Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN LOGAM BESI

 Pengertian Besi
Besi adalah logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatif melimpah
di alam dan mudah diolah. Besi murni tidak begitu kuat, tetapi bila dicampur dengan
logam lain dan karbon didapat baja yang sangat keras. Biji besi biasanya mengandung
hematite (Fe2O3) yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10 %, serta sedikit senyawa
sulfur, posfor, aluminium dan mangan.(Syukri ,1999 : 623).

Besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi merupakan logam
transisi yang berada pada golongan VIII B dan periode 4. Besi adalah logam paling
melimpah nomor dua setelah alumunium. Besi adalah logam yang dihasilkan dari
bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas. Besi yang merupakan
unsur logam transisi, dimana sifat dari unsur-unsur transisi tidak memiliki perubahan
yang signifikan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam satu periode. Sifat dari
besi tidak jauh berbeda dengan sifat-sifat unsur logam transisi lainnya.

 Sifat fisik dan kimia


Sifat fisik besi

1. Pada suhu kamar berwujud padat, mengkilap dan berwarna keabu-abuan.

2. Merupakan logam feromagnetik karena memiliki empat elektron tidak berpasangan


pada orbitan d.

3. Merupakan penghantar panas yang baik.

4. Kation logam besi berwarna hijau (Fe2+) dan jingga (Fe3+). Hal ini disebabkan oleh
adanya elektron tidak berpasangan dan tingkat energi orbital tidak berbeda jauh.
Akibatnya, elektron mudah tereksitasi ke tingkat energi lebih tinggi menimbulkan
warna tertentu.

5. Besi bersifat keras dan kuat.

6. Sifat-sifat besi yang lain

a) Nomor Atom : 26

b) Nomor Massa : 57

c) Massa Atom : 55,85 g/mol

d) Kepadatan : 7,8 g/cm 3 pada 20 °C

e) Titik Lebur : 1536 °C

f) Titik Didih : 2861 °C


g) Isotop :8

h) Energi Ionisasi Pertama : 761 kJ/mol

i) Energi Ionisasi Kedua : 1556,5 kJ/mol

j) Energi Ionisasi Ketiga : 2951 kJ/mol

Sifat kimia besi


1. Unsur besi bersifat elektropositif yaitu mudah melepaskan elektron. Karena sifat
inilah bilangan oksidasi besi bertanda positif.
2. Besi dapat memiliki biloks 2, 3, 4 dan 6. Hal ini disebabkan karena perbedaan
energi elekktron pada subkulit 4s dan 3d cukup kecil, sehingga elektron pada
subkulit 3d juga terlepas ketika terjadi ionisasi selain elektron pada subkulit 4s.
3. Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah terkorosi, khususnya
di udara yang lembab atau ketika terdapat peningkatan suhu.
4. Besi memiliki bentuk allotroik ferit yaitu alfa, beta, gamma dan omega dengan
suhu transisi 700oC, 928oC, dan 1530oC. Bentuk alfa bersifat magnetik, tapi ketika
berubah menjadi beta, sifat magnetnya menghilang meski pola geometris molekul
tidak berubah.
5. Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti sulfur, fosfor, boron,
karbon dan silikon.
6. Larut dalam asam-asam mineral encer.
7.Oksidanya bersifat amfoter yaitu oksida yang menunjukkan sifat-sifat asam
sekaligus basa.
 Proses ekstraksi besi

Besi diekstraksi dari bijih besi yang mengandung senyawa besi seperti hematit

(Fe2O3), limonit (2Fe2O3 3H2O), magnetit (Fe3O4), dan siderit (FeCO3). Proses
ekstraksi dilakukan dalam tungku yang disebut tanur tiup (blast furnace) dengan
menggunakan metode reduksi. Simak proses ekstraksinya berikut ini. Berikut tahapan
ekstraksi Fe dari bijih besi:

 Bijih besi, batu kapur (CaCO3), dan kokas (C) dimasukkan dari bagian atas tanur.
 Kemudian, udara panas ditiupkan ke bagian bawah tungku agar C bereaksi dengan
OZ membentuk

CO2.

C(s) +O2(S) CO2(S)

Gas CO2 yang terbentuk selanjutnya akan bergerak ke atas dar lebih lanjut dengan C
untuk membentuk CO. Reaksi ini bersifi endotermik, sehingga terjadi sedikit
penurunan suhu proses.

CO2(g) + C(s) 2CO(S)

Produk reaksi yakni gas CO kemudian bergerak naik dan mulai mereduksi senyawa-
senyawa besi pada bijih besi.

3Fe2O3(5) + CO(g) 4 2Fe3O4(s) + CO2(g)

Fe3O4(s) + CO(g) 3FeO(6) + CO2(g)

FeO(s) + CO(g) Fe(s) + CO2(g)

Reaksi keseluruhannya dapat ditulis sebagai berikut:


Fe2O3(s) + 3CO(s) 2Fe(l) + 3CO2(g)

Fe yang terbentuk akan mengalir dan berkumpul di bawah. Karena suhu di bawah
tinggi sekitar 2 000°C, Fe akan berada dalam bentuk lelehannya.

 Sementara itu, CaCO3 dalam tanur akan terurai menjadi CaO.

CaCO3(s)—> CaO(s) + CO2(g)

 CaO yang terbentuk akan bereaksi dengan pengotor yang bersifat asam yang ada
dalam bijih besi, seperti pasir silika. Reaksi ini menghasilkan senyawa dengan titik
didih rendah yang disebut terak (slag).

CaO(S) + SiO2(s) CaSiO3(l)

 Lelehan terak kemudian akan mengalir ke bagian bawah tanur. Karena kerapatan
lelehan terak yang lebih rendah dibandingkan lelehan besi, maka lelehan terak
berada di atas lelehan besi sehingga keduanya dapat dikeluarkan secara terpisah.
(Secara tidak langsung, lelehan terak ini melindungi lelehan besi dari teroksidasi
kembali)

Besi yang terbentuk di dalam tanur tiup masih mengandung pengotor dan bersifat
cukup rapuh. Besi ini disebut juga besi gubal (pig iron). Besi gubal mengandung
sekitar 3 – 4% C, 2% Si, dan sejumlah pengotor lain seperti P dan S. Besi gubal dapat
dicetak langsung menjadi besi tuang (cast iron) atau diproses lebih lanjut menjadi
baja, tergantung dari aplikasinya

 Kegunaan besi

1. Jumlah besar zat besi yang digunakan untuk membuat baja, paduan besi dan
karbon. Baja biasanya berisi antara 0,3% dan 1,5% karbon, tergantung pada
karakteristik yang diinginkan.

2. Penambahan unsur-unsur lain dapat memberikan baja sifat yang berguna lainnya,
sebagai berikut:

 Sejumlah kecil kromium meningkatkan daya tahan dan mencegah karat


(stainless steel);
 Nikel meningkatkan daya tahan dan ketahanan terhadap panas dan asam;
 Mangan meningkatkan kekuatan dan ketahanan untuk pemakaianya;
 Molibdenum meningkatkan kekuatan dan ketahanan terhadap panas;
 Tungsten mempertahankan kekerasan pada suhu tinggi;
 Vanadium meningkatkan kekuatan dan pegas. Baja digunakan untuk membuat
klip kertas, gedung pencakar langit dan segala sesuatu di antaranya.

3. Besi membantu menjaga tanaman dan hewan hidup. Besi berperan dalam
penciptaan klorofil pada tanaman dan merupakan bagian penting dari hemoglobin,
substansi yang membawa oksigen dalam sel darah merah. besi sulfat (FeSO4)
digunakan untuk mengobati anemia penyakit darah.
 Senyawa kompleks besi
Beberapa senyawa kompleks dengan atom pusat Fe adalah :

1. FeIII (2,2-bipryridine)(HPO3)(H2PO4)

a. Pembuatan

 Reaksi hidrotermal dari campuran yang mengandung bubuk besi, asam fosfat,
2,2’-bipyridine dan air pada suhu 1250C selama 7 hari.
 Pada sintesis tersebut 0,108 g bubuk besi dilarikan dalam 7 ml air. Kemudian
ditambahkan 0,636 g H3PO3. Akhirnya 0,909 g 2,2-bipiridine (2,2’-bpy)
ditambahkan dan dikocok sampai hmogen selama 30 menit pada suhu kamar.
Campuran akhir dngan komposisi 1 Fe : 4 H3PO3 : 3(2,2-bpy) : 200 H2O
dipindahkan ke dalam 23 ml asam dan dipanaskan pada suhu 1250C selama 7
hari.
 Hasilnya mengandung jumlah yang besar kristak tak berwarna kemudian
disaring, cuci dengan air dan keringkan. Produk ini mengandung 70% Fe. pH
awal dan akhir reaksi adalah 2.
 Sintesis hidrotermal memberikan metode yang cepat untuk membuat senyawa
hibrid organik dan anorganik. Komponen-komponen organik dan anorgnaik
tersebut mungkin dilengkapi satu sama lain dengan material tertendu utnuk
meningktakan mutu struktur padatan baru dan untuk beberapa kasus bagi
struktur komposit.
 Pada komplkes [FeIII(22-bpy)(HPO3)(H2PO4)], penggunaan molekul 2,2-
bipiridine sebagai ligand menghaslkan kondisi dimana secara tradisional
ikatan Fe dengan p dalam oktahedral menghasilkan rangkaian struktur 1
dimensi.

b. Pembuatan Struktur Kristal

 kristal tunggal tak berwarna yang dihasilkan dengan hati-hati diseleksi


dibawah mikroskop terpolarisasi dan melekat pada lapisan kaca tipis dengan
perekat cyanocrylate.
 Struktur kristak ditentukan dengan difraksi sinar x. Data penentuan struktur
yang dihasilkan ditampilkan pada tabel 1.
 Tabel 1. Data Kristal [FeIII(C10N2H8)(HPO3)(H2PO4)]

Rumus Empiris Fe1P2O7C10N2H11


Berat Molekul 392,03
Cristal Monoklin
Volume (A03) 657,93

a. (A0) 10,541
b. (A0) 6.430

c. (A0) 10.617
Suhu (K) 293

 Unit asimetri dari [FeIII(22-bpy)(HPO3)(H2PO4)] mengandung 19 atom


nonhidroge, dengan 1 Fe dan 2 atom P berdiri sendiri.
 Kecuali untuk atom oksigen, O(3), semua atom lain pada unit asimetris berada
pada bidang kaca. Atom besi berada pada koordinat oktahedral dengan 2 atom
nitrogen dari ligan 2,2’-bpy dan 4 atom oksigen.
 Ikatan Fe-O berjarak 1,959 A0 dan ikatan Fe-N rata-rata 2,177 A0. Atom besi
dihubungkan kepada 2 atom pasfor melalui ikatan Fe-O-P. dua buah atom P,
P(1) dan P (2) memiliki hubungan pseudo-tetrahedral dan teetrahedral dengan
atomoksigen.
 P (1) dihubungkan denga besi melalui 3 ikatan P-O -Fe dan memiliki ikatan P-
H ujung. P (2) dihubungkan dengan 2ikatan P-O-Fe dan memiliki 2 ikatan P-O
ujung.
 Ikatan P-O memiliki jarak rata-rata 1,499 A0 terhadap atom oksigen yang tidak
mengikat atom hidrogen dan 1,577 A0terhadap atom oksigen yang mengikat
atom hidrogen.
 Struktur kompleks ini terdiri dari sebuah jaringan oktahedral FeO4N2 dan unit
pseudo-tetrahedral HP(1)O3, yang keras, dihubungkan melalui puncak-
puncaknya terhadap 4 anggota cincin. Anggota cincin–cincin tersbut
dihubungkan untuk membentuk rangkaian struktur satu dimensi. P(2)O2(OH)2
dan 2,2 bpydcangkokan ke dalam struktur satu molekul. Dimensi ini 6’ ikatan
dnegan atom Fe pusat (Gambar 2).
 Pengamatan sifat magnetik menunjukkan bahwa [FeIII(22-
bpy)(HPO3)(H2PO4)] bertindak antiferomagnetik pada suhu rendah.

Anda mungkin juga menyukai