Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CA VULVA
Di Ruang 9
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :
Deta Vianingtyas
Widari Nirmalasari
Karliyn Ayu Angelina
Abinadab Hans

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


POLTEKKES KEMENKES MALANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

SAP “Ca Vulva”

Telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal:

Oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(..................................................) (..............................................)

Mengetahui,

Kepala Ruang 9

(..................................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS

Pokok bahasan : Ca Vulva


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Hari / tanggal : Kamis, 10 Oktober 2019
Tempat : Ruang 9 RSSA
Pukul : 10.00 - 11.00 WIB
Penyuluh : Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Poltekkes Malang

A. LATAR BELAKANG
Kanker vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area vulva yang
menyerang wanita berusia berkisar antara 50 – 70 tahun, umum ditemukan pada
penderita golongan social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat, 1997). 3-4% kanker pada
sistem reproduksi wanita merupakan kanker vulva dan biasanya terjadi setelah
menopause. Penyebab penyakit ini tidak di ketahui. Tumor dapat ditemukan dimana –
mana, di vulva dan dapat berbentuk eksofitis. Sering tumor bertukak dengan infiltrasi ke
jaringan yang jauh terutama ke vagina, uretra, perineum, anus dan rectum. Diagnosis
hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histologik. Metastasis umumnya menuju
ke kelenjar limfe femoral dan inguinal, unilateral atau bilateral, dan selanjutnya ke
kelenjar iliaka ekstren dan intern. Petugas kesehatan juga berperan dalam perawatan dan
pencegahan terhadap kangker vulva. Antara lain dengan cara pemberian penyuluhan
kepada orang yang mengidap kangker vulva. Penyuluhan ini dapat memberikan
pengetahuan kepada penderita mengenai penyakit kangker vulva. Perawat juga
memberikan perlindungan kepada klien bahwa tindakan keperawatan yang harus
dilakukan dapat diterima klien.
B.TUJUAN INTRUKSIONAL
a.Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, sasaran mampu memahami dan
mengerti tentang Ca Vulva.
b.Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan peserta penyuluhan
mampu memahami dan mengerti tentang Ca Vulva.
C. METODE
Diskusi, Ceramah
D. MEDIA
PPT, LCD
E. JOB DESCRIPTION
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif
dalam diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi
jalannya penyuluhan.
F. MATERI
Terlampir

G. PROSES PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1 2 menit Pembukaan : 1.Menjawab salam


1.Membuka kegiatan dengan 2.Mendengarkan
salam 3.Memperhatikan
2.Memperkenalkan diri 4.memperhatikan
3.Menjelaskan tujuan
penyuluhan
4.Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5.Menjelaskan kontrak waktu
6.Menjelaskan aturan dalam
Penyuluhan

2 10 menit Isi : 1.Mendengarkan


1. Definisi Ca Vulva 2. Memperhatikan
2. Klasifikasi Ca Vulva
3. Gejala-gejala Ca Vulva
4. Cara menghindari Ca Vulva
5. Terapi Ca Vulva
3 5 menit Evaluasi : 1.Bertanya 2.
1.Memberikan kesempatan pada Menjawab
peserta untuk bertanya
2.Menjawan pertanyaan peserta
3.Memberi kesempatan peserta
untuk menanggapi jawaban
4 3 menit Penutup : 1.Mendengarkan
1.Menanyakan kembali pada 2.Menjawab salam
peserta tentang materi yang
disampaikan
2.Menyimpulkan materi
3.Memberi salam
H. KRITERIA EVALUASI
a.Evaluasi Proses
1.Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2.Tidak ada anggota keluarga yang meninggalkan acara atau tempat penyuluhan
3.Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
b. Evaluasi Hasil
Keluarga mampu memahami tentang Ca Vulva

LAMPIRAN MATERI
CA VULVA (KANKER VULVA)

1. Definisi Ca Vulva
Kanker primer vulva mewakili 3% sampai 5% dari semua malignansi ginekologi
dan tampak hampir selalu pada wanita pascamenopause meski angka
kejadiannya pada wanita yang lebih muda meningkat. (Smeltzer, 2002:1564)
Karsinoma vulva adalah penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker genetalia
primer pada perempuan. (Price, 2005:1299) Kanker vulva adalah suatu
keganasan pada pertumbuhan sel pada area vulva yang menyerang wanita
berusia berkisar antara 50 – 70 tahun, umum ditemukan pada penderita golongan
social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat, 1997). Tumor dapat ditemukan dimana-
mana, di vulva dan dapat berbentuk eksofitis. Sering tumor bertukak dengan
infiltrasi ke jaringan yang jauh terutama ke vagina, uretra, perineum, anus dan
rectum. Diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histologik.
Metastasis umumnya menuju ke kelenjar limfe femoral dan inguinal, unilateral
atau bilateral, dan selanjutnya ke kelenjar iliaka ekstren dan intern. B. Klasifi
2. Klasifikasi Ca Vulva

a. Kanker Vulva Epidermoid


Kanker epidermoid paling sering mengenai separuh anterior vulva dan timbul di labia
(mayor dan minor) pada 65 % pasien, dan di klitoris pada 25 % pasien. Lebih dari
sepertiga tumor terletak di garis tengah atau bilateral. Tidak ada hubungan positif antara
kekerapan metastasis dengan tampilan umum tumor yang berbentuk eksofitik
(menyerupai kembang kol), lesi ulseratif, atau tumor merah seperti beludru. Penentu
utama metastasis dan hasil berikutnya adalah ukuran tumor. Namun derajat histology
berhubungan dengan kemungkinan metastasis jika tumor berukuran < 2 cm. Karsinoma
Epidermoid vulva derajat I yang khas tersusun atas sel – sel lancip atau berduri sengan
diferensiasi baik, banyak yang membentuk mutiara keratin. Kadang – kadang terlihat
mitosis. Sel – sel ganas menginvasi jaringan sub epitel, leukosit dan limfosit
menginfiltrasi stroma dan jaringan berbatasan langsung dengan tumor. Kanker
epidermoid derajat II dan III tersusun atas sel – sel dengan diferensiasi semakin buruk.
Karsinoma verukosa, suatu varian kanker epidermoid secara umum menyerupai
kondiloma akuminata. Penyebaran local umum terjadi, tetapi metastasis limfatik pada
pasien usia lajut jarang terjadi.

b. Melanoma Maligna
Melanoma Maligna, meliputi 6 – 11 % dari seluruh kanker vulva, merupakan tipe
kanker vulva paling umum nomor dua. Melanoma merupakan keganasan yang sangat
agresif, biasanya berasal dari nevi berpigmen pada vulva. Melanoma terutama
menyerang wanita kulit putih pascamenopause. Melanoma Maligna paling sering
mengenai labia minor atau klitoris. Biasanya melanoma maligna berupa lesi tunggal,
meninggi, tidak ada nyeri tekan, dengan hiperpigmentasi dan ulserasi yang mudah
berdarah. Semua Melanoma Maligna cepat menyebar melalui system vena. Juga sering
terjadi kekambuhan setempat. Pengobatan serupa dengan pengobatan serupa dengan
pengobatan karsinoma sel skuamosa.

c. Karsinoma Sel Basal


Karsinoma Sel Basal adalah lesi ulseratif yang terdiri atas sel ganas basofilik, bulat,
kecil berasal dari lapisan epidermis paling dalam. Sel – sel ini tersusun dalam kelompok
yang tidak beraturan dan seringkalai menembus jaringan penghubung yang mendasari.
Kadang – kadang terlihat mitosis, tetapi tidak ada keratinisasi,. Tidak seperti karsinoma
sel skuamosa dengan keratinisasi, metastasis karsinoma sel basal jarang dan lambat.
Namun kekambuhan setempat umum terjadi. Karsinoma sel basal mencakup 2 % - 3 %
kanker vulva, dan hamper selalu muncul pada kulit labia mayor. Pengobatan biasanya
dengan eksisi luas local karena tumor belum metastasis. Namun kira – kira 20 %
mengalami kekambuhan. Satu pengecualian terapi ini adalah tumor tipe sel skuamose-
basal yang memerlukan pengobatan serupa dengan karsinoma sel skuamosa invasif.
d. Karsinoma Kelenjar Bartolini
Meskipun angka kesembuhan Karsinoma Kelenjar Bartolini dan karsinoma sel
skuamosa sama, untuk semua stadium, ada dua faktor yang membuat karsinoma
kelenjar bartolin lebih berbahaya. Biasanya diagnosis kanker kelenjar Bartolin terlambat
karena letaknya yang agak lebih sulit dicapai dibanding kanker serviks, dan mungkin
diduga sebagai kista bartolin. Disamping itu, karena tumor mempunyai jalan masuk ke
saluran limfa yang mengalir ke rectum, mereka dapat metastasis langsung ke nodus
limfatikus pelvis dalam. Namun terapi karsinoma kelenjar bartolin serupa dengan
karsinoma sel skuamosa

Sarkoma Vulva Mencakup < 2 % kanker vulva. Kanker sel stroma yang paling umum
adalah leimiosarkoma dan histiositoma fibrosa. Adenokarsinoma vulva (kecuali yang
berasal dari bartolin) sangat jarang. Metastasis kanker ke vulva dapat berasal dari tumor
traktus genitalis lain atau dari ginjal atau uretra. Adapun klasifikasi dari kanker vulva
(Price, 2005) adalah :
1. Karsinoma in situ (karsinoma dengan lesi intraepitel vulva)
2. Karsinoma vulva invasive

3. Pembagian tingkat keganasan


Penetapan stadium/ tingkat keganasan ini dibuat hanya sekali, yakni pada waktu
diagnosis penyaki ditegakkan, dan biasanya oleh staf onkologi yang senior.
Selanjutnya dalam follow-up setelah mendapat penanganan, bukannya stadium/
tingkatan klinik yang berubah, akan tetapi respon terhadap penanganan, kualitas
hidup dalam status penampilan (performance status), kekambuhan
(relapse/recurrence), progresivitas penyakit, ketahanan hidup (survival time),
bebas penyakit (disease-free survival time) atau mati. (Sarwono, 2008: 370)
Tabel 1. Pembagian dalam tingkat klinik karsinoma vulva menurut klasifikasi
FIGO ’76).

4. Pencegahan Diabetes Mellitus

a. Berolahraga ringan selama kurang lebih 30 menit (selama lebih dari 5


hari/minggu diteliti dapat menurunkan kejadian DM)
b. Menghindari konsumsi alkohol (Menghindari alkohol dapat mengurangi DM
hingga 40%)
c. Tidak merokok (Dengan tidak merokok anda dapat mengurangi kejadian DM
hingga 38%)
d. Rutin memeriksakan diri ke dokter

5. Terapi Diabetes Mellitus


1. Diet

2. Olahraga

3. Pengendalian Berat badan

4. Hormon Insulin
Hormon insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pankreas
yang membantu memasukkan gula darah kedalam sel tubuh.
5. Kontrol teratur

6. Cara penyuntikan insulin


Langkah 1 :Persiapkan insulin pen, lepaskan penutup insulin pen
Langkah 2 :Buka kertas, pembungkus & tutup jarum
a. Tarik kertas pembungkus pada jarum pen.
b. Putar jarum insulin ke insulin pen
c. Lepaskan penutup jarum luar
d. Lepaskan penutup luar jarum agar jarum tampak.
e. Buang penutup jarum ke tempat samapah.
*Jarum pen ada berbagai macam ukuran.
Langkah 3: Pertama insulin pen, pastiakan pen siap digunakan
 Pertama hilangkan udara di dalam pen melalui jarum. Hal ini untuk

mengatur ketepatan pen dan jarum dalam mengatur dosis insulin. Putar
tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit (pengaturan
dosis dengan cara memutar tobol)
 Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas. Tekan tombol dosis dengan
benar sambil mengamati keluarnya insulin. Ulangi, jika perlu, sampai
insulin terlihat di ujung jarum. Tombol pemutar harus kembali ke nol
setelah insulin terlihat di dalam pen.

Langkah 4: Aktifkan tombol dosis insulin (bisa diputar-putar sesuai keinginan).


Langkah 5: Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntikkan (pastikan posisi
nyaman saat menyuntikkan insulin pen. Hindari menyuntik disekitar pusar ).

Langkah 6: Suntikkan insulin

 Genggam pen dengan 4 jari, latekkan ibu jari pada tombol dosis.
 Cubit bagian kulit yang akan disuntik.
 Segera suntikkan jarum pada sudut 90 derajat. Lepaskan cubitan.
 Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis
sampai berhenti (klep dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum
di tempat selama 5-10 detik untuk membantu mencegah insulin dari
keluar dari tempat injeksi.
 Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang terlihat memar atau tetesan
darah, tetapi itu tidak berbahaya. Bisa di usap dengan tissue atau
kapas, tetapi jangan di pijat pada daerah bekas suntikan.

Langkah 7: Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya


Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen.
Tempatkan jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong).
Buang ke tempat sampah jangan dibuang ditempat pendaurulang sampah.
Simpan lah insulin di tempat teduh dan gelap
Daftar Pustaka

Dita Garnita, Faktor Risiko Diabetes Melitus di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007),
FKM UI, 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. Hasil Riskesdas 2018 WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016

Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam


Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Herlena, E., Widyaningsih. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Penderita
Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di RSUD AM. Parkesit
Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 1, 58-74.
Mohan D., Raj D., Shanthiram CS. 2005. Awareness and knowledge of diabetes in
Cheruiai-The Chennai urban rural epidemiology study. European Journal of Research in
Medical Sciences Vo;.3 No.1. ISSN2056-600X. www.idpublication.org

Pratama, Permadi Aziz dan , Fahrun Nur Rosid, S.Kep., Ns., M.Kes. (2016) Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tentang Pengelolaan
Diet Diabetes Mellitus Di Puskesmas Boyolali I. Skripsi skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endoktrin. Trans Info
Media. Jakarta.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-diabetes-sedunia-
2018.pdf. diakses 3 september 2019

Anda mungkin juga menyukai