Anda di halaman 1dari 16

Bagian Ilmu Bedah Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran September 2019


Universitas Hasanuddin

HYDROCELE

Oleh:
Nurul Rahmitha
C014172173

Supervisor
Prof. dr. Farid Nur Mantu SpB (K) BA.FICS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
2019
BAB 1
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


• Nama : MA
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Tanggal Lahir : 02 Februari 2017
• Usia : 2 Tahun 7 Bulan
• No. Rm : 893112
• Kamar : Lontara 2 Atas Depan Kamar 3 Bed 5

1.2 ANAMNESIS
• Keluhan utama : Benjolan pada scrotum kanan
• Anamnesis terpimpin :
Keluhan dialami sejak kurang lebih 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, dirasakan semakin membesar 1 hari terakhir. Benjolan tidak disertai nyeri.
Benjolan menetap. Benjolan tidak dipengaruhi oleh batuk, berdiri dan menangis.
Benjolan tidak hilang saat pasien berbaring dan istirahat. Tidak ada mual dan
muntah. Riwayat buang air besar biasa warna kecoklatan dan Buang air kecil
lancar warna kekuningan. Pasien sudah dilakukan operasi Ligasi Tinggi
Hidrocele 1 minggu yang lalu, namun benjolan kembali membesar. Riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada. Tidak ada riwayat demam
sebelumnya. Tidak ada riwayat trauma di daerah genital. Tidak ada riwayat
sesak.
Riwayat persalinan: pasien anak kedua, lahir dengan usia kehamilan cukup
bulan, berat badan lahir 3200 gram, lahir spontan dibantu oleh bidan di rumah
sakit. Riwayat pemeriksaan kehamilan teratur di puskesmas. Riwayat penyakit
ibu selama kehamilan tidak ada. Riwayat ibu mengonsumsi obat sembarangan
dan jamu tidak ada. Riwayat ibu merokok selama hamil tidak ada. Riwayat ibu
terpapar dengan asap rokok tidak ada.

1.3 STATUS GENERALIS


• Keadaan umum: Sakit sedang/gizi cukup/composmentis

1
1.4 STATUS VITALIS
• Nadi : 110 kali/menit
• Pernapasan : 24 kali/menit
• Suhu : 36.7°C
• Saturasi O2 : 99%
• Berat badan : 7000 gram

1.5 PEMERIKSAAN FISIK


Kepala : mesocephal,
Rambut : hitam, sukar dicabut
Ubun-ubun besar : sudah menutup
Muka : wajah dismorfik tidak ada, jejas tidak ada
Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Telinga : normotia, otore tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening
preaurikuler tidak ada
Hidung : rhinorea tidak ada, epistaksis tidak ada
Bibir : labiochisis tidak ada, sianosis tidak ada.
Lidah : makroglossi tidak ada, stomatitis tidak ada
Tengkorok : faring tidak hiperemis
Tonsil tidak hiperemis (T1-T1)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
Thoraks
Jantung :
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : thrill teraba
• Perkusi : batas atas intercostal III kiri
Batas kanan linea parasternalis kanan
Batas kiri linea midclavicularis kiri
• Auskultasi : bunyi jantung I/II murni irama regular

2
Paru
• Inspeksi : pengembangan dada simetris kiri sama dengan kanan, retraksi
tidak ada
• Palpasi : sela iga kiri sama dengan kanan, krepitasi tidak ada
• Perkusi : batas paru hepar intercostal IV kanan
Batas paru belakang kanan vertebra thorakal X
Batas paru belakang kiri vertebra thorakal XI
• Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler
Ronki dan wheezing tidak ada
Abdomen :
• Inspeksi : datar, ikut gerak napas, darm steifung tidak ada, darm contour
tidak ada
• Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
• Palpasi : tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : timpani
Kelenjar limfa : limfadenopati tidak ada
Inguinal Dextra :
• Inspeksi : Scrotum tidak simetris. Tampak scrotum kanan udem, tidak
hiperemis
• Palpasi : Scrotum teraba seperti balon berisi air. Testis teraba. Tidak ada
nyeri tekan
• Tes transiluminasi : (+) scrotum tembus cahaya dengan senter.

Ekstremitas
• Atas : edema tidak ada, massa tidak ada, jejas tidak ada, akral hangat
• Bawah : edema tidak ada, massa tidak ada, jejas tidak ada, akral hangat

3
1.6 PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Laboratorium (22/08/2019)
WBC : 9300 uL
HGB : 11.9 g/dl
HCT : 35%
PLT : 522,000 uL
PT/ APTT : 10.7/36.7 detik
Ureum : 13 mg/dl
Kreatinin : 0.7 mg/dl
SGOT : 38 u/L
SGPT : 13 u/L
Natrium : 137 mmol/l
Kalsium : 3.9 mmol/l
Klorida : 106 mmol/l
Gula Darah Sewaktu : 87 mg/dl

4
Foto Thorax PA/AP (23/08/2019)

- Posisi simetris, kondisi film


baik, inspirasi cukup
- Corakan bronkovaskular paru
normal
- Tidak tampak proses spesifik
pada kedua paru
- Cor: ukuran dalam batas normal
- Kedua sinus dan diafragmatica
baik
- Tulang-tulang intak
- Jaringan lunak sekitar kesan
baik

Kesan : cor dan pulmo dalam


batas normal

USG (25/8/2019)

SCROTUM DEXTRA
-tampak membesar dengan struktur testis
dan epididimis di dalamnya.
-testis dan epidimis : ukuran dan echo
parenkim dalam batas normal, tidak
tampak SOL
-tampak echo cairan yang sangat banyak
dalam scrotum
SCROTUM SINISTRA
-dalam batas normal

Kesan: hydrocele dextra

5
1.7 DIAGNOSIS
• Hydrocele Communicans Dextra

1.8 PLANNING
 Ligasi tinggi Hidrokel

1.9 PROGNOSIS
Dubia ad Bonam

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada
di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi
dan reabsorbsi oleh sitem limfatik di sekitarnya.1

2.2 ANATOMI TESTIS

Gambar 2.1. Anatomi Testis


Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada
orang dewasa adalah 4x3x2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua
buah terstis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis.
Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis
dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis
memungkinkan testis dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk
mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.2,3
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap
lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel
Leydig. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel
spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma,

7
sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam
menghasilkan hormon testosteron.2,3
Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan
mengalami pematangan atau maturasi di epididimis setelah mature sel-sel
spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens
disalurkan menuju ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-
cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
membentuk cairan semen atau mani.2,3
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu : 1) Arteri
spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta, 2) Arteri deferensialis
cabang dari arteri vesikalis inferior, 3) Arteri kremasterika yang merupakan cabang
arteri epigastrika. Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk
pleksus Pampiniformis. Pleksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan
dikenal sebagai varikokel.2,3

2.3 ETIOLOGI
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat yang terjadi pada bayi baru lahir
dapat disebabkan karena: (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis,
suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan
membentuk tunika vaginalis, sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus
vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi
mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga
perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya
sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut.4
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder dapat terjadi secara idiopatik (primer)
dan sekunder. Penyebab hidrokel sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan dikantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor,
infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Hal ini cenderung berkembang lambat
dalam suatu masa dan kemudian dapat menyebabkan produksi cairan yang

8
berlebihan oleh testis, maupun obstruksi alliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus.1

2.4 KLASIFIKASI
Terdapat dua jenis hidrokel: Komunikan dan non-komunikan (sederhana).
Dalam hidrokel komunikan, terdapat hubungan langsung antara cavum
peritoneum dengan tunika vaginalis, yang memungkinkan cairan peritoneum
mengalir bebas. Jika hubungannya besar, isi perut (usus, kandung kemih, atau
omentum) dapat masuk ke pangkal paha, dan komplikasi ini disebut hernia
inguinalis.2
Hidrokel non-komunikan atau sederhana terjadi ketika processus vaginalis
ditutup dan lebih banyak cairan dihasilkan oleh tunica vaginalis daripada diserap.
Merupakan jenis hidrokel yang biasa terjadi pada orang dewasa. Pada hidrokel jenis
ini tidak didapatkan hubungan antara tunika vaginalis dengan rongga peritoneum
dan prosesus vaginalis paten.5

Gambar 2.1 Hidrokel Komunikan dan Non Komunikan

2.5 PATOFISIOLOGI
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang
masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis
dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari
ringga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke

9
rongga peritoneum. Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk
kantong yang mencapai scrotum. Ujung bawah kantong ini mengelilingi testis dan
disebut tunika vaginalis. Apabila terjadi atrofi pada ujung proksimal dan tengah
sehingga bagian distal yang mengelilingi testis tetap terbuka, maka terjadi hidrokel
testikularis.4.6
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga
dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undesensus
testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama,
umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia
inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang
saling berhubungan sepanjang prosesus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak
lebih besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam
kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok
paginya setelah anak tidur semalaman.6
Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan
di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma
pada testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam
rongga tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi
dalam sistem limfatik.1

2.6 DIAGNOSIS
a. Anamnesis2.4
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong
skrotum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yan berat dan
besar di daerah skrotum. Tergantung pada jenis hidrokel biasanya benjolan
tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu tertentu.
Pada hidrokel testis besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya dapat beruba-ubah
yang bertambah besar pada saat anak menangis. Pada riwayat penyakit dahulu,

10
hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi atau riwayat
trauma pada testis.
b. Pemeriksaan Fisik2.4
Pada inspeksi skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi
pada skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak
tergantung pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus.
Palpasi hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah cairan minimun,
testis relatif mudah diraba. Sedangkan bila cairan yang tekumpul banyak, testis
akan sulit diraba. Juga penting dilakukan palpasi korda spermatikus di atas
insersi tunika vaginalis. Pembengkakan kistik karena hernia atau hidrokel atau
padat karena tumor. Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan,
yang membedakannya dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang
transiluminasinya juga positif. Pada auskultasi dilakukan untuk mengetahui
adanya bising usus untuk menyingkirkan adanya hernia.
Langkah diagnostik yang paling penting adalah pemeriksaan
transiluminasi hidrokel dengan cahaya di dalam ruang gelap. Hidrokel berisi
cairan jernih, straw-coloured dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas
cahaya. Kegagalan transiluminasi dapat terjadi akibat penebalan tunika
vaginalis karena infeksi kronik atau massa di skrotum tersebut bukan hidrokel.
Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis. Jika hidrokel
muncul antara 18-35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa kistik yang terpisah
dan berada di pool atas testis dicurigai spermatokel. Pada aspirasi akan
didapatkan cairan kuning dari massa skrotum. Berbeda dengan spermatokel,
akan didapatkan cairan berwarna putih, opalescent dan mengandung
spermatozoa.
c. Pemeriksaan Penunjang2,4
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum
dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau
spermatokel), vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.

11
2.7 DIAGNOSIS BANDING3,5,7
1. Varicocle
Varikokel adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna.
Pada anamnesis pasien mengeluh adanya benjolan di atas testis yang tidak
nyeri, testis terasa berat dan pasien dengan varikokel biasanya juga mengeluh
belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah.
Pada pemeriksaan fisik pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava.
Pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam
kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin,
konsistensi elastis.
2. Hematocele
Hematocele adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya
didahului oleh trauma. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan pada testis,
teraba kistik. Pemeriksaan transiluminasi (-).
3. Torsio Testis
Torsio testis adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir
sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat
terjadinya gangguan aliran darah daripada testis.
Pada anamnesa didapatkan keluhan yang timbul mendadak, nyeri hebat
dan pembengkakan pada skrotum. Sakit perut hebat kadang disertai mual dan
muntah, nyeri dapat dirasakan menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan fisik, pada inspeksi didapatkan testis bengkak, terjadi retraksi
testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus terpuntir dan memendek,
testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan
testis sisi yang sehat. Pada palpasi teraba lilitan dan atau penebalan funikulus
spermatikus.
4. Spermatocele
Spermatocele adalah benjolan kistik yang berasal dari epididimis dan
berisi sperma. Pada anamnesa pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang
tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik teraba masa kistik, mobile, lokasi di cranial

12
dari testis, transiluminasi (+). Pada aspirasi didapatkan: cairan encer, keruh
keputihan.
5. Hernia Ingunalis Lateralis
Pada anamnesis didapatkan keluhan benjolan di daerah inguinal/skrotal
yang hilang timbul. Timbul saat mengedan, batuk, atau menangis, dan hilang
bila pasien tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di lipat
paha/skrotum pada bayi saat menangis dan bila pasien diminta untuk mengedan.
Benjolan menghilang atau dapat dimasukkan kembali ke rogga abdomen.
Transiluminasi (-). Terkadang didapatkan bising usus (+) pada auskultasi.
6. Tumor Testis
Tumor testis merupakan keganasan pada pria yang terbanyak mengenai
pria usia 15-35 tahun. Pada anamnesa didapatkan keluhan adanya pembesaran
testis yang tidak nyeri. Terasa berat pada kantong skrotum. Terkadang juga
sering diikuti dengan keluhan penurunan berat badan dan nafsu makan menurun.

2.8 TATALAKSANA4,5
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan
jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika
hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis.
Pengobatannya bisa berupa aspirasi dengan bantuan sebuah jarum atau
pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan
berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat
sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea untuk menyumbat/menutup
lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali. Hidrokel
yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan pembedahan
sesegera mungkin.
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri;
tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk
dilakukan koreksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1)
hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (2) indikasi

13
kosmetik, dan (3) hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu
pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi atau ligasi tinggi hidrokel.
Pengangkatan hidrokel bisa dilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal).

2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi hidrokel yaitu kompresi pada peredaran darah testis; perdarahan
yang disebabkan karena trauma dan aspirasi; sekunder infeksi. Jika dibiarkan,
hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa
menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi
testis.4

2.10PROGNOSIS
Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1%.
Direkomendasikan untuk memantau hidrokel 6 bulan sampai 1 tahun.4

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186

2. Rhoads et all., Surgical Principal and Practise, Lippincott Turtle, 1971

3. Didi, Hidrokel, www.generalhealth.com., 2008

4. Park JC. Hydrocele. Online [diakses dari www.emedicine.medscape.com , pada 12

September 2019]

5. Coran AG, dkk. Pediatric Surgery Sevent Edition. El Sevier: Philadelphia. 2006

6. Smith, Donald R., General Urology, 7th edition, Maruten Asian Edition, 1969.

7. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC,

1997

15

Anda mungkin juga menyukai