Sapi Potong
Sapi Potong
Oleh
ALFAN KURNIAWAN 201710350311095
ARIS LISTIYO N 201710350311098
BAYU INDRADI 201710350311102
M. NIZAR PAMUNGKAS 201710350311113
RETA JUNI PUSPITA 201710350311121
DANI KURNIAWAN 201710350311122
1
besar gunakan bahan pakan berupa hijauan daan konsetrat seperti ampas tahu, bekatul, kulit
kacang kedelai dan makanan buatan pabrik lainya.
Pakan padat/kering
Pakan padat/kering
Manajemen Pemberian Pakan untuk awal atau pemula (Calf Starter) Pemberian calf
starter dapat dimulai sejak pedet sudah berumur 2 – 3 minggu (fase pengenalan). Pemberian calf
starter bertujuan untuk membiasakan pedet agar bisa mengkonsumsi pakan yang padat dan dapat
mempercepat proses penyapihan hingga usia sekitar 4 minggu. Tetapi untuk sapi calon bibit dan
donor penyapihan dini sangat kurang diharapkan. Penyapihan atau penghentian pemberian air
2
susu dapat dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7
kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet sekitar 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan. Tolak ukur
kualitas pada calf starter yang baik yaitu bisa memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari
dalam kurun waktu hingga 8 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan adalah: Protein
Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu induknya, hanya untuk
diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum
dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan.
Perkenalan pemberian rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu :Berikan rumput yang
berkualitas baik dan juga mempunyai tekstur yang halus. Jangan memberikan silase kepada
pedet atau anak sapi (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan
NPN yang banyak yang tergantung dalam silase. Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah
memasuki fase penyapihan dengan induknya
Agar pemberian setiap pakan tepat waktu dan tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi setiap
pakan untuk pedet perlu diketahui sebelumnya.
b.1 Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan, berwarna
kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal.
Komposisi kolostrum :
3
Mutu Kolostrum :
4. Sapi bakalan
Sapi bakalan siap di gemukan dengan bobot badan 400 kg, kemampuan mengkonsumsi
bahan kerinng adalah 400 x 2,4% 9,6 kg kebutuhan ini dibagi dua bagian yaitu 40% pakan
tambahaan dan 60% jerami atau rumput gajah.
Jerami dibutuhkan 60% x 9,6 kg = 5,7 kg. Sisanya yaitu 3,84 kg berupa pakan tambahan
(konsentrat) misalnya dedak,tepung, jagung, onggok,atau yang lainya, tergantung ,ana yang di
peroleh.
Kadar tambahan jerami umumnya 86% sehingga riil jumlah jerami == 100/86 x 5,76 kg =
6,7 kg. Kadar bahan kering dedak padi 84%, sehingga rill jumlah deddak padi = 100/84 x 3,84
kg = 4,57 kg. Jadi untuk sapi bobot 400 kg dibutuhkan jerami seberat 6,7 kg dan dedak 4,6 kg
Pemberian pakan ternak disesuaikan dengan umur, berat badan dan produksinya. Umumnya
pada masa pertumbuhan dan produksin, membutuhkan protein energi lebih banyak dibanding
masa lainya. Sapi yang sedang berproduksi disediakan pakan berdasarkan berat badan dan
tingkat produksi yang akan di capai.
5. Sapi penggemukan
Ransum sapi yang digemukkan ditujukan untuk membentuk daging dan lemak badan.
Untuk itu ransum harus mengandung protein dan energi yang memenuhi kebutuhan untuk
pertumbuhan, pemeliharaan tubuh serta dan pembentukan lemak. Penggemukan oleh
4
perusahaan swasta, dilakukan tergantung daerah dan persediaan bahan pakan serta musim.
Sistem penggemukan tersebut adalah :
a. Penggemukan dengan pakan kering (Dry lot fattening)
Menentukan jumlah konsumsi bahan kering, jerami padi,kosentrattrat dan bungkil kelapa yang
akan diberikan pada ternak.
Jumlah bahan kering yang dibutuhkan = 3% X 300 kg = 9 kg.
Jumlah jerami padi yang akan diberikan = 20% X 9 kg = 1,8 kg.
Jumlah konsentrat yang akan diberikan = 80% X 9 kg = 7,2 kg.
Jumlah bungkil kelapa = 20 % X 7,2 kg = 1,44 kg.
5
Tabel 10. Kandungan zat nutrien bahan pakan.
BK PK TDN Ca P
B a ha n p a k a n
(% ) (% ) (% ) (% ) (% )
0 ,0 8
a. Jerami padi 60 2,4 59 0,21
b. Bungkil kelapa 86 21,60 66 0,08 0,67
c. Dedak halus kampung 86 6,3 60,5 0,70 1,5
d. gaplek 86 1,7 69 0,10 0,04
Tabel 11. Zat makanan yang dapat disediakan oleh jerami padi dan
bungkil kelapa.
1. Penggemukan Sapi
Beberapa faktor teknis yang menetukan dalam nilai ekonomis usaha penggemukan
sapi potong yaitu bangsa, jenis kelamin (seks), umur, bobot badan dan kondisi awal, dan
pemberian pakan. Bangsa sapi bakalan yang digunakan dalam penggemukan ikut
menentukan keuntungan atau keberhasilan terkait dengan pencapaian pertambahan bobot
badan yang optimal. Jenis kelamin ternak merupakan faktor yang menjadi pertimbangan
dalam pemilihan sapi bakalan. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa sapi jantan
memiliki pertumbuhan (PBBH) yang lebih baik, persentase karkas yang lebih tinggi,
efisiensi pakan lebih tinggi, cenderung memiliki persentase lemak yang lebih rendah dari
pada sapi betina. Umur sapibakalan yang ideal untuk penggemukan adalah ternak dewasa
yaitu antara 1,5-2,5 tahun dan pada saat dijual tidak melebihi umur 3 tahun. Bobot badan
dan kondisi awal sapi bakalan yang akan digemukan berpengaruh terhadap lama
penggemukan, bobot badan ideal untuk pasar sebesar 400-500 kg.
Pemberian pakan bagi usaha penggemukan komersial (feedlot) dengan masa
penggemukkan 3 bulan dikenal dengan teknologi grain feed, maka kualitas pakan diatur
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan hasil yang menunjang pertumbuhan yang
optimal dan menghasilkan kualitas daging yang baik. Teknologi grain feed menggunakan
hijauan sebasar 15-20% dan pakan konsentrat sebesar 80-85%, tergantung dari nilai
ekonomi yang didasarkan pada konversi pakan yang diperoleh. Ransum sapi yang
digemukkan memerlukan bahan kring sebanyak ≥3% dari bobot badan, dan kandungan
protein minimal 9% dan energi (TDN) sebesar 60-70%. Pakan hijauan yang diberikan
meliputi rumput, leguminosa dan limbah pertanian. Rumput dapat diberikan 10% dari BB,
leguminosa seperti lamtoro, turi atau gamal dapat diberikan anatara 20-60% dari total
hijauan dan dapat menurunkan jumlah pemberian konsentrat. Limbah pertanian seperti
jerami padi, jerami jagung dll disarankan tidak lebih dari 3% BB. Konsentrat yang
diberikan harus mengandung BK > 88%, PK > 12%, LK < 6%, SK 12-17%, TDN > 64% dan
abu< 10%. Penggunaan limbah industri pertanian aksimal untuk bungkil kelapa 20%,
bungkil kedele 25%, dedak padi 100% dan ampas sagu 15% dari konsentrat.
6
a. Menyiapkan tabel kebutuhan zat nutrien
Bahan pakan harus dapat menyediakan nutrien yang diper ukan sebagai komponen
pembangun serta pengganti sel–sel tubuh yang rusak serta menciptakan hasil produksinya.
Kebutuhan nutrien dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain: tingkat pertumbuhan (status faali);
ukuran tubuh ternak, lingkungan, keturunan, penyakit, parasit, jenis ternak, ketidakserasian
pakan dan kekurangan nutrien. Kebutuhan zat nutrien ini dinyatakan dengan kandungan energi,
protein, vitamin dan mineral.
Pakan harus mampu menyediakan hampir semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh ternak
dalam suatu perbandingan yang serasi sesuai dengan status faali; pakan tidak perlu berlebihan
bahkan harus efisien sehingga dapat memberikan keuntungan. Terdapat empat hal penting yang
harus diperhatikan dalam menentukan kebut han zat nutrien pada sapi potong,yaitu: jenis
kelamin (jantan atau betina), berat badan, taraf pertumbuhan/status fisiologis (pedet, sapihan,
bunting dan lain–lain) serta tingkat produksi.
Banyak tabel kebutuhan zat nutrien yang telah diterbitkan namun tabel kebutuhan yang
diterbitkan oleh “National Academics of Science” yang disebut dengan National research
council (NRC) adalah tabel yang banyak diadopsi. Namun demikian terdapat patokan yang
mudah untuk menghitung kebutuhan pakan,yaitu kebutuhan bahan kering (BK) pakan/ekor/hari
diperkirakan sebanyak 2,8–% BB (Kearl, 1982).
b. Menyiapkan tabel komposisi/kandungan nutrien bahan pakan
Pakan seimbang, selain harus dapat memenuhi kebutuhan nutrien ternak harganya juga
harus murah; oleh sebab itu sebaiknya menggunakan bahan pakan lokal yang tersedia di tempat.
Hindari atau minimalkan bahan pakan yang berasal dari luar daerah yang pada umumnya mahal
karena ada tambahan biaya transport; nam n bisa digunakan bila memang harganya murah. Hal
lain yang harus dipertimbangkan adalah penggunaan bahan pakan utama yang berasal dari
import. Pengunaannya harus dihindari ataupun dibatasi seperti jagung, bungkil kedelai, tepung
ikan maupun tepung tulang. Sebanyak 40%-60% kebutuhan jagung untuk pakan, 60 – 70 %
tepung ikan dan 100% bungkil kedelai masih berasal dari impor. Optimalisasi penggunaan
bahan pakan asal limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri diharapkan selain
menurunkan biaya ransum juga mampu menghasilkan produktivitas secara optimal.
Syamsu et al., (2003) menyatakan bahwa limbah pertanian memiliki potensi yang cukup
besar sebagai sumber pakan,diperkirakan potensi produksinya mencapai sekitar 51.546.297,3
ton/th. Produksi terbesar adalah jerami padi (85,81%) kemudian berturut – turut adalah jerami
jagung (5,84%), jerami kacang tanah (2,84%), jerami kedelai (2,54%), pucuk ubi kayu (2,29%)
dan jerami ubi jalar (0,68%). Limbah pertanian ini mempunyai kandungan nitrogen (N) yang
rendah, kand ngan selulosa (karbohidrat terstruktur) yang tinggi serta pada umumnya kandungan
mineral terutama kalsium (Ca), fosfor (P), Cobalt (Co), tembaga (Cu), sulfur (S) dan sodium
(Na) rendah. Karakteristik tersebut mengakibatkan kecernaan rendah serta dapat me batasi
konsumsi pakan.
Suplementasi dengan multinutrien perlu dilakukan untuk membentuk keseimbangan
kondisi rumen dan memenuhi kebutuhan zat trien (Preston dan Leng, 1987). Keseimbangan
kondisi rumen dibutuhkan untuk meningkatkan kecernaan sehingga dapat meningkatkan
efisiensi pakan. Tabel kandungan nutrien beberapa macam bahan tertera pada Lampiran 2.
c. Penyusunan formula ransum
Terdapat tiga (3) macam metode yang biasa digunakan dalam penyusunan formula
ransum yaitu pearson square method, least cost formulation dan trial and error. Pearson square
method adalah metode penyusunan pakan yang berasal dari perhitungan 4 macam bahan. Least
7
cost formulation adalah penyusunan ransum ekonomis dengan dasar linear programming.
Metode trial and error dapat dilakukan peternak dengan cara mengubah – ubah komposisi
(persentase) bahan pakan dalam ransum dengan mempertimbangkan kriteria rasional, ekonomis
dan aplikatip. Saat ini telah pula beberapa soft ware atau program yang dapat digunakan untuk
penyusunan formula ransum seperti MIXID atau aplikasi EXCEL.
8
· Estrogen dipergunakan untuk memperbaiki pertumbuhan dan memperbaiki karkas ayam.
· Beberapa macam obat( termasuk hormon) dipergunakan untuk menghentikan jatuh bulu
(molting) atau untuk mempercepat molting ayam yang sudah berproduksi lama.
8. Asam amino adalah monomer dari protein. Sebagai bahan pakan tunggal asam amino tidak
tersedia di alam, namun tersedia secara buatan. Asam amino yang biasanya kekurangan dalam
pakan adalah asam amino metionin dan lisin. Oleh karena itu, di pasaran asam amino yang
tersedia adalah DL- metionin dan L-lisin yang mempunyai kemurnian 99%.
Berbagai macam feed additive yang bersifat non nutritive menurut Wahyu (1997)
antara lain: (1) Makanan tambahan pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan
pellet; (2) Flavoring agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan
palatabilitas pakan; (3) enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu;
(4) Antibiotika, senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah
untuk melindungi pakan dari serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah
timbulnya keracunan yang disebabkan oleh mikroflora dalam usus; (5) Antibiotika yang
mempunyai spektrum luas (broad spectrum) dan daya absorpsi yang baik ditambahkan ke dalam
pakan untuk memerangi penyakit khusus; (6) Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan
untuk meningkatkan daya penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit; (7) Obat-obat
pencegah cacing dalam saluran pencernaan; (8) Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-
asam lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses
peroksidasi; (9) sumber-sumber karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki
pigmentasi dari broiler dan kuning telur dan (10) Hormon-hormon yang digunakan untuk
memperbaiki metabolisme ayam.
9
Obat-obat yang masuk dalam kelompok Beta Agonist 2 yaitu Salbutamol, Clenbuterol,
Albutamol, Salmoterol, Farmoterol, Cimaterol dan Zilpaterol.
Dari kejadian tersebut, kita bisa mengambil sisi hikmahnya. Berhati-hatilah dalam penggunaan
campuran bahan kimia apapun, walaupun hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Carilah sisi keberkahan, walaupun yang didapat tidak banyak. Produk sapi yang kita hasilkan,
harus bisa menyehatkan untuk sapinya, manusia yang memakan dagingnya ataupun berguna
bagi lingkungan sebagai pengolah dari kotoran yang dihasilkan oleh sapi
10
11