Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017
Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017
KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan buku panduan untuk mahasiswa dalam melakukan praktikum
mekanika tanah. Buku panduan praktikum mekanika tanah ini dibagi menjadi 3
bagian:
Bagian 1: Terdiri dari modul praktikum Mekanika Tanah Dasar. Praktikum
Mekanika Tanah Dasar mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks properti
fisik tanah, seperti pengujian batas cair, batas plastis, dan batas susut tanah,
pengujian berat jenis, ukuran butiran, pengujian CBR laboratorium, dan pengujian
koefisien permeabilitas tanah.
Bagian 2: Terdiri dari modul praktikum Mekanika Tanah. Praktikum Mekanika
Tanah mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks properti mekanik tanah,
seperti pengujian kuat geser tanah, parameter konsolidasi; serta pengujian
lapangan seperti pengambilan sampel tanah tak terganggu dan pengujian sondir.
Bagian 3: Terdiri dari modul praktikum Investigasi Geoteknik Lanjut. Praktikum
Investigasi Geoteknik Lanjut mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks
properti fisik tanah lanjutan, seperti pengujian pengembangan tanah, kerapatan
tanah di lapangan, dan pengujian CBR lapangan.
Buku panduan praktikum ini merupakan versi terbaru yang dibuat dengan beberapa
perubahan untuk mempermudah mahasiswa dalam melakukan praktikum mekanika
tanah, dari mulai tahap persiapan sampai dengan pengolahan data praktikum.
Diharapkan dengan diperbaharuinya buku panduan praktikum ini mahasiswa dapat
mengerti mengenai praktikum mekanika tanah serta dapat mengaplikasikannya dalam
dunia kerja di bidang teknik sipil.
DAFTAR ISI
BAGIAN 1
BAB 1 ATTERBERG LIMITS ................................................................................ 2
A. LIQUID LIMIT (BATAS CAIR) .................................................................... 2
B. PLASTIC LIMIT(BATAS PLASTIS) ............................................................ 10
C. SHRINKAGE LIMIT (BATAS SUSUT) ........................................................ 14
BAB 2 SPECIFIC GRAVITY ................................................................................ 20
BAB 3 HYDROMETER ....................................................................................... 29
BAB 4 SIEVE ANALYISIS .................................................................................. 41
BAB 5 COMPACTION ....................................................................................... 46
BAB 6 CALIFORNIA BEARING RATIO ................................................................. 56
BAB 7 PERMEABILITY ...................................................................................... 64
LAMPIRAN DATA PRAKTIKUM BAGIAN 1 ............................................................. 77
BAGIAN 2
BAB 8 HAND BORING & SAMPLING ................................................................... 87
BAB 9 CONE PENETRATION TEST (SONDIR) ....................................................... 93
BAB 10 TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED-UNDRAINED) TEST .......................... 104
BAB 11 CONSOLIDATION TEST ...................................................................... 120
BAB 12 DIRECT SHEAR TEST ......................................................................... 137
BAB 13 UNCONFINED COMPRESSION TEST ..................................................... 145
BAGIAN 3
BAB 14 SWELLING TEST ................................................................................ 160
BAB 15 SAND CONE TEST .............................................................................. 170
BAB 16 FIELD - CALIFORNIA BEARING RATIO (FIELD - CBR) ............................ 176
BAGIAN 1
BAB 1
ATTERBERG LIMITS
Hasil uji batas cair ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku
material dan sifatnya pada tanah kohesif, dimana konsistensi tanah
tergantung dari nilai batas cairnya. Disamping itu, nilai batas cair ini dapat
digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah yaitu nilai batas
cair dikurangi dengan nilai batas plastis.
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak ± 1 kg
Air suling
a b c d
Gambar 1.1 Peralatan praktikum liquid limit: a) Alat Cassagrande; b) Standard grooving
tool; c) can; d) Alat penyemprot
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan tertentu. Dalam
hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga keadaan, yaitu batas cair, batas plastis,
dan batas susut dari tanah, atau secara skematis diwakili pada sebuah
diagram yaitu:
Semakin ke kanan diagram di atas, kadar airnya semakin sedikit. Batas cair
ini ditentukan dengan percobaan memakai alat percobaan liquid limit. Alat ini
dikembangkan oleh Cassagrande dan besarnya batas cair ditentukan pada
ketukan ke-25.
−𝑤2
𝑊 = 𝑤1 × 100% (1.1)
𝑤2−𝑤3
dengan :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can
5. Timbang can terlebih dahulu, lalu ambil sebagian tanah dalam mangkuk
cassagrande dan masukkan ke dalam can dan kemudian timbang berat
can + tanah. Terakhir, masukkancan + tanah ke dalam oven.
6. Ulangi seluruh langkah di atas untuk lima sampel dan dengan nilai ketukan
antara 10 hingga 50 ketukan, hal ini dibantu dengan cara menambahkan
air suling atau menambahkan tanah.
7. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, keluarkan sampel tanah dari
oven dan timbang kembali.
8. Hitung kadar airnya.
1.6.2. Perhitungan
I II III IV V
Jumlah ketukan 1… 2… 3… 4… 5…
Berat tanah basah + can … … … … …
Berat tanah kering + can … … … … …
Berat can … … … … …
Berat tanah kering … … … … …
Berat air … … … … …
Kadar air …% …% …% …% …%
Kadar air rata-rata …%
N(x) 1… 2… 3… 4… 5…
W(y) …% …% …% …% …%
82
81
80
79
W (%)
78
77
y = … Ln(x) + …
76
75
74
0 10 20 30 40 50 60
Jumlah ketukan
Cara 2
Dengan rumus:
𝑁 0.121
𝐿𝐿 = 𝑊𝑛 ( )25 (1.2)
keterangan:
LL = liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan
LL1 = … %
LL2 = … %
LL3 = … %
LL4 = … %
LL5 = … %
1 1… …% …%
2 2… …% …%
3 3… …% …%
4 4… …% …%
5 5… …% …%
LLrata-rata = …%
LLcara1 LLcara2
Kesalahan relatif = 100% = … %
LLcara1
=…
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM
Air suling
IP = LL – PL (1.4)
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas plastis
dan batas cair. Rumus yang digunakan sama seperti persamaan (1.1):
𝑤1 − 𝑤2
𝑊= × 100%
𝑤2 − 𝑤3
dengan:
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + container
w2 = berat tanah kering + container
w3 = berat container
1.6.2. Perhitungan :
Can No. 1 2
IP = LL – PL
IP = …
b. Bahan
Air Raksa
Sampel tanah lolos saringan no. 40 ASTM, kering oven
Vaselin
a c
Gambar 1.7 Peralatan praktikum shrinkage limit: a) Shrinkage dish; b) Coated dish; c) Air
Raksa
(𝑤𝑤−𝑤𝑑)−(𝑉𝑤−𝑉𝑑) 𝜌𝑤
𝑆𝐿 = × 100% (1.6)
𝑤𝑑
dengan :
ww = berat tanah basah
wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
ρw = berat jenis air = 1 gram/cm3
𝑆𝑅 = 𝑤𝑑 × 100% (1.7)
𝑉𝑑
𝑤𝐻𝑔 𝑤2−𝑤1
𝑉𝑤 = = (1.8)
𝜌𝐻𝑔 𝜌𝐻𝑔
Timbang shrinkage dish beserta isinya sehingga diperoleh berat air raksa
dalam shrinkage dish (wHg+S)
Celupkan sampel tanah kering ke dalam shrinkage dish yang berisi raksa
dengan menekannya secara hati–hati dengan pelat kaca berkaki tiga
sehingga permukaan sampel tanah benar–benar berada tepat di
permukaan air raksa. Sebagian raksa akan tumpah keluar. Proses ini
disebut sub-merging soil cake (gambar 1.6).
Keluarkan sampel tanah dan timbang kembali shrinkage dish + raksa yang
tersisa (wHg)
Volume tanah kering adalah:
𝑤𝐻𝑔+𝑠 − 𝑤𝐻𝑔
𝑉𝑤 = (1.9)
𝜌𝐻𝑔
1.6.2. Perhitungan :
KeKeterangan :
Shrinkage Limit (SL)dish 1 =
ww wd Vw Vd w
100%
wd
... ... ... ...1 100%
=
...
= …
wd
Shrinkage Ratio (SR)dish 1 = 100%
Vd
...
= 100%
...
= …
wd
Shrinkage Ratio (SR)dish 2 = 100%
Vd
...
= 100%
...
= …
SLdish1 SLdish2
Shrinkage Limit (SL)rata-rata =
2
... ...
=
2
= …
SRdish1 SRdish2
Shrinkage Ratio (SR)rata-rata =
2
... ...
=
2
= …
BAB 2
SPECIFIC GRAVITY
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 4 sebanyak 500 gram, kering oven
Air suling
d
b c
a e
Dimana:
Gs = specific gravity
𝛾𝑠 = berat jenis tanah
𝛾𝑤 = berat jenis air
Dimana:
ws = berat tanah
Vs = volume tanah
Dimana:
𝑤𝑤 = berat air
𝑉𝑤 = volume air
Dalam percobaan, volume tanah (Vs) selalu harus diusahakan sama dengan
volume air (Vw), sehingga Vw = Vs dan persamaan 2.1. menjadi sebagai
berikut:
𝑤𝑠
𝐺𝑠 = (2.4)
𝑤𝑤
Percobaan specific gravity ini dilakukan pada kondisi suhu T°C, sehingga nilai
tersebut harus dikoreksi dengan faktor koreksi α, sehingga rumus 2.4 tersebut
menjadi:
𝑮𝒔 = 𝜶 𝒘𝒔 (2.5)
𝒘𝒘
Dimana:
𝑤𝑠 = berat tanah
𝑤𝑤 = berat air
𝛼 = faktor koreksi suhu T°C yang berhubungan dengan temperatur
ruangan pada saat percobaan
Tabel 2.1 berikut merupakan faktor koreksi suhu (𝛼) yang digunakan
berdasarkan acuan standar SNI 1964:2008.
Tabel 2.1 Hubungan kerapatan relatif air dan faktor koreksi suhu
Temperatur Hubungan Kerapatan Faktor Koreksi
No.
(°C) Relatif Air Suhu, α
1 18 0.9986244 1.0004
2 19 0.9984347 1.0002
3 20 0.9982343 1.0000
4 21 0.9980233 0.9998
5 22 0.9978019 0.9996
6 23 0.9975702 0.9993
7 24 0.9973286 0.9991
8 25 0.9970770 0.9989
9 26 0.9968156 0.9986
10 27 0.9965451 0.9983
11 28 0.9962652 0.9980
12 29 0.9959761 0.9977
13 30 0.9956780 0.9974
Sumber: SNI 1964:2008
Nilai Gs pada umumnya yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah hasil
percobaan benar atau tidak adalah sebagai berikut:
6. Diamkan pycnometer berisi tanah yang sudah terendam dengan air suling
selama 24 jam atau lebih,
7. Panaskan pycnometer untuk menghilangkan udara yang terperangkap
dalam tanah pada pycnometer dengan cara dididihkan ± 10 menit
(gunakan kompor listrik).
8. Diamkan pycnometer selama ± 15 jam agar suhu air akhir diharapkan
sama dengan suhu air awal. Setelah didiamkan, tambahkan air hingga
mencapai batas pada pycnometer.
9. Catat kembali suhu yang terjadi setelah didiamkan selama ± 15 jam
dengan menggunakan termometer. Apabila suhu akhir sudah sama
dengan suhu awal air, timbang kembali pycnometer berisi air dan tanah
tersebut sehingga didapatkan berat pycnometer + berat air + berat tanah
(wbws).
2.6.2. Perhitungan
Dimana:
Ww = berat air
ws = berat tanah = 100 gram
wbw = berat pycnometer + air 500 ml
wbws = berat pycnometer + air + tanah setelah didinginkan
𝑤𝑠
𝐺𝑠 = 𝛼
𝑤𝑤
Sampel 1
Ww = ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...
𝑤𝑠
Gs =𝛼
𝑤𝑤
= ... x …
…
= ...
Sampel 2
Ww = ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...
= ... x …
…
= ...
Sampel 3
Ww = ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...
𝑤𝑠
Gs =𝛼
𝑤𝑤
= ... x …
…
= ...
Sampel 4
Ww = ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...
𝑤𝑠
Gs =𝛼
𝑤𝑤
= ... x …
…
= ...
Kesalahan Relatif
Sampel 1
|𝐺𝑠1 −𝐺 ̅𝑠|
𝑋1 = ̅𝐺𝑠̅ ̅
𝑋1 = ⋯ %
Sampel 2
|𝐺𝑠2 −̅𝐺̅𝑠|
𝑋2 = 𝐺̅̅𝑠̅
𝑋2 = ⋯ %
Sampel 3
|𝐺𝑠3 −̅𝐺̅𝑠|
𝑋3 = 𝐺̅̅𝑠̅
𝑋3 = ⋯ %
Sampel 4
|𝐺𝑠4 −̅𝐺̅𝑠|
𝑋4 = 𝐺̅̅𝑠̅
𝑋4 = ⋯ %
Kesalahan Relatifrata-rata
𝑋1+𝑋2+𝑋3+𝑋4
𝑋̅ =
4
𝑋̅ = ⋯ %
BAB 3
HYDROMETER
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM, masing – masing 50
gram(untuk 3 sampel)
b e
h
d
g i j
a f
menjadi
9.𝜂.𝜈
𝐷 = 2√
2𝛾𝑠−𝛾𝑤
(3.1)
dengan:
V = kecepatan jatuh dari butiran ( cm/s )
γS = berat jenis butiran ( gr/cm3 )
γW = berat jenis larutan ( gr/cm3 )
η = kepekatan larutan ( dyne.s/cm2 )
D = diameter butiran ( cm )
dengan:
v = kecepatan jatuh dari butiran.
L = tinggi jatuh butiran
T = waktu
Vb = volume Bulb Hydrometer
A = luas penampang Hydrometer
L1 = dapat dilihat pada tabel 3.5 sesuai pembacaanhydometer tipe 152 H
dan dikoreksi terhadap miniskus
dengan:
CT = koreksi terhadap temperatur yang dapat dilihat pada tabel 3.3
×𝑎
% 𝑓𝑖𝑛𝑒𝑟 = 𝑅𝐶 × 100% (3.6)
𝑊𝑠
𝐺𝑠 . 1.65
Dimana: 𝑎= (3.7)
(𝐺𝑠−1) 2.65
menjadi
𝐷 = 𝐾√𝐿 (3.8)
𝑡
keterangan :
- satuan dalam L (cm) dan t (menit)
- koefisien K dapat dilihat pada tabel 3.2
Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihitung, maka didapatsuatu
grafik distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat D10, D30 dan D60.
D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak10%
(%finer = 10%)
D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak30%
(%finer = 30%)
D60 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak60%
(%finer = 60%)
𝐷60
𝐶𝑈 = (3.9)
𝐷10
𝐷302
𝐶𝐶= (3.10)
𝐷10×𝐷60
1 < CC < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah yang bergradasi baik.
Tabel 3.1 Properti dari air suling Tabel 3. 2 Faktor Tabel 3.3 Faktor
(η = absolut) koreksi α untuk Gs tanah koreksi temperatur, CT
Temp. Unit weight Viscosity Gs of soil Correction Temp. CT
(°C) of water, of water, solids factor α (°C)
g/cm3 poise*
4 1.00000 0.01567 2.85 0.96 15 1.10
16 0.99897 0.01111 2.80 0.97 16 -0.90
17 0.99880 0.01083 2.75 0.98 17 -0.70
18 0.99862 0.01056 2.70 0.99 18 -0.50
19 0.99844 0.01030 2.65 1.00 19 -0.30
20 0.99823 0.01005 2.60 1.01 20 0.00
21 0.99802 0.00981 2.55 1.02 21 +0.20
22 0.99780 0.00958 2.50 1.04 22 +0.40
23 0.99757 0.00936 23 +0.70
24 0.99733 0.00914 24 +1.00
25 0.99708 0.00894 25 +1.30
26 0.99682 0.00874 26 +1.65
27 0.99655 0.00855 27 +2.00
28 0.99627 0.00836 28 +2.50
29 0.99598 0.00818 29 +3.05
30 0.99568 0.00801 30 +3.80
Tabel 3.5 Nilai L (kedalaman efektif) yang digunakan pada rumus Stokes untuk diameter
partikel pada alat hidrometer 152 H berdasarkan ASTM
Gambar 3.3 Cara memasukkan hydrometer yang benar (tidak dilepas tiba-tiba)
6. Pada menit yang ke-2.5, masukkan kembali hydrometer dan baca kembali
skalanya hingga menit keempat (R4).
7. Kembali melakukan pembacaan hidrometer untuk menit ke-8, 15, 30, 60,
120, 240, 960 dan 1440.
8. Pada tiap pembacaan hydrometer, suhu pada tabung control selalu dibaca.
9. Ulangi langkah 1 sampai 8 untuk beberapa sampel, sebaiknya rentang
antara setiap pembacaan menit ke-1 untuk seluruh sampel adalah 10
menit (misal: R1 sampel no. 1 adalah pada pukul 10.00, maka R1 sampel
no. 2 adalah pada pukul 10.10, dan seterusnya).
10. Setelah seluruh sampel sudah dilakukan pencatatan, tuang larutan setiap
sampel ke saringan No. 200 ASTM (jangan dicampur). Butiran tanah yang
tertahan pada saringan ini selanjutnya akan dipakai pada percobaan Sieve
Analysis.
3.6.2. Perhitungan:
Sampel No. 1
Dari percobaan Specific Gravity didapat Gs= ...
Dari tabel 3.2., a = ...
Berat tanah Ws = 50 gram
Koreksi nol = ...
Koreksi miniskus = ...
Actual Hyd.Corr.
Corr. Hyd.
Waktu t Temp. Hyd. % only for L K
Tanggal reading L/t D (mm)
pembacaan (menit ke-) (oC) Reading Finer Reading (Tabel 3.5) (Tabel 3.4)
(RC)
(Ra) ( Rh )
15
30
60
120
240
480
960
1440
BAB 4
SIEVE ANALYISIS
b. Bahan
Tanah dari percobaan hydrometer yang tertahan saringan No. 200
ASTM
Gambar 4.1 Peralatan praktikum sieve analyisis: a) Satu set saringan standar ASTM dan
pan; b) Motorized dynamic sieve shaker
−Wt
KR = Wd × 100% * tidak boleh melebihi 2%
Wd
dengan :
wd = berat butiran tanah sebelum proses sieving
wt =berat butran tanah total setelah proses sieving
4.6.2. Perhitungan
Sampel No. 1
Berat sampel tanah pada percobaan hydrometer = 50 gram
w1 w2
Presentase Kesalahan= 100% = … %
w1
Hasil pengolahan data dapat dirangkum seperti pada tabel di bawah ini :
4 4.75 … … …
10 2 … … …
18 0.84 … … …
40 0.42 … … …
100 0.15 … … …
200 0.075 … … …
… …
PAN … … …
BAB 5
COMPACTION
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 5 kantong
@ 2kg (lebih baik digunakan 6 kantong)
d
c
b
𝑊.𝐻.𝐿.𝐵
𝐶𝐸 = (5.1)
𝑉
dengan:
CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)
Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:
Table 5.1. Perbedaan Modified Proctor dan Standard Proctor pada uji pemadatan
Standard Proctor Modified Proctor
Test Identification AASHTO T 99 AASHTO T 180
(ASTM D 698) (ASTM D 1557)
Diameter Mould (inch) 4 6 4 6
Berat Hammer (lbs) 5.5 5.5 10 10
Tinggi Jatuh Hammer
12 12 18 18
(Inch)
Jumlah Layer 3 3 5 5
Jumlah Pukulan Per-
25 56 25 56
Layer
C.E (ft-lb/ft3) 12.400 12.400 56.000 56.000
Ukuran Butiran
No.4 (3/4)" No.4 (3/4)" No.4 (3/4)" No.4 (3/4)"
Maksimum Yang Lolos
Gambar 5.2. Perbedaan grafik pemadatan Modified Proctor dan Standard Proctor
𝑊 = 𝑤𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑤
× 100% (5.4)
𝑑𝑟𝑦
dengan:
W = kadar air
wwater = berat air (gram)
wdry = berat tanah kering (gram)
wwet = berat tanah basah (gram)
𝑊𝑋−𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = ×𝑤 (5.5)
1+𝑊0
dengan:
Vadd = volume air yang akan ditambahkan
WX = kadar air yang akan dibuat
W0 = kadar air awal
w = berat sampel tanah (gram)
𝑤𝑤𝑒𝑡
γ𝑤𝑒𝑡 = (5.6)
V
dengan:
γwet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
wwet = berat tanah basah (gr)
V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)
γdry = berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)
wdry = berat tanah kering(gr)
W = kadar air (%)
𝐺𝑠. 𝛾𝑤
𝑍𝐴𝑉 = (5.8)
1+(W.Gs)/Sr
dengan:
GS = nilai specific gravity
γW = berat jenis air (gr/cm3)
W = kadar air (%)
Sr = derajat kejenuhan
𝑊.𝐻.𝐿.𝐵
𝐶𝐸 =
𝑉
2. Campur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu wadah,
nilai kadar air awal dalam hal ini dianggap sama.
3. Ambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya,
dan cari nilai kadar air sampel tersebut.
4. Kembalikan sampel tanah ke kantongnya masing-masing.
5. Hitung kadar air pada keesokan harinya, lalu tambahkan air pada masing-
masing kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-beda.
6. Masukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan diamkan selama 18-
24 jam (diperam) agar kadar airnya merata.
5.6.2. Perhitungan
Menentukan Hubungan W - γdry (contoh: sampel I)
Dimensi mould:
d = … cm
tinggi = … cm
berat = … gram
volume = ¼.π.d2.tinggi = … cm3
* setelah dioven
w(c+d) = wcan + wdry = … gr
wwater = w(c+w) - w(c+d) = … gr
wdry = w(c+d) - wcan = … gr
W0 = 𝑤𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 × 100% = ... %
𝑤𝑑𝑟𝑦
Kadar air untuk sampel lainnya dapat dirangkum dalam sebuah tabel seperti
di bawah ini:
Untuk volume air yang perlu ditambahkan pada sampel lainnya, dapat
dirangkum dalam sebuah tabel seperti di bawah ini:
* setelah dioven
w(c+d) = wcan + wdry = … gr
wwater = w(c+w) - w(c+d) = … gr
wdry = w(c+d) - wcan = … gr
W = 𝑤𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 × 100% = ... %
𝑤𝑑𝑟𝑦
Sample w γdry
I … gr … gr/cm3
II … gr … gr/cm3
III … gr … gr/cm3
IV … gr … gr/cm3
V … gr … gr/cm3
. 𝛾𝑤
ZAV = 𝐺𝑠
1+(W.Gs)/Sr
Sample W Gs ZAV
I …% … …
II …% … …
III …% … …
IV …% … …
V …% … …
BAB 6
CALIFORNIA BEARING RATIO
Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi kualitas dan kekuatan dari
lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada perkerasan jalan berdasarkan
uji laboratorium.
Bak air
Piringan berlubang dengan dial pengukur swell
Mesin Uji CBR
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 3 kantong
@ 5 kg
a b c
Gambar 5.1 Peralatan praktikum CBR: a) mesin CBR; b) Piringan berlubang dengan dial;
c) Beban logam
bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100. Untuk
mencari nilai CBR dipakai rumus:
Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.
𝑃 𝑀 (𝐿𝑅𝐶)
𝜎= = (6.2)
𝐴 𝐴
Dengan:
A = Luas Piston
P = M. LRC
M = dial reading
LRC = faktor kalibrasi
Nilai CBR didapatkan berdasarkan rasio beban untuk penetrasi sedalam 2.5
mm (0.1 inch). Namun, jika nilai CBR pada saat penetrasi 5.0 mm lebih besar,
maka pengujian seharusnya diulang. Jika pengujian kedua memiliki nilai CBR
yang lebih besar pada saat penetrasi 5.0 mm, maka nilai CBR tersebut dapat
digunakan.
Dalam uji CBR, dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian segera (unsoaked
condition) dan pengujian jenuh (soaked condition). Pengujian unsoaked
condition dilakukan segera setelah sampel tanah dipadatkan. Pengujian
soaked condition dilakukan setelah sampel tanah dalam mould
direndam/dijenuhkan selama 96 jam sambil dibebani oleh beban surcharge
sesuai dengan tekanan perkerasan jalan. Dilakukan pula pembacaan
pengembangan tanah (swell reading) pada interval waktu tertentu.
Perendaman ini dilakukan untuk mengetahui nilai CBR pada saat berada dalam
kondisi jenuh. Nilai CBR pada kondisi jenuh ini akan memberikan informasi
terkait peristiwa pengembangan tanah (soil expansion) di bawah perkerasan
jalan ketika tanah menjadi jenuh, serta memberikan indikasi adanya
perlemahan kekuatan tanah akibat penjenuhan yang terjadi.
Tabel 6.2 Nilai CBR tanah beserta kualitas dan juga kegunaan serta sistem klasifikasinya
Nilai Sistem Klasifikasi
Kualitas Kegunaan
CBR Unified AASHTO
0-3 Sangat rendah Subgrade OH, CH, MH, OL A5, A6, A7
3-7 Rendah s/d cukup baik Subgrade OH, CH, MH, OL A4, A5, A6, A7
7-20 Cukup baik Subbase OL, CL, ML, SC, A2, A4, A6, A7
SM, SP
20-50 Baik Base atau GM, GC, SW, A1b, A2-5, A-3,
Subbase SM, SP, GP A2-6
>50 Sangat baik Base GW, GM A1a, A2-4, A3
Sumber: The Asphalt Handbook (1970)
−𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = 𝑊𝑋 × 𝑤 = … ml (5.5)
1+𝑊0
a. Timbang mould dan tanah, kemudian diletakan pada mesin CBR dan
berikan beban ring di atas permukaan sampel tanah. Piston diletakkan
di tengah-tengah beban ring sehingga menyentuh permukaan tanah.
b. Periksa dan set coading dan dial sehingga menjadi nol.
c. Lakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0.05“/menit.
d. Catat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut: 0.025”, 0.050”,
0.075”, 0.100”, 0.125”, 0.150”, 0.175”, 0.200”, 0.250”.
6.6.2. Perhitungan
Menentukan Volume air yang ditambahkan
W0 =…%
W1 =…%
−𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = 𝑊𝑋 × 𝑤 = … ml (5.5)
1+𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = …− … × … = … ml
1+ …
Menentukan Nilai CBR pada penetrasi 0.1” dan 0.2” pada kondisi Unsoaked
dan Soaked
Penetrasi 0.1”
Unsoaked : CBR = …×… × 100% = … %
…
Penetrasi 0.2”
Unsoaked : CBR = …×… × 100% = … %
…
CBR
Penetration (inch)
Unsoaked Soaked
0.1 ... ...
0.2 ... ...
BAB 7
PERMEABILITY
b. Bahan
Tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak ± 3 kg
Pasir
Air
d e f
Gambar 7.1 Peralatan praktikum permeability: a) Alat constant head test; b) penggaris; c)
Mould Permeability; d) Jangka sorong; e) Tamper; f) Gelas ukur
q
~i q=kiA (7.1)
A
Penentuan nilai k dilakukan dengan cara mengukur penurunan tinggi muka air
selama periode waktu tertentu dan pada saat ini tegangan air menjadi tidak
tetap sehingga rumus Darcy dapat digunakan. Misalnya pada ketinggian air
(h), penurunan (dh) akan membutuhkan waktu (dt), maka koefisien
permeabilitas dapat diturunkan dari rumus Darcy sehingga menjadi:
q=kiA
h
i
L
qL
k (7.2)
A ht
dengan:
k = koefisien permeability
A = luas sample tanah
t = selang waktu
L = tinggi sampel tanah
Apabila air yang melalui sampel tanah sedikit seperti pada sampel tanah
lempung murni dimana nilai k sangat kecil, maka metode ini tidak efektif lagi
digunakan untuk mengukur nilai k. Sehingga akan lebih baik menggunakan
cara yang kedua, yaitu metode Variable Head.
Jumlah air yang mengalir pada standpipe dalam waktu tertentu adalah :
dh
qava
dt
dengan :
a = luas cross-sectionstandpipe
dh/dt= penurunan muka air
Sedangkan jumlah air yang merembes melalui tanah dalam waktu tertentu
pada permeameter adalah :
h
qAk
L
lalu dengan menyamakan jumlah air yang masuk = jumlah air yang keluar
qin qout
dh h
A.k.
dt L
A k dt
h1 h1
dh
h
h0 h0 aL
h0 A k t
ln
h1 aL
aL h
k 2.3 log10 0 (7.3)
A t h1
dengan:
a = luas cross-section standpipe
L = panjang sampel di dalam permeameter
A = luas cross-section permeameter
t = jumlah waktu pada waktu pengukuran
h0, h1 = tinggi head (lihat gambar 7.2)
dimana:
ηT = viskositas cairan pada temperatur T°C.
η20 = viskositas cairan pada temperatur 20°C.
Perbandingan viskositas dapat dilihat pada gambar 7.3 di bawah ini (tabel
koreksi viskositas cairan).
Temperatur oC
1 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9 10-10
Pasir halus, lanau organik, campuran pasir, lanau, clay 1x10-9 - 1x10-5
Clay padat 1x10-11 – 1x10-9
7.6.2. Perhitungan
Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar ( 29oC )
K29 = ( V. L ) / ( A . h . t )
sehingga untuk suhu standar (20oC)
K20 = K29 (η29 / η20) ; η29 / η20 = …
Sampel 1
Tinggi (L) =…m
Beda Tinggi (h) =…m
Luas (A) = 1 𝜋𝐷2
4
=…x…
= … m2
Volume air (V) = … m3 ( dalam … detik )
K29 = ( V . L ) / ( A . h . t )
=(….…)/(….….… )
= … m/s
Sampel 2
Tinggi (L) = … m
Beda Tinggi (h) = … m
Luas (A) = … m2
Volume air (V) = … m3 ( dalam ... detik )
K29 = ( V . L ) / ( A . h . t )
= … m/s
Sampel 3
Tinggi (L) = … m
Beda Tinggi (h) = … m
Luas (A) = … m2
Volume air (V) = … m3 ( dalam ... detik )
K29 = ( V . L ) / ( A . h . t)
= … m/s
2 … …
3 … …
BAGIAN 2
BAB 8
HAND BORING & SAMPLING
Disturbed sample adalah sampel tanah yang diambil tanpa ada usaha yang
dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah tersebut. Undisturbed sample
adalah sampel tanah yang masih menunjukkan sifat asli tanah. Sampel tidak
terganggu ini secara ideal tidak mengalami perubahan struktur, kadar air, dan
susunan kimia. Sampel tanah yang benar-benar asli tidak mungkin diperoleh,
tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka kerusakan contoh dapat dibatasi
sekecil mungkin.
Pengeboran Auger
Pengeboran auger merupakan salah satu metode yang sederhana dalam
melakukan investigasi tanah (soil investigation) dan pengambilan sampel
(sampling). Pengeboran dapat dilakukan hingga kedalaman tertentu
tergantung dari kondisi muka air tanah, karakteristik tanah, serta peralatan
yang digunakan.
Pengeboran auger dapat dilakukan secara manual oleh tangan manusia (hand-
operated auger) dan dapat dilakukan secara mekanis oleh mesin (machine-
operated auger). Pada praktikum ini, pengeboran dilakukan secara manual
menggunakan auger tipe Iwan (auger Iwan) yang merupakan bor terdiri dari
dua segmen plat baja (menyerupai tabung) dengan dua mata pisau di
ujungnya.
Boring Log
Boring log merupakan catatan hasil pengeboran yang digunakan sebagai
identifikasi jenis lapisan tanah. Adapun dalam boring log biasanya berisi
informasi antara lain:
- Kedalaman lapisan tanah
- Elevasi permukaan titik bor, elevasi lapisan tanah, dan elevasi muka air
tanah.
- Simbol jenis tanah secara grafis
- Deskripsi tanah: jenis tanah, warna, konsistensi/kepadatan
- Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Juga disebutkan kondisi
contoh terganggu atau tidak terganggu.
- Informasi umum seperti nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama
penanggung jawab pekerjaan pengeboran.
3. Masukkan auger Iwan sampai kedalaman 30 cm, lalu ambil contoh tanah
terganggu dan masukkan dalam kantong plastik.
4. Pada kedalaman 1 m, ganti auger Iwan dengan socket dan tabung, lalu
pasang kepala pemukul dan dipukul dengan palu. Pemukulan dengan
pemberat (palu) harus dilakukan dengan memperhatikan keselamatan.
BAB 9
CONE PENETRATION TEST (SONDIR)
tahanan gesek (skin friction). Selain itu, pengujian ini juga dilakukan untuk
mengetahui kedalaman tanah keras.
Gambar 9.1 Rincian konus ganda (biconus) tipe Begemann. Posisi tertekan (kiri); posisi
terbentang (kanan)
penetrasi batang dalam, pipa dorong, dan konus. Gambar 9.2 menunjukkan
rangkaian alat yang digunakan dalam penetrasi konus pada praktikum ini.
Hasil dari pengujian sondir ini adalah tahanan ujung yang diambil sebagai gaya
penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir, atau qc dan tahanan
ujung total, atau qt. Pengujian sondir ini dilakukan hingga mencapai tanah
keras atau hingga mencapai kemampuan maksimum alat, yaitu tekanan qc =
250 kg/cm2. Berikut merupakan proses kerja bikonus pada saat dilakukan
penetrasi alat sondir.
Gambar 9.3 Mekanisme kerja bikonus pada saat dilakukan penetrasi alat sondir
Setelah didapatkan data tahanan qc dan qt, dilakukan perhitungan nilai friksi
yang terjadi pada selimut bikonus (fs), hambatan pelekat (HP), jumlah
hambatan pelekat (JHP), serta Friction Ratio (FR). Berikut rumus yang
digunakan dalam perhitungan:
𝐹𝑡 × 𝑞𝑡 = 𝐹𝑐 × 𝑞𝑐 + 𝐹𝑚 × 𝑓
(𝐹𝑡×𝑞𝑡)+(𝐹𝑐×𝑞𝑐)
𝑓= (9.1)
𝐹𝑚
𝑞𝑡−𝑞𝑐
𝑓𝑠 = (9.2)
15
dimana:
Ft = Fc = luas penampang bikonus (10 cm2)
qt = tekanan tanah total yang terbaca pada manometer akibat tekanan
konus dan friksi (kg/cm2)
qc = tekanan konus yang terbaca pada manometer (kg/cm2)
Fm = luas mantel bikonus (150 cm2)
𝐻𝑃 = 𝑙 × 𝑓 (9.3)
dimana:
l = panjang lekatan = 20 cm (sondir ditekan tiap 20 cm)
𝐽𝐻𝑃 = ∑ 𝑓𝑖 × 𝑙𝑖 (9.4)
𝐹𝑅 = 𝑞𝑐 × 100% (9.5)
𝑓𝑠
Setelah dilakukan perhitungan fs, HP, JHP, dan FR, dibuat grafik terhadap
kedalaman yang menunjukkan stratifikasi dari lapisan tanah di lokasi tersebut.
Nilai tahanan konus serta nilai rasio friksi dapat dikorelasikan terhadap jenis
tanah serta prilakunya. Gambar berikut menunjukkan korelasi hasil uji CPT
terhadap prilaku tanah oleh Robertson (1986).
3. Letakkan mesin sondir lalu pasang baja kanal sebagai penahan agar alat
tidak terangkat atau goyang.
2. Putar alat sondir secara manual sehingga menekan rangkaian konus dan
pipa menembus tanah sampai kedalaman 20 cm.
3. Kunci alat dan lakukan pembacaan pada manometer sambil diputar searah
jarum jam dengan kecepatan penetrasi konus antara 1 cm/s sampai 2
cm/s. Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun,
karena akan mengacaukan pembacaan.
4. Bila pembacaan sudah mencapai nilai yang lebih besar dari 50 kg/cm 2,
pembacaan dilakukan pada manometer besar dengan cara mengunci
manometer kecil dan membuka manometer besar, kemudian dilakukan
pembacaan kembali.
5. Pembacaan dihentikan bila nilai qc telah mencapai harga 250 kg/cm2.
𝐻𝑃 = 𝑙 × 𝑓𝑠 = 20 × 0,4 = 8 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐽𝐻𝑃 = 0 + 8 = 8 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐹𝑅 = (𝑓𝑠) × 100% = (0,4) × 100% = 2,67%
𝑞𝑐 15
𝐻𝑃 = 𝑙 × 𝑓𝑠 = 20 × 0,8 = 16 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐽𝐻𝑃 = 8 + 16 = 24 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐹𝑅 = (𝑓𝑠) × 100% = (0,8) × 100% = 4,21%
𝑞𝑐 19
Setelah itu dibuat tabulasi perhitungan nilai fs, HP, JHP, dan FR, disertai
dengan grafik qc terhadap kedalaman, grafik fs terhadap kedalaman, dan
grafik FR terhadap kedalaman. Hasil akhir dari percobaan ini adalah stratifikasi
tanah berdasarkan nilai qc, fs, HP, JHP, dan FR pada lokasi dilakukan
pengujian sondir. Berikut merupakan contoh pengolahan data sondir.
Pembacaan
Kedalaman qc qt fs HP JHP FR
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (%)
0,00 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00
-0,20 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00
-0,40 15 21 0,40 8,00 8,00 2,67
-0,60 19 31 0,80 16,00 24,00 4,21
-0,80 19 34 1,00 20,00 44,00 5,26
-1,00 17 24 0,47 9,33 53,33 2,75
-1,20 18 23 0,33 6,67 60,00 1,85
-1,40 17 24 0,47 9,33 69,33 2,75
-1,60 18 24 0,40 8,00 77,33 2,22
-1,80 18 27 0,60 12,00 89,33 3,33
-2,00 20 29 0,60 12,00 101,33 3,00
-2,20 16 28 0,80 16,00 117,33 5,00
-2,40 18 28 0,67 13,33 130,67 3,70
-2,60 16 23 0,47 9,33 140,00 2,92
-2,80 15 32 1,13 22,67 162,67 7,56
-3,00 14 32 1,20 24,00 186,67 8,57
-3,20 16 34 1,20 24,00 210,67 7,50
-3,40 18 33 1,00 20,00 230,67 5,56
-3,60 20 35 1,00 20,00 250,67 5,00
-3,80 20 36 1,07 21,33 272,00 5,33
-4,00 20 38 1,20 24,00 296,00 6,00
-4,20 23 38 1,00 20,00 316,00 4,35
-4,40 24 44 1,33 26,67 342,67 5,56
-4,60 24 37 0,87 17,33 360,00 3,61
-4,80 29 44 1,00 20,00 380,00 3,45
-5,00 27 38 0,73 14,67 394,67 2,72
-5,20 28 35 0,47 9,33 404,00 1,67
-5,40 28 37 0,60 12,00 416,00 2,14
-5,60 28 34 0,40 8,00 424,00 1,43
-5,80 20 34 0,93 18,67 442,67 4,67
-6,00 20 35 1,00 20,00 462,67 5,00
Pembacaan
Kedalaman qc qt fs HP JHP FR
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (%)
-6,20 18 24 0,40 8,00 470,67 2,22
-6,40 16 20 0,27 5,33 476,00 1,67
-6,60 15 18 0,20 4,00 480,00 1,33
-6,80 15 17 0,13 2,67 482,67 0,89
-7,00 12 16 0,27 5,33 488,00 2,22
-7,20 12 16 0,27 5,33 493,33 2,22
-7,40 12 17 0,33 6,67 500,00 2,78
-7,60 10 12 0,13 2,67 502,67 1,33
-7,80 10 13 0,20 4,00 506,67 2,00
-8,00 15 18 0,20 4,00 510,67 1,33
-8,20 18 26 0,53 10,67 521,33 2,96
-8,40 12 22 0,67 13,33 534,67 5,56
-8,60 26 29 0,20 4,00 538,67 0,77
-8,80 18 25 0,47 9,33 548,00 2,59
-9,00 18 28 0,67 13,33 561,33 3,70
-9,20 25 37 0,80 16,00 577,33 3,20
-9,40 39 59 1,33 26,67 604,00 3,42
-9,60 58 66 0,53 10,67 614,67 0,92
-9,80 21 50 1,93 38,67 653,33 9,21
-10,00 35 45 0,67 13,33 666,67 1,90
-10,20 30 46 1,07 21,33 688,00 3,56
-10,40 30 46 1,07 21,33 709,33 3,56
-10,60 60 68 0,53 10,67 720,00 0,89
-10,80 100 120 1,33 26,67 746,67 1,33
-11,00 75 90 1,00 20,00 766,67 1,33
-11,20 65 70 0,33 6,67 773,33 0,51
-11,40 130 145 1,00 20,00 793,33 0,77
-11,60 145 155 0,67 13,33 806,67 0,46
-11,80 95 105 0,67 13,33 820,00 0,70
-12,00 150
Gambar 9.3 Contoh grafik pengolahan data sondir. Grafik qc dan JHP terhadap kedalaman
(kiri); grafik fs terhadap kedalaman (tengah); grafik FR terhadap kedalaman (kanan)
BAB 10
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED-UNDRAINED) TEST
b. Bahan
Sampel tanah undisturbed (sampel tanah tak terganggu)
𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝜑 (10.1)
Dimana:
τ = kuat geser (kPa, ksf, psi, dll)
c = kohesi tanah atau adhesi antarpartikel (kPa, ksf, dll)
σn = tegangan normal (kPa, ksf, dll)
φ = sudut geser dalam (°)
Persamaan 10.1 merupakan parameter kuat geser pada kondisi tegangan total
(total stress). Tanah yang diberikan penambahan beban akan mengalami
kenaikan tegangan air pori, Δu. Apabila kenaikan tegangan air pori ini
dihilangkan, maka didapatkan persamaan kuat geser tanah pada kondisi
tegangan efektif (effective stress), seperti persamaan 10.2 berikut.
𝒌.𝑴
𝝈𝟏 = 𝑨
+ 𝝈𝟑
dimana:
σ1 = Tegangan vertikal yang diberikan
σ3 = Tegangan horizontal
k = Kalibrasi dari proving ring
A0 = Luas sampel tanah awal
∆L = Perubahan panjang sampel awal
L0 = Panjang sampel tanah awal
M = Pembacaan proving ring maksimum
Dengan Diagram Mohr, hubungan sudut geser tanah, tegangan, dan gaya
geser dapat digambarkan:
(𝝈𝟏+𝝈𝟑) (𝝈𝟏+𝝈𝟑)
𝜎𝑛 = + cos 2𝜃 (10.4)
2 2
−𝝈𝟑)
𝜎𝑛 = (𝝈𝟏 sin 2𝜃
2
Gambar 9.1 Diagram mohr untuk mencari nilai kohesi (c) dan sudut geser (φ).
Dari percobaan Triaxial ini diketahui tiga jenis keruntuhan dari tanah uji, sbb:
1. General Shear Failure
Penambahan beban pada pondasi diikuti oleh penurunan pondasi tersebut.
Pada pembebanan mencapai qu maka terjadi keruntuhan tiba-tiba yang
diikuti oleh perluasan keruntuhan permukaan sampai ke bawah
permukaan.
Gambar 9.3 Grafik hubungan q vs settlement, tidak terlihat puncak yang jelas
Gambar 9.6 Proses pengeluaran sampel uji dari silinder uji (kiri) dan sampel uji yang
telah jadi (kanan)
2. Masukkan sampel tanah ke dalam sel Triaxial, dan tutup dengan rapat.
Contoh perhitungan :
Pembacaan dial deformasi 0.025 mm
Pembacaan dial pembebanan (M) = 21
Unit strain (ε) = ∆L/L0 = (0.025)/(7.23) = 0.0034602
Area correction factor = (1- ε) = 1-( 0.0034602) = 0.9965398 cm2
Correct area :
𝐴0 9,89
𝐴′ = = = 9,9273131 𝑐𝑚2
1 − 𝜀 0,9965398
Dari diagram Mohr didapat :
σ1 = (σ1-σ3) + σ3
σ1 = σ + σ3
Diambil harga yang maksimum M = 85.00 ; diperoleh c = 32,87, dan =
31,51o maka :
𝜑 31,51
𝜃 = 45 + = 45 + = 60,76°
2 2
Mencari n dan n :
𝜎 1+𝜎3 𝜎 −𝜎
𝜎𝑛 = + 1 3 cos 2𝜃
2 2
1,649 +0,40 1,649−0,40
𝜎𝑛 = + cos(121,52)
2 2
𝜎𝑛 = 0,6810 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
−𝜎3
𝜏𝑛 = 𝜎1 sin 2𝜃
2
𝜏𝑛 = 1,649−0,4
2
sin(121,52)
𝜏𝑛 = 0,5324 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Gambar 9.14 Grafik keruntuhan dan Grafik Mohr dari uji Triaxial
BAB 11
CONSOLIDATION TEST
Can
b. Bahan
Sampel tanah undisturbed dari tabung
Gambar 11.2 Pengolesan vaseline ke silinder ring (kiri), pengukuran diameter ring
konsolidasi (kanan), dan pengukuran tinggi ring konsolidasi (bawah)
Gambar 11.3 Tanah dikeluarkan dari tabung dengan extruder (kiri), proses perataan
permukaan ring (kanan).
Gambar 11.4 Kertas pori dan batu porous (kiri) dan sample tanah dalam ring konsolidasi
(kanan)
Gambar 11.6 Pemberian air hingga permukaan silinder tembaga terendam (kiri) dan
pengesetan dial (kanan)
Gambar 11.7 Proses loading (kiri) dan pembacaan dial untuk setiap waktu (kanan)
6. Keluarkan tanah dari sel konsolidometer dan ring berikut sampel tanah
kemudian timbang dan masukkan ke dalam oven untuk mendapatkan
berat kering sampel (Wd) sehingga dapat ditentukan kadar airnya.
11.6.2. Perhitungan
a. Menentukan harga t90
t x t (menit)
Menurut Taylor
Nilai t x yang didapatkan
kemudian dikuadratkan untuk
mendapatkan nilai t90
x
1.15x
Penurunan (cm)
Gambar 11.8 Grafik penurunan vs akar waktu penurunan, untuk menentukan t90
Pc
Grs 2
Grs 1
0
Grs 3
p
1
Grs 5
2
16 e2
e1
32
Grs 4
Void Ratio, e
Langkah pengerjaan:
1. Sketsa grafik angka pori vs tegangan
2. Buat garis dari titik 0 ke titik 32 (grs 1).
3. Buat garis sejajar thd garis 1 dan bersinggungan dgn titik lengkung
(grs 2).
4. Buat garis horisontal thd titik p (grs 3).
5. Tarik garis melalui titik 16 dan 32 (grs 4).
6. Buat garis yang membagi sudut antara garis 2 dan 3 sama besar
(1=2) (grs 5).
7. Titik perpotongan garis 4 dgn garis 5 kita tarik lurus ke atas dan
didapatkan nilai Pc.
BAB 12
DIRECT SHEAR TEST
b. Bahan
Sampel tanah pasir
𝜎𝑛 = 𝑃𝐴 (12.1)
Sedangkan tegangan geser didapat dengan menghitung gaya geser (G) yang
didapat dari pembacaan maksimum load ring dial setelah dikalikan dengan
nilai kalibrasi prooving ring (LRC):
𝜏=𝐺
𝐴
G = M x LRC (12.2)
LRC = 0,15 kg/div
Dimana:
τ = kuat geser (kPa, ksf, psi, dll)
c’ = kohesi tanah efektif (kPa, ksf, dll)
σn = tegangan normal (kPa, ksf, dll)
φ’ = sudut geser dalam efektif (°)
Δu = perubahan tegangan air pori (kPa, ksf, dll)
6. Catat pembacaan horizontal dial setiap 15 detik hingga dial berhenti dan
berbalik arah.
7. Ulangi percobaan 1 – 6 untuk beban 10, 15, 20, dan 25 kg.
12.6.2. Perhitungan
Dari data diketahui :
5. Beban 5 Kg :
6. Beban 10 Kg :
Demikian selanjutnya untuk beban yang lainnya sehingga dapat dibuat grafik
untuk menentukan harga c dan dengan menggunakan regresi linear:
dimana:
X = σ = P/A (12.5)
Y = τ = G/A
Dari perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel untuk pembuatan grafik Direct
shear, seperti berikut ini:
Gambar 12.3 Tabel data percobaan direct shear dengan variasi beban yang berbeda
Gambar 12.4 Grafik direct shear yang dapat digunakan untuk mencari kohesi ( c) dan
sudut geser () pasir.
BAB 13
UNCONFINED COMPRESSION TEST
b. Bahan
Sampel tanah undisturbed dari tabung
𝑉0 = 𝐿0 × 𝐴0
dimana:
𝑉0 = Isi sampel mula-mula (volume)
𝐿0 = panjang sampel mula-mula
𝐴0 = luas penampang sampel mula-mula
𝐿 = 𝐿0 − ∆𝐿 dan 𝑉 = 𝑉0 − ∆𝑉
Gambar 13.3 Perubahan yang terjadi pada sampel selama percobaan berlangsung
𝐴 0𝐿 0 𝐴0 𝐴
𝐴= = = ∆𝐿0 (13.3)
𝐿0−∆𝐿 1− 1−𝜀
𝐿0
Dimana 𝜀 = regangan
Pada percobaan ini besarnya gaya yang bekerja dapat diketahui yaitu:
𝑃 = 𝑀 × 𝐿𝑅𝐶 (13.4)
Dimana:
𝑃 = Gaya yang hendak dicari
𝑀 =Pembacaan pada dial
𝐿𝑅𝐶 = Faktor kalibrasi alat (0,186)
𝑃𝑚𝑎𝑥 𝑞𝑢
𝑞𝑢 = dan 𝑐= (13.5)
𝐴 2
Dimana:
𝑞𝑢 = Unconfined compression strength
𝑐 = Kekuatan geser tanah
2𝐷 ≤ 𝐿 ≤ 3𝐷
Dimana:
𝐷 = Diameter sampel
𝐿 = Tinggi sampel
Hal ini didasarkan pada apabila 𝐿 ≤ 2𝐷, sudut bidang runtuhnya akan
mengalami overlap dan sementara jika𝐿 ≥ 3𝐷, contoh tanah akan berlaku
sebagai kolom dan kemungkinan akan terjadi tekuk. Perbandingan idealnya
adalah 𝐿 ∶ 𝐷 = 2 ∶ 1.
𝑞𝑢 𝑢𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏𝑒𝑑
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 =
𝑞𝑢 𝑟𝑒𝑚𝑜𝑢𝑙𝑑𝑒𝑑
2. Naikkan pelat bawah dengan memutar kenop hingga ujung atas sampel
uji mengenai pelat atas dan dial gauge untuk pembebanan tersentuh.
Kunci kenop tersebut agar mesin Unconfined dapat bekerja.
3. Set dial menjadi nol dan mulai jalankan mesin Unconfined.
4. Catat pembacaan Load Dial setiap penurunan dial bertambah 0.02 inch
atau 0.025 mm. Pembacaan dihentikan jika nilai Load Dial mulai bergerak
stabil atau turun selama 3 kali pembacaan.
5. Melakukan proses remoulded yaitu melebur kembali sampel uji yang telah
dicoba dan dipadatkan kembali dengan cara ditumbuk secara konstan
langsung pada silinder uji. Berat sampel uji remoulded haruslah sama
dengan berat sampel uji undisturbed.
6. Ulangi percobaan b – d.
Dimensi sampel :
Diameter = ....... cm
Tinggi = ....... cm
Luas = ....... cm2
Volume = ....... cm3
Berat = ....... gr
13.6.2.Perhitungan
Dari data di atas didapat :
Density :
weight wet
wet dry
volume 1 w
dim ana :
w kadar air bukandalam persen
1. Density
3. P =K M ............................ kg
4. = L/L ............................
Untuk Remoulded :
quu
Nilai Sensitivity :
qur
BAGIAN 3
BAB 14
SWELLING TEST
b. Bahan
Sampel tanah montmorillonite /ekspansif
Gambar 14.1 Peristiwa Kapiler (Interaksi Antara Partikel Lempung dan Air)
Berdasarkan ASTM D 4546 – 96, Standard Test Methods For One Dimensional
Swell or Settlement Potential of Cohesive Soils, pengujian swelling bertujuan
untuk menentukan nilai pengembangan akibat beban vertikal yang bekerja
pada tanah, yang terjadi karena air yang meresap ke pori-pori tanah mengisi
rongga-rongga udara sehingga terjadi perubahan isi. Selain itu, dapat pula
dilakukan pengujian untuk mendapatkan tekanan pengembangan tanah, yaitu
kondisi setelah tanah mencapai pengembangan maksimum dan diberi tekanan
bertahap hingga angka pori kembali ke awal.
METODE A (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut Free Swell Pressure Test. Contoh tanah yang sudah
siap dalam consolidometer ring diameter 6,2 cm dan tinggi 2,54 cm diberi
tekanan sebesar 1 kPa. Sebelum di basahi contoh tanah tersebut diberi
seating pressure minimal 1 kPa selama 5 menit dan dilakukan pembacaan dial
seating pressure, kemudian dilepas dan dilakukan pembacaan dial sekali lagi.
Contoh tanah dengan beban konstan dengan tekanan 1 kPa diberi air hingga
mengembang dilakukan pembacaan dial selama 72 jam. Kondisi yang terakhir
ini ditetapkan sebagai persentase mengembang maksimum yang terjadi.
Langkah selanjutnya adalah contoh tanah diberi beban tambahan berturut-
turut sebesar 5kPa, 10 kPa, 20 kPa, 40 kPa, 80 kPa, 100 kPa, dan seterusnya
sehingga terlewati kondisi air pori awal. Untuk masing-masing kondisi dipakai
masa beban 12 jam.
METODE B (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut loaded swell test. Contoh tanah yang sudah siap
dicetak dalam consolidometer ring diameter 6,20 cm dan tinggi 2,54 cm diberi
tekanan minimal sebesar 1 kPa, kemudian dilakukan setting awal selama 5
menit sebelum dibasahi dan dilakukan pembacaan dial. Contoh tanah diberi
air hingga mengembang dan dilakukan pencatatan dial hingga mencapai batas
swell maximum dengan interval waktu sesuai dengan standar pembacaan.
Setelah mencapai batas swell maximum, ditetapkan sebagai persentase
mengembang maksimum yang terjadi. Langkah berikutnya contoh tanah
diberi beban tambahan berturut-turut minimal sebesar kelipatan overburden,
dan sampai seterusnya hingga melewati kondisi air pori awal. Untuk masing-
masing kondisi dipakai massa beban 24 jam.
METODE C (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut Constant Volume Test. Contoh tanah yang sudah
siap dalam Consolidometer ukurannya sama dengan metode A dan metode B.
Contoh tanah terlebih dahulu diberi seating pressure selama 5 menit dan
dilepas. Pada kondisi ini dilakukan pembacaan dial. Kemudian consolidometer
tersebut di basahi dengan air. Untuk menjaga agar tanah tidak mengalami
perubahan volume selama pembasahan, tanah harus diberi beban untuk
melawan swelling yang terjadi pada system. Usaha mempertahankan volume
tersebut dilakukan terus menerus selama 48 jam. Langkah selanjutnya contoh
tanah diberi beban tambahan 40 kPa, 80 kPa, 100 kPa, 200 kPa, dan
seterusnya. Waktu setiap pembebanan 12 jam kemudian diperoleh grafik
hubungan void-ratio (e) dengan tekanan mengembang (P). Tekanan
mengembang yang sebenarnya diperoleh setelah dilakukan koreksi
cassagrande.
4. Ukur dimensi ring (diameter dan tinggi) dan berat ring konsolidometer
kemudian mengolesi ring dengan vaselin.
5. Masukkan tanah uji ke dalam ring konsolidometer dengan menggunakan
extruder mekanis.
14.6.2.Perhitungan
Mencari besar pengembangan terhadap waktu:
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑛 − 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑙 𝑡0
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
% 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = × 100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
BAB 15
SAND CONE TEST
b. Bahan
Pasir kuarsa dengan diameter seragam dan kering
𝛾 =𝑊 (15.1)
𝑉
𝜸𝒅𝒓𝒚 = 𝜸
(15.2)
𝟏+𝒘/𝟏𝟎𝟎
Dimana w adalah kadar air (%) yang biasanya ditentukan dari laboratorium.
Volume dari pasir ditentukan dengan mengukur beratnya, dengan
mengasumsikan bahwa pasir tersebut telah diketahui berat jenisnya.
Sampel 2
Wcan : … g
W1 :…g
W2 :…g
−𝑤1
𝑤 = 𝑤2 × 100% = …− … × 100% = … %
𝑤1−𝑤𝑐𝑎𝑛 …− …
γdry Lapangan
Sampel 1 Sampel 2
W1 (gr)
W2 (gr)
W3 (gr)
W4 (gr)
w (%)
V (cm3)
𝑊1 = Berat toples kaca + berat cone + berat pasir (saat toples kaca masih
penuh dengan pasir
𝑊2 = Berat toples + berat cone + berat pasir yang tersisa dalam toples
𝑊3 = Berat sand cone
𝑊4 = Berat tanah hasil galian
𝑤 = Kadar air
𝑊1−(𝑊2+𝑊3)
𝑉 = Volume tanah =
𝛾𝑠𝑎𝑛𝑑
15.6.2. Perhitungan
Lakukan perhitungan:
Kadar Air
−𝑤1
𝑤 = 𝑤2 × 100% = …− … × 100% = … %
𝑤1−𝑤𝑐𝑎𝑛 …− …
γdry Lapangan
γdry field = massa jenis kering = (W4/V)/(1+W)
Derajat kepadatan
Derajat kepadatan = (γdry-field / γdry-lab) × 100%
BAB 16
FIELD - CALIFORNIA BEARING RATIO (FIELD - CBR)
Nilai CBR juga diartikan sebagai perbandingan antara kekuatan contoh tanah
dengan kepadatan tertentu dan kadar air tertentu terhadap kekuatan batu
pecah bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100,
didapatkan pada test compaction. Untuk mencari nilai CBR dipakai rumus :
Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.
𝑃 𝑀 (𝐿𝑅𝐶)
𝜎= = (16.2)
𝐴 𝐴
Dengan:
A = luas piston = 3 inch2
P = M× LRC
M = Pembacaan dial
LRC = faktor Kalibrasi = 10,4 lbs/div
Jika CBR lapangan dilakukan untuk tujuan evaluasi atau desain tanpa
memperhatikan kadar airnya, maka seharusnya pengujian CBR lapangan
dilakukan pada salah satu kondisi dibawah ini:
1. Derajat kejenuhan tanah tersebut (presentase rongga terisi air 80% atau
lebih).
2. Untuk material butiran kasar dan non plastis yang tidak memiliki pengaruh
besar ketika terjadi perubahan kadar air.
3. Tanah tidak dimodifikasi akibat aktivitas konstruksi selama dua tahun
sebelum pengujian. Pada kenyataannya, kadar air tidak konstan dan
berubah-ubah dalam jangka waktu yang sebentar.
12. Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga torak dalam keadaan
vertikal.
13. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris
dan tidak melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang
disyaratkan
14. Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah
torak penetrasi sehingga torak penetrasi tepat masuk kedalam lubang
keping beban tersebut.
15. Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian
rupa sehingga jarum pada dial penetrasi menempel pada keping
beban/plat baja.
BAB 17
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)
Untuk mengkorelasikan nilai DCP dengan nilai CBR, maka dapat digunakan
persamaan Log Model untuk beberapa jenis material tanah yang diuji oleh
penelitian sebelumnya (table 17.1.)
BAB 18
PLATE BEARING TEST
BAB 19
FIELD - PERMEABILITY (PERCOLATION TEST)
Dimana
pm = laju percolation (menit per
inch)
a = parameter pada tabel 2 (New
Jersey Department of
Environmental Protection)
BAB 20
FIELD - PERMEABILITY (FALLING HEAD TEST)
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan & Referensi
Berisi standar acuan yang digunakan dalam praktikum, baik standar ASTM,
AASHTO, dan SNI, serta referensi lain yang digunakan dalam pengerjaan
laporan praktikum ini.
II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
Berisi persiapan praktikum. Ditulis dalam format pelaporan (menggunakan
kalimat aktif). Persiapan praktikum dilaporkan berdasarkan hasil praktikum
yang dilakukan praktikan.
B. Jalannya Praktikum
Berisi jalannya praktikum. Ditulis dalam format pelaporan (menggunakan
kalimat aktif). Jalannya praktikum dilaporkan berdasarkan hasil praktikum
yang dilakukan praktikan.
B. Perhitungan
Berisi perhitungan data yang didapatkan dari praktikum. Data diolah
berdasarkan arahan dari asisten atau dari buku panduan praktikum.
Pengolahan data harus diasistensikan kepada asisten yang bersangkutan.
IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Berisi analisis percobaan/praktikum berdasarkan kegiatan praktikum yang
dilakukan. Analisis praktikum harus diasistensikan kepada asisten yang
bersangkutan.
C. Analisis Kesalahan
Berisi analisis kesalahan dari praktikum yang dilakukan. Analisis kesalahan
harus diasistensikan kepada asisten yang bersangkutan.
V. KESIMPULAN
Berisi kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan. Merupakan jawaban dari
tujuan praktikum. Ditulis dalam poin-poin dan harus diasistensikan kepada
asisten yang bersangkutan.
VI. LAMPIRAN
Berisi lampiran praktikum berupa foto alat dan bahan serta foto kegiatan
praktikum. Praktikan wajib berfoto ketika melakukan praktikum dan fotonya
wajib dilampirkan dalam laporan. Laporan diberikan judul gambar sehingga
mempermudah asisten dalam menganalisa gambar dalam lampiran.
1.5 cm
Contoh footer:
Judul praktikum, font times new roman, 12 pt, single spacing Nomor Halaman