatan
a) Resiko bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya
hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh
diri.
b) Koping tidak efektif
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol
impuls.
c) Menarik diri
DS : menyatakan minder, suka menyendiri
DO : nampak murung, tidak berkomunikasi dengan orang lain
2. Data Yang Dikaji
a. Pengkajian Tingkat Resiko Bunuh Diri
Intensitas Risiko
Perilaku atau gejala
Rendah Sedang Tinggi
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau panik
2. Depresi Rendah Sedang Berat

3. Isolasi: menarik Perasaan depresi yang Perasaan tidak berdaya, Tidak berdaya, putus asa,
diri samar, tidak manarik putus asa, menarik diri. manarik diri, protes pada
diri. diri sendiri.
Tidak baik pada semua
4. Fungsi sehari-hari Umumnya baik pada Baik pada beberapa
aktivitas
semua aktivitas aktivitas
Beberapa Sedikit Kurang
5. Sumber-sumber

Sebagian besar
6. Strategi koping Umumnya konstruktif Sebagian konstruktif
destruktif.
7. Orang penting/
Beberapa Sedikit atau hanya satu Tidak ada
dekat
8. Pelayanan Ya, umumnya Bersikap negatif
Tidak, sikap positif
psikiatri yang lalu memuaskan terhadap pertolongan.
9. Pola hidup Stabil Sedang Tidak stabil
10. Pemakai alkohol
dan obat Tidak sering Sering Terus menerus

11. Percobaan bunuh Tidak, atau yg tidak Dari tidak s.d. cara yg Dari tidak sampai
diri sebelumnya fatal agak fatal berbagai cara yg fatal.
12. Disorientasi dan
disorganisasi Tidak ada Sedikit Jelas atau ada

13. Bermusuhan
Tidak tahu atau sedikit Beberapa Jelas atau ada
14. Rencana bunuh Samara, kadang- Sering dipikirkan Sering dan konstan
diri kadang ada fikiran, kadang-kadang ada ide dipikirkan dgn rencana
tidak ada rencana untuk merencanakan. yg spesifik.

b. Pengkajian Faktor Resiko Bunuh Diri


a) Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
b) Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
c) Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup
sendiri merupakan masalah
d) Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan
percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat
e) Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang
yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social
f) Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian
introvert/menutup diri
g) Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih
beresiko mengalami perilaku bunuh diri.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
2. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Diagnosa 3 : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
a) Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
b) Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
(a) Perkenalkan diri dengan klien
(b) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
(c) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
(d) Bersifat hangat dan bersahabat.
(e) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
(a) Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
(b) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat
oleh perawat.
(c) Awasi klien secara ketat setiap saat.
3) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
(a) Dengarkan keluhan yang dirasakan.
(b) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
(c) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
(d) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan,
kematian, dan lain lain.
(e) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk hidup.
4) Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
(a) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
(b) Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
(c) Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk
diselesaikan).
5) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
(a) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman
yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit, menulis surat dll.)
(b) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
(c) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain
yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang
sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
2. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
a) Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan
b) Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
(a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
(b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
(c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan:
(a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
(b) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
(c) Utamakan pemberian pujian yang realitas
3) Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Tindakan:
(a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
(b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4) Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
(a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan.
(b) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
(c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
(a) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
(b) Beri pujian atas keberhasilan klien
(c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
(a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
(b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
(c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
(d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
3. Diagnosa 3 : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
a) Tujuan umum : Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
b) Tujuan khusus :
1) Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
3) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
Tindakan :
(a) Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
(b) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan
yang positif
(c) Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
(d) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
(e) Merencanakan yang dapat pasien lakukan
4) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang
baik
Tindakan :
(a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
(b) Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara
penyelesian masalah
(c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan


Riyadi, Sujono; Purwanto Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Graha Ilmu Media

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC


STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Resiko bunuh diri


Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh


diri.
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum B kenalkan saya adalah perawat A yang bertugas di
ruang Mawar ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”

“Bagaimana perasaan B hari ini?”


“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang B rasakan selama
ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?”
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana
ini B merasa paling menderita di dunia ini? Apakah B kehilangan
kepercayaan diri? Apakah B merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah
daripada orang lain? Apakah B merasa bersalah atau mempersalahkan diri
sendiri? Apakah B sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah B
berniat menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau B berharap bahwa B
mati? Apakah B pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya,
bagaimana caranya? Apa yang B rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan
ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk
melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya B
membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri
hidup”. “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
“Nah B, Karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang akan B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta
bantuan kepada perawat diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang
sedang besuk. Jadi B jangan sendirian ya? Katakan pada perawat, keluarga
atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.
“Saya percaya B dapat mengatasi masalah, OK B?”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
“Coba B sebutkan lagi cara tersebut?”
“Saya akan menemui B terus sampai keinginan bunuh diri hilang”
(jangan meninggalkan pasien)

SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri


1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan B
hari ini? O.. jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada
perasaan ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas
tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama?
Dimana? Disini saja yah!”
2. Fase Kerja
“Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup.” “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar
B ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
“Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada
perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan
pernah sendirian ya..?”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan
untuk bunuh diri? Kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong
panggil segera saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan
bunuh diri, saya akan ketemu B lagi, untuk membicarakan cara meningkatkan
harga diri setengah jam lagi dan disini saja.”

SP 3 Pasien: Untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri.


1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum B! Bagaiman perasaan B saat ini? Masih adakah
dorongan mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita 2 jam yang lalu
sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang
masih B miliki. Mau berapa lama? Dimana?”
2. Fase Kerja
“Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih
dan rugi kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan B. Keadaan yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus.
Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B
sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selam ini?.” “Bagaimana
kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
apa-apa saja yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal
yang baik dalam kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan
(afirmasi). Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih B miliki
dan perlu disyukuri!. Nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah
dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan
yag tidak terkendali segera hubungi saya ya!”
Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri
SP 1 keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang
mencoba bunuh diri.
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya A yang merawat putra bapak
dan ibu dirumah sakit ini”.
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar B tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita
berbincang-bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita awasi terus B.
2. Fase Kerja
“Bapak/Ibu, B sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
pekerjaan dan ditinggal istrinya, sehingga sekarang B selalu ingin mengakhiri
hidupnya. Karena kondisi B yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-
waktu, kita semua perlu mengawasi B terus-menerus. Bapak/Ibu dapat ikut
mengawasi ya.. pokoknya kalau dalam kondisi serius seperti ini B tidak boleh
ditinggal sendirian sedikitpun”.
“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat
digunakan B untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang.
Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disikitar B.” “Selain itu, jika
bicara dengan B fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negative.’’
“Selain itu sebaiknya B punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya
bermain sepak bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara tersebut?” “Baik mari sama-sama kita
temani B, sampai keinginan bunuh dirinya hilang.”
SP 2 Keluarga: percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara
merawat anggota keluarga beresiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu. Bagaimana keadan Bapak/Ibu?”
“Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan
cara melindungi dari bunuh diri.”
“Dimana kita akan diskusi? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa
lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”
2. Fase Kerja
“Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan B?”
“Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan
gejala bunu diri. Pada umunya orang yang akan melakukan bunuh diri
menunjukan tanda melalui percakapan misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi,
orang lain lebih baik tanpa saya.” Apakah B pernah mengatakannya?”
“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya
Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari B secara serius.
Pengawasan terhadap B ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah
atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan
gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh
diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan memberi
dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan bahwa
Bapak/Ibu sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B.”
“Usahakan sedikitnya 5 kali sehari Bapak/Ibu memuji B dengan tulus.”
“Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu
mencari bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke
Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang
lebih serius. Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar B
terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi
kembali cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
“Ya bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan
bunuh diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan
yang akan datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan
penyelesaian masalah.”

SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh


diri/isyarat bunuh diri
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu
lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan
minggu lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita latihan?”

2. Fase Kerja
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak
dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang
seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada B”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar
melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dengan


pasien risiko bunuh diri
1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum pak, bu, hari ini B sudah boleh pulang, maka sebaiknya
kita membicarakan jadual B selama dirumah.”
“Berapa lama kita bisa diskusi?”
“Baik mari kita diskusikan.”
2. Fase Kerja
“Pak, bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah
dilakukan dirumah?’ tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun
jadual minum obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh B selama di rumah. Kalau misalnya B terus menerus
mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah dan tidak terkendali serta tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu segera hubungi
Suster C dirumah sakit harapan peduli, rumah sakit terdekat dari rumah ibu
dan bapak, ini nomor telepon rumah sakitnya: (0771) 12345. Selanjutnya
suster C yang akan membantu memantau perkembangan B”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas?”
“Ini jadwal kegiatan harian B untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk
perawat C di rumah sakit harapan peduli. Jangan lupa kontrol kerumah sakit
sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silahkan selesaikan
administrasinya.”
Daftar Pustaka

Captain, C, (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,


Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder
Company:Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing,
8ed. Elsevier Mosby:Philadelphia
Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing,
Mosby:St Louis.
Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry. Mosby,
St Louis.
Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice.
Mosby:St Louis.

Anda mungkin juga menyukai