Anda di halaman 1dari 201

BUKU PANDUAN

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2017
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Buku ini merupakan buku panduan untuk mahasiswa dalam melakukan praktikum
mekanika tanah. Buku panduan praktikum mekanika tanah ini dibagi menjadi 3
bagian:
 Bagian 1: Terdiri dari modul praktikum Mekanika Tanah Dasar. Praktikum
Mekanika Tanah Dasar mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks properti
fisik tanah, seperti pengujian batas cair, batas plastis, dan batas susut tanah,
pengujian berat jenis, ukuran butiran, pengujian CBR laboratorium, dan pengujian
koefisien permeabilitas tanah.
 Bagian 2: Terdiri dari modul praktikum Mekanika Tanah. Praktikum Mekanika
Tanah mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks properti mekanik tanah,
seperti pengujian kuat geser tanah, parameter konsolidasi; serta pengujian
lapangan seperti pengambilan sampel tanah tak terganggu dan pengujian sondir.
 Bagian 3: Terdiri dari modul praktikum Investigasi Geoteknik Lanjut. Praktikum
Investigasi Geoteknik Lanjut mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks
properti fisik tanah lanjutan, seperti pengujian pengembangan tanah, kerapatan
tanah di lapangan, dan pengujian CBR lapangan.

Buku panduan praktikum ini merupakan versi terbaru yang dibuat dengan beberapa
perubahan untuk mempermudah mahasiswa dalam melakukan praktikum mekanika
tanah, dari mulai tahap persiapan sampai dengan pengolahan data praktikum.
Diharapkan dengan diperbaharuinya buku panduan praktikum ini mahasiswa dapat
mengerti mengenai praktikum mekanika tanah serta dapat mengaplikasikannya dalam
dunia kerja di bidang teknik sipil.

Erly Bahsan, ST., M.Kom


Ahmad Syihan, ST.
©2015, Revisi 1 2017

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah i


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAGIAN 1
BAB 1 ATTERBERG LIMITS ................................................................................ 2
A. LIQUID LIMIT (BATAS CAIR) .................................................................... 2
B. PLASTIC LIMIT(BATAS PLASTIS) ............................................................ 10
C. SHRINKAGE LIMIT (BATAS SUSUT) ........................................................ 14
BAB 2 SPECIFIC GRAVITY ................................................................................ 20
BAB 3 HYDROMETER ....................................................................................... 29
BAB 4 SIEVE ANALYISIS .................................................................................. 41
BAB 5 COMPACTION ....................................................................................... 46
BAB 6 CALIFORNIA BEARING RATIO ................................................................. 56
BAB 7 PERMEABILITY ...................................................................................... 64
LAMPIRAN DATA PRAKTIKUM BAGIAN 1 ............................................................. 77

BAGIAN 2
BAB 8 HAND BORING & SAMPLING ................................................................... 87
BAB 9 CONE PENETRATION TEST (SONDIR) ....................................................... 93
BAB 10 TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED-UNDRAINED) TEST .......................... 104
BAB 11 CONSOLIDATION TEST ...................................................................... 120
BAB 12 DIRECT SHEAR TEST ......................................................................... 137
BAB 13 UNCONFINED COMPRESSION TEST ..................................................... 145

BAGIAN 3
BAB 14 SWELLING TEST ................................................................................ 160
BAB 15 SAND CONE TEST .............................................................................. 170
BAB 16 FIELD - CALIFORNIA BEARING RATIO (FIELD - CBR) ............................ 176

FORMAT LAPORAN MEKANIKA TANAH .............................................................. 181

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah ii


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAGIAN 1

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 1


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 1
ATTERBERG LIMITS

A. LIQUID LIMIT (BATAS CAIR)


1.1. Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit, and
Plasticity Index of Soils"
AASHTO T 89 "Determining the Liquid Limit of Soils"
SNI 1967:2008 "Cara uji penentuan batas cair tanah"

1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada liquid limit (batas cair) dari sampel tanah.

Hasil uji batas cair ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku
material dan sifatnya pada tanah kohesif, dimana konsistensi tanah
tergantung dari nilai batas cairnya. Disamping itu, nilai batas cair ini dapat
digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah yaitu nilai batas
cair dikurangi dengan nilai batas plastis.

1.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Alat Cassagrande
 Standard grooving tool
 Can
 Spatula
 Mangkuk porselin
 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Botol penyemprot

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak ± 1 kg
 Air suling

a b c d

Gambar 1.1 Peralatan praktikum liquid limit: a) Alat Cassagrande; b) Standard grooving
tool; c) can; d) Alat penyemprot

1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai kadar air dimana
sampel tanah yang telah dimasukkan pada alat cassagrande, dibuat celah di
tengahnya dengan standard grooving tool lalu alat cassagrande diputar
dengan kecepatan 2 ketukan per-detik dan tinggi jatuh 10 mm, sehingga pada
ketukan ke-25 sampel tanah yang digores dengan grooving tool merapat
sepanjang 0,5 inch.

Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan tertentu. Dalam
hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga keadaan, yaitu batas cair, batas plastis,
dan batas susut dari tanah, atau secara skematis diwakili pada sebuah
diagram yaitu:

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 3


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Cair Plastis Semi Plastis Solid


BATAS CAIR BATAS PLASTIS BATAS SUSUT

Gambar 1.2 Diagram Atterberg Limits

Semakin ke kanan diagram di atas, kadar airnya semakin sedikit. Batas cair
ini ditentukan dengan percobaan memakai alat percobaan liquid limit. Alat ini
dikembangkan oleh Cassagrande dan besarnya batas cair ditentukan pada
ketukan ke-25.

−𝑤2
𝑊 = 𝑤1 × 100% (1.1)
𝑤2−𝑤3

dengan :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can

1.5. Prosedur Praktikum


1.5.1. Persiapan
1. Siapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM, dengan kondisi kering udara.
2. Pastikan kebersihan alat–alat.
3. Kalibrasi timbangan yang akan digunakan.
4. Siapkan botol penyemprot dan air suling.
5. Siapkan dan keringkan can yang diperlukan.

1.5.2. Jalannya Praktikum


1. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
campur dengan air suling dan aduk dengan spatula hingga tanah menjadi
homogen.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 4


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk cassagrande selapis demi


selapis dan diusahakan tidak ada udara di antara setiap lapisan dengan
spatula. Tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih hingga setebal 0.5
inch pada bagian tengahnya.
3. Buat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk cassagrande dengan
menggunakan grooving tool dalam arah tegak lurus mangkuk, dilakukan
dengan hati–hati agar tidak terjadi retak pada bagian bawahnya (gambar
1.3).

Gambar 1.3 Membuat celah dengan grooving tool

4. Jalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran per-detik


dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat sepanjang
0.5 inch. Pada saat itu hentikan alat cassagrande dan catat jumlah
ketukan (gambar 1.4).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 5


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.4 Tanah yang merapat sepanjang ½ inch

5. Timbang can terlebih dahulu, lalu ambil sebagian tanah dalam mangkuk
cassagrande dan masukkan ke dalam can dan kemudian timbang berat
can + tanah. Terakhir, masukkancan + tanah ke dalam oven.
6. Ulangi seluruh langkah di atas untuk lima sampel dan dengan nilai ketukan
antara 10 hingga 50 ketukan, hal ini dibantu dengan cara menambahkan
air suling atau menambahkan tanah.
7. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, keluarkan sampel tanah dari
oven dan timbang kembali.
8. Hitung kadar airnya.

1.5.3. Perbandingan dengan ASTM


Pada ASTM jumlah ketukkan adalah antara 25 – 35 ketukan, sedangkan pada
percobaan ini jumlah ketukan adalah antara 10 – 50 ketukkan, hingga tanah
merapat sepanjang 0.5 inch.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 6


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.6. Pengolahan Data


1.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

1.6.2. Perhitungan

I II III IV V

Jumlah ketukan 1… 2… 3… 4… 5…
Berat tanah basah + can … … … … …
Berat tanah kering + can … … … … …
Berat can … … … … …
Berat tanah kering … … … … …
Berat air … … … … …
Kadar air …% …% …% …% …%
Kadar air rata-rata …%

Menentukan nilai Liquid Limit


Cara 1
Batas cair didapat dengan menarik garis vertikal pada N = 25 sampai
memotong grafik. Regresi logarithmic antara N (jumlah ketukan) dengan W
(kadar air):

N(x) 1… 2… 3… 4… 5…

W(y) …% …% …% …% …%

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 7


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

82
81
80
79

W (%)
78
77
y = … Ln(x) + …
76
75
74
0 10 20 30 40 50 60

Jumlah ketukan

Gambar 1.5 Contoh grafik untuk menentukan liquid limit

Dari grafik di atas, didapat persamaan kurva: y = …Ln(x) + …


maka untuk N = 25 Liquid Limit = …Ln(25) + … = … %

Cara 2
Dengan rumus:
𝑁 0.121
𝐿𝐿 = 𝑊𝑛 ( )25 (1.2)

keterangan:
LL = liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan

LL1 = … %
LL2 = … %
LL3 = … %
LL4 = … %
LL5 = … %

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 8


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

No. Can Jumlah ketukan Wn (%) LL (%)

1 1… …% …%
2 2… …% …%
3 3… …% …%
4 4… …% …%
5 5… …% …%
LLrata-rata = …%

LLcara1  LLcara2
Kesalahan relatif = 100% = … %
LLcara1

Menentukan harga Flow Index (FI)


Untuk mendapatkan harga Flow Index (FI) ialah dengan menarik garis lurus
sehingga memotong sumbu pada ketukan ke-10 dan ketukan ke-100.

Kadar air untuk N = 10; W = … Ln(10) + … = … %

Kadar air untuk N = 100; W = … Ln(100) + … = … %

FI = WN=100 – WN=10 (1.3)

=…

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 9


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

B. PLASTIC LIMIT(BATAS PLASTIS)


1.1. Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit, and
Plasticity Index of Soils"
AASHTO T 90"Determining The Plastic Limit and Plasticity Index Of Soils"
SNI 1966:2008 "Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah"

1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada batas plastis (plastis limit) dari sebuah sampel tanah
atau untuk menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan
plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah.

1.3. Alat-alat dan Bahan:


a. Alat
 Pelat kaca
 Container
 Spatula
 Mangkuk porselin
 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM
 Air suling

1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan:


Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan sebagai kadar air pada batas
dimana sampel tanah digulung pada pelat kaca hingga mencapai diameter
kurang lebih ⅛ inch (3.2 mm) dan tanah tersebut tepat retak–retak halus.
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 10


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

IP = LL – PL (1.4)

Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas plastis
dan batas cair. Rumus yang digunakan sama seperti persamaan (1.1):

𝑤1 − 𝑤2
𝑊= × 100%
𝑤2 − 𝑤3

dengan:
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + container
w2 = berat tanah kering + container
w3 = berat container

1.5. Prosedur Praktikum


1.5.1. Persiapan
1. Bersihkan alat–alat yang akan digunakan.
2. Siapkan botol penyemprot dan air suling.
3. Siapkan tanah lolos saringan No.40 ASTM.
4. Timbang berat kedua container.

1.5.2. Jalannya Praktikum


1. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
campur dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga homogen.
2. Ambil sampel tanah tersebut sedikit lalu gulung di atas pelat kaca sampai
berdiameter ⅛ inch. Bila kadar air berlebih, pada waktu sampel tanah
mencapai diameter ⅛ inch tidak terjadi retak–retak, maka percobaan ini
harus diulang kembali dengan menambahkan sampel tanah. Sedangkan
bila kadar air kurang, sampel tanah akan retak-retak sebelum mencapai
diameter ⅛ inch. Percobaan ini harus diulang kembali dengan

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 11


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

menambahkan air sehingga sampel tanah tepat retak–retak pada waktu


mencapai diameter ⅛ inch (gambar 1.5)

Gambar 1.6 Proses menggulung sampel tanah

3. Masukkan sampel tanah yang mulai retak–retak halus pada diameter ⅛


inch ke dalam dua container yang sudah ditimbang beratnya. Berat
container + tanah minimum adalah 15 gram.
4. Tutup container secepatnya agar kadar air tidak berkurang karena
penguapan. Kemudian timbang container yang telah berisi tanah tersebut.
5. Masukkan container dalam keadaan terbuka ke dalam oven berisi tanah
yang telah ditimbang selama kurang lebih 18 jam.
6. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, keluarkan lalu timbang container
berisi tanah tersebut guna mencari kadar airnya. Pada saat menghitung
kadar air ini jangan lupa tambahkan berat penutup container agar berat
total container seperti pada saat menimbang berat tanah basah
sebelumnya.

1.5.3. Perbandingan dengan ASTM


 Pada percobaan, waktu penggulungan tanah tidak ditentukan, sedangkan
pada ASTM waktu penggulungan tanah maksimum adalah dua menit.
 Pada percobaan, setelah tanah digulung dan terjadi retak–retak, maka
tanah tersebut dibagi menjadi dua bagian sama besar dan dimasukkan ke
dalam container. Sedangkan pada ASTM, tanah yang telah digulung akan

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 12


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

diremukkan kembali dan digulung kembali sampai sampel tanah tersebut


sukar untuk digulung kembali.

1.6. Pengolahan Data


1.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

1.6.2. Perhitungan :
Can No. 1 2

Berat tanah basah + Can w1 (gr) … …


Berat tanah kering + Can w2 (gr) … …
Berat Can w3 (gr) … …
Berat tanah kering w2 – w3 (gr) … …
Berat air w1 – w2 (gr) … …
w1 w2
Kadar air W= x100% …% …%
w2  w3
Kadar airrata–rata (plastic limit) …

Plastic Index (Rumus 1.4)

IP = LL – PL
IP = …

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 13


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C. SHRINKAGE LIMIT (BATAS SUSUT)


1.1. Standar Acuan
ASTM D 427 "Standard Test Method for Shrinkage Factors of Soils by the
Mercury Method"
AASHTO T 92 "Standard Method of Test for Determining the Shrinkage
Factors of Soils"
SNI 3422:2008 "Cara uji penentuan batas susut tanah"

1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah.

1.3. Alat-alat dan Bahan:


a. Alat
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Coated dish
 Shrinkage dish

b. Bahan
 Air Raksa
 Sampel tanah lolos saringan no. 40 ASTM, kering oven
 Vaselin

a c

Gambar 1.7 Peralatan praktikum shrinkage limit: a) Shrinkage dish; b) Coated dish; c) Air
Raksa

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 14


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan:


Shrinkage limit adalah kadar air pada batas keadaan semi plastis dan beku. Di
dalam laboratorium, shrinkage limit didefinisikan sebagai batas dimana tidak
akan terjadi perubahan volume pada massa tanah, apabila kadar airnya
dikurangi. Pada tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti perubahan volume.
Batas susut ditunjukkan dengan kadar air tanah pada tahap mengering dan
tidak terdapat perubahan/pengurangan volume. Rumus yang digunakan:

(𝑤𝑤−𝑤𝑑)−(𝑉𝑤−𝑉𝑑) 𝜌𝑤
𝑆𝐿 = × 100% (1.6)
𝑤𝑑

dengan :
ww = berat tanah basah
wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
ρw = berat jenis air = 1 gram/cm3

𝑆𝑅 = 𝑤𝑑 × 100% (1.7)
𝑉𝑑

1.5. Prosedur Praktikum


1.5.1. Persiapan
1. Siapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM kering udara.
2. Siapkan air suling dan botol penyemprot.
3. Timbang coated dish atau container yang diperlukan.

1.5.2. Jalannya Praktikum


1. Masukkan butiran tanah ke dalam mangkuk porselin dan beri air suling
secukupnya kemudian aduk dengan spatula hingga homogen.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 15


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Perlakukan sampel tanah yang sudah homogen tersebut seperti pada


langkah-langkah percobaan liquid limit, usahakan tanah telah merapat
sepanjang 0.5 inch pada kisaran 20-25 ketukan.
3. Ambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut ke dalam coated dish
yang sudah diolesi vaseline. Jangan lupa untuk mengetuk-ngetuk coated
dish agar sampel tanah mengisi penuh seluruh bagian coated dish dan
permukaannya rata.
4. Timbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
5. Ulangi percobaan tersebut sebanyak dua kali.
6. Diamkan coated dish dan sampel tanah di udara terbuka kurang lebih
selama 18 jam agar tidak mengalami retak-retak akibat pemanasan secara
tiba-tiba.
7. Setelah 18 jam, masukkan sampel tanah ke dalam oven.
8. Setelah sekitar 18–24 jam di oven, keluarkan coated dish dan tanah kering
dari oven. Timbangnya lagi, dan kemudian hitung volume tanah basah
dan volume tanah kering.

* Hitung volume tanah basah:


 Timbang coated dish (w1).
 Masukkan raksa ke dalam coated dish sampai penuh, lalu ratakan
permukaan raksa dengan pelat kaca agar sejajar dengan pinggiran coated
dish.
 Kemudian timbang coated dish beserta isinya (w2).
 Volume tanah basah adalah:

𝑤𝐻𝑔 𝑤2−𝑤1
𝑉𝑤 = = (1.8)
𝜌𝐻𝑔 𝜌𝐻𝑔

** Hitung volume tanah kering:


 Masukkan raksa ke dalam shrinkage dish sampai penuh dan ratakan
dengan pelat kaca.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 16


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Timbang shrinkage dish beserta isinya sehingga diperoleh berat air raksa
dalam shrinkage dish (wHg+S)
 Celupkan sampel tanah kering ke dalam shrinkage dish yang berisi raksa
dengan menekannya secara hati–hati dengan pelat kaca berkaki tiga
sehingga permukaan sampel tanah benar–benar berada tepat di
permukaan air raksa. Sebagian raksa akan tumpah keluar. Proses ini
disebut sub-merging soil cake (gambar 1.6).

Gambar 1.8 Proses sub-merging soil cake

 Keluarkan sampel tanah dan timbang kembali shrinkage dish + raksa yang
tersisa (wHg)
 Volume tanah kering adalah:

𝑤𝐻𝑔+𝑠 − 𝑤𝐻𝑔
𝑉𝑤 = (1.9)
𝜌𝐻𝑔

1.5.3. Perbandingan dengan ASTM


 Pada percobaan di dalam laboratorium, coated dish yang telah diolesi
vaselin dan diisi tanah diketuk–ketuk agar tidak tersisa gelembung udara
di dalamnya. Sedangkan menurut standar ASTM D-427, coated dish hanya
digoyang–goyangkan.
 Pada metode ASTM alat yang dipakai untuk menampung tanah adalah
mangkuk porselin yang mempunyai diameter ±1.75 inch dan tinggi ±0.5
inch, sedangkan dalam percobaan di dalam laboratorium dipakai coated
dish.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 17


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.6. Pengolahan Data


1.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

1.6.2. Perhitungan :

No. coated dish 1 2

Berat tanah basah + coated dish ww+c(gr) … …


Berat coated dish wc (gr) … …
Berat tanah basah ww = ww+c - wc (gr) … …
Berat tanah kering + coated dish wd+c (gr) … …
Berat tanah kering wd = wd+c - wc (gr) … …
Berat raksa + coated dish wHg+c (gr) … …
Berat raksa wHg (gr) … …
Volume tanah basah ( Vw ) wHg/ 13.53 … …
Berat raksa + shrinkage dish wHg+s (gr) … …
Berat raksa + shrinkage dish (setelah sub- … …
w’Hg+s (gr)
merging soil cake)
Berat raksa yang dipindahkan (wHg+s)–(w’Hg+s) … …
Volume tanah kering ( Vd ) (w’Hg) / 13.53 … …
Shrinkage Limit SL … …
Shrinkage Ratio SR … …

KeKeterangan :
Shrinkage Limit (SL)dish 1 =
ww  wd   Vw Vd w
100%
wd
...  ... ...  ...1 100%
=
...
= …

wd
Shrinkage Ratio (SR)dish 1 = 100%
Vd
...
= 100%
...
= …

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 18


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Shrinkage Limit (SL)dish 2 =


ww  wd   Vw Vd w
100%
wd
...  ... ...  ...1 100%
=
...
= …

wd
Shrinkage Ratio (SR)dish 2 = 100%
Vd
...
= 100%
...
= …

SLdish1  SLdish2
Shrinkage Limit (SL)rata-rata =
2
...  ...
=
2
= …

SRdish1  SRdish2
Shrinkage Ratio (SR)rata-rata =
2
...  ...
=
2
= …

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 19


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 2
SPECIFIC GRAVITY

2.1. Standar Acuan


ASTM D 854 "Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil Solids by
Water Pycnometer"
AASHTO T 100 "Specific Gravity of Soils"
SNI 1964:2008 "Cara Uji Berat Jenis Tanah"

2.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mendapatkan nilai specific gravity dari butiran tanah, yaitu perbandingan
berat isi tanah dan berat isi air suling pada suhu 20°C.

Specific gravity pada tanah dapat digunakan untuk menghitung hubungan


pada fase tanah, seperti angka pori (void ratio), derajat kejenuhan (degree of
saturation), serta densitas dari tanah.

2.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Pycnometer dengan volume 500 ml
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
 Oven
 Kompor Listrik
 Termometer
 Can
 Alat Penyemprot

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 sebanyak 500 gram, kering oven
 Air suling

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 20


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

d
b c

a e

Gambar 2.1 Peralatan praktikum specific gravity: a) Termometer; b) Can; c) Alat


penyemprot; d) Pycnometer; e) Kompor listrik

2.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Specific gravity pada tanah didefinisikan sebagai berat jenis tanah
dibandingkan dengan berat jenis air suling pada suhu 4°C, dengan persamaan
sebagai berikut:
𝛾𝑠
𝐺𝑠 = (2.1)
𝛾𝑤

Dimana:
Gs = specific gravity
𝛾𝑠 = berat jenis tanah
𝛾𝑤 = berat jenis air

Untuk tanah, berat jenisnya merupakan perbandingan antara berat tanah


dengan volume tanah:
𝑤𝑠
𝛾𝑠 = (2.2)
𝑉𝑠

Dimana:
ws = berat tanah
Vs = volume tanah

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 21


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Untuk air, berat jenisnya didefinisikan sebagai berikut:


𝑤𝑤
𝛾𝑤 = (2.3)
𝑉𝑤

Dimana:
𝑤𝑤 = berat air
𝑉𝑤 = volume air

Dalam percobaan, volume tanah (Vs) selalu harus diusahakan sama dengan
volume air (Vw), sehingga Vw = Vs dan persamaan 2.1. menjadi sebagai
berikut:
𝑤𝑠
𝐺𝑠 = (2.4)
𝑤𝑤

Percobaan specific gravity ini dilakukan pada kondisi suhu T°C, sehingga nilai
tersebut harus dikoreksi dengan faktor koreksi α, sehingga rumus 2.4 tersebut
menjadi:
𝑮𝒔 = 𝜶 𝒘𝒔 (2.5)
𝒘𝒘

Dimana:
𝑤𝑠 = berat tanah
𝑤𝑤 = berat air
𝛼 = faktor koreksi suhu T°C yang berhubungan dengan temperatur
ruangan pada saat percobaan

Tabel 2.1 berikut merupakan faktor koreksi suhu (𝛼) yang digunakan
berdasarkan acuan standar SNI 1964:2008.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 22


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Hubungan kerapatan relatif air dan faktor koreksi suhu
Temperatur Hubungan Kerapatan Faktor Koreksi
No.
(°C) Relatif Air Suhu, α
1 18 0.9986244 1.0004
2 19 0.9984347 1.0002
3 20 0.9982343 1.0000
4 21 0.9980233 0.9998
5 22 0.9978019 0.9996
6 23 0.9975702 0.9993
7 24 0.9973286 0.9991
8 25 0.9970770 0.9989
9 26 0.9968156 0.9986
10 27 0.9965451 0.9983
11 28 0.9962652 0.9980
12 29 0.9959761 0.9977
13 30 0.9956780 0.9974
Sumber: SNI 1964:2008

Nilai Gs pada umumnya yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah hasil
percobaan benar atau tidak adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Nilai Gs beberapa jenis tanah


TIPE TANAH GS
Pasir 2.65 - 2.67
Pasir kelanauan 2.67 - 2.70
Lempung anorganik 2.70 - 2.80
Tanah dengan mika dan besi 2.75 - 3.00
Tanah organik 1.0+ - 2.60
Sumber: Bowles (2001)

2.5. Prosedur Praktikum


2.5.1. Persiapan
1. Siapkan pycnometer yang telah dibersihkan dan dikeringkan.
2. Untuk bahan uji digunakan sampel tanah sebanyak 500 gram lolos
saringan No. 4 ASTM dan sudah dikeringkan dalam oven selama ± 24 jam
dengan temperatur 110° ± 5°C (230 ± 9° F).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 23


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2.5.2. Jalannya Praktikum


1. Isi pycnometer dengan air suling sebanyak 500 ml dan timbang beratnya
sehingga didapatkan berat air dan berat pycnometer (wbw).
2. Catat suhu air dalam pycnometer dengan menggunakan termometer.
3. Kembalikan air dalam pycnometer ke dalam wadah awalnya, kemudian
bersihkan dan keringkan kembali pycnometer.
4. Masukkan sampel tanah sebanyak 100 gram ke dalam pycnometer secara
hati-hati (diusahakan tidak ada butiran tanah yang menempel pada
dinding leher pycnometer karena akan mengurangi volume tanah).
5. Isi kembali pycnometer dengan air suling hingga ± 2 3 bagian volumenya.

6. Diamkan pycnometer berisi tanah yang sudah terendam dengan air suling
selama 24 jam atau lebih,
7. Panaskan pycnometer untuk menghilangkan udara yang terperangkap
dalam tanah pada pycnometer dengan cara dididihkan ± 10 menit
(gunakan kompor listrik).
8. Diamkan pycnometer selama ± 15 jam agar suhu air akhir diharapkan
sama dengan suhu air awal. Setelah didiamkan, tambahkan air hingga
mencapai batas pada pycnometer.
9. Catat kembali suhu yang terjadi setelah didiamkan selama ± 15 jam
dengan menggunakan termometer. Apabila suhu akhir sudah sama
dengan suhu awal air, timbang kembali pycnometer berisi air dan tanah
tersebut sehingga didapatkan berat pycnometer + berat air + berat tanah
(wbws).

2.5.3. Perbandingan dengan ASTM


Alat dan bahan yang digunakan pada prosedur ASTM D 854-58:
 Pycnometer yang digunakan dapat berupa botol labu dengan volume100
ml atau stop erred bottle dengan volume 50 ml.
 Sampel tanah yang digunakan adalah seberat 25 gram untuk botol labu
dan 10 gram untuk stoperred bottle.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 24


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Jalannya percobaan menurut prosedur ASTM:


1. Pycnometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian dicatat beratnya.
2. Pycnometer diisi dengan air suling (dianjurkan memakai kerosin) dan
ditimbang beratnya (wbw).
3. Dibuat tabel untuk wbw pada beberapa suhu air yang diinginkan.
4. Sampel tanah dimasukkan ke dalam botol labu/stoperred bottle yang
berisi air suling/kerosin.
5. Udara yang terperangkap di dalamnya dapat dihilangkan dengan cara:
 Dididihkan
 Diberi tekanan udara
6. Pycnometer diisi dengan air suling kembali sampai penuh.
7. Berat botol labu/stoperred bottle yang telah berisi tanah dihitungdan
dicatat suhunya.

Perbedaan antara prosedur praktikum dengan prosedur ASTM:


 Volume pycnometer yang digunakan adalah 500 ml.
 Banyaknya percobaan yang dilakukan bukan berdasarkan suhu air yang
diinginkan tetapi berdasarkan jumlah sampel yang diinginkan.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 25


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2.6. Pengolahan Data


2.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

2.6.2. Perhitungan

𝒘𝒘 = 𝒘𝒔 + 𝒘𝒃𝒘 − 𝒘bws (2.6)

Dimana:
Ww = berat air
ws = berat tanah = 100 gram
wbw = berat pycnometer + air 500 ml
wbws = berat pycnometer + air + tanah setelah didinginkan

𝑤𝑠
𝐺𝑠 = 𝛼
𝑤𝑤

Sampel 1
Ww = ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

𝑤𝑠
Gs =𝛼
𝑤𝑤

= ... x …

= ...

Sampel 2
Ww = ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 26


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
𝑤𝑠
Gs =𝛼
𝑤𝑤

= ... x …

= ...

Sampel 3
Ww = ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

𝑤𝑠
Gs =𝛼
𝑤𝑤

= ... x …

= ...

Sampel 4
Ww = ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

𝑤𝑠
Gs =𝛼
𝑤𝑤

= ... x …

= ...

Nilai specific gravityrata-rata


̅𝐺̅̅ = ∑ 𝐺𝑠 = ⋯
𝑠 𝑛

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 27


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Kesalahan Relatif
Sampel 1
|𝐺𝑠1 −𝐺 ̅𝑠|
𝑋1 = ̅𝐺𝑠̅ ̅

𝑋1 = ⋯ %

Sampel 2
|𝐺𝑠2 −̅𝐺̅𝑠|
𝑋2 = 𝐺̅̅𝑠̅

𝑋2 = ⋯ %

Sampel 3
|𝐺𝑠3 −̅𝐺̅𝑠|
𝑋3 = 𝐺̅̅𝑠̅

𝑋3 = ⋯ %

Sampel 4
|𝐺𝑠4 −̅𝐺̅𝑠|
𝑋4 = 𝐺̅̅𝑠̅

𝑋4 = ⋯ %

Kesalahan Relatifrata-rata
𝑋1+𝑋2+𝑋3+𝑋4
𝑋̅ =
4

𝑋̅ = ⋯ %

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 28


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 3
HYDROMETER

3.1. Standar Acuan


ASTM D 421 "Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for
Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants "
ASTM D 422 "Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils"
AASHTO T 88 "Standard method of test for particle size analysis of soils"
SNI 3423:2008 “Cara uji analisis ukuran butir tanah"

3.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter yang lebih
kecil dari 0.074 mm (lolos saringan No. 200 ASTM) dengan cara pengendapan
(hydrometer analysis).

3.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Hydrometer (tipe 152 H)
 Hydrometer jar (1000 ml)
 Gelas ukur
 Stopwatch
 Pengaduk mekanis (mixer)
 Oven
 Termometer Celcius
 Gelas belimbing
 Saringan No. 200 ASTM
 Timbangan (ketelitian 0.01 gram)

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM, masing – masing 50
gram(untuk 3 sampel)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 29


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Larutan pendispersi 4% (water glass)

b e

h
d
g i j
a f

Gambar 3.1 Peralatan praktikum hydrometer: a) Gelas mixer; b) Hydrometer jar;


c) Termometer; d) Stopwatch; e) Gelas ukur; f) Hydrometer 152H; g) Alat penyemprot;
h) Waterglass; i) Gelas belimbing; j) Mixer

3.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu
butiran di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat
jenis larutan dan kepekaan larutan tersebut. Hubungan tersebut dapat
dijabarkan oleh hukum Stokes sebagai:
2𝛾𝑠−𝛾𝑤 𝐷 2
𝜈= ( )
9𝜂 2

menjadi
9.𝜂.𝜈
𝐷 = 2√
2𝛾𝑠−𝛾𝑤
(3.1)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 30


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dengan:
V = kecepatan jatuh dari butiran ( cm/s )
γS = berat jenis butiran ( gr/cm3 )
γW = berat jenis larutan ( gr/cm3 )
η = kepekatan larutan ( dyne.s/cm2 )
D = diameter butiran ( cm )

Batasan dari Hukum Stokes:


 Hukum ini hanya berlaku jika: 0.0002 mm < D < 0.2 mm.
 Butiran yang lebih besar dari 0.2 mm akan menyebabkan turbulensipada
larutan, sedangkan butiran yang lebih dari 0.0002 mm cenderungakan
melakukan gerak Brown (hal ini dipengaruhi oleh gaya tarik dantolak antar
partikel).
 Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih sedikit dari
padabutiran yang dipakai (±5 %) ini dilakukan agar tidak terjadi
interferensiselama pengendapan berlangsung. Menurut Bowles,
hydrometer tipe152 H dikalibrasi untuk suspensi larutan yang
mengandung 60 gramdalam 1000 ml air.
 Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini tidak 100
%benar. Tanah–tanah yang akan dipakai harus diuraikan dengan
bahandispersi berikut:
 untuk tanah yang bersifat alkali/basa diberi sodium metafosfat
(NaPO3) dengan nama dagang Calgon.
 untuk tanah yang bersifat asam diberi sodium silikat (Na2SiO3)dengan
nama dagang WaterGlass.

Kecepatan jatuh butiran:


𝜈 =𝐿 (3.2)
𝑡

𝐿 = 𝐿1 + 0.5 (𝐿2 − 𝑉𝑏/A) (3.3)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 31


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dengan:
v = kecepatan jatuh dari butiran.
L = tinggi jatuh butiran
T = waktu
Vb = volume Bulb Hydrometer
A = luas penampang Hydrometer
L1 = dapat dilihat pada tabel 3.5 sesuai pembacaanhydometer tipe 152 H
dan dikoreksi terhadap miniskus

Untuk yang sudah dikoreksi :

𝑅𝐶 = 𝑅𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 + 𝑍𝑒𝑟𝑜 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 + CT (3.4)

dengan:
CT = koreksi terhadap temperatur yang dapat dilihat pada tabel 3.3

untuk GS = 2.65 rumus yang digunakan :

% 𝑓𝑖𝑛𝑒𝑟 = 𝑅𝐶 × 100% (3.5)


𝑊𝑠

sedangkan untuk Gs ≥ 2.65 :

×𝑎
% 𝑓𝑖𝑛𝑒𝑟 = 𝑅𝐶 × 100% (3.6)
𝑊𝑠

𝐺𝑠 . 1.65
Dimana: 𝑎= (3.7)
(𝐺𝑠−1) 2.65

atau harga a dapat dilihat dalam tabel 3.2

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 32


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Untuk memudahkan perhitungan :


30.𝜂 𝐿
𝐷=√
(𝐺𝑠−𝐺𝑤)980 𝑡

menjadi

𝐷 = 𝐾√𝐿 (3.8)
𝑡

keterangan :
- satuan dalam L (cm) dan t (menit)
- koefisien K dapat dilihat pada tabel 3.2

Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihitung, maka didapatsuatu
grafik distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat D10, D30 dan D60.
 D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak10%
(%finer = 10%)
 D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak30%
(%finer = 30%)
 D60 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak60%
(%finer = 60%)

Sehingga koefisien keseragaman (CU) kita bisa dapatkan dengan rumus:

𝐷60
𝐶𝑈 = (3.9)
𝐷10

Definisi koefisien keseragaman untuk beberapa nilai:


CU = 1 , tanah yang hanya memililki satu ukuran butiran
2 < CU< 3 , tanah yang gradasinya sangat buruk
CU > 15 , tanah bergradasi baik

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 33


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Selain itu koefisien curvature (kelengkungan) CC kita bisa dapatkan


denganrumus:

𝐷302
𝐶𝐶= (3.10)
𝐷10×𝐷60

1 < CC < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah yang bergradasi baik.

Berikut merupakan tabel yang digunakan pada perhitungan analisis butiran


metode hidrometer. Semua tabel (3.1–3.5) bersumber dari “Engineering
Properties of Soil and Their Measurement” (Bowles, 2001).

Tabel 3.1 Properti dari air suling Tabel 3. 2 Faktor Tabel 3.3 Faktor
(η = absolut) koreksi α untuk Gs tanah koreksi temperatur, CT
Temp. Unit weight Viscosity Gs of soil Correction Temp. CT
(°C) of water, of water, solids factor α (°C)
g/cm3 poise*
4 1.00000 0.01567 2.85 0.96 15 1.10
16 0.99897 0.01111 2.80 0.97 16 -0.90
17 0.99880 0.01083 2.75 0.98 17 -0.70
18 0.99862 0.01056 2.70 0.99 18 -0.50
19 0.99844 0.01030 2.65 1.00 19 -0.30
20 0.99823 0.01005 2.60 1.01 20 0.00
21 0.99802 0.00981 2.55 1.02 21 +0.20
22 0.99780 0.00958 2.50 1.04 22 +0.40
23 0.99757 0.00936 23 +0.70
24 0.99733 0.00914 24 +1.00
25 0.99708 0.00894 25 +1.30
26 0.99682 0.00874 26 +1.65
27 0.99655 0.00855 27 +2.00
28 0.99627 0.00836 28 +2.50
29 0.99598 0.00818 29 +3.05
30 0.99568 0.00801 30 +3.80

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 34


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 3.4 Nilai K* untuk beberapa nilai Gs tanah dan temperaturnya

Temp. (°C) Gs of Soil Solids


2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136
17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134
18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132
19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131
20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.0133 0.0131 0.0129
21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127
22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0130 0.0128 0.0126
23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124
24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123
25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122
26 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120
27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119
28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117
29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.012 0.0118 0.0116
30 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115

Tabel 3.5 Nilai L (kedalaman efektif) yang digunakan pada rumus Stokes untuk diameter
partikel pada alat hidrometer 152 H berdasarkan ASTM

Original Original Original


hydrometer hydrometer hydrometer
reading Effective reading Effective reading Effective
(corrected depth L, cm (corrected depth L, cm (corrected depth L, cm
for meniscus for meniscus for meniscus
only) only) only)
0 16.3 21 12.9 42 9.4
1 16.1 22 12.7 43 9.2
2 16.0 23 12.55 44 9.1
3 15.8 24 12.4 45 8.9
4 15.6 25 12.2 46 8.8
5 15.5 26 12.0 47 8.6
6 15.3 27 11.9 48 8.4
7 15.2 28 11.7 49 8.3
8 15.0 29 11.5 50 8.1
9 14.8 30 11.4 51 7.9
10 14.7 31 11.2 52 7.8
11 14.5 32 11.1 53 7.6
12 14.3 33 10.9 54 7.4
13 14.2 34 10.7 55 7.3
14 14.0 35 10.5 56 7.1
15 13.8 36 10.4 57 7.0
16 13.7 37 10.2 58 6.8
17 13.5 38 10.1 59 6.6
18 13.3 39 9.9 60 6.5
19 13.2 40 9.7
20 13.0 41 9.6

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 35


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3.5. Prosedur Praktikum


3.5.1. Persiapan
1. Siapkan sampel tanah sebanyak 50 gram kering oven.
2. Timbang 40 gram water glass sebagai bahan dispersi danmasukkan water
glass ke dalam hydrometer jar, kemudiancampur dengan air suling hingga
mencapai 1000 ml, diaduk hinggahomogen. Campuran ini kemudian
disebut sebagai larutan dispersi.
3. Tuang larutan dispersi sebanyak 125 ml ke dalam gelasbelimbing yang
sudah berisi tanah sebanyak 50 gram dandiamkan selama ± 18 jam.
4. Siapkan satu tabung silinder (1000 ml), kemudian masukkan125 ml
larutan dispersi dan tambahkan air suling hingga 1000 mlke dalam tabung
silinder, tabung ini berfungsi sebagai tabung kontrol.

3.5.2. Jalannya Praktikum


1. Periksa koreksi miniskus dan koreksi nol pada alat hydrometer tipe152 H
dengan jalan memasukkannya ke dalam tabung kontrol dancatat
pembacaannya.
2. Masukkan campuran tanah dan larutan dispersi yang telah direndam
selama ± 18 jam ke dalam mixer cup dan kemudian tambahkan sejumlah
air suling dengan pipet sehingga mencapai kurang lebih 2/3 dari mixer
cup. Kemudian aduk selama kurang lebih 10 menit.
3. Pindahkan campuran dari mixer cup ke dalam hydrometer jar lalu
tambahkan air suling hingga mencapai 1000 ml.
4. Tutup tabung dengan karet penutup dan mengocoknya secara horizontal
selama kurang lebih satu menit, sampai homogen (gambar 3.1).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 36


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 3.2 Proses pengadukan hydrometer jar

5. Segera setelah tabung diletakkan, masukkan hydrometer tipe 152 H


(lakukan dengan hati-hati seperti gambar 3.2). Baca hydrometer (R1) tepat
pada menit pertama, lalu pada menit kedua kembali membaca hydrometer
(R2) kemudian angkat kembali hydrometer.

Gambar 3.3 Cara memasukkan hydrometer yang benar (tidak dilepas tiba-tiba)

6. Pada menit yang ke-2.5, masukkan kembali hydrometer dan baca kembali
skalanya hingga menit keempat (R4).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 37


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

7. Kembali melakukan pembacaan hidrometer untuk menit ke-8, 15, 30, 60,
120, 240, 960 dan 1440.
8. Pada tiap pembacaan hydrometer, suhu pada tabung control selalu dibaca.
9. Ulangi langkah 1 sampai 8 untuk beberapa sampel, sebaiknya rentang
antara setiap pembacaan menit ke-1 untuk seluruh sampel adalah 10
menit (misal: R1 sampel no. 1 adalah pada pukul 10.00, maka R1 sampel
no. 2 adalah pada pukul 10.10, dan seterusnya).
10. Setelah seluruh sampel sudah dilakukan pencatatan, tuang larutan setiap
sampel ke saringan No. 200 ASTM (jangan dicampur). Butiran tanah yang
tertahan pada saringan ini selanjutnya akan dipakai pada percobaan Sieve
Analysis.

3.5.3. Perbandingan dengan ASTM


Pada prosedur ASTM, pembacaan hydrometer tidak dilakukan pada menit ke-
120, 240, 480 dan 960.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 38


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3.6. Pengolahan Data


3.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

3.6.2. Perhitungan:
Sampel No. 1
Dari percobaan Specific Gravity didapat Gs= ...
Dari tabel 3.2., a = ...
Berat tanah Ws = 50 gram
Koreksi nol = ...
Koreksi miniskus = ...

Contoh perhitungan pada pembacaan menit pertama:


T = 29°C → CT dari tabel 3.3 →...
Ra (Actual Hydrometer Reading) = R1 = ...
Rc (Correction Hydrometer Reading) = Ra - koreksi nol + CT
= ... - ... + ...
= ...
% 𝑓𝑖𝑛𝑒𝑟 = 𝑅𝐶×𝑎 × 100% = …×… × 100%= ...
𝑊𝑠 …

Rc (Hydrometer Correction only for Reading) = Ra+ koreksi miniskus


= ... + ...
= ...

Dari tabel 3.5, dengan R = ... maka akan diperoleh L= ...


Pada saat menit pertama, t = 1, maka L/t = .../1 = ...
Dari relasi temperatur dengan Gs pada tabel 3.4, maka akan diperoleh nilai K
= ...

Terakhir, diperoleh nilai 𝐷 = 𝐾√𝐿 = √ = ...
𝑡 …

Untuk hasil perhitungan seluruh pembacaan data dapat dirangkum pada


sebuah tabel seperti di bawah ini:

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 39


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Actual Hyd.Corr.
Corr. Hyd.
Waktu t Temp. Hyd. % only for L K
Tanggal reading L/t D (mm)
pembacaan (menit ke-) (oC) Reading Finer Reading (Tabel 3.5) (Tabel 3.4)
(RC)
(Ra) ( Rh )

15

30

60

120

240

480

960

1440

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 40


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 4
SIEVE ANALYISIS

4.1. Standar Acuan


ASTM D 421"Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for
Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants "
ASTM D 422 "Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils"
AASHTO T 88 "Standard method of test for particle size analysis of soils"
SNI 3423:2008 “Cara uji analisis ukuran butir tanah"

4.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mengetahui distribusi ukuran butiran tanah yang berdiameter 4.76 mm sampai
0.074 mm (lolos saringan No. 4 ASTM dan tertahan saringan No. 200) dengan
cara mekanis.

4.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Saringan standar ASTM No. 10, 18, 40, 60, 100, 200, serta Pan
 Piringan kaleng
 Can
 Motorized Dynamic Sieve Shaker
 Sikat gigi
 Oven

b. Bahan
 Tanah dari percobaan hydrometer yang tertahan saringan No. 200
ASTM

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 41


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 4.1 Peralatan praktikum sieve analyisis: a) Satu set saringan standar ASTM dan
pan; b) Motorized dynamic sieve shaker

4.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Tanah terdiri atas tiga unsur yaitu butiran, air, dan udara. Sifat-sifat suatu
tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirannya. Ukuran butiran
menentukan klasifikasi macam tanah tersebut. Untuk butiran yang kasar
dipakai metode sieving dalam penentuan distribusi ukurannya.

Tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan dengan ukuran


diameter kisi saringan tertentu mulai dari yang kasar hingga yang halus.
Dengan demikian butiran tanah terpisah menjadi beberapa bagian dengan
batas ukuran yang diketahui. Rumus yang digunakan untuk percobaan sieve
analysis ini adalah:

Persentase tanah tertahan (% tertahan) = 𝑊𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 × 100% (4.1)


𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Persentase tanah lolos (% lolos) = 100 % - % tertahan (4.2)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 42


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

wtertahan= wtanah – wtanah total sesudah penyaringan

Kesalahan relatif penimbangan sampel tanah sebelum dan sesudah


penyaringan adalah:

−Wt
KR = Wd × 100% * tidak boleh melebihi 2%
Wd

dengan :
wd = berat butiran tanah sebelum proses sieving
wt =berat butran tanah total setelah proses sieving

4.5. Prosedur Praktikum


4.5.1. Persiapan
1. Saring tanah yang digunakan dalam percobaan hydrometer
dengan saringan No. 200 ASTM agar bersih dari butiran clay, silt,
dan koloid-koloid.
2. Masukkan tanah yang sudah bersih ke dalam can, lalu masukkan
ke dalam oven selama  18 jam.

4.5.2. Jalannya Praktikum


1. Keluarkan tanah dari oven dan diamkan sejenak, lalu timbang
beratnya.
2. Susun saringan menurut urutan nomor yaitu: 4, 10, 18, 40, 100,
200 (dari yang terbesar di atas hingga yang terkecil), dan
terbawah adalah pan.
3. Masukkan tanah yang telah ditimbang ke atas saringan No. 4
ASTM.
4. Letakkan susunan saringan pada mesin pengguncang listrik
(Motorized Dynamic Sieve Shaker) dan tutup, kemudian
nyalakan selama 15 menit.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 43


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

5. Kumpulkan sampel tanah yang tertahan pada masing-masing


saringan dan selanjutnya timbang dan catat beratnya.
6. Bersihkan saringan dari butiran-butiran tanah yang tertinggal
pada setiap saringan dengan bantuan sikat gigi.

4.5.3. Perbandingan dengan ASTM


Menurut standar ASTM, susunan saringan yang dipakai adalah No. 4, 10, 18,
40, 60, 100, 200, dan pan. Sedangkan pada praktikum ini susunan saringan
yang digunakan hampir sama dengan ASTM, hanya saja saringan No. 60 dan
saringan No. 4 tidak dipasang.

4.6. Pengolahan Data


4.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

4.6.2. Perhitungan
Sampel No. 1
Berat sampel tanah pada percobaan hydrometer = 50 gram

Berat sampel setelah percobaan hydrometer kering oven (w1) = … gram

Berat sampel yang tertahan pada saringan:

No. 10 ASTM = … gram


No. 18 ASTM = … gram
No. 40 ASTM = … gram
No. 100 ASTM = … gram
No. 200 ASTM = … gram
Pan = … gram
Total (w2) = … gram

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 44


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

w1  w2
Presentase Kesalahan= 100% = … %
w1

Hasil pengolahan data dapat dirangkum seperti pada tabel di bawah ini :

SIEVE DIAMETER W. RETAINED % %


NO. (mm) (gram) RETAINED PASSING

4 4.75 … … …
10 2 … … …
18 0.84 … … …
40 0.42 … … …
100 0.15 … … …
200 0.075 … … …
… …
PAN … … …

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 45


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 5
COMPACTION

5.1. Standar Acuan


ASTM D 698 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction
Characteristics of Soil UsingStandard Effort"
ASTM D 1557 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction
Characteristics of Soil UsingModified Effort"
AASHTO T 99 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5-
lb) Rammer and a 305-mm (12-in) Drop"
AASHTO T 180 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-
lb) Rammer and 457-mm (18-in) Drop"
SNI 03-2832-1992 "Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan
tanah maksimum dengan kadar air optimum"

5.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari nilai kerapatan kering (γdry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt)
dari suatu sampel tanah yang dipadatkan.

Uji pemadatan laboratorium digunakan sebagai dasar dalam menentukan


presentase pemadatan dan kadar air yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi
pemadatan yang sesuai di lapangan.

5.3. Alat-alat dan Bahan (Standard)


a. Alat
 Mould, lengkap dengan collar dan base plate
 Hammer seberat 5.5 lbs, dengan tinggi jatuh 12 inch
 Hydraulic extruder
 Pelat baja pemotong
 Gelas ukur

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 46


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Wadah untuk mencampur tanah dengan air


 Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah
 Timbangan
 Oven
 Jangka sorong

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 5 kantong
@ 2kg (lebih baik digunakan 6 kantong)

d
c
b

Gambar 5.1 Peralatan praktikum compaction: a) Mould (lengkap); b) Hammer; c) Pelat


besi/penggaris; d) Jangka sorong

5.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Compaction (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-pori tanah
diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu
pemadatan tanah adalah juga merupakan usaha (energi) yang dilakukan

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 47


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

padamassa tanah. Suatu pemadatan (Compactive Effort = CE) yang dilakukan


tersebut adalah fungsi dari variabel-variabel berikut:

𝑊.𝐻.𝐿.𝐵
𝐶𝐸 = (5.1)
𝑉

dengan:
CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiridari


dua macam, yaitu:
1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)
2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)

Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:

Table 5.1. Perbedaan Modified Proctor dan Standard Proctor pada uji pemadatan
Standard Proctor Modified Proctor
Test Identification AASHTO T 99 AASHTO T 180
(ASTM D 698) (ASTM D 1557)
Diameter Mould (inch) 4 6 4 6
Berat Hammer (lbs) 5.5 5.5 10 10
Tinggi Jatuh Hammer
12 12 18 18
(Inch)
Jumlah Layer 3 3 5 5
Jumlah Pukulan Per-
25 56 25 56
Layer
C.E (ft-lb/ft3) 12.400 12.400 56.000 56.000
Ukuran Butiran
No.4 (3/4)" No.4 (3/4)" No.4 (3/4)" No.4 (3/4)"
Maksimum Yang Lolos

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 48


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu


hubungan tersebut dibuat beberapa sampel tanah minimal empat contoh
dengan kadar air yang berbeda-beda, dengan perbedaan kurang lebih 4%
antara setiap sampel.

Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan


hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut
diperoleh γdry maksimum pada kadar air optimumnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih
dari Wopt akan diperoleh nilai kepadatan yang lebih kecil dari γdry maksimum.

Gambar 5.2. Perbedaan grafik pemadatan Modified Proctor dan Standard Proctor

Gambar 5.1. menunjukkan perbedaan dari energi pemadatan antara metode


standard proctor dan juga menggunakan modified proctor. Penggunaan
modified proctor yang memiliki energi pemadatan yang hampir 5 kali lebih
besar dari standard proctor menghasilkan γdry maksimum yang lebih tinggi
dibanding standard proctor namun menghasilkan kadar air optimum (wopt)
yang lebih rendah dibandingkan standard proctor.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 49


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Penentuan kadar air


𝑤𝑤𝑒𝑡
𝑤𝑑𝑟𝑦 =
(1+𝑊)
(5.2)

𝑤𝑤𝑒𝑡 = 𝑤𝑑𝑟𝑦(1 + 𝑊) (5.3)

𝑊 = 𝑤𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑤
× 100% (5.4)
𝑑𝑟𝑦

dengan:
W = kadar air
wwater = berat air (gram)
wdry = berat tanah kering (gram)
wwet = berat tanah basah (gram)

Penentuan penambahan volume air

𝑊𝑋−𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = ×𝑤 (5.5)
1+𝑊0

dengan:
Vadd = volume air yang akan ditambahkan
WX = kadar air yang akan dibuat
W0 = kadar air awal
w = berat sampel tanah (gram)

Perhitungan nilai γwet dan γdry

𝑤𝑤𝑒𝑡
γ𝑤𝑒𝑡 = (5.6)
V

𝑤𝑑𝑟𝑦 𝑤𝑤𝑒𝑡 𝛾𝑤𝑒𝑡


γ𝑑𝑟𝑦 = = = (5.7)
V (1+W)V (1+W)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 50


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dengan:
γwet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
wwet = berat tanah basah (gr)
V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)
γdry = berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)
wdry = berat tanah kering(gr)
W = kadar air (%)

Perhitungan nilai Zero Air Void Line (ZAV-line)


ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isikering
dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.

𝐺𝑠. 𝛾𝑤
𝑍𝐴𝑉 = (5.8)
1+(W.Gs)/Sr

dengan:
GS = nilai specific gravity
γW = berat jenis air (gr/cm3)
W = kadar air (%)
Sr = derajat kejenuhan

Perhitungan nilai Compaction Effort (CE)


lihat kembali persamaan (5.1)

𝑊.𝐻.𝐿.𝐵
𝐶𝐸 =
𝑉

5.5. Prosedur Praktikum


5.5.1. Persiapan
1. Siapkan 6 kantong sampel tanah masing-masing 2 kg, lolos saringan No.
4 ASTM.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 51


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Campur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu wadah,
nilai kadar air awal dalam hal ini dianggap sama.
3. Ambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya,
dan cari nilai kadar air sampel tersebut.
4. Kembalikan sampel tanah ke kantongnya masing-masing.
5. Hitung kadar air pada keesokan harinya, lalu tambahkan air pada masing-
masing kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-beda.
6. Masukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan diamkan selama 18-
24 jam (diperam) agar kadar airnya merata.

5.5.2. Jalannya Praktikum


1. Siapkan mould, collar, dan base plate.
2. Timbang mould dan ukur dimensinya untuk mengetahui volume tanah
hasil pemadatan.
3. Masukkan sampel tanah ke dalam mould, perkirakan jumlahnya
sedemikian rupa sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3
tinggi mould (karena total lapisan pemadatan sebanyak 3 lapis).
4. Tumbuk 25 kali pada setiap lapisan secara merata dengan hammer
seberat 5.5 lb dan tinggi jatuh 12 inch (Standard Proctor ASTM).
5. Pada lapisan ketiga, pasang collar dan tambahkan tanah hingga melebihi
batas mould.
6. Setelah pemadatan lapis ketiga selesai, buka collar dan ratakan kelebihan
tanah pada mould dengan pelat pemotong.
7. Timbang berat tanah beserta mould.
8. Keluarkan sampel tanah dari mould dengan bantuan extruder.
9. Ambil sebagian dari bagian atas, tengah, bawah dari sampel tanah
tersebut untuk diperiksa kadar airnya, dengan demikian akan diperoleh
kadar air rata-rata dari sampel tanah setelah dipadatkan.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 52


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

5.6. Pengolahan Data


5.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

5.6.2. Perhitungan
Menentukan Hubungan W - γdry (contoh: sampel I)
Dimensi mould:
 d = … cm
 tinggi = … cm
 berat = … gram
 volume = ¼.π.d2.tinggi = … cm3

Menentukan kadar air sebelum pemadatan


wcan = … gr
w(c+w) = wcan + wwet = … gr

* setelah dioven
w(c+d) = wcan + wdry = … gr
wwater = w(c+w) - w(c+d) = … gr
wdry = w(c+d) - wcan = … gr
W0 = 𝑤𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 × 100% = ... %
𝑤𝑑𝑟𝑦

Kadar air untuk sampel lainnya dapat dirangkum dalam sebuah tabel seperti
di bawah ini:

Sample wcan w(c+w) w(c+d) wwater wdry W0


I … gr … gr … gr … gr … gr …%
II … gr … gr … gr … gr … gr …%
III … gr … gr … gr … gr … gr …%
IV … gr … gr … gr … gr … gr …%
V … gr … gr … gr … gr … gr …%

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 53


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Menghitung penambahan volume air untuk compaction (contoh: sampel I)


W0 =… %
Wx =… %
w =… gr
−𝑊0
Vadd = 𝑊𝑥 ×𝑤 = ... ml
1+𝑊0

Untuk volume air yang perlu ditambahkan pada sampel lainnya, dapat
dirangkum dalam sebuah tabel seperti di bawah ini:

Sample wcan w(c+w) w(c+d) wwater wdry W0 Wx Vadd


I … gr … gr … gr … gr … gr …% …% … ml
II … gr … gr … gr … gr … gr …% …% … ml
III … gr … gr … gr … gr … gr …% …% … ml
IV … gr … gr … gr … gr … gr …% …% … ml
V … gr … gr … gr … gr … gr …% …% … ml

Menentukan kadar air sesudah pemadatan


Pada percobaan, tanah yang sudah dipadatkan diambil sebagian kecil bagian
atas, tengah, dan bawahnya. Sampel tanah pada ketiga lapisan ini dianggap
sama kadar airnya sehingga dapat disatukan dalam satu can.
wcan = … gr
w(c+w) = wcan + wwet = … gr

* setelah dioven
w(c+d) = wcan + wdry = … gr
wwater = w(c+w) - w(c+d) = … gr
wdry = w(c+d) - wcan = … gr
W = 𝑤𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 × 100% = ... %
𝑤𝑑𝑟𝑦

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 54


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Menentukan kerapatan kering γdry


W =…%
Wsoil+mould = … gr
Wmould = … gr
Wsoil = … gr
Vsoil = Vmould = … cm3
γwet = Wsoil / Vsoil = … cm3
𝛾𝑤𝑒𝑡
𝛾𝑑𝑟𝑦 =
(1+𝑊)
= … gr/cm3

Untuk hubungan W - γdry setelah compaction pada sampel lainnya, dapat


dirangkum dalam sebuah tabel seperti di bawah ini:

Sample w γdry
I … gr … gr/cm3
II … gr … gr/cm3
III … gr … gr/cm3
IV … gr … gr/cm3
V … gr … gr/cm3

Menghitung Garis “Zero Air Void” (contoh: sampel I)


Sr = 100%
GS =… (percobaan specific gravity)
γwater = 1 gr/cm3

. 𝛾𝑤
ZAV = 𝐺𝑠
1+(W.Gs)/Sr

Sample W Gs ZAV
I …% … …
II …% … …
III …% … …
IV …% … …
V …% … …

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 55


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 6
CALIFORNIA BEARING RATIO

6.1. Standar Acuan


ASTM D 1883 “Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of
Laboratory-Compacted Soils”
AASHTO T 193 “Standard Method of Test for The California Bearing Ratio”
SNI 1744:1989 “Metode Pengujian CBR Laboratorium”

6.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mendapatkan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah pada kondisi kadar air
optimum atau pada rentang kadar air tertentu dari uji pemadatan.

Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi kualitas dan kekuatan dari
lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada perkerasan jalan berdasarkan
uji laboratorium.

6.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Compaction Hammer (10 lbs)
 Mould (diameter 6”)
 Sendok pengaduk tanah
 Wadah untuk mencampur tanah dengan air
 Botol penyemprot air
 Pisau baja (straight edge)
 Timbangan
 Oven
 Aluminum can
 Stopwatch
 Beban logam berbentuk lingkaran ( ± 10 lbs)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 56


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Bak air
 Piringan berlubang dengan dial pengukur swell
 Mesin Uji CBR

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 3 kantong
@ 5 kg

a b c

Gambar 5.1 Peralatan praktikum CBR: a) mesin CBR; b) Piringan berlubang dengan dial;
c) Beban logam

6.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah (dengan
kepadatan tertentu dan kadar air tertentu) terhadap kekuatan batu pecah

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 57


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100. Untuk
mencari nilai CBR dipakai rumus:

test unit load (psi)


CBR = × 100% (6.1)
standard unit load (psi)

Dengan Standard Unit Stress pada harga-harga penetrasi:

Tabel 6.1 Standard Unit Stress pada pengujian CBR

PENETRATION STANDARD UNIT STRESS

mm inch MPa psi


2.5 0.10 6.9 1000
5.0 0.20 10.3 1500
7.5 0.30 13.0 1900
10.0 0.40 16.0 2300
12.7 0.50 18.0 2600
Sumber: AASHTO T 193

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.

Test Unit Load (psi) = tegangan (σ)

𝑃 𝑀 (𝐿𝑅𝐶)
𝜎= = (6.2)
𝐴 𝐴

Dengan:
A = Luas Piston
P = M. LRC
M = dial reading
LRC = faktor kalibrasi

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 58


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Nilai CBR didapatkan berdasarkan rasio beban untuk penetrasi sedalam 2.5
mm (0.1 inch). Namun, jika nilai CBR pada saat penetrasi 5.0 mm lebih besar,
maka pengujian seharusnya diulang. Jika pengujian kedua memiliki nilai CBR
yang lebih besar pada saat penetrasi 5.0 mm, maka nilai CBR tersebut dapat
digunakan.

Dalam uji CBR, dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian segera (unsoaked
condition) dan pengujian jenuh (soaked condition). Pengujian unsoaked
condition dilakukan segera setelah sampel tanah dipadatkan. Pengujian
soaked condition dilakukan setelah sampel tanah dalam mould
direndam/dijenuhkan selama 96 jam sambil dibebani oleh beban surcharge
sesuai dengan tekanan perkerasan jalan. Dilakukan pula pembacaan
pengembangan tanah (swell reading) pada interval waktu tertentu.

Perendaman ini dilakukan untuk mengetahui nilai CBR pada saat berada dalam
kondisi jenuh. Nilai CBR pada kondisi jenuh ini akan memberikan informasi
terkait peristiwa pengembangan tanah (soil expansion) di bawah perkerasan
jalan ketika tanah menjadi jenuh, serta memberikan indikasi adanya
perlemahan kekuatan tanah akibat penjenuhan yang terjadi.

Nilai CBR digunakan untuk mengetahui kualitas tanah terutama yang


digunakan sebagai lapisan base dan subgrade dibawah perkerasan jalan atau
lapangan terbang. Berikut merupakan penilaian CBR dan klasifikasinya
berdasarkan The Asphalt Handbook (1970).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 59


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 6.2 Nilai CBR tanah beserta kualitas dan juga kegunaan serta sistem klasifikasinya
Nilai Sistem Klasifikasi
Kualitas Kegunaan
CBR Unified AASHTO
0-3 Sangat rendah Subgrade OH, CH, MH, OL A5, A6, A7
3-7 Rendah s/d cukup baik Subgrade OH, CH, MH, OL A4, A5, A6, A7
7-20 Cukup baik Subbase OL, CL, ML, SC, A2, A4, A6, A7
SM, SP
20-50 Baik Base atau GM, GC, SW, A1b, A2-5, A-3,
Subbase SM, SP, GP A2-6
>50 Sangat baik Base GW, GM A1a, A2-4, A3
Sumber: The Asphalt Handbook (1970)

6.5. Prosedur Praktikum


6.5.1. Persiapan
1. Siapkan 3 plastik sampel tanah lolos saringan No.4 ASTM seberat 5 kg.
2. Rencanakan kadar air pada masing-masing kantong. Kadar air ini
divariasikan -2% s/d -2.5% dari kadar air optimum pada percobaan
Compaction, dan +2 s/d +2.5% dari kadar air optimum. Untuk membuat
kadar air yang diinginkan, cari kadar air awal terlebih. Kemudian
tambahkan air dengan volume tertentu (V) untuk mencapai kadar air yang
diinginkan menggunakan persamaan berikut:

−𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = 𝑊𝑋 × 𝑤 = … ml (5.5)
1+𝑊0

3. Setelah sampel tanah dicampur dengan air hingga merata,


diamkan/peram sampel tanah tersebut selama ± 24 jam sebelum dilakukan
proses pemadatan.

6.5.2. Jalannya Praktikum


1. Padatkan sampel tanah seperti pada percobaan Compaction.
2. Lakukan penetrasi sampel pada kondisi Unsoaked.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 60


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

a. Timbang mould dan tanah, kemudian diletakan pada mesin CBR dan
berikan beban ring di atas permukaan sampel tanah. Piston diletakkan
di tengah-tengah beban ring sehingga menyentuh permukaan tanah.
b. Periksa dan set coading dan dial sehingga menjadi nol.
c. Lakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0.05“/menit.
d. Catat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut: 0.025”, 0.050”,
0.075”, 0.100”, 0.125”, 0.150”, 0.175”, 0.200”, 0.250”.

3. Lakukan penetrasi pada kondisi Soaked.


a. Setelah percobaan pada kondisi unsoaked, rendam sampel tanah tadi
± 96 jam untuk mengetahui nilai CBR pada kondisi swelling.
b. Lakukan pencatatan swelling pada jam pertama dan jam kedua sejak
mulai dimasukkan ke dalam bak air. Catat pembacaan selanjutnya
pada jam ke-24, 48, 72, dan 96 jam.
c. Setelah ± 96 jam, angkat mould dan tanah, kemudian lakukan
penetrasi seperti pada percobaan unsoaked namun permukaan yang
digunakan adalah yang sebaliknya.
d. Setelah selesai, keluarkan sampel tanah dan kemudian ambil sebagian
tanah di lapisan atas, sebagian tanah di lapisan tengah, dan sebagian
lagi tanah pada lapisan bawah untuk dihitung kadar airnya.

6.5.3. Perbandingan dengan ASTM


1. Menurut ASTM, pembacaan dial dilakukan pada jam pertama, kedua,
ketiga, hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-4. Sedangkan pada praktikum ini
hanya dilakukan pembacaan pada dua jam pertama berturut-turut dan
dilanjutkan hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-4.
2. Menurut ASTM pembacaan dial dilakukan hingga dial menunjukkan 0.3“,
sedangkan pada praktikum ini dilakukan pembacaan dial hingga 0.25“.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 61


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6.6. Pengolahan Data


6.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

6.6.2. Perhitungan
Menentukan Volume air yang ditambahkan
W0 =…%
W1 =…%

−𝑊0
𝑉𝑎𝑑𝑑 = 𝑊𝑋 × 𝑤 = … ml (5.5)
1+𝑊0

𝑉𝑎𝑑𝑑 = …− … × … = … ml
1+ …

Membuat Tabel dan Grafik yang Menunjukkan Penetrasi Tanah terhadap


Tegangan/Beban

Membuat Grafik Perbandingan Seluruh Sampel pada Kondisi Unsoaked

Membuat Grafik Perbandingan Seluruh Sampel pada Kondisi Soaked

Menentukan Nilai CBR pada penetrasi 0.1” dan 0.2” pada kondisi Unsoaked
dan Soaked
Penetrasi 0.1”
 Unsoaked : CBR = …×… × 100% = … %

 Soaked : CBR = …×… × 100% = … %


Penetrasi 0.2”
 Unsoaked : CBR = …×… × 100% = … %

 Soaked : CBR = …×… × 100% = … %


Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 62


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

CBR
Penetration (inch)
Unsoaked Soaked
0.1 ... ...
0.2 ... ...

Menghitung Nilai Swelling Test


dial (96 jam × 2.54 × 0.001)
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙 = × 100%
tinggi mould

Hasil pengamatan dapat dirangkum seperti tabel di bawah ini:

t (waktu) Dial Reading Swell (%)


0 jam
1 jam
2 jam
3 jam
4 jam

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 63


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 7
PERMEABILITY

7.1. Standar Acuan


ASTM D 2434 "Standard Test Method for Permeability of Granular Soils
(Constant Head)"
AASHTO T 215 "Standard Method of Test for Permeability of Granular Soil
(Constant Head)"

7.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari nilai permeabilitas k dari suatu sampel tanah.

7.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Mould permeability
 Gelas ukur
 Penggaris
 Jangka sorong
 Stopwatch
 Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
 Alat Constant Head Test
 Tamper

b. Bahan
 Tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak ± 3 kg
 Pasir
 Air

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 64


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

d e f

Gambar 7.1 Peralatan praktikum permeability: a) Alat constant head test; b) penggaris; c)
Mould Permeability; d) Jangka sorong; e) Tamper; f) Gelas ukur

7.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Debit air yang mengalir q melalui tanah pada suatu cross-section areaA adalah
proporsional terhadap gradien i yaitu :

q
~i q=kiA (7.1)
A

Koefisien k disebut sebagai “koefisien permeabilitas” Darcy atau “koefisien


permeabilitas” atau “permeabilitas tanah”. Sehingga dengan begitu,

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 65


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

permeabilitas adalah properti tanah yang menunjukkan kemampuan tanah


untuk meloloskan air melalui partikel-partikelnya.

Permeabilitas dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang


berhubungan dengan seepage (rembesan) di bawah bendungan, disipasi air
akibat pembebanan tanah, dan drainase dari lapisan subgrade, bendungan,
atau timbunan. Selain itu tegangan efektif yang diperlukan dalam perhitungan
masalah-masalah di atas juga secara tidak langsung berkaitan dengan
permeabilitas.

Permeabilitas tergantung oleh beberapa faktor. Yang utama adalah sebagai


berikut :
1. Ukuran butiran. Secara proporsional, ukuran pori berhubungan dengan
ukuran partikel tanah
2. Properti aliran pori. Untuk air adalah viskositasnya, yang akan berubah
akibat dipengaruhi perubahan temperatur.
3. Void ratio
4. Bentuk dan susunan pori-pori tanah
5. Derajat saturasi. Kenaikan derajat saturasi pada tanah akan menyebabkan
kenaikan nilai permeabilitas.

Setidaknya ada empat metode di laboratorium untuk mencari nilai


permeabilitas tanah, yaitu metode Capillarity Head Test, korelasi data
konsolidasi untuk menghitung permeabilitas, Variable Head Test, dan
Constant Head Test. Constant Head umumnya lebih sering digunakan pada
tanah cohesionless daripada Variable Head karena instrumen yang lebih
sederhana.

Metode Constant Head Test


Metode ini hanya digunakan pada tanah dengan permeabilitas tinggi. Oleh
karena itu, pada percobaan yang akan dilakukan perlu ditambahkan pasir

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 66


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

untuk memodifikasi permeabilitas tanah lempung yang sangat kecil. Prinsip


pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 7.2 Susunan alat Constant Head Permeability Test

Penentuan nilai k dilakukan dengan cara mengukur penurunan tinggi muka air
selama periode waktu tertentu dan pada saat ini tegangan air menjadi tidak
tetap sehingga rumus Darcy dapat digunakan. Misalnya pada ketinggian air
(h), penurunan (dh) akan membutuhkan waktu (dt), maka koefisien
permeabilitas dapat diturunkan dari rumus Darcy sehingga menjadi:
q=kiA
h
i
L

qL
k (7.2)
A ht

dengan:
k = koefisien permeability
A = luas sample tanah

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 67


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

t = selang waktu
L = tinggi sampel tanah
Apabila air yang melalui sampel tanah sedikit seperti pada sampel tanah
lempung murni dimana nilai k sangat kecil, maka metode ini tidak efektif lagi
digunakan untuk mengukur nilai k. Sehingga akan lebih baik menggunakan
cara yang kedua, yaitu metode Variable Head.

Metode Variable Head Test

Gambar 7.3 Susunan alat Variable Head Permeability Test

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 68


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Jumlah air yang mengalir pada standpipe dalam waktu tertentu adalah :
 dh
qava
dt
dengan :
a = luas cross-sectionstandpipe
dh/dt= penurunan muka air

Sedangkan jumlah air yang merembes melalui tanah dalam waktu tertentu
pada permeameter adalah :
h
qAk
L
lalu dengan menyamakan jumlah air yang masuk = jumlah air yang keluar

qin  qout

dh h
  A.k.
dt L
A k  dt
h1 h1
dh
  h  
h0 h0 aL

h0 A k  t
 ln 
h1 aL
aL h
k  2.3 log10 0 (7.3)
A t h1

dengan:
a = luas cross-section standpipe
L = panjang sampel di dalam permeameter
A = luas cross-section permeameter
t = jumlah waktu pada waktu pengukuran
h0, h1 = tinggi head (lihat gambar 7.2)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 69


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar (ToC) adalah KT sedangkan untuk


suhu standar (20oC) perlu dikonversi menjadi:

K20 = KT( ηT / η20 ) (7.4)

dimana:
ηT = viskositas cairan pada temperatur T°C.
η20 = viskositas cairan pada temperatur 20°C.

Perbandingan viskositas dapat dilihat pada gambar 7.3 di bawah ini (tabel
koreksi viskositas cairan).

Temperatur oC

Gambar 7.4 Grafik ηT /η20 (data International Critical Tables, Vol. V)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 70


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Menurut Tabel Koefisien Permeabilitas BS 8004: 1986, nilai-nilai permeabilitas


untuk berbagai jenis tanah pada suhu standar (20oC) adalah sebagai berikut:

Tabel 7.1 Koefisien permeabilitas (m/s) (BS 8004: 1986)

1 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9 10-10

Pasir sangat halus,


Pasir bersih dan
lanau dan lempung- Lempung tak bercelah dan
Kerikil campuran pasir-kerikil
lanau berlapis-lapis lempung lanau (>20%
bersih
Lempung yang mengalami pengawetan dan lempung)
bercelah

Menurut Cassagrande pada tahun 1938, nilai-nilai permeability untuk berbagai


jenis tanah pada suhu standar (20oC) adalah sebagai berikut:

Tabel 7.2 Koefisien permeabilitas menurut Cassagrande

Jenis Tanah k (m/s)


Kerikil 1x10-2 – 1
Pasir/campuran pasir-kerikil 1 x10-5 - 1x10-2

Pasir halus, lanau organik, campuran pasir, lanau, clay 1x10-9 - 1x10-5
Clay padat 1x10-11 – 1x10-9

Menurut Wesley pada suhu standar (20oC):

Tabel 7.3 Koefisien permeabilitas menurut Wesley

Jenis Tanah k (m/s)


Pasir berlempung, pasir berlanau 5x10-5 - 1x10-4
Pasir halus 1x10-5 - 5x10-5
Pasir kelanauan 1x10-6 - 2x10-5
Lanau 1x10-7 - 5x10-6
Lempung 1x10-11 – 1x10-8

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 71


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

7.5. Prosedur Praktikum


7.5.1. Persiapan
1. Siapkan tanah kering yang lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak ±3 kg,
dan pasir sebanyak ±3 kg.
2. Siapkan mould permeability, kemudian catat data diameter, tinggi, serta
berat mould.
3. Campur tanah dengan pasir dengan perbandingan tertentu (tanah:pasir =
1:1 / 1:2 / 2:1) sehingga terdapat 3 sampel campuran tanah dan pasir,
kemudian aduk sampai rata.
4. Kemudian masukkan campuran tanah dan pasir untuk setiap masing-
masing perbandingan tersebut ke dalam mould hingga padat dan
perhatikan filter pada bagian atas dan dasar mould agar harus selalu
terpasang.
5. Tutup mould dan letakkan pada alat permeability.

7.5.2. Jalannya Praktikum


1. Percobaan yang dilakukan adalah Constant Head Test, pertama-tama
alirkan air melalui selang, naik ke reservoir di atas kemudian masuk ke
mould permeability hingga seluruh tanah di dalam mould jenuh sempurna.
2. Keluarkan udara yang berada pada alat permeability hingga benar-benar
tidak ada lagi udara yang tersisa di dalam. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara membuka sedikit baut untuk mengeluarkan gelembung udara.
3. Usahakan untuk menstabilkan tinggi air yang berada di reservoir dan jaga
agar tidak terjadi gelombang.
4. Ukur tinggi muka air dan reservoir ke mould (h).
5. Perhatikan air yang keluar dari mould hingga tidak terjadi perubahan
(konstan).
6. Setelah konstan, tampung air limpahan tersebut ke dalam gelas ukur
sambil dicatat waktu menggunakan stopwatch.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 72


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

7. Ukur volume yang tertampung selama waktu yang ditentukan tersebut


(V).
8. Ulangi percobaan tersebut untuk sampel 2 dan 3, kemudian lakukan
perhitungan nilai permeabilitas rata-rata dari ketiga sampel tersebut.

7.5.3. Perbandingan dengan ASTM


Percobaan yang dilakukan pada dasarnya menggunakan metode menurut cara
ASTM. Ada beberapa perbedaan percobaan yang dilakukan, dengan cara
ASTM D2434-65T, yaitu:
 ASTM menggunakan a = 11.71 cm2 sedangkan percobaan yang dilakukan
menggunakan a = 0.2123716 cm2
 ASTM menggunakan penurunan (dh) sebesar 1, 4, 7 serta 10 cm.
 Suhu standar ASTM 20°C, sedangkan suhu kamar di laboratorium tercatat
29°C.
 Pemadatan tanah tidak sama dengan cara ASTM. Selain itu standar yang
ditetapkan ASTM tidak dapat dipenuhi karena peralatan dalam
laboratorium tidak memungkinkan. Misalnya, tidak tersedianya pipa yang
berdiameter sesuai standar ASTM, serta tidak adanya pengatur suhu
ruangan yang dapat membuat suhu kamar menjadi 20°C.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 73


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

7.6. Pengolahan Data


7.6.1. Data Hasil Praktikum
Dimensi Mold
Diameter (D) = ... mm = ... x 10-3 m

Sampel 1 : Wpasir = ... gr


Wtanah = ... gr
Tinggi sampel (L)= ... cm = ... x 10-2 m
Luas (A) = 1 𝜋𝐷2= ... m2
4

Tinggi constant head (h) = ... cm = ... x 10-2 m


Volume air tertampung (V) = ... ml = ... x 10-6 m3 (dalam ... detik)

Sampel 2 : W pasir = ... gr


W tanah = ... gr
Tinggi sampel (L)= ... cm = ... x 10-2 m
Luas (A) = 1 𝜋𝐷2= ... m2
4

Tinggi constant head (h) = ... cm = ... x 10-2 m


Volume air tertampung (V) = ... ml = ... x 10-6 m3 (dalam ... detik)

Sampel 3 : W pasir = ... gr


W tanah = ... gr
Tinggi sampel (L)= ... cm = ... x 10-2 m
Luas (A) = 1 𝜋𝐷2= ... m2
4

Tinggi constant head (h) = ... cm = ... x 10-2 m


Volume air tertampung (V) = ... ml = ... x 10-6 m3 (dalam ... detik)

7.6.2. Perhitungan
Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar ( 29oC )
K29 = ( V. L ) / ( A . h . t )
sehingga untuk suhu standar (20oC)
K20 = K29 (η29 / η20) ; η29 / η20 = …

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 74


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Keterangan: V = volume air yang tertampung (m3)


L = tinggi sampel (m)
A = luas sampel (m2)
h = tinggi konstan (m)
t = waktu (s)

Sampel 1
Tinggi (L) =…m
Beda Tinggi (h) =…m
Luas (A) = 1 𝜋𝐷2
4

=…x…
= … m2
Volume air (V) = … m3 ( dalam … detik )

K29 = ( V . L ) / ( A . h . t )
=(….…)/(….….… )
= … m/s

K20 = K29 . ( η29 / η20 )


=….…
= … m/s

Sampel 2
Tinggi (L) = … m
Beda Tinggi (h) = … m
Luas (A) = … m2
Volume air (V) = … m3 ( dalam ... detik )

K29 = ( V . L ) / ( A . h . t )
= … m/s

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 75


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

K20 = K29 . ( η29 / η20 )


=….…
= … m/s

Sampel 3
Tinggi (L) = … m
Beda Tinggi (h) = … m
Luas (A) = … m2
Volume air (V) = … m3 ( dalam ... detik )

K29 = ( V . L ) / ( A . h . t)
= … m/s

K20 = K29 . ( η29 / η20 )


=….…
= … m/s

Nilai-nilai k yang didapat kemudian dirangkum pada sebuah tabel di bawah


ini:
No. Sampel K29 (m/s) K20 (m/s)
1 … …

2 … …

3 … …

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 76


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

LAMPIRAN DATA PRAKTIKUM


BAGIAN 1

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 77


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 78


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 79


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 80


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 81


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 82


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 83


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 84


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 85


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAGIAN 2

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 86


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 8
HAND BORING & SAMPLING

8.1. Standar Acuan


ASTM D 1452 “Standard Practice for Soil Investigation and Sampling by
Auger Borings”
ASTM D 1587 “Standard Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils
for Geotechnical Purposes”

8.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Memeriksa karakteristik tanah secara visual mengenai warna, ukuran
butiran, dan jenis tanah. Selain itu, percobaan ini bertujuan untuk
mengambil sampel tanah undisturbed yang akan digunakan dalam
praktikum selanjutnya.

8.3. Alat-alat dan Bahan


 Auger Iwan
 2 buah batang dan 1 buah kepala pemutar
 Batang pemegang
 Kunci Inggris
 Socket
 Tabung 2 buah
 Palu dan kepala pemukul
 Beberapa kantong plastik
 Lilin
 Oli

8.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Dalam percobaan ini diambil sampel tanah terganggu (disturbed sample) dan
sampel tanah tidak terganggu (undisturbed sample).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 87


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Disturbed sample adalah sampel tanah yang diambil tanpa ada usaha yang
dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah tersebut. Undisturbed sample
adalah sampel tanah yang masih menunjukkan sifat asli tanah. Sampel tidak
terganggu ini secara ideal tidak mengalami perubahan struktur, kadar air, dan
susunan kimia. Sampel tanah yang benar-benar asli tidak mungkin diperoleh,
tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka kerusakan contoh dapat dibatasi
sekecil mungkin.

Pengeboran Auger
Pengeboran auger merupakan salah satu metode yang sederhana dalam
melakukan investigasi tanah (soil investigation) dan pengambilan sampel
(sampling). Pengeboran dapat dilakukan hingga kedalaman tertentu
tergantung dari kondisi muka air tanah, karakteristik tanah, serta peralatan
yang digunakan.

Pengeboran auger dapat dilakukan secara manual oleh tangan manusia (hand-
operated auger) dan dapat dilakukan secara mekanis oleh mesin (machine-
operated auger). Pada praktikum ini, pengeboran dilakukan secara manual
menggunakan auger tipe Iwan (auger Iwan) yang merupakan bor terdiri dari
dua segmen plat baja (menyerupai tabung) dengan dua mata pisau di
ujungnya.

Gambar 8.1 Berbagai jenis auger untuk pengeboran

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 88


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pengambilan Sampel Tanah Tidak Terganggu


Pengambilan sampel tanah tidak terganggu dapat dilakukan dengan
menggunakan tabung baja tipis (ASTM D 1587). Adapun syarat dari tabung
baja tipis ini yaitu memenuhi ketentuan inside clearance ratio. Gambar 8.2
menjelaskan jenis tabung yang digunakan dalam pengambilan sampel tidak
terganggu.
𝐷𝑖 − 𝐷𝑒
× 100% ≤ 1%
𝐷𝑒

Gambar 8.2. Tabung untuk pengambilan sampel tidak terganggu

Boring Log
Boring log merupakan catatan hasil pengeboran yang digunakan sebagai
identifikasi jenis lapisan tanah. Adapun dalam boring log biasanya berisi
informasi antara lain:
- Kedalaman lapisan tanah
- Elevasi permukaan titik bor, elevasi lapisan tanah, dan elevasi muka air
tanah.
- Simbol jenis tanah secara grafis
- Deskripsi tanah: jenis tanah, warna, konsistensi/kepadatan
- Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Juga disebutkan kondisi
contoh terganggu atau tidak terganggu.
- Informasi umum seperti nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama
penanggung jawab pekerjaan pengeboran.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 89


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Table 8.1. Simbol beberapa jenis tanah untuk boring log


SIMBOL JENIS TANAH SIMBOL JENIS TANAH

Lempung Lanau kelempungan


(Clay) (Clayey-silt)

Lanau Lanau kepasiran


(Silt) (Sandy-silt)

Pasir Pasir kelempungan


(Sand) (Clayey-sand)

Material Timbunan Pasir kelanauan


(Fill material) (Silty-sand)

Lempung Kelanauan Bongkahan


(Silty-clay) (Boulders)

Lempung Kepasiran Gambut


(Sandy-clay) (Peat)

8.5. Prosedur Praktikum


8.5.1. Persiapan
1. Siapkan alat-alat praktikum.
2. Tentukan titik pengeboran dan bersihkan permukaan tanah dari rumput
dan batuan.

8.5.2. Jalannya Praktikum


1. Pasang auger Iwan pada batang bor dan diletakkan di titik bor.
2. Putar bor searah jarum jam sambil dibebani. Batang bor diusahakan agar
tetap tegak lurus.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 90


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 8.3 Proses pembuatan lubang menggunakan auger

3. Masukkan auger Iwan sampai kedalaman 30 cm, lalu ambil contoh tanah
terganggu dan masukkan dalam kantong plastik.
4. Pada kedalaman 1 m, ganti auger Iwan dengan socket dan tabung, lalu
pasang kepala pemukul dan dipukul dengan palu. Pemukulan dengan
pemberat (palu) harus dilakukan dengan memperhatikan keselamatan.

Gambar 8.4 Proses pemukulan tabung sampling

5. Setelah tabung penuh, angkat tabung, lepas dari socket-nya, dan


kemudian tutup/isolasi kedua permukaan tabung dengan lilin. Sampel
tanah yang didapat adalah sampel tanah tak terganggu.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 91


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6. Pasang kembali auger Iwan lalu teruskan pengeboran sampai kedalaman


2 m.
7. Setelah sampai kedalaman 2 m, ganti kembali auger Iwan dengan tabung
dan socket untuk mengambil sampel tanah tidak terganggu yang kedua.

8.6. Pengolahan Data


Dari sampel tanah yang diambil, dapat dibuat boring log yang berisi jenis
tanah, warna, dan juga uraian secara visual. Berikut merupakan contoh boring
log.

Gambar 8.5. Contoh Boring Log

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 92


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 9
CONE PENETRATION TEST (SONDIR)

9.1. Standar Acuan


ASTM D 3441 “Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests
of Soil”
SNI 2827:2008 “Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir”

9.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui tahanan konus (end bearing) dan hambatan lekat (skin
friction) tanah pada kedalaman tertentu.

Pengujian ini merupakan pengujian lapangan yang hasilnya digunakan dalam


menghitung daya dukung tanah ketika akan dilakukan pekerjaan tanah dan
juga pekerjaan pondasi untuk struktur bangunan.

9.3. Alat-alat dan Bahan


 Alat Sondir (Hydraulic Dutch Penetrometer)
 Manometer 2 buah, berkapasitas 0 – 60 kg/cm2 dan 0 – 250 kg/cm2
 Pipa sondir lengkap dengan pipa dalamnya
 Biconus standar dengan luas konus 10 cm2 dan luas mantel 150 cm2
 Angkur 2 buah lengkap dengan penguncinya
 Besi kanal 4 buah
 Kunci Inggris
 Oli, kuas, lap, dan castrolie

9.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Uji sondir merupakan salah satu pengujian lapangan dimana dilakukan
penetrasi batang serta konus yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung
tanah pada setiap lapisan, yaitu berupa tahanan ujung (end bearing) dan juga

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 93


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

tahanan gesek (skin friction). Selain itu, pengujian ini juga dilakukan untuk
mengetahui kedalaman tanah keras.

Pengujian sondir dilakukan dengan melakukan penetrasi alat sondir, yang


terdiri dari batang silindris dengan ujung berupa konus. Biasanya konus yang
digunakan adalah biconus, yang dilengkapi dengan selimut untuk mengukur
hambatan lekat tanah. Gambar 9.1 merupakan alat sondir berdasarkan SNI
2827:2008.

Gambar 9.1 Rincian konus ganda (biconus) tipe Begemann. Posisi tertekan (kiri); posisi
terbentang (kanan)

Dalam melakukan penetrasi alat sondir, diperlukan suatu rangkaian alat


pembeban hidrolik yang dipasang pada titik lokasi pengujian. Alat pembeban
ini harus dijepit oleh dua batang penjepit yang diangkur pada tanah agar tidak
bergerak ketika dilakukan pengujian. Selain itu terdapat dua buah manometer
yang digunakan untuk membaca tekanan hidrolik yang terjadi ketika dilakukan

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 94


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

penetrasi batang dalam, pipa dorong, dan konus. Gambar 9.2 menunjukkan
rangkaian alat yang digunakan dalam penetrasi konus pada praktikum ini.

Gambar 9.2 Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda)

Hasil dari pengujian sondir ini adalah tahanan ujung yang diambil sebagai gaya
penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir, atau qc dan tahanan
ujung total, atau qt. Pengujian sondir ini dilakukan hingga mencapai tanah
keras atau hingga mencapai kemampuan maksimum alat, yaitu tekanan qc =
250 kg/cm2. Berikut merupakan proses kerja bikonus pada saat dilakukan
penetrasi alat sondir.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 95


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.3 Mekanisme kerja bikonus pada saat dilakukan penetrasi alat sondir

Setelah didapatkan data tahanan qc dan qt, dilakukan perhitungan nilai friksi
yang terjadi pada selimut bikonus (fs), hambatan pelekat (HP), jumlah
hambatan pelekat (JHP), serta Friction Ratio (FR). Berikut rumus yang
digunakan dalam perhitungan:
𝐹𝑡 × 𝑞𝑡 = 𝐹𝑐 × 𝑞𝑐 + 𝐹𝑚 × 𝑓

(𝐹𝑡×𝑞𝑡)+(𝐹𝑐×𝑞𝑐)
𝑓= (9.1)
𝐹𝑚

dengan memasukkan nilai - nilai Fm, Ft, dan Fc akan didapat:


10𝑞𝑡−10𝑞𝑐
𝑓𝑠 =
150

𝑞𝑡−𝑞𝑐
𝑓𝑠 = (9.2)
15

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 96


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dimana:
Ft = Fc = luas penampang bikonus (10 cm2)
qt = tekanan tanah total yang terbaca pada manometer akibat tekanan
konus dan friksi (kg/cm2)
qc = tekanan konus yang terbaca pada manometer (kg/cm2)
Fm = luas mantel bikonus (150 cm2)

Hambatan Pelekat (HP):

𝐻𝑃 = 𝑙 × 𝑓 (9.3)

dimana:
l = panjang lekatan = 20 cm (sondir ditekan tiap 20 cm)

Jumlah Hambatan Pelekat (JHP):

𝐽𝐻𝑃 = ∑ 𝑓𝑖 × 𝑙𝑖 (9.4)

Sedangkan nilai rasio gesekan (Friction Ratio) diperoleh berdasarkan


persamaan berikut:

𝐹𝑅 = 𝑞𝑐 × 100% (9.5)
𝑓𝑠

Setelah dilakukan perhitungan fs, HP, JHP, dan FR, dibuat grafik terhadap
kedalaman yang menunjukkan stratifikasi dari lapisan tanah di lokasi tersebut.
Nilai tahanan konus serta nilai rasio friksi dapat dikorelasikan terhadap jenis
tanah serta prilakunya. Gambar berikut menunjukkan korelasi hasil uji CPT
terhadap prilaku tanah oleh Robertson (1986).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 97


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.4 Korelasi hasil uji CPT dengan jenis tanah

9.5. Prosedur Praktikum


9.5.1. Persiapan
1. Buat lubang bujur sangkar dengan ukuran 30 cm sisinya dengan
kedalaman 20 cm atau sampai kedalaman dimana tidak dijumpai lagi
lapisan yang mengandung akar tanaman.
2. Pasang angkur pada dua sisi dimana alat sondir akan ditempatkan.

Gambar 9.1 Proses pemasangan angkur

3. Letakkan mesin sondir lalu pasang baja kanal sebagai penahan agar alat
tidak terangkat atau goyang.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 98


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

4. Set kedua manometer menjadi nol.


5. Periksa konus, pipa sondir dan pipa dalamnya serta olesi oli agar lancar.

9.5.2. Jalannya Praktikum


1. Hubungkan Konus dengan rangkaian pipa dan pipa dalamnya lalu pasang
pada alat sondir.

Gambar 9.2 Proses penetrasi alat sondir

2. Putar alat sondir secara manual sehingga menekan rangkaian konus dan
pipa menembus tanah sampai kedalaman 20 cm.
3. Kunci alat dan lakukan pembacaan pada manometer sambil diputar searah
jarum jam dengan kecepatan penetrasi konus antara 1 cm/s sampai 2
cm/s. Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun,
karena akan mengacaukan pembacaan.
4. Bila pembacaan sudah mencapai nilai yang lebih besar dari 50 kg/cm 2,
pembacaan dilakukan pada manometer besar dengan cara mengunci
manometer kecil dan membuka manometer besar, kemudian dilakukan
pembacaan kembali.
5. Pembacaan dihentikan bila nilai qc telah mencapai harga 250 kg/cm2.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 99


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

9.6. Pengolahan Data


Contoh perhitungan data :
• Untuk h = 40 cm; qc = 15 kg/cm2; qt = 21 kg/cm2
𝑓𝑠 = 𝑞𝑡−𝑞𝑐 = 21−15 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 = 0,4 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
15 15

𝐻𝑃 = 𝑙 × 𝑓𝑠 = 20 × 0,4 = 8 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐽𝐻𝑃 = 0 + 8 = 8 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐹𝑅 = (𝑓𝑠) × 100% = (0,4) × 100% = 2,67%
𝑞𝑐 15

• Untuk h = 60 cm; qc = 19 kg/cm2; qt = 31 kg/cm2


𝑓𝑠 = 𝑞𝑡−𝑞𝑐 = 31−19 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 = 0,8 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
15 15

𝐻𝑃 = 𝑙 × 𝑓𝑠 = 20 × 0,8 = 16 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐽𝐻𝑃 = 8 + 16 = 24 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐹𝑅 = (𝑓𝑠) × 100% = (0,8) × 100% = 4,21%
𝑞𝑐 19

Setelah itu dibuat tabulasi perhitungan nilai fs, HP, JHP, dan FR, disertai
dengan grafik qc terhadap kedalaman, grafik fs terhadap kedalaman, dan
grafik FR terhadap kedalaman. Hasil akhir dari percobaan ini adalah stratifikasi
tanah berdasarkan nilai qc, fs, HP, JHP, dan FR pada lokasi dilakukan
pengujian sondir. Berikut merupakan contoh pengolahan data sondir.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 100


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Project : PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH


Location : KAMPUS UI, DEPOK
Sondir : S1
Date of Testing : 9/15/2006
Diameter of Cone : 3,55 cm
Area of Cone : 150 cm2
Ground Water
Level : m
Elevation : 0,000 m

Pembacaan
Kedalaman qc qt fs HP JHP FR
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (%)
0,00 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00
-0,20 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00
-0,40 15 21 0,40 8,00 8,00 2,67
-0,60 19 31 0,80 16,00 24,00 4,21
-0,80 19 34 1,00 20,00 44,00 5,26
-1,00 17 24 0,47 9,33 53,33 2,75
-1,20 18 23 0,33 6,67 60,00 1,85
-1,40 17 24 0,47 9,33 69,33 2,75
-1,60 18 24 0,40 8,00 77,33 2,22
-1,80 18 27 0,60 12,00 89,33 3,33
-2,00 20 29 0,60 12,00 101,33 3,00
-2,20 16 28 0,80 16,00 117,33 5,00
-2,40 18 28 0,67 13,33 130,67 3,70
-2,60 16 23 0,47 9,33 140,00 2,92
-2,80 15 32 1,13 22,67 162,67 7,56
-3,00 14 32 1,20 24,00 186,67 8,57
-3,20 16 34 1,20 24,00 210,67 7,50
-3,40 18 33 1,00 20,00 230,67 5,56
-3,60 20 35 1,00 20,00 250,67 5,00
-3,80 20 36 1,07 21,33 272,00 5,33
-4,00 20 38 1,20 24,00 296,00 6,00
-4,20 23 38 1,00 20,00 316,00 4,35
-4,40 24 44 1,33 26,67 342,67 5,56
-4,60 24 37 0,87 17,33 360,00 3,61
-4,80 29 44 1,00 20,00 380,00 3,45
-5,00 27 38 0,73 14,67 394,67 2,72
-5,20 28 35 0,47 9,33 404,00 1,67
-5,40 28 37 0,60 12,00 416,00 2,14
-5,60 28 34 0,40 8,00 424,00 1,43
-5,80 20 34 0,93 18,67 442,67 4,67
-6,00 20 35 1,00 20,00 462,67 5,00

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 101


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pembacaan
Kedalaman qc qt fs HP JHP FR
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (%)
-6,20 18 24 0,40 8,00 470,67 2,22
-6,40 16 20 0,27 5,33 476,00 1,67
-6,60 15 18 0,20 4,00 480,00 1,33
-6,80 15 17 0,13 2,67 482,67 0,89
-7,00 12 16 0,27 5,33 488,00 2,22
-7,20 12 16 0,27 5,33 493,33 2,22
-7,40 12 17 0,33 6,67 500,00 2,78
-7,60 10 12 0,13 2,67 502,67 1,33
-7,80 10 13 0,20 4,00 506,67 2,00
-8,00 15 18 0,20 4,00 510,67 1,33
-8,20 18 26 0,53 10,67 521,33 2,96
-8,40 12 22 0,67 13,33 534,67 5,56
-8,60 26 29 0,20 4,00 538,67 0,77
-8,80 18 25 0,47 9,33 548,00 2,59
-9,00 18 28 0,67 13,33 561,33 3,70
-9,20 25 37 0,80 16,00 577,33 3,20
-9,40 39 59 1,33 26,67 604,00 3,42
-9,60 58 66 0,53 10,67 614,67 0,92
-9,80 21 50 1,93 38,67 653,33 9,21
-10,00 35 45 0,67 13,33 666,67 1,90
-10,20 30 46 1,07 21,33 688,00 3,56
-10,40 30 46 1,07 21,33 709,33 3,56
-10,60 60 68 0,53 10,67 720,00 0,89
-10,80 100 120 1,33 26,67 746,67 1,33
-11,00 75 90 1,00 20,00 766,67 1,33
-11,20 65 70 0,33 6,67 773,33 0,51
-11,40 130 145 1,00 20,00 793,33 0,77
-11,60 145 155 0,67 13,33 806,67 0,46
-11,80 95 105 0,67 13,33 820,00 0,70
-12,00 150

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 102


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.3 Contoh grafik pengolahan data sondir. Grafik qc dan JHP terhadap kedalaman
(kiri); grafik fs terhadap kedalaman (tengah); grafik FR terhadap kedalaman (kanan)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 103


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 10
TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED-UNDRAINED) TEST

10.1. Standar Acuan


ASTM D 2850 “Standard Test Method for Unconsolidated-Undrained Triaxial
Compression Test on Cohesive Soils”
SNI 03-4813-1998 Rev. 2004 “Cara uji triaksial untuk tanah kohesif dalam
keadaan tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase (UU)”

10.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui parameter kuat geser tak terdrainasi suatu tanah
(undrained shear strength), yaitu berupa sudut geser tanah () dan nilai
kohesi (c).

10.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Unit mesin Triaxial Test
 Alat untuk memasang membran karet pada tanah uji
 Pompa penghisap
 Membran karet untuk membungkus tanah uji
 Kertas tissue
 Cetakan contoh tanah uji
 Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm
 Extruder
 Spatula
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
 Can
 Oven

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 104


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Bahan
 Sampel tanah undisturbed (sampel tanah tak terganggu)

10.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Salah satu tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan parameter kuat
geser tanah. Parameter ini didefinisikan dengan persamaan umum Coulomb:

𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝜑 (10.1)

Dimana:
τ = kuat geser (kPa, ksf, psi, dll)
c = kohesi tanah atau adhesi antarpartikel (kPa, ksf, dll)
σn = tegangan normal (kPa, ksf, dll)
φ = sudut geser dalam (°)

Persamaan 10.1 merupakan parameter kuat geser pada kondisi tegangan total
(total stress). Tanah yang diberikan penambahan beban akan mengalami
kenaikan tegangan air pori, Δu. Apabila kenaikan tegangan air pori ini
dihilangkan, maka didapatkan persamaan kuat geser tanah pada kondisi
tegangan efektif (effective stress), seperti persamaan 10.2 berikut.

𝜏 = 𝑐′ + (𝜎𝑛 − ∆𝑢) 𝑡𝑎𝑛 𝜑′ (10.2)

Nilai tegangan efektif merupakan parameter kuat geser tanah yang


sebenarnya.

Ada tiga macam Triaxial Test:


1. Unconsolidated Undrained Test (UU)
Pada percobaan ini air tidak diperbolehkan mengalir dari sampel tanah.
Tegangan air pori biasanya tidak diukur pada percobaan semacam ini.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 105


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dengan demikian hanya kekuatan geser “UNDRAINED” (Undrained Shear


Strength) yang dapat ditentukan.

2. Consolidated Undrained Test (CU)


Pada percobaan ini sampel tanah diberikan tegangan normal dan air
diperbolehkan mengalir dari sampel. Tegangan normal ini bekerja sampai
konsolidasi selesai, yaitu sampai tidak terjadi lagi perubahan pada isi
sampel tanah. Kemudian jalan air dari sampel ditutup dan sampel
diberikan tegangan geser secara undrained (tertutup). Tegangan normal
masih tetap bekerja, biasanya tegangan air pori diukur selama tegangan
geser diberikan.

3. Drained Test (CD)


Pada percobaan ini sampel tanah diberi tegangan normal dan air
diperbolehkan mengalir sampai konsolidasi selesai. Kemudian tegangan
geser diberikan dengan kata lain pergeseran dilakukan secara drained
(terbuka). Untuk menjaga tekanan air pori tetap nol, maka kecepatan
percobaan harus lambat (dalam hal ini juga tergantung koefisien
permeabilitas).

Pada percobaan, yang akan dilakukan adalah Unconsolidated-Undrained (UU).


Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝒌.𝑴
𝝈𝟏 = 𝑨
+ 𝝈𝟑

∆𝝈 = 𝒌.𝑴 = 𝒅𝒆𝒗𝒊𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒔𝒕𝒓𝒆𝒔𝒔 (10.3)


𝑨
𝑨𝟎
𝑨=
𝟏−𝜺
∆𝑳
𝜺=
𝑳𝟎

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 106


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dimana:
σ1 = Tegangan vertikal yang diberikan
σ3 = Tegangan horizontal
k = Kalibrasi dari proving ring
A0 = Luas sampel tanah awal
∆L = Perubahan panjang sampel awal
L0 = Panjang sampel tanah awal
M = Pembacaan proving ring maksimum

Dengan Diagram Mohr, hubungan sudut geser tanah, tegangan, dan gaya
geser dapat digambarkan:

(𝝈𝟏+𝝈𝟑) (𝝈𝟏+𝝈𝟑)
𝜎𝑛 = + cos 2𝜃 (10.4)
2 2
−𝝈𝟑)
𝜎𝑛 = (𝝈𝟏 sin 2𝜃
2

Gambar 9.1 Diagram mohr untuk mencari nilai kohesi (c) dan sudut geser (φ).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 107


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dari percobaan Triaxial ini diketahui tiga jenis keruntuhan dari tanah uji, sbb:
1. General Shear Failure
Penambahan beban pada pondasi diikuti oleh penurunan pondasi tersebut.
Pada pembebanan mencapai qu maka terjadi keruntuhan tiba-tiba yang
diikuti oleh perluasan keruntuhan permukaan sampai ke bawah
permukaan.

Gambar 9.2 Grafik hubungan q vs settlement, terlihat puncak yang jelas

2. Local Shear Failure


Pada keadaan lain jika pondasi masih dapat memikul beban setelah
tercapai qu, walaupun terjadi penurunan permukaan tiba-tiba. Pada grafik
hubungan q vs settlement tidak terlihat puncak yang jelas.

Gambar 9.3 Grafik hubungan q vs settlement, tidak terlihat puncak yang jelas

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 108


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3. Punching Shear Failure


Pada pondasi yang didukung oleh tanah yang agak lepas setelah
tercapainya qu, maka grafik hubungan q vs settlement bisa digambarkan
mendekati linear.

Gambar 9.4 Grafik hubungan q vs settlement, mendekati linear

10.5. Prosedur Praktikum


10.5.1.Persiapan
1. Keluarkan sampel tanah undisturbed dari tabung dan masukkan ke dalam
cetakan silinder uji (dengan menggunakan extruder mekanis) dan potong
dengan gergaji kawat.

Gambar 9.5 Proses pencetakan sampel uji undisturbed

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 109


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Ratakan kedua ujung sampel tanah di dalam silinder uji dengan


menggunakan spatula. Kemudian keluarkan sampel uji dari silinder uji
dengan extruder manual.

Gambar 9.6 Proses pengeluaran sampel uji dari silinder uji (kiri) dan sampel uji yang
telah jadi (kanan)

3. Ukur dimensi sampel tanah (L = 2-3 D ).


4. Timbang berat awal sampel tanah tersebut.

10.5.2. Jalannya Praktikum


1. Pasang membran karet pada sampel dengan menggunakan alat
pemasang:
 Pasang membran karet pada dinding alat tersebut.
 Hisap udara yang ada di antara membran dan dinding alat dengan
pompa hisap.
 Masukkan sampel tanah ke dalam alat pemasang tersebut.
 Lepaskan sampel tanah dari alat tersebut sehingga sampel terbungkus
membran.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 110


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.7 Sampel uji yang telah terpasang membran karet

2. Masukkan sampel tanah ke dalam sel Triaxial, dan tutup dengan rapat.

Gambar 9.8 Proses pemasangan sampel uji ke alat triaksial

3. Pasang sel triaksial pada unit mesin Triaxial.


4. Atur kecepatan penurunan 1% dari ketinggian sampel.
5. Isi sel Triaxial dengan gliserin sampai penuh dengan memberi tekanan
pada tabung tersebut. Pada saat gliserin hampir memenuhi tabung,
keluarkan udara yang ada di dalam tabung agar gliserin dapat memenuhi
sel. Fungsi gliserin ini adalah untuk menjaga tegangan 3 dapat merata ke
seluruh permukaan sel dan besarnya dapat dibaca pada manometer.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 111


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Untuk percobaan ini diberikan harga:


 3 = 0.40 kg/cm2
 3 = 0.80 kg/cm2
 3 = 1.20 kg/cm2
dengan kedalaman sampel tanah = 1,0 s/d 1,5 meter.

Gambar 9.9 Proses pengisian sel triaksial dengan gliserin/air

6. Lakukan penekanan pada sampel tanah dari atas (vertikal).


7. Lakukan pembacaan Load Dial setiap penurunan dial bertambah 0.02 inch
atau 0.025 mm.
8. Setelah selesai, masukkan sampel uji ke oven untuk mencari kadar air.

10.6. Pengolahan Data


10.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

10.6.2. Perhitungan (contoh)


Sampel No.1 dengan kedalaman asal tanah 1.0 m – 1.5 m :
Data :
σ31 = 0.4 kg/cm2
Tinggi sampel (L0)= 7.23 cm
Diameter sampel (D) = 3.55 cm

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 112


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

A0 = ¼..D2 = 9.89 cm2


LRC = 0.15 kg/cm2 (contoh)

Contoh perhitungan :
 Pembacaan dial deformasi 0.025 mm
 Pembacaan dial pembebanan (M) = 21
 Unit strain (ε) = ∆L/L0 = (0.025)/(7.23) = 0.0034602
 Area correction factor = (1- ε) = 1-( 0.0034602) = 0.9965398 cm2
 Correct area :
𝐴0 9,89
𝐴′ = = = 9,9273131 𝑐𝑚2
1 − 𝜀 0,9965398
 Dari diagram Mohr didapat :
σ1 = (σ1-σ3) + σ3
σ1 = σ + σ3
Diambil harga yang maksimum M = 85.00 ; diperoleh c = 32,87, dan  =
31,51o maka :
𝜑 31,51
𝜃 = 45 + = 45 + = 60,76°
2 2
 Mencari n dan n :
𝜎 1+𝜎3 𝜎 −𝜎
𝜎𝑛 = + 1 3 cos 2𝜃
2 2
1,649 +0,40 1,649−0,40
𝜎𝑛 = + cos(121,52)
2 2

𝜎𝑛 = 0,6810 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

−𝜎3
𝜏𝑛 = 𝜎1 sin 2𝜃
2

𝜏𝑛 = 1,649−0,4
2
sin(121,52)

𝜏𝑛 = 0,5324 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 113


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Contoh perhitungan data triaxial (tabulasi dan grafik)

Gambar 9.10 Data tiap sampel triaxial

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 114


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.11 Pengolahan data sampel triaxial No.1

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 115


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.12 Pengolahan data sampel triaxial No.2

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 116


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 117


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.13 Pengolahan data sampel triaxial No.3

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 118


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.14 Grafik keruntuhan dan Grafik Mohr dari uji Triaxial

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 119


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 11
CONSOLIDATION TEST

11.1. Standar Acuan


ASTM D 2435 “Standard Test Method for One-Dimensional Consolidation
Properties of Soils”
SNI 03-2812-1992 “Metode pengujian konsolidasi tanah satu dimensi”

11.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


 Menentukan koefisien pemampatan / Compression Index (CC).
 Mencari tegangan Pre-Consolidated (PC), untuk mengetahui kondisi tanah
dalam keadaan Normally Consolidated atau Over Consolidated .
 Menentukan koefisien konsolidasi (CV), yang menjelaskan tingkat kompresi
primer tanah.
 Menentukan koefisien tekanan sekunder (C) yang menjelaskan koefisien
rangkak (creep) dari suatu tanah.

11.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Consolidation loading device
 Consolidation cell
 Ring Konsolidasi
 Beban (1; 2; 4; 8; 16; 32 kg)
 Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm
 Gergaji kawat dan spatula
 Vaseline, kertas pori, dan batu Porous,
 Oven pengering
 Dial dengan akurasi 0,002 mm
 Stopwatch
 Extruder
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 120


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Can

b. Bahan
 Sampel tanah undisturbed dari tabung

Gambar 11.1 Alat konsolidasi

11.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Konsolidasi adalah peristiwa penyusutan volume secara perlahan-lahan pada
tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran
sebagian air pori. Proses tersebut berlangsung terus sampai kelebihan tekanan
air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar
hilang.

Penurunan konsolidasi adalah perpindahan vertikal permukaan tanah


sehubungan dengan perubahan volume pada suatu tingkat dalam proses
konsolidasi. Perkembangan konsolidasi di lapangan dapat diketahui dengan

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 121


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

menggunakan alat piezometer yang dapat mencatat perubahan air pori


terhadap waktu.

Waktu proses konsolidasi bergantung pada beberapa faktor berikut:


- Derajat kejenuhan
- Koefisien permeabilitas tanah
- Viskositas dan kompresibilitas dari rongga cairan
- Panjang dari jalur drainase

Terjadi tiga tahapan yang berbeda dalam proses konsolidasi:


o Tahap I : Terjadi pemampatan awal yang terjadi akibat dari pembebanan
awal.
o Tahap II : Terjadi konsolidasi primer, yaitu saat dimana tekanan air pori
secara perlahan dipindahkan kedalam tegangan efektif, yang
merupakan akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah.
o Tahap III: Terjadi Konsolidasi sekunder, yaitu disaat tekanan air pori telah
hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi pada masa ini
disebabkan oleh terjadinya penyesuaian plastis dari partikel-
partikel tanah.

Sementara itu, penurunan segera atau yang dapat disebut immediate


settlement, merupakan akibat dari deformasi elastis yang terjadi pada tanah
kering, basah dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.

11.5. Prosedur Praktikum


11.5.1.Persiapan
1. Berikan ring konsolidometer dan olesi vaseline diseluruh permukaan
bagian dalam, kemudian ukur dimensi (D dan h0) dan massa-nya (Wring)
dengan jangka sorong dan timbangan.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 122


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.2 Pengolesan vaseline ke silinder ring (kiri), pengukuran diameter ring
konsolidasi (kanan), dan pengukuran tinggi ring konsolidasi (bawah)

2. Keluarkan sampel tanah dengan menggunakan extruder dan masukkan ke


dalam ring dan ratakan permukaannya dengan spatula. Kemudian timbang
beratnya (Ww0).

Gambar 11.3 Tanah dikeluarkan dari tabung dengan extruder (kiri), proses perataan
permukaan ring (kanan).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 123


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

11.5.2. Jalannya Praktikum


1. Susun modul ke dalam sel konsolidasi dengan urutan dari bawah :
 Batu pourous
 Kertas pori
 Sampel tanah dalam ring
 Kertas pori
 Batu porous
 Silinder tembaga yang berfungsi meratakan beban
 Penahan dengan 3 mur

Gambar 11.4 Kertas pori dan batu porous (kiri) dan sample tanah dalam ring konsolidasi
(kanan)

Gambar 11.5 Silinder tembaga (kiri) dan 3 mur penahan (kanan)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 124


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Berikan air sampai permukaan silinder tembaga tergenang, kemudian set


dial menjadi nol sebelum beban ditambahkan; sedangkan lengan beban
masih ditahan baut penyeimbang.

Gambar 11.6 Pemberian air hingga permukaan silinder tembaga terendam (kiri) dan
pengesetan dial (kanan)

3. Berikan pembebanan konstan sebesar 1 kg dengan interval waktu 0”, 6”,


15”, 30”, 60”, 120”, 240”, 480”, dan 24 jam. Dan catat masing-masing
pembacaan pada dial.
4. Ulangi percobaan untuk pembebanan 2; 4; 8; 16 dan 32 kg dengan
interval waktu 24 jam. Dan catat masing-masing pembacaan pada dial.
5. Lakukan proses unloading yaitu menurunkan beban secara bertahap dari
32; 16; 8; 4; 2; dan 1 kg. Catat nilai unloading sebelum beban diturunkan.

Gambar 11.7 Proses loading (kiri) dan pembacaan dial untuk setiap waktu (kanan)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 125


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6. Keluarkan tanah dari sel konsolidometer dan ring berikut sampel tanah
kemudian timbang dan masukkan ke dalam oven untuk mendapatkan
berat kering sampel (Wd) sehingga dapat ditentukan kadar airnya.

11.6. Pengolahan Data


11.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

11.6.2. Perhitungan
a. Menentukan harga t90

t x t (menit)

 Menurut Taylor
Nilai t x yang didapatkan
kemudian dikuadratkan untuk
mendapatkan nilai t90
x

1.15x
Penurunan (cm)

Gambar 11.8 Grafik penurunan vs akar waktu penurunan, untuk menentukan t90

Langkah-langkah dalam menentukan t90 ialah:


1. Buat grafik penurunan vs akar waktu penurunan.
2. Tarik garis singgung pada kurva di daerah penurunan awal dan cari
titik potong dengan sumbu akar waktu sebesar 1,15 kali absis titik
potong pertama tadi untuk dihubungkan dengan titik potong antara
perpanjangan garis terakhir dengan kurva itulah yang dinamakan t90.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 126


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Menentukan Koefisien Konsolidasi (CV)


Rumus yang digunakan adalah :
Kondisi
2
Awal H
0,848H
Cv 
t90 (11.1)
1
H  half averageload height  H ring  H 
H
2  
2  Susut

c. Menentukan tegangan pre-consolidation (PC)


Pressure (kg/cm2) dlm log

Pc

Grs 2

Grs 1

0
Grs 3
p
1
Grs 5
2
16 e2

e1
32

Grs 4
Void Ratio, e

Gambar 11.9 Grafik angka pori vs tegangan, untuk mencari tegangan PC

Langkah pengerjaan:
1. Sketsa grafik angka pori vs tegangan
2. Buat garis dari titik 0 ke titik 32 (grs 1).
3. Buat garis sejajar thd garis 1 dan bersinggungan dgn titik lengkung
(grs 2).
4. Buat garis horisontal thd titik p (grs 3).
5. Tarik garis melalui titik 16 dan 32 (grs 4).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 127


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6. Buat garis yang membagi sudut antara garis 2 dan 3 sama besar
(1=2) (grs 5).
7. Titik perpotongan garis 4 dgn garis 5 kita tarik lurus ke atas dan
didapatkan nilai Pc.

d. Menentukan harga Compression Index (CC)


Rumus yang digunakan adalah :
e2  e1
Cc  
 log p1  log p2 
keterangan :
e1, e2  angka pori  dari grafik pressurevs void ratio (11.2)
 diambil titik 16 dan 32utk memudahkan perhitungan
p1, p2 tekanan (kg / cm2 )

e. Untuk mencari harga Recompression Index (CR) :


 Rumus sama dengan CC namun, nilai e0 dan ec diambil pada titik 0 dan
2.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 128


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Data Percobaan Awal :

1. Diameter ring (D) ............................ cm

2. Luas ring (A) ............................ cm2

3. Tinggi ring (Ht) ............................ cm

4. Tinggi sampel (Hi) ............................ cm

5. Harga Spesivic Gravity (Gs) ............................

6. Berat (tanah + ring) awal ............................ gr

7. Berat ring ............................ gr

8. Berat tanah basah (Wt) (6) – (7) gr


Berat air
9. Kadar air awal (Wi) 100% %
Berat tan ah ker ing

10. Berat kering tanah (Ws) ............................ gr

11. Berat tanah kering oven (Ws) ............................ gr

12. Tinggi tanah awal (H0) ............................ cm

13. Beda tinggi (Hv) Hi – H0 cm


Wt Ws
14. Derajat saturasi (Si)
Hv A
Hv
15. Void ratio (e0)
H0

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 129


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Data Percobaan Akhir :

16. Pembacaan awal ............................ cm

17. Pembacaan akhir ............................ cm

18. Bedaan tinggi (16) – (17) cm

19. Tinggi sampel akhir (Hvf) (13) – (18) cm


Hvf
20. Void ratio akhir (ef)
H0
Berat air
21. Kadar air akhir (Wf) 100% %
WS
Wt
H kg/c
22. Po Hi  A m2

23. Beda tinggi (H) ............................ cm


H
24. Beda void ratio (e)
H0

25. Void ratio (e) e0 - e

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 130


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Contoh Perhitungan Data Konsolidasi

Gambar 11.10 Data sampel konsolidasi

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 131


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.11 Data pembacaan sampel konsolidasi tiap tahap pembebanan

Gambar 11.12 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 1 kg

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 132


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.13 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 2 kg

Gambar 11.14 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 4 kg

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 133


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.15 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 8 kg

Gambar 11.16 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 16 kg

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 134


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.16 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 32 kg

Gambar 11.18 Data perhitungan untuk mencari t90 dan Cv

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 135


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.19 Grafik konsolidasi yang dapat digunakan untuk mencari Pc

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 136


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 12
DIRECT SHEAR TEST

12.1. Standar Acuan


ASTM D 3080 “Standard Test Method for Direct Shear Test of Soils Under
Consolidated Drained Conditions”
SNI 2813:2008 “Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan
terdrainase”

12.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui nilai kohesi (c) dan sudut geser (φ) pada suatu sampel
tanah.

12.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Alat Direct Shear Test dan Shear Box
 Beban dengan berat 5 – 25 kg
 2 Dial gauge untuk proofing dial dan horizontal dial
 Specimen cutter untuk memotong sampel tanah kohesif
 Tamper untuk memadatkan tanah yang cohesionless
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
 Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm
 Stopwatch
 Can
 Oven

b. Bahan
 Sampel tanah pasir

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 137


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

12.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Kekuatan geser dapat diukur langsung dengan pemberian beban konstan
vertikal (normal) pada sampel dan pemberian gaya geser tertentu dengan
kecepatan konstan dan perlahan-lahan untuk menjaga tegangan air pori tetap
nol hingga tercapai kekuatan geser maksimum. Tegangan normal didapatkan
dengan pembagian besarnya gaya normal dengan luas permukaan bidang
geser:

𝜎𝑛 = 𝑃𝐴 (12.1)

Sedangkan tegangan geser didapat dengan menghitung gaya geser (G) yang
didapat dari pembacaan maksimum load ring dial setelah dikalikan dengan
nilai kalibrasi prooving ring (LRC):

𝜏=𝐺
𝐴

G = M x LRC (12.2)
LRC = 0,15 kg/div

Tegangan geser ini merupakan persamaan Coulomb seperti pada pengujian


triaxial, dimana untuk parameter tegangan efektif:

𝜏 = 𝑐′ + (𝜎𝑛 − ∆𝑢) 𝑡𝑎𝑛 𝜑′ (12.3)

Dimana:
τ = kuat geser (kPa, ksf, psi, dll)
c’ = kohesi tanah efektif (kPa, ksf, dll)
σn = tegangan normal (kPa, ksf, dll)
φ’ = sudut geser dalam efektif (°)
Δu = perubahan tegangan air pori (kPa, ksf, dll)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 138


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Seiring dengan bertambahnya gaya normal, gaya perlawanan yang diberikan


juga semakin bertambah. Hal ini dikarenakan titik kontak antar partikel yang
semakin banyak akibat gaya normal. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa kuat geser merupakan sebuah fungsi dari beban normal.

Untuk tanah lepas (cohesionless – pasir) nilai kohesi seharusnya adalah 0,


dengan nilai sudut geser pasir (φ) berkisar antara 28° - 48°.

12.5. Prosedur Praktikum


12.5.1.Persiapan
1. Ukur diameter lingkar dalam Shear Box.
2. Seimbangkan sistem counterweight sehingga mampu memberikan gaya
normal terhadap shear box.
3. Timbang penutup Shear Box + bola + can.
4. Sediakan pasir secukupnya dan dibersihkan dari kotoran maupun kerikil
menggunakan saringan No.18.
5. Ambil sedikit pasir, timbang dan masukkan oven untuk mencari kadar air
pasir.

12.5.2. Jalannya Praktikum


1. Masukkan pasir ke dalam shear box kira-kira 3/4 bagian dengan mengunci
shear box terlebih dahulu agar tidak dapat bergerak.
2. Ratakan permukaan pasir dengan spatula lalu ditutup dengan penutup
shear box dan bola.
3. Berikan beban sebesar 5 kg, lalu buka kunci shear box.
4. Atur horizontal dial dan load ring dial menjadi nol.
5. Berikan gaya geser shear box dengan kecepatan 1 mm/menit.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 139


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 12.1 Proses pemberian gaya geser pada shear box

6. Catat pembacaan horizontal dial setiap 15 detik hingga dial berhenti dan
berbalik arah.
7. Ulangi percobaan 1 – 6 untuk beban 10, 15, 20, dan 25 kg.

12.6. Pengolahan Data


12.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)

12.6.2. Perhitungan
Dari data diketahui :

1. Berat penutup + bola ............................ gr

2. Diameter shear box (d) ............................ cm

3. Luas penampang pasir (A) ¼  d2 cm2

4. LRC ............................ kg/div

5. Beban 5 Kg :

σ = P/A = (5 + (1))/(A) ............................ kg/cm2

τ= (LRC *M)/(A) ............................ kg/cm2

6. Beban 10 Kg :

σ = P/A = (10 + (1))/(A) ............................ kg/cm2

τ = (LRC * M)/(A) ............................ kg/cm2

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 140


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Demikian selanjutnya untuk beban yang lainnya sehingga dapat dibuat grafik
untuk menentukan harga c dan  dengan menggunakan regresi linear:

Y = (a)X + (b) (12.4)

dimana:

X = σ = P/A (12.5)
Y = τ = G/A

Dari perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel untuk pembuatan grafik Direct
shear, seperti berikut ini:

Beban X (P/A) Y (G/A)


5 kg
10 kh
15 kg
20 kg
25 kg

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 141


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Contoh perhitungan data direct shear test (tabulasi dan grafik)

Gambar 12.2 Tabel data sampel direct shear

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 142


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 12.3 Tabel data percobaan direct shear dengan variasi beban yang berbeda

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 143


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 12.4 Grafik direct shear yang dapat digunakan untuk mencari kohesi ( c) dan
sudut geser () pasir.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 144


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 13
UNCONFINED COMPRESSION TEST

13.1. Standar Acuan


ASTM D 2166 “Standard Test Method for Unconfined Compressive Strength
of Cohesive Soil”
RSNI 3638 “Metode uji kuat tekan-bebas tanah kohesif”

13.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Untuk mencari nilai undrained shear strength dari tanah berbutir halus
(kohesif), seperti lempung yang tersaturasi dan cemented soils.

13.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Unit mesin Unconfined Compression Test
 Cetakan silinder contoh tanah uji
 Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm
 Oli
 Extruder mekanis dan manual
 Gergaji kawat
 Spatula
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
 Can
 Oven
 Palu

b. Bahan
 Sampel tanah undisturbed dari tabung

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 145


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

13.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Unconfined compression test merupakan kasus special pada unconsolidated
undrained triaxial test, dimana pada test ini tidak ada tekanan penahan
(tekanan arah horizontal) yang diberikan (nilai σ3=0). Tegangan axial pada
specimen akan meningkat secara bertahap hingga specimen mengalami
keruntuhan. Pada tahap keruntuhan, σ3=0 maka,

σ1= σ3+ Δσi= Δσi= qu (13.1)

dengan qu adalah nilai unconfined compression strength.

Gambar 13.1 Unconfined compression strength

Unconfined compression strength, qu, juga dapat didefinisikan sebagai beban


vertikal yang menyebabkan tanah menjadi retak dibagi satuan luas yang
dikoreksi (A). Harga qu bisa juga didapat dari lingkaran mohr:

Gambar 13.2 Grafik Mohr mencari nilai qu

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 146


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Cara menghitung luas sampel tanah dapat dijelaskan sebagai berikut:


 Volume sampel tanah semula

𝑉0 = 𝐿0 × 𝐴0

dimana:
𝑉0 = Isi sampel mula-mula (volume)
𝐿0 = panjang sampel mula-mula
𝐴0 = luas penampang sampel mula-mula

 Sesudah beban vertikal diberikan:


Panjang menjadi 𝐿, volume menjadi V, dan luas menjadi 𝐴.
Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

𝐿 = 𝐿0 − ∆𝐿 dan 𝑉 = 𝑉0 − ∆𝑉

(𝐿 dan 𝑉 diukur selama percobaan)

Gambar 13.3 Perubahan yang terjadi pada sampel selama percobaan berlangsung

 Dari persamaan diatas didapat:

𝐴(𝐿0 − ∆𝐿) = 𝐴0𝐿0 − ∆𝑉 (13.2)


𝐴0𝐿0−∆𝑉
𝐴=
𝐿0−∆𝐿

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 147


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Percobaan unfined compression test ini dilakukan dalam kondisi


undrained, dimana tidak adanya aliran air selama pembebanan sehingga
tidak terjadi perubahan volume (∆𝑉 = 0), sehingga persamaannya
menjadi:

𝐴 0𝐿 0 𝐴0 𝐴
𝐴= = = ∆𝐿0 (13.3)
𝐿0−∆𝐿 1− 1−𝜀
𝐿0

Dimana 𝜀 = regangan

Pada percobaan ini besarnya gaya yang bekerja dapat diketahui yaitu:

𝑃 = 𝑀 × 𝐿𝑅𝐶 (13.4)
Dimana:
𝑃 = Gaya yang hendak dicari
𝑀 =Pembacaan pada dial
𝐿𝑅𝐶 = Faktor kalibrasi alat (0,186)

Sementara itu,nilai 𝑞𝑢 dan 𝑐 dapat dicari dengan persamaan:

𝑃𝑚𝑎𝑥 𝑞𝑢
𝑞𝑢 = dan 𝑐= (13.5)
𝐴 2

Dimana:
𝑞𝑢 = Unconfined compression strength
𝑐 = Kekuatan geser tanah

Pada percobaan ini dimensi sampel harus memenuhi syarat:

2𝐷 ≤ 𝐿 ≤ 3𝐷
Dimana:
𝐷 = Diameter sampel
𝐿 = Tinggi sampel

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 148


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Hal ini didasarkan pada apabila 𝐿 ≤ 2𝐷, sudut bidang runtuhnya akan
mengalami overlap dan sementara jika𝐿 ≥ 3𝐷, contoh tanah akan berlaku
sebagai kolom dan kemungkinan akan terjadi tekuk. Perbandingan idealnya
adalah 𝐿 ∶ 𝐷 = 2 ∶ 1.

Pada tanah undisturbed setelah mengalami remoulded (disturbed)


menunjukan penurunan kekuatan dan karakteristik dari sifat penurunan
tersebut dikenal atau disebut juga dengan Sensitivity, yaitu:

𝑞𝑢 𝑢𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑏𝑒𝑑
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 =
𝑞𝑢 𝑟𝑒𝑚𝑜𝑢𝑙𝑑𝑒𝑑

Pada tanah jenis lempung dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai sensitivitas-


nya dalam table berikut.

Tabel 13.1 klasifikasi tanah berdasarkan sensitivitas (Braja M.,436)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 149


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

13.5. Prosedur Praktikum


13.5.1.Persiapan
1. Keluarkan sampel tanah undisturbed dari tabung dan masukkan ke dalam
cetakan silinder uji (dengan menggunakan extruder mekanis) dan potong
dengan gergaji kawat.
2. Ratakan kedua ujung sampel tanah di dalam silinder uji dengan
menggunakan spatula. Kemudian keluarkan sampel uji dari silinder uji
dengan extruder manual.
3. Ukur dimensi sampel tanah (L = 2-3 D ).
4. Timbang berat awal sampel tanah tersebut.
5. Ambil sisa tanah hasil pencetakan untuk ditentukan kadar airnya.

13.5.2. Jalannya Praktikum


1. Tempatkan sampel uji pada mesin Unconfined Compression Test sesegera
mungkin untuk menghindari hilangnya kadar air pada sampel uji.

Gambar 13.4 Proses pengujian unconfined sedang berlangsung

2. Naikkan pelat bawah dengan memutar kenop hingga ujung atas sampel
uji mengenai pelat atas dan dial gauge untuk pembebanan tersentuh.
Kunci kenop tersebut agar mesin Unconfined dapat bekerja.
3. Set dial menjadi nol dan mulai jalankan mesin Unconfined.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 150


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

4. Catat pembacaan Load Dial setiap penurunan dial bertambah 0.02 inch
atau 0.025 mm. Pembacaan dihentikan jika nilai Load Dial mulai bergerak
stabil atau turun selama 3 kali pembacaan.
5. Melakukan proses remoulded yaitu melebur kembali sampel uji yang telah
dicoba dan dipadatkan kembali dengan cara ditumbuk secara konstan
langsung pada silinder uji. Berat sampel uji remoulded haruslah sama
dengan berat sampel uji undisturbed.
6. Ulangi percobaan b – d.

13.6. Pengolahan Data


13.6.1.Data Hasil Praktikum
Contoh : Sampel Undisturbed
Data Kadar air sampel :
Wt of wet soil + cup = ...... gr
Wt of dry soil + cup = ...... gr
Wt of cup = ...... gr
Wt of water = ...... gr
Wt of dry soil = ...... gr
Water content, w = ...... %

Dimensi sampel :
Diameter = ....... cm
Tinggi = ....... cm
Luas = ....... cm2
Volume = ....... cm3
Berat = ....... gr

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 151


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

13.6.2.Perhitungan
Dari data di atas didapat :

Density :

weight  wet
wet  dry 
volume 1 w
dim ana :
w  kadar air  bukandalam persen

1. Density

2. Kalibrasi alat (K) ............................ kg/div

3. P =K M ............................ kg

4.  = L/L ............................

5. A = A0/(1-) ............................ cm2

6. qu = P/A ............................ kg/cm2

7. Cu = qu/2 ............................ kg/cm2

Untuk Remoulded :

8. qur = P/A kg/cm2

9. Cur = qu/2 kg/cm2

quu
Nilai Sensitivity :
qur

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 152


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Contoh Perhitungan Data UCT Undisturbed

Gambar 13.4 Tabel data sampel UCT kondisi Undisturbed

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 153


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 13.5 Tabel perhitungan sampel UCT kondisi Undisturbed

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 154


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 13.6 Grafik sampel UCT kondisi Undisturbed

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 155


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Contoh Perhitungan Data UCT Remoulded

Gambar 13.7 Tabel data sampel UCT kondisi Remoulded

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 156


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 13.8 Tabel perhitungan sampel UCT kondisi Remoulded

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 157


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 13.9 Grafik sampel UCT kondisi Remoulded

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 158


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAGIAN 3

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 159


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 14
SWELLING TEST

14.1. Standar Acuan


ASTM D 4546 “Standard Test Methods For One Dimensional Swell or
Settlement Potential of Cohesive Soils”

14.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari besar dan karakteristik pengembangan (swelling) dari tanah kohesif
akibat tekanan aksial. Karakteristik pengembangan meliputi presentase
pengembangan dan tekanan pengembangan.

14.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Consolidation loading device
 Consolidation cell
 Ring Konsolidometer
 Beban (1; 2 ;4 ;8 kg)
 Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm
 Gergaji kawat dan spatula
 Vaseline
 Kertas pori, batu pourous, dan silinder tembaga
 Oven pengering
 Dial dengan akurasi 0,01 mm
 Stopwatch
 Extruder Mekanis
 Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr
 Can

b. Bahan
 Sampel tanah montmorillonite /ekspansif

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 160


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

14.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Tanah mengembang atau disebut juga dengan expansive soil, adalah tanah
yang memiliki ciri-ciri kembang susut yang besar, mengembang pada musim
hujan dan menyusut pada musim kemarau.

Proses pengembangan (swelling) dan penyusutan (shrinking) tanah sebagian


besar adalah akibat peristiwa kapiler atau perubahan kadar air pada tanah
tersebut. Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami
perubahan volume ketika kadar air berubah. Pengurangan kadar air yang
diikuti oleh kenaikan tegangan efektif menyebabkan volume tanah menyusut
dan sebaliknya penambahan kadar air menyebabkan pengembangan.

Gambar 14.1 Peristiwa Kapiler (Interaksi Antara Partikel Lempung dan Air)

Berdasarkan ASTM D 4546 – 96, Standard Test Methods For One Dimensional
Swell or Settlement Potential of Cohesive Soils, pengujian swelling bertujuan
untuk menentukan nilai pengembangan akibat beban vertikal yang bekerja
pada tanah, yang terjadi karena air yang meresap ke pori-pori tanah mengisi
rongga-rongga udara sehingga terjadi perubahan isi. Selain itu, dapat pula
dilakukan pengujian untuk mendapatkan tekanan pengembangan tanah, yaitu
kondisi setelah tanah mencapai pengembangan maksimum dan diberi tekanan
bertahap hingga angka pori kembali ke awal.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 161


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Terdapat 3 metode dalam uji tekanan pengembangan, namun dalam


percobaan ini digunakan metode B untuk menghindari perubahan volume dan
tekanan yang terjadi di lapangan.

METODE A (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut Free Swell Pressure Test. Contoh tanah yang sudah
siap dalam consolidometer ring diameter 6,2 cm dan tinggi 2,54 cm diberi
tekanan sebesar 1 kPa. Sebelum di basahi contoh tanah tersebut diberi
seating pressure minimal 1 kPa selama 5 menit dan dilakukan pembacaan dial
seating pressure, kemudian dilepas dan dilakukan pembacaan dial sekali lagi.
Contoh tanah dengan beban konstan dengan tekanan 1 kPa diberi air hingga
mengembang dilakukan pembacaan dial selama 72 jam. Kondisi yang terakhir
ini ditetapkan sebagai persentase mengembang maksimum yang terjadi.
Langkah selanjutnya adalah contoh tanah diberi beban tambahan berturut-
turut sebesar 5kPa, 10 kPa, 20 kPa, 40 kPa, 80 kPa, 100 kPa, dan seterusnya
sehingga terlewati kondisi air pori awal. Untuk masing-masing kondisi dipakai
masa beban 12 jam.

METODE B (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut loaded swell test. Contoh tanah yang sudah siap
dicetak dalam consolidometer ring diameter 6,20 cm dan tinggi 2,54 cm diberi
tekanan minimal sebesar 1 kPa, kemudian dilakukan setting awal selama 5
menit sebelum dibasahi dan dilakukan pembacaan dial. Contoh tanah diberi
air hingga mengembang dan dilakukan pencatatan dial hingga mencapai batas
swell maximum dengan interval waktu sesuai dengan standar pembacaan.
Setelah mencapai batas swell maximum, ditetapkan sebagai persentase
mengembang maksimum yang terjadi. Langkah berikutnya contoh tanah
diberi beban tambahan berturut-turut minimal sebesar kelipatan overburden,
dan sampai seterusnya hingga melewati kondisi air pori awal. Untuk masing-
masing kondisi dipakai massa beban 24 jam.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 162


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

METODE C (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut Constant Volume Test. Contoh tanah yang sudah
siap dalam Consolidometer ukurannya sama dengan metode A dan metode B.
Contoh tanah terlebih dahulu diberi seating pressure selama 5 menit dan
dilepas. Pada kondisi ini dilakukan pembacaan dial. Kemudian consolidometer
tersebut di basahi dengan air. Untuk menjaga agar tanah tidak mengalami
perubahan volume selama pembasahan, tanah harus diberi beban untuk
melawan swelling yang terjadi pada system. Usaha mempertahankan volume
tersebut dilakukan terus menerus selama 48 jam. Langkah selanjutnya contoh
tanah diberi beban tambahan 40 kPa, 80 kPa, 100 kPa, 200 kPa, dan
seterusnya. Waktu setiap pembebanan 12 jam kemudian diperoleh grafik
hubungan void-ratio (e) dengan tekanan mengembang (P). Tekanan
mengembang yang sebenarnya diperoleh setelah dilakukan koreksi
cassagrande.

Besar pengembangan dan tekanan pengembangan yang didapatkan bisa


memperlihatkan potensi pengembangan dari tanah yang diujikan, sesuai
dengan tabel berikut:

Tabel 14.1 Hubungan persentase pengembangan terhadap tingkat pengembangan

Sumber: FH. Chen “Foundation on Expansive Soil”

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 163


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 14.2 Klasifikasi tanah ekspansif

Sumber: Holtz and Gibbs (1956) dan Seed et al’s (1962)

14.5. Prosedur Praktikum


14.5.1.Persiapan
1. Siapkan sampel tanah monmorilonite sebanyak 2500 gram.
2. Tambahkan air pada sampel sehingga kadar airnya mencapai 25%, sambil
diaduk hingga merata.
3. Lakukan pemadatan sampel tanah dengan standard proctor.

Gambar 14.2 Pemadatan sampel dengan hammer

4. Ukur dimensi ring (diameter dan tinggi) dan berat ring konsolidometer
kemudian mengolesi ring dengan vaselin.
5. Masukkan tanah uji ke dalam ring konsolidometer dengan menggunakan
extruder mekanis.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 164


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6. Meratakan tanah yang ada pada ring konsolidometer dengan


menggunakan spatula.

Gambar 14.2 Sampel tanah dalam ring

14.5.2. Jalannya Praktikum


1. Letakkan sampel pada konsolidometer dengan urutan:
 Batu pourous
 Kertas pori
 Sampel tanah dalam ring
 Kertas pori
 Batu porous
 Silinder tembaga
 Penahan dengan 3 mur
2. Atur dial pada alat konsolidometer dan tambahkan air sampai silinder
tembaga tergenang.
3. Berikan beban awal sebesar 150 atau 300 gram.
4. Lakukan pembacaan dial untuk 0”, 6”, 15”, 30”, 60”, 2’, 4’, 8’, 15’, 30’,
60’, 120’, 180’, 240’, 480’, 1440’, 2880’, dan 4320’.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 165


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 14.3 Sampel tanah dalam ring

5. Setelah 72 jam, ganti beban menjadi 1 kg dan lakukan pembacaan dial


setelah 24 jam, begitu seterusnya untuk beban 2, 4, dan 8 kg, serta 16
kg.
6. Hentikan penambahan beban bila dial sudah melebihi pembacaan dial
awal (menit 0).

14.6. Pengolahan Data


14.6.1.Data Hasil Praktikum
D = ... cm
H = ... cm
Wring = ... gram
Wring + soil = ... gram
A = ... cm2
V = ... cm3
𝑊𝑠𝑜𝑖𝑙 … − …
𝛾 = = = … 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 = … 𝑘𝑁/ 𝑚3
𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑉𝑠𝑜𝑖𝑙 …
𝑃𝑜 = 𝛾𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ × 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 = … × … = … 𝑘𝑁/ 𝑚2
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙 = 𝑃𝑜 × 𝐴𝑟𝑖𝑛𝑔 = … × … = … 𝑘𝑔
Gs = ...
Wdry = ... gr

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 166


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel pengamatan pengujian swelling

Waktu Beban Tegangan Dial


(menit) (kg) (kg/cm²) (10¯3 mm)
0
0,1
0,25
0,5
1
2
4
8
15
30
60
120
180
240
1440
2880
4320
5760 1
7200 2
8640 4
10080 8
11520 16

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 167


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

14.6.2.Perhitungan
Mencari besar pengembangan terhadap waktu:
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑛 − 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑙 𝑡0

Gambar 14.4 Contoh grafik pengembangan terhadap waktu

Gambar 14.5 Contoh grafik pengembangan terhadap log waktu

𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
% 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = × 100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Mencari Besar tekanan Pengembangan:


𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 × 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑔
𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = ( )
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑚2
Ket:
Koefisien = 10 (pengaruh panjang lengan momen)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 168


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 14.6 Contoh grafik tekanan vs pengembangan

Angka Pori Terhadap Tekanan


𝐺𝑠 = 2.7
𝑊𝑑𝑟𝑦 = … 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊𝑑𝑟𝑦 𝑥 𝐺𝑠
𝐻𝑜 = = … 𝑐𝑚
𝐴
𝐻𝑣 = 𝐻𝑖 − 𝐻𝑜 = … 𝑐𝑚
𝐻𝑣
𝑒= =…
𝐻𝑜

Gambar 14.7 Contoh grafik void ratio vs tekanan

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 169


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 15
SAND CONE TEST

15.1. Standar Acuan


ASTM D 1556 “Standard Test Method for Density and Unit Weight of Soil in
Place by the Sand-Cone Method”
SNI 03-2828-1992 “Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat
Konus Pasir”

15.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Tujuan dari pengujian lapangan berupa sand cone ini adalah:
 Untuk menentukan kepadatan (density) dari tanah yang sudah dipadatkan
(compacted soil). Biasanya dilakukan pada saat konstruksi timbunan
tanah, pekerjaan jalan, dan pada tanggul. Dari pengujian ini didapatkan
nilai γdry lapangan yang akan dibandingkan dengan γdry dari laboratorium.
 Untuk menentukan massa jenis in-situ dan berat jenis dari deposit tanah
alami, agregat, dan campuran tanah menggunakan alat sand cone.

15.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Satu set alat sand cone
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
 Botol kaca dengan volume ± 4000 cm
 Cone / corong besar
 Katup dan pipa orifice yang dihubungkan dengan botol kaca melalui
corong kecil
 Sendok tanah
 Pengeruk / alat penggali
 Pelat metal

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 170


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Bahan
 Pasir kuarsa dengan diameter seragam dan kering

Gambar 15.1 Peralatan pengujian sand cone

15.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Percobaan sand cone merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan di
lapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan tanah) asli ataupun
hasil suatu pekerjaan pemadatan (timbunan) pada tanah kohesif maupun non
kohesif. Percobaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan
pemadatan di lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan, yaitu
perbandingan antara γdry lapangan (sand cone) dengan γdry hasil percobaan
pemadatan di laboratorium.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 171


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 15.2 mengilustrasikan prinsip dari pengujian sand cone. Pada


pengujian sand cone, tanah sample digali secara manual dan beratnya
ditimbang (W). Volume V dari penggalian tanah dientukan dari volume pasir
yang dibutuhkan untuk menimbun lubang galian tersebut. Berat jenis γ dan
berat jenis kering γdry ditentukan dari:

𝛾 =𝑊 (15.1)
𝑉

𝜸𝒅𝒓𝒚 = 𝜸
(15.2)
𝟏+𝒘/𝟏𝟎𝟎

Dimana w adalah kadar air (%) yang biasanya ditentukan dari laboratorium.
Volume dari pasir ditentukan dengan mengukur beratnya, dengan
mengasumsikan bahwa pasir tersebut telah diketahui berat jenisnya.

Gambar 15.2 Prinsip pengujian sand cone

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 172


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

15.5. Prosedur Praktikum


15.5.1.Persiapan
Mengacu pada standar Prosedur Kerja ASTM D1556 - 07
1. Timbang dan catat berat dari toples kaca + cone + pasir kuarsa penuh di
dalam toples kaca.
2. Timbang dan catat berat dari sand cone.

15.5.2. Jalannya Praktikum


1. Letakkan base plate di atas tanah pada posisi tanah yang akan diuji.
2. Gali tanah di lubang base plate sedalam 10 cm.
3. Masukkan tanah hasil galian tersebut ke dalam plastik, lalu timbang
beratnya dan mencari kadar airnya.
4. Letakkan sand cone + toples kaca yang berisi pasir kuarsa di atas base
plate, dan membuka katup sedemikian rupa sehingga pasir keluar dari
toples kaca melalui cone dan mengisi lubang hasil galian.
5. Tutup katup ketika pasir sudah berhenti mengalir keluar.
6. Timbang berat toples kaca + cone + sisa pasir di dalam toples kaca.
7. Masukkan kembali pasir kuarsa yang telah keluar dari toples kaca ke
dalam toples beling.
8. Ulangi langkah 1 s/d 7 pada percobaan ini untuk sampel tanah 2 pada
lokasi yang berbeda.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 173


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

15.6. Pengolahan Data


15.6.1.Data Hasil Praktikum
Kadar Air (%)
Sampel 1
Wcan : … g
W1 :…g
W2 : … g
−𝑤
𝑤 = 𝑤2 1 × 100% = …− … × 100% = … %
𝑤1−𝑤𝑐𝑎𝑛 …− …

Sampel 2
Wcan : … g
W1 :…g
W2 :…g
−𝑤1
𝑤 = 𝑤2 × 100% = …− … × 100% = … %
𝑤1−𝑤𝑐𝑎𝑛 …− …

γdry Lapangan
Sampel 1 Sampel 2
W1 (gr)
W2 (gr)
W3 (gr)
W4 (gr)
w (%)
V (cm3)

𝑊1 = Berat toples kaca + berat cone + berat pasir (saat toples kaca masih
penuh dengan pasir
𝑊2 = Berat toples + berat cone + berat pasir yang tersisa dalam toples
𝑊3 = Berat sand cone
𝑊4 = Berat tanah hasil galian
𝑤 = Kadar air
𝑊1−(𝑊2+𝑊3)
𝑉 = Volume tanah =
𝛾𝑠𝑎𝑛𝑑

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 174


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

15.6.2. Perhitungan
Lakukan perhitungan:
 Kadar Air
−𝑤1
𝑤 = 𝑤2 × 100% = …− … × 100% = … %
𝑤1−𝑤𝑐𝑎𝑛 …− …

 γdry Lapangan
γdry field = massa jenis kering = (W4/V)/(1+W)

 Derajat kepadatan
Derajat kepadatan = (γdry-field / γdry-lab) × 100%

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 175


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 16
FIELD - CALIFORNIA BEARING RATIO (FIELD - CBR)

16.1. Standar Acuan


ASTM D 4429 “Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of
Soils in Place”
SNI 1738:2011 “Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan”

16.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Tujuan dari pengujian CBR Lapangan ini adalah menentukan nilai CBR tanah
dalam keadaan asli di lapangan, nilai CBR yang dimaksudkan adalah nilai
kekerasan tanah pada kepadatan dan kadar air tertentu.

16.3. Alat-alat dan Bahan


 Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton, dilengkapi dengan
“swivel head”.
 Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas: 1,5 ton (3000 lbs), 3 ton
(6000 lbs), 5 ton (10.000 lbs), atau sesuai dengan kebutuhan.
 Torak (Piston) penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
 Arloji penunjuk (dial penetrasi) untuk mengukur penetrasi dengan
ketelitian 0,01 mm (0,001”) dilengkapi dengan balok penyokong dari besi
propil sepanjang lebih kurang 2,5 meter.
 Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm (10”) berlubang di
tengah dengan berat +/- 5 Kg (10 Pound) dan beban-beban tambahan
seberat 2,5 Kg (5 Pound) yang dapat ditambahkan bilamana perlu.
 Sebuah truck yang dibebani sesuai dengan kebutuhan atau alat-alat berat
lainnya (vibro, Excavator, buldozer, dll) dan dibawahnya dapat dipasang
sebuah dongkrak CBR mekanis.
 Dua dongkrak truck, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-alat
perata, waterpas dan lain-lain.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 176


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 16.1 Peralatan pengujian CBR Lapangan

16.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Field - California Bearing Ratio adalah suatu pengujian kekerasan suatu bahan
dilapangan dibandingkan dengan batu berjenis limestone yang sangat keras
dan berada di daerah lembah California. Uji CBR bisa dilakukan di laboratorium
ataupun di lapangan. Tujuan dari pengujian CBR sendiri adalah mendapatkan
nilai CBR, yaitu nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dalam
mendapatkan beban tertentu dibandingkan dengan bahan standar berupa
batu pecah yang bernilai CBR sebesar 100 %.

Nilai CBR juga diartikan sebagai perbandingan antara kekuatan contoh tanah
dengan kepadatan tertentu dan kadar air tertentu terhadap kekuatan batu
pecah bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100,
didapatkan pada test compaction. Untuk mencari nilai CBR dipakai rumus :

test unit load (psi)


CBR = standard unit load (psi)
× 100% (16.1)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 177


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dengan Standard Unit Stress pada harga-harga penetrasi:

Tabel 16.1 Standard Unit Stress pada pengujian CBR

PENETRATION STANDARD UNIT STRESS

mm inch MPa psi


2.5 0.10 6.9 1000
5.0 0.20 10.3 1500
7.5 0.30 13.0 1900
10.0 0.40 16.0 2300
12.7 0.50 18.0 2600
Sumber: AASHTO T 193

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.

Test Unit Load (psi) = tegangan (σ)

𝑃 𝑀 (𝐿𝑅𝐶)
𝜎= = (16.2)
𝐴 𝐴

Dengan:
A = luas piston = 3 inch2
P = M× LRC
M = Pembacaan dial
LRC = faktor Kalibrasi = 10,4 lbs/div

Jika CBR lapangan dilakukan untuk tujuan evaluasi atau desain tanpa
memperhatikan kadar airnya, maka seharusnya pengujian CBR lapangan
dilakukan pada salah satu kondisi dibawah ini:
1. Derajat kejenuhan tanah tersebut (presentase rongga terisi air 80% atau
lebih).

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 178


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Untuk material butiran kasar dan non plastis yang tidak memiliki pengaruh
besar ketika terjadi perubahan kadar air.
3. Tanah tidak dimodifikasi akibat aktivitas konstruksi selama dua tahun
sebelum pengujian. Pada kenyataannya, kadar air tidak konstan dan
berubah-ubah dalam jangka waktu yang sebentar.

16.5. Prosedur Praktikum


16.5.1.Persiapan
Mengacu kepada SNI 1738: 2011
1. Tentukan lokasi pengujian di lapangan
2. Tanah digali sampai lapisan yang dikehendaki dan diratakan (luas galian
kira-kira 60 cm x 60 cm) – harus level dan tidak ada kemiringan (cek
dengan waterpass).
3. Bersihkan area pengujian dari puing material dan usahakan agar bidang
permukaan untuk tekannya adalah rata.
4. Selama pemasangan alat-alat, permukaan tanah atau permukaan yang
sudah dibersihkan harus dijaga supaya tidak kelembabannya tidak
berubah dari kondisi awal, jika perlu ditutup dengan plastik apabila cuaca
sangat panas
5. Mulailah pemeriksaan ini secepat mungkin sesudah persiapan tempat.
6. Apabila dibutuhkan, diperiksa pula kadar air dan berat isi bahan setempat.
7. Jika pada prosedur, pembebanan menggunakan alat berat, seperti truk.
8. Tempatkan truk/alat berat lainnya, sedemikan rupa sehingga posisi
penempatan dongkrak CBR mekanis harus tepat diatas lubang
pemeriksaan.
9. As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang diperiksa.
10. Truk/alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan lagi oleh
per kendaraan (jika tertahan per maka pembacaan akan tidak tepat
karena terpengaruh pengenduran gaya per kendaraan)
11. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya piston
penetrasi berada 1 atau 2 cm dari permukaan yang akan diperiksa.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 179


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

12. Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga torak dalam keadaan
vertikal.
13. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris
dan tidak melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang
disyaratkan
14. Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah
torak penetrasi sehingga torak penetrasi tepat masuk kedalam lubang
keping beban tersebut.
15. Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian
rupa sehingga jarum pada dial penetrasi menempel pada keping
beban/plat baja.

16.5.2. Jalannya Praktikum


1. Penetrasi diturunkan sehingga piston penetrasi memberikan beban
permulaan sebesar 5 Kg (10 Lbs) – jika diperlukan, dapat gunakan beban-
beban tambahan.
2. Arloji cincin penguji (proving ring) dan arloji penunjuk penetrasi (dial
penetrasi) diatur sehingga menunjuk pada angka nol.
3. Pembebanan ditambah dengan teratur, agarkecepatan penetrasinya
mendekati kecepatan tetap 1,25 mm (0,05”) per menit – penambahan
pembebanan ini yang sering terlupa atau tidak terlaksana dengan baik
konsistensi kecepatan penetrasi per menitnya.
4. Pembacaan beban dicatat pada penetrasi (angka di belakang = angka
tabel SNI yang direvisi):
 0,3128 mm (0,0125”) 0,32 mm [15 detik]
 0,6200 mm (0,0250”) 0,64 mm [30 detik]
 1,2500 mm (0,0500”) 1,27 mm [60 detik / 1 menit]
 1,8700 mm (0,0750”) 1,91 mm [1 menit 30 detik]
 2,5400 mm (0,1000”) 2,54 mm [2 menit]
 3,7500 mm (0,1500”) 3,81 mm [3 menit]
 5,0800 mm (0,2000”) 5,08 mm [4 menit]
 7,5000 mm (0,3000”) 7,62 mm [6 menit]
 10,1600 mm (0,4000”) 10,16 mm [8 menit]

 12,5000 mm (0,5000”) 12,70 mm [10 menit]

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 180


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 17
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)

17.1. Standar Acuan


ASTM D 6951 “Standard Test Method for Use of the Dynamic Cone
Penetrometer in Shallow Pavement Applications”
Pedoman Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP),
Departemen Pekerjaan Umum (2007)

17.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Tujuan dari pengujian DCP adalah untuk menentukan daya dukung tanah
(CBR) dalam keadaan asli di lapangan secara cepat, selain itu untuk
mengidentifikasi ketebalan lapisan tanah, kuat geser dari lapisan tanah, dan
karakteristik material.

17.3. Alat-alat dan Bahan


 Alat bantu seperti cangkul, sekop, linggis, dll, apabila pada pengujian
terdapat lapisan perkerasan aspal.
 1 unit alat DCP, terdiri dari:
 Pemegang
 Batang atas dengan diameter 16 mm, tinggi jatuh 575 mm
 Penumbuk (Hammer) berbentuk silinder berlubang seberat 8 kg
 Landasan penahan penumbuk terbuat dari baja
 Cincin peredam kejut
 Pegangan untuk pelindung mistar pengukur kedalaman
 Batang bagian bawah, panjang 90 cm dengan diameter 16 mm
 Batang penyambung, panjang 40-50 cm dengan diameter 16 mm
 Mistar berskala panjang 1 meter
 Konus terbuat dari baja berbentuk kerucut di bagian ujung dengan
diameter 20 mm dan sudut 60° atau 30°.
 Cincin pengaku

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 181


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 17.1 Peralatan pengujian DCP

17.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Pengujian DCP ini merupakan salah satu pengukuran besaran penetrasi dari
alat konus DCP ketika dilakukan penumbukan menggunakan penumbuk
(hammer) seberat 8 kh pada tanah tidak terganggu atau tanah terkompaksi,
atau keduanya. Besarnya penetrasi yang terjadi dapat dikorelasikan dengan
kuat geser lapangan dan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai CBR.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 182


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Untuk mengkorelasikan nilai DCP dengan nilai CBR, maka dapat digunakan
persamaan Log Model untuk beberapa jenis material tanah yang diuji oleh
penelitian sebelumnya (table 17.1.)

Tabel 17.1 Standard Unit Stress pada pengujian CBR

17.5. Prosedur Praktikum


17.5.1.Persiapan
Persiapan alat dan lokasi pengujian, sebagai berikut:
1. Sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa sambungan
batang atas dengan landasan serta batang bawah dan kerucut baja sudah
tersambung dengan kokoh.
2. Tentukan titik pengujian, catat Sta./Km., kupas dan ratakan permukaan
yang akan diuji.
3. Buat lubang uji pada bahan perkerasan yang beraspal, sehingga didapat
lapisan tanah dasar.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 183


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

4. Ukur ketebalan setiap bahan perkerasan yang ada dan dicatat.

17.5.2. Jalannya Praktikum


1. Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji.
2. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar
yang rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar
pengukur kedalaman. Pengujian DCP memerlukan 3 orang teknisi, yaitu:
satu orang memegang peralatan yang sudah terpasang dengan tegak;
satu orang untuk mengangkat dan menjatuhkan penumbuk; satu orang
untuk mencatat hasil.
3. Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga
menyentuh batas pegangan.
4. Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan.
5. Lakukan langkah-langkah pada 3) dan 4) di atas, catat jumlah tumbukan
dan kedalaman pada formulir, sesuai ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a. untuk lapis fondasi bawah atau tanah dasar yang terdiri dari bahan
yang tidak keras maka pembacaan kedalaman sudah cukup untuk
setiap 1 tumbukan atau 2 tumbukan.
b. untuk lapis fondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup
keras, maka harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5
tumbukan sampai dengan 10 tumbukan.
6. Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1 mm/3
tumbukan. Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian pada titik
tersebut sampai mencapai bagian yang dapat diuji kembali.
7. Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali) dengan jarak 20
cm dari titik uji satu ke titik uji lainnya.
8. Langkah-langkah setelah pengujian:
a. Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 184


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas


sehingga menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas
permukaan tanah.
c. Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan
alat dari kotoran dan simpan pada tempatnya.
d. Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 185


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 18
PLATE BEARING TEST

18.1. Standar Acuan


ASTM D 1194 “Standard Test Method for Bearing Capacity of Soil for Static
Load and Spread Footings”

18.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Pengujian plate bearing test digunakan untuk menghitung daya dukung tanah
dengan dilakukan pembebanan di lapangan. Daya dukung tanah tidak hanya
bergantung pada parameter kekuatan tanah, tapi juga begantung pada
besaran dan juga distribusi beban, dimensi, dan geometri plat beban dan juga
kedalaman pengujian. Daya dukung tanah ini dapat digunakan dalam
mendesain pondasi.

18.3. Alat-alat dan Bahan


 Balok H untuk pembebanan
 Hydraulic Jack dengan kapasitas 50 ton
 Bearing Plate dengan ketebalan 25 mm dan diameter 305 mm
 Alat pengukur/perekam penurunan dengan keakuratan 0.01 mm
 Peralatan untuk lubang uji hingga kedalaman 2 meter
 Counterweight 40 ton

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 186


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1. Mekanisme Plate Bearing Test

18.4. Teori dan Rumus yang Digunakan

18.5. Prosedur Praktikum


18.5.1.Persiapan
Persiapan alat dan lokasi pengujian, sebagai berikut:
1. Tentukan lokasi pengujian sesuai hasil investigasi tanah (borings) dan
sesuai dengan syarat desain struktur. Pengujian plate bearing disesuaikan
pada kedalaman pondasi yang direncanakan.
2. Gali lubang dengan ukuran 2 x 2 meter dengan kedalaman sesuai dengan
desain pondasi untuk meletakkan bearing plate, dial, dan juga hydraulic
jack.
3. Bersihkan dan ratakan permukaan tanah yang akan dilakukan pengujian.

18.5.2. Jalannya Praktikum


1. Pasang penopang counterweight dan balok reaksi
2. Pasang bearing plate dan hydraulic jack seperti pada gambar 1.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 187


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3. Pasang balok referensi dan kemudian pasang dial untuk melihat


penurunan yang terjadi.
4. Lakukan pembebanan. Pembebanan dilakukan dengan interval kenaikan
500 atau 1000 kg hingga mencapai 3000 kg dalam siklus 1 dan hingga
4500 kg dan 6000 dalam siklus 2 dan siklus 3.
5. Setiap interval kenaikan, catat penurunan yang terjadi pada dial setiap 5
menit dan 10 menit pada pembebanan puncak setiap siklusnya.
6. Lakukan pengurangan beban dengan interval 500 atau 1000 kg dari beban
puncak hingga 0 dan catat penurunan maksimum yang terjadi setiap 5
menit pada setiap siklusnya.
7. Lakukan pembebanan hingga beban puncak mencapai 3000 kg, 4500 kg,
6000 kg setiap siklusnya.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 188


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 19
FIELD - PERMEABILITY (PERCOLATION TEST)

19.1. Standar Acuan


New Jersey Stormwater BMP Manual Appendix E (2009)

19.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


Uji percolation menunjukkan seberapa cepat air dapat diresap/dialirkan dalam
tanah untuk mengevaluasi kemampuan tanah untuk menyerap dan
mengalirkan air/cairan. Uji percolation didefinisikan sebagai lama waktu yang
dibutuhkan oleh air pada lubang uji untuk turun sejauh 1 inch.

19.3. Alat-alat dan Bahan


 Hand auger 4 s/d 8 inch
 cangkul/penggali
 air
 Alat pengukur berupa kayu, penggaris, dan pensil/spidol
 Stopwatch

19.4. Prosedur Praktikum


1. Penggalian lubang
Dengan menggunakan hand auger, gali setidaknya 3 atau 4 lubang
dengan jarak yang sama pada lokasi yang akan ditinjau. Apabila tanah
bervariasi maka dilakukan penggalian minimal 4 lubang. Lubang digali
dengan diameter 8 s/d 12 inch (10 s/d 30 cm). Kedalaman rata-rata pada
umumnya 0,5 sampai dengan 1 meter.

2. Pengkasaran dinding dan dasar


Tanah di sekitar dinding dan juga dasar galian harus dikasarkan agar
tanah tidak terpadatkan sehingga air dapat mengalir ketika proses

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 189


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

perendaman. Setelah itu dilakukan pembersihan lubang dan kemudian


lubang diisi dengan material kerikil 1/4 s/d 3/4 inch setebal 5-10 cm.

Gambar 19.1. Deskripsi pengujian percolation

3. Perendaman tanah (presoaking)


Isi lubang dengan air jernih minimal 30 cm di atas lapisan kerikil hingga
tanah menjadi jenuh. Pada uji percolation, biasanya air tetap berada pada
ketinggian minimal 30 cm selama 4 jam s/d 8 jam, atau semalaman (untuk
tanah clay). Untuk tanah pasir, tidak perlu dilakukan perendaman, yaitu
setelah lubang diisi air dua kali setinggi 30 cm, selanjutnya dilakukan
prosedur 4c.

4. Pengukuran laju percolation


Pengukuran laju percolation dilakukan sehari setelah proses perendaman
dilakukan. Kondisi dalam pengukuran laju percolation adalah sebagai
berikut:

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 190


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

a. Apabila masih terdapat air pada lubang uji setelah semalam


direndam (tanah lempung)
- Isi lubang dengan air setinggi 15 cm dari permukaan kerikil.
- Baca dan catat penurunan yang terjadi pada batang pengukur
selama 30 menit.

b. Apabila tidak ada air pada lubang uji setelah semalam


direndam (tanah lempung)
- Isi lubang dengan air setinggi 15 cm dari permukaan kerikil.
- Baca dan catat penurunan yang terjadi pada batang pengukur
selama interval 5-30 menit tergantung kondisi tanah.
- Setelah interval pertama selesai, isi kembali lubang dengan air
hingga ketinggian mencapai 15 cm, dan kemudian baca dan catat
penurunan yang terjadi pada batang pengukur lagi.
- Lakukan hal yang sama untuk interval kedua, ketiga, dan
seterusnya hingga laju penurunan stabil, yaitu dimana
pembacaan penurunan tidak lebih dari 1 cm setelah dilakukan 3
kali pengisian. Untuk interval 30 menit, pembacaan penurunan
dilakukan selama 4 jam sehingga didapatkan 6 kali pembacaaan.
- Laju percolation didapatkan pada penurunan yang terjadi pada
interval terakhir.

c. Apabila air terserap setinggi 15 cm selama 30 menit pada


saat presoaking atau bahkan setelah tanah direndam
semalaman (tanah pasir)
- Isi lubang dengan air setinggi 15 cm dari permukaan kerikil.
- Baca dan catat lama waktu yang diperlukan untuk penurunan
sebesar 15 cm. Apabila lama waktu melebihi 5 menit, maka
lakukan prosedur 4b.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 191


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

- Apabila lama waktu kurang dari 5 menit, isi kembali lubang


dengan air setinggi 15 cm, dan baca waktu yang diperlukan untuk
penurunan sebesar 15 cm.
- Lakukan hal yang sama untuk pembacaan ketiga, keempat, dan
seterusnya hingga tercatat 6 kali pembacaan.
- Laju percolation didapatkan pada penurunan yang terjadi pada
pengujian terakhir.

5. Perhitungan laju percolation


Laju percolation yaitu adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
penurunan air setinggi 1 inch. Dengan penurunan air pada
interval/pengujian terakhir, didapatkan laju percolation yaitu
perbandingan waktu yang dibutuhkan dengan penurunan yang terjadi.
Laju percolation lapangan didapatkan dengan merata-ratakan laju
percolation pada setiap lubang. Apabila terdapat variasi lebih dari 20 mpi
(menit per inch), maka jenis tanah pada site beragam, sehingga laju
percolation lapangan tidak bisa dirata-ratakan.

6. Perhitungan koefisien permeabilitas


Perhitungan koefisien permeabilitas dapat digunakan apabila laju
percolation < 60 mpi (menit per inch). Perhitungan koefisien permeabilitas
lapangan dihitung menggunakan persamaan berikut:

Dimana
pm = laju percolation (menit per
inch)
a = parameter pada tabel 2 (New
Jersey Department of
Environmental Protection)

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 192


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 20
FIELD - PERMEABILITY (FALLING HEAD TEST)

20.1. Standar Acuan


U.S. Department of the Interior, Bureau of Reclamation 2nd edition (1995),
“Ground Water Manual : A Water Resources Technical Publication ”
Hydrology – An Environmental Approach

20.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


-

20.3. Alat-alat dan Bahan


 Hand auger 4 s/d 8 inch
 Peralatan pengeboran bor sumur
 Pipa diameter 4-8 inch
 air
 Meteran elektrik
 Stopwatch

20.4. Prosedur Praktikum


1. Pembuatan lubang sumur
Dilakukan pembuatan lubang sumur dengan diameter 2-6 inch hingga
mencapai permukaan air tanah dengan menggunakan mesin bor.

2. Pemasangan pipa casing


Pipa casing dipasang untuk menghindari runtuhnya dinding sumur di
sekeliling lubang bor. Panjang pipa casing disesuaikan dengan diameter
lubang dan kedalaman pengeboran. Setelah dilakukan pemasangan pipa
casing, dimasukkan kerikil ke dalam lubang bor setebal 5-10 cm.

3. Pengukuran penurunan air

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 193


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pengujian dilakukan sehari setelah dilakukan pengeboran untuk mencapai


kondisi kesetimbangan air tanah, sambil dicatat kedalaman muka air
tanah setelah dilakukan pengeboran dan sehari setelah dilakukan
pengeboran.

4. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Hvorslev:


- Catat ketinggian awal muka air tanah dari datum (h0).
- Lakukan pengisian sumur dengan air hingga ketinggian datum.
- Lakukan pencatatan waktu awal sesaat setelah ketinggian air di sumur
telah mencapai datum sambil menghentikan pengisian.
- Dengan interval setiap 2-5 menit, catat perubahan ketinggian yang
terjadi pada sumur dengan menggunakan meteran elektrik.
- Lakukan pembacaan waktu dan juga penurunan yang terjadi di setiap
intervalnya hingga pembacaan menunjukkan kondisi stabil, atau
mencapai kedalaman yang sama dengan kondisi awal setelah
dilakukan pembacaan sebanyak 3 kali.

5. Perhitungan koefisien permeabilitas


Koefisien permeabilitas didapatkan dengan menggunakan metode
Hvorslev. Setelah didapatkan data perubahan ketinggian dan juga interval
waktu. Dari data tersebut, dengan menggunakan grafik Hvorslev
didapatkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai perubahan ketinggian
sebesar 37 %.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 194


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

FORMAT LAPORAN MEKANIKA TANAH

NAMA PRAKTIKAN : (Mahasiswa A) (NPM)


(Mahasiswa B) (NPM)
(Mahasiswa C) (NPM)

KELOMPOK : (kelompok praktikan)


TANGGAL PRAKTIKUM : (tanggal dilakukan praktikum)
JUDUL PRAKTIKUM : (judul praktikum sesuai buku panduan praktikum)
ASISTEN : (asisten praktikum)
PARAF DAN NILAI : (tgl persetujuan laporan, nilai laporan, dan paraf asisten)

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan & Referensi
Berisi standar acuan yang digunakan dalam praktikum, baik standar ASTM,
AASHTO, dan SNI, serta referensi lain yang digunakan dalam pengerjaan
laporan praktikum ini.

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Berisi tujuan praktikum yang dilakukan berdasarkan buku panduan praktikum.
Maksud dan tujuan percobaan juga dapat berisi kegunaan/manfaat dari
percobaan yang dilakukan berdasarkan pengalaman serta referensi yang
digunakan atau referensi lain.

C. Alat-alat dan Bahan


Berisi peralatan serta bahan yang digunakan berdasarkan buku panduan
praktikum atau berdasarkan praktikum yang dilakukan.

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Berisi teori dan rumus yang digunakan berdasarkan buku panduan praktikum.
Teori dan rumus yang digunakan juga dapat diambil dari referensi lain namun
harus dicantumkan dalam Standar Acuan dan Referensi.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 195


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
Berisi persiapan praktikum. Ditulis dalam format pelaporan (menggunakan
kalimat aktif). Persiapan praktikum dilaporkan berdasarkan hasil praktikum
yang dilakukan praktikan.

B. Jalannya Praktikum
Berisi jalannya praktikum. Ditulis dalam format pelaporan (menggunakan
kalimat aktif). Jalannya praktikum dilaporkan berdasarkan hasil praktikum
yang dilakukan praktikan.

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Berisi data hasil praktikum yang dilakukan, dapat menggunakan format data
praktikum yang terdapat pada Lampiran Data Praktikum.

B. Perhitungan
Berisi perhitungan data yang didapatkan dari praktikum. Data diolah
berdasarkan arahan dari asisten atau dari buku panduan praktikum.
Pengolahan data harus diasistensikan kepada asisten yang bersangkutan.

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Berisi analisis percobaan/praktikum berdasarkan kegiatan praktikum yang
dilakukan. Analisis praktikum harus diasistensikan kepada asisten yang
bersangkutan.

B. Analisis Data dan Hasil


Berisi analisis data dan hasil dari pengolahan data praktikum. Analisis data
dan hasil harus diasistensikan kepada asisten yang bersangkutan.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 196


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C. Analisis Kesalahan
Berisi analisis kesalahan dari praktikum yang dilakukan. Analisis kesalahan
harus diasistensikan kepada asisten yang bersangkutan.

V. KESIMPULAN
Berisi kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan. Merupakan jawaban dari
tujuan praktikum. Ditulis dalam poin-poin dan harus diasistensikan kepada
asisten yang bersangkutan.

VI. LAMPIRAN
Berisi lampiran praktikum berupa foto alat dan bahan serta foto kegiatan
praktikum. Praktikan wajib berfoto ketika melakukan praktikum dan fotonya
wajib dilampirkan dalam laporan. Laporan diberikan judul gambar sehingga
mempermudah asisten dalam menganalisa gambar dalam lampiran.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 197


Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Aturan penulisan laporan praktikum:


 Laporan ditulis dalam font Times New Roman, 12 pt, dengan spasi 1.5 di kertas
A4.
 Margin yang digunakan: Top = 3 cm; Bottom = 3 cm; Left = 4 cm; Right = 3 cm.
 Laporan tidak perlu menggunakan cover depan, melainkan sesuai format yang
telah diberitahukan di atas.
 Penggunaan kata dalam bahasa inggris harus dicetak miring (italic).
 Gambar dan tabel harus dibuat berdasarkan aturan oleh Universitas Indonesia.
Gambar dan tabel yang dimasukkan harus proporsional terhadap halaman laporan
praktikum.
o Judul gambar diletakkan di bawah gambar, dengan font times new roman, 10
pt, dan wajib menyertakan sumber (apabila merujuk referensi lain).
o Judul tabel diletakkan di atas tabel, dengan font times new roman, 10 pt, dan
wajib menyertakan sumber (apabila merujuk referensi lain).
 Laporan harus dibuat menggunakan header dan footer. Header yang digunakan
mengikuti buku panduan praktikum (disertai logo UI, Laboratorium, Departemen,
Fakultas, dan Universitas). Sedangkan footer dituliskan judul praktikum yang
dilakukan, disertai nomor halaman.
Contoh header:
1.5 cm
Font times new roman, 12 pt, single spacing

1.5 cm

Contoh footer:

Judul praktikum, font times new roman, 12 pt, single spacing Nomor Halaman

 Laporan di-print secara bolak-balik.

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 198

Anda mungkin juga menyukai